Anda di halaman 1dari 36

Page |1

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kita kehilangan sekitar satu gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kulit pada baju dan aktivitas higiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan masalah yang khusus pada lansia. Khsusnya pada klien dengan imobilitas. Seseorang yang tidak im-mobil yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-minggu tanpa terjadi dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat tidur. Sedangkan im-mobilitas hampir menyebabkan dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan ganggual aliran darah setempat, dan juga keadaan umum dari penderita. Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khsus. Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku. Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua minggu pertama dalam perawatan. Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain:
1|Page

Page |2

Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat. 1.3. Rumusan Masalah 1) Apakah yang menyebabkan penyakit Ulkus Dekubitus ? 2) Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Ulkus Dekubitus ? 1.4. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur, 1.5. Identifikasi Kasus dengan mencari dan mengumpulkan data penting dari berbagai sumber seperti website dan situs-situs internet serta buku-buku yang ada.

2|Page

Page |3

BAB II ISI
KETUA SCIBER I SCIBER II : ROSSI : ISARA NUR LATIFAH : IMAS ROHIMAH

KASUS SGD 2 Tn. C 78 tahun dengan imobilisasi akibat CVA ( Cerebral Vaskular Accident), Tn. C mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam waktu seminggu. Dia mengaku diet teratur dan mengkonsumsi < 25 % dari setiap makanan. Saat pengkajian fisik ditemukan lesi yang berwarna kemerahan pada area tumit sebelah kiri dengan luas 9,20 cm (3,8 x 2,42 cm) dan pada area perineum dengan luas 14,8 cm (5,72 x 2,59 cm). Berdasarkan hasil pemeriksaan fungsi eliminasi pasien mengalami inkontinensia urin dan inkontinensia bowel. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan hiperkolesterol.

KONSEP
Definisi Etiologi Manifestasi Klinis Klasifikasi Komplikasi Prognosis Pencegahan

PATOFISIOLOGI

ASKEP
Pengkajian Diagnosa Keperawatan Intervensi

ULKUS DEKUBITUS

Rasional

PERAN PERAWAT
Pada Saat Kejadian

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PENATALAKSANAA N
Farmako Non Farmako Pembedahan

Rehabilitasi

3|Page

ASPEK LEGAL ETIK

Page |4

I.

PATOFISIOLOGI

Hiperkolesterol Hipertensi Diet ketat tidak terstruktur CVA (Cerebral Vascular Accident)/ Stroke BB turun 5 Kg dalam waktu seminggu Gangguan Intake Nutrisi < Kebutuhan Lemah Gangguan Mobilisasi Kadar protein Serum albumin Tekanan osmotik koloid Perpindahan cairan dari ekstrasel ke dalam jaringan Edema Menurunkan toleransi kulit dan jaringan yang ada Gangguan fungsi saraf yang mengalami cedera Immobilisasi Terbaring ditempat tidur/ Bedrest Tekanan pada jaringan kulit dan subkutan Aliran darah terputus Suplai O2, darah, dan nutrisi berkurang ke jaringan Kulit pucat Iskemik jaringan Tubuh mengeluarkan histamin dan kalium Dilatasi Pembuluh Pendarahan
4|Page

Page |5

dibawahnya dan menghambat perbaikan jaringan. Terkena tekanan, gesekan/ friksi secara terus menerus Gangguan Integritas Kulit Kulit menempel dipermukaan tempat tidur Lapisan otot dan tulang bergeser sesuai arah dan gerakan tubuh Tulang yang bergeser kekulit memberikan tekanan pada kulit Kapiler dibawahnya tertekan dan terbebani Pendarahan dan nekrotik

ULKUS DEKUBITUS Terjadi pada gaya gesek yang terkena & memotong Pembuluh darah kolaps Terlipatnya pembuluh darah Pada arteri dan kapiler Aliran darah terhambat Malnutrisi Sel sel tidak dapat makanan Kerusakan saraf ( terjadi pemajangan ) Inkontinensia pada area perineum Lembab Area menjadi asam
5|Page

Page |6

Anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Sulit diangkut Kulit pecah Lesikemerahan

Zat-zat limbah yang tidak segeradibersihkan Perkembangan bakteri Masuk ke luka Risiko Infeksi

Pembatasan gerak

Lubang dangkal/luka Inflamasi/ Peradangan Gangguan rasa nyaman : Nyeri

Kerusakan Mobilitas Fisik

6|Page

Page |7

II.

ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN a. Aktivitas/ istirahat Tanda : penurunan kekuatan, ketahanan, keterbatasan rentang gerak.pada area yang sakit gangguannya misalnya otot perubahan tunas. b. Sirkulasi Tanda : hipoksia, penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin, pembentukan edema jaringan. c. Eleminasi Tanda : keluaran urin menurun adalah tidak adanya pada fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan , bila terjadi, mengidentifiasi kerusakan otot. d. Makanan/cairan Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah. e. Neurosensori Gejala : area kebas/kesemutan f. Pernapasan Gejala :menurunnya fungsi medulla spinalis, edema medulla, kerusakan neurology, paralysis abdominal dan otot pernapasan. g. Integritas ego h. Gejala : masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
7|Page

Page |8

Tanda : ansietas, menangis, ketergantungan, menarik diri, marah. i. Keamanan Tanda : adanya fraktur akibat dilokasi (jatuh, kecelakaan, kontraksi otot tetanik, sampai dengan syok listrik). Biodata Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Diagnosa medis Keluhan utama : Tn C : 78 tahun : laki- laki ::: ulkus dekubitus :-

Riwayat kesehatan : 1. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengalami penurunan BB 5 kg dalam waktu seminggu dank lien mengalami CVA ( cerebral vascular accident) 2. Riwayat kesehatan masa lalu : klien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan hiperkolesterol 3. riwayat kesehatan keluarga : -

Psikososial

:-

Pemeriksaan fisik : 1. Tanda - tanda Vital BB : HR : RR : -

8|Page

Page |9

TD :2. Pemeriksaan sistem Inspeksi : adanya lesi kemerahan pada area tumit sebelah kiri dengan luas 9,2

cm (3,8 x 2,4 cm) dan pada area perineum dengan luas 14,8 cm (5,72 x 2,59) Palpasi :-

Auskultasi : 3. Pemeriksaan diagnostik 4. Pemeriksaan laboratorium 5. Pemeriksaan eliminasi urin : pasien mengalami inkontinesia urin dan inkontinesia alvi . ANALISA DATA NO DATA YANG MENYIMPANG 1.
ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN

immobilisasibedresttekanan, Kerusakan gesekan, friksi, dan lembapkerusakan mekanis jaringan sekunder Aliran darah terhambatsel sel tidak dapat makanansulit diangkutkulit menjadi pecahterdapat lubang dangkal dan lukaterjadi peradangan integritas kulit

2.

Gangguan rasa nyaman : nyeri

3.

Ulkus dekubitusterjadi pada daerah kulit yang terkenaa gaya gesek dan memotongpemajangan ulkus dekubitusdaerah perineuminkontinesia urin dan inkontinesia alvi Aliran darah terhambatSel-sel

Risiko infeksi

4.

Perubahan nutrisi
9|Page

P a g e | 10

tidak dapat makananmalnutrisi 5. anoreksia Aliran darah terhambatsel sel tidak dapat makanansulit diangkutkulit menjadi pecahterdapat lubang dangkal dan lukapembatasan gerak

kurang dari kebutuhan Kerusakan mobilitas fisik

III.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan, pencukuran dan gesekan. 2. Nyeri yang berhubungan dengan trauma kulit, infeksi kulit dan perawatan luka. 3. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan pemajangan ulkus decubitus terhadap feses/drainase urine dan personal hygiene yang kurang. 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap ketidak cukupan masukan oral. 5. Kerusakan mobilitas fisik yang bergubungan dengan pembatasan gerakan yang diharuskan, status yang tak dikondisikan, kehilangan kontrol motorik atau perubahan status mental. IV. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan, peluncuran dan gesekan. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi: 1) Mengidentifikasi faktor penyebab luka dekubitus. 2) Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan. 3) Berpartisipasi dalam rencana tindakan yang diprogramkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. 4) Menunjukkan kemajuan penyembuhan dekubitus
10 | P a g e

P a g e | 11

Intervensi a. Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. b. Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan perhatikan adanya demam. c. Identifikasi derajat perkembangan luka tekan (ulkus) d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik. e. Bersihkan jaringan nekrotik. f. Kolaborasi: a. Irigasi luka. b. Beri antibiotik oral,topical, dan intra vena sesuai indikasi. c. Ambil kultur luka.

Rasional a. Untuk mengetahui sirkulasi pada daerah yang luka. b. Demam infeksi. c. Mengetahui tingkat keparahan pada luka. d. Mencegah terpajan dengan organisme infeksius, mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi. e. Mencegah auto kontaminasi f. Membuang jaringan nekrotik / luka eksudat penyembuhan g. Mencegah atau mengontrol infeksi. h. Untuk mengetahui pengobatan khusus infeksi luka untuk meningkatkan mengidentifikasikan adanya

2. Nyeri yang berhubungan dengan trauma kulit, infeksi kulit dan perawatan luka. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi: 1) Rasa nyeri berkurang 2) Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri Intervensi a. Tutup luka sesegera mungkin. b. Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik. ketinggiannya. secara pasif maupun aktif sesuai Rasional a. Suhu berubah dan gesekan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung kulit. menurunkan ketidaknyamanan. menurunkan nyeri.
11 | P a g e

c. Beri tempat tidur yang dapat diubah b. Untuk menurunkan pembentukan edema, d. Ubah posisi dengan sering dan ROM c. Peninggian linen dari luka membantu

P a g e | 12

indikasi. e. Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas. f. Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak sakit, perut, e. Perubahan posisi dengan sering. stress. h. Tingkatkan gangguan. i. Kolaborasi: b. Berikan analgesik sesuai indikasi. periode tidur lokasi/ intensitas nyeri mengindikasikan terjadinya komplikasi. relaksasi, kembali relaksasi menurunkan perhatian, dan tegangan otot. tanpa g. Memfokuskan meningkatkan d. Menurunkan kekakuan sendi

g. Dorong penggunaan tehnik manajemen f. Meningkatkan

meningkatkan rasa kontrol. h. Kekurangan tidur meningkatkan persepsi nyeri. i. Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada

3. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan pemajangan ulkus dekubitus terhadap feses/ Drainase Urine. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi: 1) Infeksi tidak terjadi. 2) Tanda- tanda vital dalam batas normal. 3) Luka mengalami granulasi. Intervensi Rasional jaringan terhadap infiltrasi

a. Pantau terhadap tanda- tanda infeksi a. Respon ( rubor, dolor, kalor, fungsiolesa) b. Observasi tanda- tanda vital ( suhu, respirasi rate, nadi, tensi) c. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. d. Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik. e. Anjurkan klien untuk menghabiskan

patogen dengan peningkatan aliran darah dan aliran limfe(edema, merah, bengkak) b. Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh c. Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka d. Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri.

porsi yang tersedian terutama tinggi e. Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan
12 | P a g e

P a g e | 13

protein dan vitamin C. f. Jaga personal hygiene klien( badan, tempat, pakaian) g. Kolaborasi dengan tim medis dalam leukosit dan LED

tubuh dan mengganti jaringan yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan. f. Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman. leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.

penentuan antibiotik dan pemeriksaan g. Peningkatan

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap ketidak cukupan masukan oral. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi: 1) Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan) 2) Tidak mual dan muntah 3) Tubuh terasa segar 4) Mempertahankan berat badan yang sesuai Intervensi Rasional a. Nutrisi yang asekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit b. Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau menurunnya peristaltik c. Memberikan tindakan kontrol terhadap pembatasan diet klien dan meningkatkan nafsu makan klien d. Perawatan e. Terjadinya mulut perubahan membantu berat badan meningkatkan nafsu makan klien menunjukkan ketidak seimbangan cairan f. Immobilitas dapat menurunkan bising usus g. Menentukan kalori dan kebutuhan nutrisi h. Menghilangkan mual dan muntah

a. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh b. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering c. Berikan klien daftar makanan yang diijinkan dan dorong klien terlibat dalam pemilihan menu d. Lakukan oral hygiene sebelum makan e. Timbang berat badan tiap hari f. Auskultasi bising usus g. Kolaborasi dengan: a. Tim gizi b. Pemberian antiemetik c. Tim medis untuk pemberian infus albumin behring

13 | P a g e

P a g e | 14

sehingga masukan oral meningkat i. Penurunan jumlah albumin dapat menghambat proses penyembuhan luka

5.

Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pembatasan gerakan yang diharuskan, status yang tak dikondisikan, kehilangan kontrol motorik atau perubahan status mental. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi: 1) Klien mampu beraktivitas, miring kanan miring kiri dengan dibantu oleh keluarga 2) Menunjukkan penurunan pada docrat yang tertekan 3) Keadaan luka membaik Intervensi Rasional membantu klien a. Menghilangkan tekanan pada daerah yang terdapat ulkus b. Penghilangan tekanan intermiten memungkinkan darah masuk kembali ke kapiler yang tertekan c. Sirkulasi yang terganggu akan dapat menyebabkan oedem d. Mencegah secara progresif parut untuk dan engencangkan atau sendi melalui e. Meningkatkan kemandirian dan harga diri f. Mengurang kelelahan dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas g. Meningkatkan hasil latihan secara optimal dan maksimal h. Membantu melatih pergerakan jaringan

a. Anjurkan mobilisasi

keluarga

b. Atur posisi klien tiap 2 jam c. Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi secara sering d. Banti klien untuk latihan rentang gerak secara konsisten yang diawalai dengan pasif kemudian aktif e. Dorong partisipasi klien dalam semua aktivitas sesuai kemampuannya f. Buat jadwal latihan secara teratur g. Tingkatkan latihan ADL fisioterapi, hidroterapi, dan perawatan h. Kolaborasi dengan fisioterapi

meningkatka pemeliharaan fungsi otot

14 | P a g e

P a g e | 15

V.

PERAN PERAWAT Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. 2. Sebagai advokat klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien & kelg dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hakhak pasien meliputi : - Hak atas pelayanan sebaik-baiknya - Hak atas informasi tentang penyakitnya - Hak atas privacy - Hak untuk menentukan nasibnya sendiri - Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian. 3. Sebagai educator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. 4. Sebagai koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
15 | P a g e

P a g e | 16

5. Sebagai kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan. 6. Sebagai konsultan Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan 7. Sebagai pembaharu Perawat mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan VI. a. PRINSIP ETIK DAN LEGAL Non- Maleficence Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Perawat melakukan prosedur keperawatan dengan benar sehingga klien terhindar dari hal yang merugikan. Perawat melakukan kewaspadaan universal untuk mencegah terjadinya infeksi terutama infeksi yang diakibatkan dari proses transfuse darah. b. Beneficence Beneficience berarti hanya melakukan sesuatu yang baik. Perawat memberikan intervensi sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa klien. c. Respect for Autonomy Perawat harus menjelaskan dengan jelas kepada keluarga tentang kondisi yang dialami pasien tanpa ada sedikitpun yang ditutupi sehingga pasien mendapatkan haknya. d. Justice Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,

16 | P a g e

P a g e | 17

standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Perawat harus bertindak adil dalam melakukan tindakan keperawatan tanpa membedakan status ekonomi, suku, agama, dll. Agar pasien dapat merasakan kenyamanan.

KONSEP PENYAKIT A. DEFINISI

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.

Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008). (National pressure Ulcer Advisory panel (NPUAP), 1989 dalam Potter & perry, 2005) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama.

Ulkus Dekubitus (Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang (Anonim, 2009).

Dekubitus sering disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).
17 | P a g e

P a g e | 18

Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008). Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang.

B. ETIOLOGI

Lynda Juall Capernito (1998:749) dalam Diagnosa Keperawatan menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya ulkus decubitus / kerusakan integritas kulit, yaitu: 1. Faktor Umum: 1. Tekanan : menekan dengan kekuatan kebawah area yang diberikan 2. Robekan : kerusakan paralel, vertikal, horizontal maupun longitudinal dimana satu lapis jaringan bergerak kearah yang berlawanan.
18 | P a g e

P a g e | 19

3. Maserasi : mekanisme dimana jaringan menjadi lunak karena basah terlalu lama atau terendam, sehingga epidermis mudah erosi 4. Friksi 2. Faktor Ekstrinsik - Tekanan - Kelembaban - Gesekan Faktor intrinsik - Usia - Temperatur - Nutrisi 3. Adapun Faktor lainnya adalah : a. Menurunnya persepsi sensori b. Immobilisasi, dan c. Keterbaasan aktivitas Faktor Intrinsik: Penuaan (regenerasi sel lemah), sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM, status gizi, underweight atau kebalikannya overweight, anemia, hipoalbuminemia, penyakitpenyakit neurologik dan penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, keadaan hidrasi/cairan tubuh. Faktor Ekstrinsik: Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang kurang. C. FAKTOR RESIKO Ada beberapa faktor resiko atau penyebab dari pressure ulcer, yaitu : 1. Mobilitas dan aktivitas : gesekan secara terus menerus, proses fisiologis. Jika kulit tegosok melawan linen/ sprei, epidermis dapat gundul dengan abrasio

19 | P a g e

P a g e | 20

Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang dilakukan Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukan bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan. 2. Penurunan sensori persepsi Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan. 3. Kelembapan Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit. 4. Tenaga yang merobek (shear) Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah serta struktur jaringan yang lebih dalam yang berdekatan dengan tulang yang menonjol. Contoh yang paling sering dari tenaga yang merobek ini adalah ketika pasien diposisikan dalam posisi semi fowler yang melebihi 30 derajat. Pada posisi ini pasien bisa merosot kebawah, sehingga mengakibatkan tulangnya bergerak kebawah namun kulitnya masih tertinggal. Ini dapat mengakibatkan oklusi dari pembuluh darah, serta kerusakan pada jaringan bagian dalam seperti otot, namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada permukaan kulit. 5. Gesekan/ Pergesekan ( friction) Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit. Pergesekan bisa terjadi pada saat penggantian sprei pasien yang tidak berhati-hati. 6. Nutrisi Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter
20 | P a g e

P a g e | 21

(2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orangtua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi. 7. Usia Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek. 8. Tekanan arteriolar yang rendah Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan menjadi iskemia. Studi yang dilakukan oleh Nancy Bergstrom ( 1992) menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan. 9. Stress emosional Depresi dan stress emosional kronik misalnya pada pasien psikiatrik juga merupakan faktor resiko untuk perkembangan dari luka tekan. 10. Merokok Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan. 11. Temperatur kulit Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan. Menurut hasil penelitian, faktor penting lainnya yang juga berpengaruh terhadap risiko terjadinya luka tekan adalah tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg. Menurut penelitian Sugama (2000) dan Suriadi (2003) tekanan antarmuka yang tinggi merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan luka tekan. Tekanan antar muka diukur dengan
21 | P a g e

P a g e | 22

menempatkan alat pengukur tekanan antar muka ( pressure pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras. 12. Faktor intrinsik Faktor intrinsik berhubungan dengan status pasien. Umur, status nutrisi, penuaan kulit, termasuk lambat epidermis turnover dan menurun vascularity, subkutan lemak, dan terisi kolagen dan elastin. Akibatnya, kulit menjadi rentan terhadap cedera, infeksi, dan luka tertunda sembuh dari peradangan. 13. Faktor ekstrinsik Tekanan, gesekan, geser, dan kelembaban merupakan faktor ekstrinsik dalam patogenesis luka tekan. Tekanan tak henti-hentinya merupakan persyaratan yang diperlukan untuk terjadinya luka tekan. Tekanan pada kondisi normal : 1. Arteriola, kapiler, dan tekanan venula adalah 32, 20 dan 12 mm Hg. 2. Tekanan yang dihasilkan di bawah yang iskiadika tuberositas sementara seseorang duduk dapat mencapai 300 mm Hg 3. Tekanan sakral dapat berkisar dari 100 hingga 150 mm Hg. 8,12 (yaitu, di atas 32 mm Hg) menyebabkan sumbatan aliran kapiler, menyebabkan iskemik, cedera dan bengkak biru cairan, sel, dan protein. Otot dapat rusak oleh tekanan melebihi 60 mm Hg selama lebih dari satu jam, meskipun kulit lebih tahan. Fakta-fakta ini memberikan alasan bagi yang sering reposisi pasien dan 2 jam berubah jadwal protokol standar (data dari studi hewan juga mendukung langkah-langkah ini) . Geseran yang umum terjadi ketika kepala tempat tidur yang ditinggikan lebih dari 30 derajat, menyebabkan pasien untuk slide down. Akhirnya, kelembaban, ketika berlebihan, menghasilkan kelelahan dan melemahnya kulit, termasuk faktor-faktor penyebab berlebihan keringat, tinja atau inkontinensia, dan eksudasi dari luka besar. Braden dan Bergstrom (2000) mengembangkan sebuah skema untuk menggambarkan faktor - faktor resiko untuk terjadinya luka tekan. D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan cedera awal adalah adanya kemerahan yang tidak menghilang apabila ditekan oleh ujung jari (nonblanching). Pada cedera yang lebih berat dijumpai ulkus di kulit.

22 | P a g e

P a g e | 23

Lesi kulit yang dapat terlihat dapat memiliki ketebalan parsial atau penuh, yang meluas ke dalam dermis atau bahkan menembus subkutan. Cedera ketebalan penuh yang dapat merusak tulang Dapat timbul rasa nyeri dan tanda-tanda sistemik peradangan, termasuk demam. Terjadinya peningkatan hitung sel darah putih. Menurut NPUAP (1995 dalam Potter & Perry, 2005) tanda dan gejala yang ada pada perbandingan luka dekubitus derajat I sampai derajat IV yaitu: Derajat I Derajat II : Eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. : Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis.

Kulit tidak berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal. Derajat III : Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan atau

nekrotik yang mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada di bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. Derajat IV : Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis jaringan; atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.

Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat dibagi sebagai berikut; Derajat I Derajat II Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet. Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit. Derajat III Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. Derajat IV Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
23 | P a g e

P a g e | 24

E. KLASIFIKASI Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus dapat dibagi menjadi tiga: 1. Tipe normal Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5 oC dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluhpembuluh darah sebenarnya baik. 2. Tipe arterioskelerosis Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu. 3. Tipe terminal Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh. Stadium: 1. Dekubitus derajat I Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis 2. Dekubitus derajat II Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal 3. Dekubitus derajat III Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi 4. Dekubitus derajat IV Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik; Menurut derajat penyakitnya penyakit ulkus dekubitus dibagi menjadi:
1. Derajat I tidak ada. : iskemik, hyperemia yang kembali walaupun tahanan dilepas, indurasi

24 | P a g e

P a g e | 25

2. Derajat II terjadi erosi. 3. Derajat III dasar ulkus. 4. Derajat IV

: kemerahan menetap, ada oedema, terdapat indurasi, lepuh (blister), : ada lesi terbuka dan lubang sampai jaringan subkutan, fasia terlihat di : nekrosis meluas melewati fasiadan dapat mencapai tulang. Bisa terjadi

periostitis, osteotitis, osteomielitis. ( Carpenito , L.J ,1998 )

Stadium Luka Tekan Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ), luka tekan dibagi menjadi empat stadium , yaitu : 1. Stadium 1 Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit ( lebih dingin atau lebih hangat ), perubahan konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu. 2. Stadium 2 Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal. 3. Stadium 3 Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam 4. Stadium 4 Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

Stadium 4

25 | P a g e

P a g e | 26

Menurut stadium luka tekan diatas, luka tekan berkembang dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam ( top-down). Namun menurut hasil penelitian saat ini, luka tekan juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan istilah injuri jaringan bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena jaringan otot dan jaringan subkutan lebih sensitif terhadap iskemia daripada permukaan kulit. Kejadian DTI sering disebabkan karena immobilisasi dalam jangka waktu yang lama, misalnya karena periode operasi yang panjang. Penyebab lainnya adalah seringnya pasien mengalami tenaga yang merobek (shear).

F. KOMPLIKASI
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun dapat terjadi pada luka yang superfisial. Menurut subandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi antara lain: a. Infeksi, umumnya bersifat multibakterial baik aerobik maupun anaerobik. b. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis (inflamasi periosteum ( peradangan pada membran yang melapisi tulang)) , osteititis (inflamasi pada tulang), osteomielitis (inflamasi yang dimulai pada sumsum tulang), dan arthritis (iflamasi satu sendi atau lebih tampak membengkak tarasa hangat, nyeri, dan gerakan terbatas) septik. c. Septikimia adalah persistensi dan multiflikasi bakteri hidup didalam darah. d. Animea adalah defisiensi haemoglobin dalam darah sel darah merah yang disebabkan oleh kekurangan dan atau kandungan haemoglobinnya. e. Hipoalbuminea adalah kadar albumin yang rendah dalam darah. f. Kematian. g. Hyperbilirubinemia adalah jumlah bilirubin yang berlebih dalam darah h. Infeksi pada tulang dan sendi.

G. PENCEGAHAN Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam sekali untuk mengurangi tekanan. Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahan yang lembut (misalnya bantal, bantalan busa)
26 | P a g e

P a g e | 27

Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang. Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering. Jika pasen harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan kasur khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara Segera membersihkan feses atau urin dari kulit karena bersifat iritatif terhadap kulit. Inspeksi daerah dekubitus umum terjadi, laporkan adanya area kemerahan dengan segera. Jaga agar kulit tetap kering. Jaga agar linen tetap sering dan bebas dari kerutan Beri perhatian khusus pada daerah daerah yang beresiko terjadi dekubitu. Masase sekitar daerah kemerahan dengan sering menggunakan losion Jangan gunakan losion pada kulit yang rusak. Beri sedikit bedak tabur pada area pergesekan tapi jangan biarkan menumpuk, menggumpal. Gunakan kain pengalas bila memindahkan pasien tirah baring H. PROGNOSIS Terjadinya proses penyembuhan ulkus tergantung faktor- faktor primer dan sekunder serta penatalaksanaan ulkus itu sendiri. Perlu diingat pentingnya tindakan pencegahan karena pada dasarnya ulkus dekubitus sesungguhnya dapat dicegah. I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Beberapa pemeriksaan yang penting untuk membantu menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah, 1. Kultur dan analisis urin Kultur ini dibutuhakan pada keadaan inkontinensia untuk melihat apakah ada masalah pada ginjal atau infeksi saluran kencing, terutama pada trauma medula spinalis. 2. Kultur Tinja Pemeriksaan ini perlu pada keadaan inkontinesia alvi untuk melihat leukosit dan toksin Clostridium difficile ketika terjadi pseudomembranous colitis. 3. Biopsi

27 | P a g e

P a g e | 28

Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis. 4. Pemeriksaan Darah Untuk melihat reaksi inflamasi yang terjadi perlu diperiksa sel darah putih dan laju endap darah. Kultur darah dibutuhkan jika terjadi bakteremia dan sepsis. 5. Keadaan Nutrisi Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level, transferrin level, dan serum protein level, 6. Radiologis Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X, scan tulang atau MRI. J. PENATALAKSANAAN

Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan penderita Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita. Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah: 1. Meningkatkan status kesehatan penderita; umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
28 | P a g e

P a g e | 29

khusus; coba mengatasi/mengoabati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya DM. 2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah; a. Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita menyakitkan. b. Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat ruasak) c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain; Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah memungkinakan untuk duduk dikursi. Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, kue donat untuk tumit, Diluar negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai alas tubuh penderita. Bagitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita, khsusnya pada tempattempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan lebih rumit. Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi: 1. Dekubitus derajat I Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis; kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari. bahkan

29 | P a g e

P a g e | 30

2. Dekubitus derajat II Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan. 3. Dekubitus derajat III Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan. 4. Dekubitus derajat IV Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik; Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan , sebaba akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka diharapkan. Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada daerah luka,
30 | P a g e

secara alami dapat

P a g e | 31

Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat. Angka mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%. SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS.
NAMA PENDERITA Kondisi fisik umum: Baik Lumayan Buruk Sangat buruk Kesadaran: Komposmentis Apatis Konfus/Soporis Stupor/Koma Aktivitas : Ambulan Ambulan dengan bantuan Hanya bisa duduk Tiduran Mobilitas : Bergerak bebas Sedikit terbatas Sangat terbatas Tak bisa bergerak Inkontinensia : Tidak Kadang-kadang Sering Inkontinentia urin Sering Inkontinentia alvi dan urin skor total SKOR 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 TANGGAL

Risiko dekubitus jika skor total 14 Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi nonmedikamentosa dan medikamentosa. 1. Nonmedikamentosa Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah meliputi pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas, nutrisi adalah faktor risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus. Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat penyembuha ulkus dekubitus. Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus dekubitus adalah dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan. Tujuan terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan vaskularisasi sehingga dapat membantu

31 | P a g e

P a g e | 32

penyembuhan ulkus. Sedangkan penggunaan terapi ultrasonik, sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus dekubitus. 1. Medikamentosa Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa meliputi: Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya. Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres ini tidak berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan eksudat yang banyak. Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah antimikrobial, moisturizer,emollient, topical circulatory stimulant, kompres semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat dilakukan antara lain, Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang lembab untuk memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapi tidak menimbulkan nyeri. Biological debridement, or maggot debridement therapy. Metode ini menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringan nekrosis. Oleh karena itu dapat

32 | P a g e

P a g e | 33

membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004,FDA menyetujui maggot sebagai live medical devic untuk ulkus dekubitus. Chemical debridement, or enzymatic debridement . Metode ini menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis. Mechanical debridement.Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalu membiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya. Teknik ini kurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut terbuang. Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat memicu terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen. Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen serupa untuk membuang jaringan yang sudah mati. Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli bedah dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa menimbulkan nyeri. Ultrasound-assisted wound therapy. Metode ini memisahkan jaringan nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik. Menurunkan dan mengatasi infeksi. Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal. Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan meliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides, fluoroquinolones, dans ulfonam ides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan adalahclindamycin,metronidazole dan trimethoprim. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi .

33 | P a g e

P a g e | 34

Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi pada ulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan: Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat seng (ZnO, ZnSO4). Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular. Tindakan bedah Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat

penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III& IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft serta intervensi lainnya terhadap ulkus. Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka. Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus yang dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian, eksudat dapat dikeluarkan dan material infeksi ditambahkan untuk membantu tubuh membentuk jaringan granulasi dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus dievaluasi setiap dua minggu untuk menetukan terapi selanjutnya

BAB III PENUTUP


34 | P a g e

P a g e | 35

3.1 KESIMPULAN
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008).

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain: Berkurangnya jaringan lemak subkutan Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin Menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

3.2 SARAN Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan demam berdarah dengue tingkat III dan IV atau sering disebut dengue ULKUS DEKUBITUS diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk klien dengan demam berdarah dengue dengan memberi motivasi untuk kesembuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.
35 | P a g e

P a g e | 36

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Nurachman, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto. Bare and Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi 8. Jakarta. EGC Corwin, Elizhabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Morison, Moga. J. 2004 Manajemen Luka. Jakarta: EGC http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-dekubitus.html

http://harisoke70.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-dekubitus.html

http://www.slideshare.net/aripurwahyudi/perawatan-dekubitus-3617137 http://medicastore.com/penyakit/810/Ulkus_Dekubitus_Bedsores.html http://varyaskep.files.wordpress.com/2009/01/b002ulkus-dekubitus.pdf http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-integumen-disorder-dekubitus/ http://www.scribd.com/doc/29487653/ASKEP-DEKUBITUS http://ners-nerskeperawatan.blogspot.com/2011/05/askep-ulkus-dikubitus.html http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/09/peran-dan-fungsi-perawat/ http://b11nk.wordpress.com/2010/11/21/aspek-etik-dan-legal-dalam-praktik-keperawatan/

36 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai