Prakarsa, Tbk 1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup ( K3LH) PT. IndocementTunggal Prakarsa, Tbk meyakini bahwa keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup atau disingkat K3LH dalam rangka pengendalian resiko kecelakaan serta lingkungan dan pencegahan kerugian sangat berkaitan dengan kegiatan kerja yang aman, eIisien dan produktiI. Perusahaan memandang bahwa K3LH merupakan masalah daan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai pimpinan perusahaan tertinggi yang harus ditangani bersama atas dasar sangat kooperatiI perusahaan bertekat untuk melaksanaan dan mengembangkan system manajemen K3LH dengan sasaran pokok melindungi keselamatan , kesehatan kerja dan keamanan seluruh karyawan maupun perusahaan serta menjaga kualitas dan kelestarian lingkungan hidup. Dalam usaha menerapkan undang undang keselamatan kerja No.1 tahun 1970 dan ketentuan industri yang berwawasaan lingkungan, dan sebagai penegas kebijakan di bidang K3LH yang telah dilaksanakan perusahaan selanjutnya, telah ditetapkan kebijakan K3LH PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk sebagai berikut: a. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang peraturan yang berlaku dan standar relevan. b. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkungan kerjasama yang sehat dan selamat. c. Senantiasa berusaha untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan dan kesehatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan ssecara terus menerus. d. Senantiasa meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan lingkungan sekitar.
2. Institusi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup (K3LH) Untuk menangani sistem K3LH yang sangat rumit dan komplek, perusahaan menyadari perlunya motor penggerak secara struktural membentuk institusi khusus dengan tenaga proIesional di bidang K3LH. Institusi Safety Security Community Division (SSCD). Divisi ini membawahi tiga departemen, yaitu. a. Safety departement b. Security departement c. Community Development Office (CDO) departement Safety departement merupakan suatu unit kerja yang menangani semua hal yang berkaiatan dengan keselamatan kerja. Dalam pelaksanaanya safety departement terdiri dari 3 section, yaitu: 1) Operation Section Operation Section merupakan cabang dari saIety departement yang bertugas melaksanakan pengawasan dan penginpeksian K3 yang bertujuan agar program K3 yang dijalankan berjalan sesuai aturan. 2) Fire Brigade Section Fire Brigade Section bertugas membuat program Iire prevention dan penanggulangan kebakaran serta memberikan pelatihan penganggulangan kebakaran kepada para pekerja, melakukan penanggulangan kebakaran di dalam maupun di luar wilayah pabrik baik itu rumah penduduk maupun industri, memberikan pertolongan dan penyelamatan terhadap korban akibat kebakaran, kecelakaan lalu lintas, bencana alam. 3) Plan dan Evaluation Section Plan dan Evaluation Section bertugas membuat perencanaan K3, perancangan K3 dan evaluasi terhadap perencanaan K3 dengan harapan dapat memberikan rekomendasi perubahan mengenai beberapa masalah K3 yang terjadi. 3. Sistem Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari K3 adalah untuk melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas, menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan memelihara seta mempergunakan sumber produksi secara aman dan eIisien. Dalam rangka melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya selama melaksanakan pekerjaannya, maka PT. Indocement Tunggal Prakarsa melakukan berbagai upaya, yaitu: a. Penanggulangan Kebakaran Kebakaran di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk terbagi menjadi dua kategori yaitu kebakaran besar dan kebakaran kecil. Kebakaran kecil dapat dipadamkan dengan APAR oleh lini setempat. Sedangkan kebakaran besar disamping pemdamnya memerlukan peralatan pemadam kebakaran yang lebihlengkapa juga merupakan tanggung jawab BPK (Barisan Pemadam Kebakaran). Barisan pemadam kebakaran di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk berjumlah 54 orang, terdiri dari 4 superintendent, 8fire foreman, 40 fire fighter, 1 foreman maintenance dan 1 mechanic. Petugas barisan pemadam kebakaran bekerja dengan shiIt yang terbagi mebjadi 4 shiIt. Masing-masing shiIt terdri dari 16 orang, yaitu 1 sec. cheap, 4 superintendent,2 foreman dan 9 anggota. Unit-unit yang dimiliki oleh barisan pemadam kebakaran adalah: 1) Satu unit mobil komando 2) Satu unit mobil resque 3) Empt unit fire truck 4) Satu unit portable pump 5) Satu unit ambulance Adapun Iasilitas Alat Proteksi Kebakaran yang terdapat di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk adalah: 1) Unit pemadam terdapat dikantor BPK 2) Hidrant terdapat disetiap plant/divisi. 3) APAR terdapat disetiap unit kerja. 4) Alarm system, yang terdiri atas manual push button dan detektor otomatis. b. Penyediaan Alat Pelindung Diri 1) APD PernaIasan Jenis alat pelindung pernaIasan yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Dust mask sebagai masker debu. b) Fume respirator sebagai masker debu dan gas. c) Cartridge sebagai Iilter masker kimia. d) Green masker e) Dust respirator I) Filter dust respirator 2) APD Telinga Jenis alat pelindung telinga yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Ear plug sebagai sumbat telinga. b) Ear muff sebagai tutup telinga. 3) APD Kaki Yaitu safety shoes merk 'Unicorn 922 untuk karyawan, 937 untuk security, 938 untuk fire brigade, serta 'Rubber boot yang berIungsi untuk karyawan yang bekerja berhubungan dengan listrik. 4) APD Mata dan muka Jenis alat pelindung mata dan muka yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Safety glasses sebagai kacamata mekanis. b) Safety goggles sebagai kacamata debu. c) Flip up welder goggle sebagai kacamata las. d) Cup type welder gofggle sebagai kedok las pada tangan. e) Clearvoe type welder goggle face shield sebagai kedok las topeng pelindung muka. 5) APD Tangan Jenis alat pelindung tanagn yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Cotton gloves sebagau sarung tangan. b) Arm cotton glove sebagai pelindung lengan. c) Upper shift leather work glove sebagai sarung tangan mekanis. d) Heat resist welding glove sebagai sarung tangan las khusus welder. e) Rubber glove sebagai sarung tangan elektrik. 6) APD Badan Jenis alat pelindung badan yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Coveral flame resistance sebagai baju tahan panas. b) Welding apron sebagai pelindung dada untuk pengelasan. 7) APD Kepala Jenis alat pelindung kepala yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Safety helmet. b) Heat resist head cover .Pemberian APD disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja untuk masing-masing tenaga kerja berdasarkan fob disk yang dibuat pada saat tenaga kerja diterima untuk bekerja di perusahaan.
O Pelaporan keuangan dan audit Tata kelola perusahaan Manajemen risiko Audit internal Perencanaan usaha Pemantauan batas transaksi dengan pihak-pihak terkait
Manajemen Risiko Indocement mengembangkan kerangka manajemen risiko yang komprehensiI sebagai bagian dari kegiatan usahanya. Langkah-langkah antisipasi dan evaluasi dini untuk menghadapi kemungkinan munculnya suatu potensi risiko merupakan bagian terpenting dari manajemen risiko Indocement. Kategori-kategori risiko yang dipandang penting oleh Indocement adalah risiko strategis, operasional dan keuangan. Indikator serta tolok ukur bagi seluruh komponen yang melekat pada masing-masing kategori risiko terus diidentiIikasi dan dianalisa secara sistematis dan berkala. Komponen risiko yang teridentiIikasi kemudian dipantau terus menerus secara ketat di semua jajaran manajemen. Metode manajemen risiko yang tertata dan menyeluruh ini diharapkan dapat menjaga kesinambungan serta kelanjutan usaha Indocement. Laporan Komite Audit Indocement 2005 Laporan Komite Audit telah disusun sesuai ketentuan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. IX.I.5 tentang Susunan dan Pedoman Komite Audit dan peraturan Bursa EIek Jakarta (KEP-305/BEJ/07-2004) No. IA tentang etentuan Umum Pencatatan EIek BersiIat Ekuitas di Bursa. Selama tahun buku yang berakhir 31 Desember 2005, Komite Audit telah mengadakan lima kali pertemuan dalam rangka melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di bidang: Pelaporan keuangan dan audit Tata kelola perusahaan Manajemen risiko Audit internal Perencanaan usaha Pemantauan batas transaksi dengan pihak-pihak terkait Selain lima kali pertemuan Komite Audit, juga diselenggarakan dua kali pertemuan antara Komite Audit dengan seluruh Komisaris untuk membahas cakupan dan kegiatan Komite Audit. Dalam hal pelaporan keuangan dan audit, Komite Audit ikut terlibat dalam proses seleksi dan penunjukan kantor akuntan publik sebagai auditor eksternal. Dalam hal ini, Komite Audit telah memperhatikan lingkup dan metodologi audit maupun kemandirian, obyektivitas serta kualiIikasi auditor eksternal. Di samping itu, Komite Audit telah menelaah proses eksternal audit, dengan Iokus pada perencanaan audit dan aspek-aspek pelaporan. Komite Audit menyimpulkan bahwa hasil audit dan pelaporan keuangan telah sesuai dengan Prinsip Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia. Di bidang tata kelola perusahaan, Komite Audit memastikan bahwa Perseroan telah melaksanakan praktek tata kelola perusahaan berdasarkan daItar isian penilaian sendiri yang dikembangkan oleh lembaga Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Komite Audit menyimpulkan bahwa tata kelola perusahaan telah dilaksanakan dengan baik bahkan sudah berada di atas standar nasional, namun masih diperlukan beberapa penyempurnaan agar dapat mencapai standar internasional. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan etika kerja Indocement yang baru yang lebih lanjut akan diterapkan pada tahun 2006. Di bidang manajemen risiko, Komite Audit memastikan bahwa Perseroan telah menerapkan sistem manajemen risiko perusahaan yang mengacu pada kerangka manajemen risiko HeidelbergCement Group. Komite Audit juga menyimpulkan bahwa manajemen telah mempertimbangkan seluruh Iactor risiko utama yang dihadapi Indocement, termasuk risiko operasional dan keuangan. Sehubungan dengan audit internal, Komite Audit mengkaji ulang pola pendekatan audit internal yang berbasis risiko, berdasarkan rekomendasi best practices yang dikembangkan oleh Institut Auditor Internal, serta sejalan dengan keterkaitan antara pendekatan audit internal berbasis risiko tersebut dan pendekatan pengelolaan risiko Perseroan secara menyeluruh. Sebagaimana disebut di atas, Komite Audit enilai bahwa lingkup kerja audit internal sudah memadai, dimana Manajemen telah mengevaluasi serta mengurangi Iaktor-Iaktor risiko utama yang dihadapi Perseroan, termasuk dikembangkannya sistem pengawasan melekat yang memadai. Di bidang perencanaan usaha, Komite Audit telah melakukan penelaahan bersama Direksi dan menyimpulkan bahwa Perseroan telah mempertimbangkan berbagai aspek dan tantangan utama, baik Iaktor internal maupun eksternal, dalam pencapaian tujuan-tujuan Perseroan, termasuk tindakan Perseroan memantau program pembiayaan ke arah yang lebih eIisien. Mengacu pada persetujuan pemegang saham independen pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan tanggal 23 Februari 2005, tentang Transaksi Perseroan Dengan Perusahaan TeraIiliasi, Komite Audit melakukan penelaahan atas seluruh transaksi yang terjadi sejak 1 Januari 2005 hingga 31 Desember 2005. Komite Audit menyimpulkan bahwa seluruh transaksi dengan pihak teraIiliasi dilakukan sesuai ketentuan yang digariskan dan nilainya berhasil dijaga jauh di bawah batas yang telah disetujui oleh pemegang saham.
Sumber: http://www.indocement.co.id/en/upload/others/annual -20.pdI diakses pada Selasa, 22 Maret 2011, pukul 09.56 WIB http://gregoriuspeter.wordpress.com/2009/11/07/hasil -observasi-kunjungan-ke-pt-indocement-palimanan- cirebon/. 9:59
SMK3 PT SEMEN TONASA Laporan Kerja Praktek Teknik Industri Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Masalah-masalah internal yang muncul dalam organisasi sebagian merupakan tanda bahwa Iungsi di dalam lembaga tidak dilaksanakan secara sehat. Mengatasi hal ini, salah satu Iungsi yang harus diberdayakan secara konsisten adalah Iungsi pengawasan yang dapat memicu terlaksananya pengendalian resiko manajemen, sistem pengendalian dan penataatan manajemen yang sehat untuk mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup usaha. Dalam pelaksanaan pengendalian dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen audit internal. Pihak manajemen dapat membentuk suatu departemen audit internal yang diberi wewenang untuk melakukan pengawasan dan penilaian terhadap pengendalian intern perusahaan. Struktur pengendalian intern dimaksudkan untuk melindungiharta milik perusahaan, meningkatkan eIisiensi usaha dan mendorong terjadinya kebijaksanaan manajemen yang telah digariskan. Proses audit internal tersebut juga terjadi pada perusahaan semen terbesar di Kawasan Timur Indonesia, PT Semen Tonasa. Proses audit internal, khususnya audit internal sistem manajemen perusahaan PT Semen Tonasa diharapkan dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan eIisiensi sesuai dengan kebijakan sistem manajemen perusahaan yang terintegrasi (Integrated Management System.) Uraian singkat di atas menjadi dasar dari penulis untu mengkaji lebih jauh mengenai Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Integrated Management System pada PT Semen Tonasa. Sistem Manajemen Semen Tonasa Dalam upaya mewujudkan visi dan misi, sistem manajemen perusahaan yang terintegrasi dan terpadu menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3/OHSAS) yang disebut sebagai Sistem Manajemen Semen Tonasa. Sistem Manajemen Mutu Lebih dari satu dekade, perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Mutu baru ISO 9001:2008. Jaminan mutu dan kepuasan konsumen merupakan komitmen manajemen dalam menghadapi persaingan yang ketat dengan produsen semen lainnya. Pemenuhan komitmen tersebut terwujud dalam up aya pemenuhan kualitas produk sesuai permintaan konsumen dan penyerahan produk yang tepat waktu dengan harga yang bersaing. Upaya tersebut diwujudkan dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang selanjutnya di upgrade menjadi ISO 9001:2008. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perseroan menyadari bahwa tenaga kerja merupakan bagian dari stakeholders yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dalam suatu perusahaan. Megingat pentingnya tenaga kerja dalam kelangsungan usaha, maka kondisi kes elamatan karyawan harus dijamin. Hal ini sudah menjadi komitmen Manajemen Perseroan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, sejahterah bebas dari kecelakaan dan pencemaran lingkungan serta penyakit akibat kerja. Untuk mewujudkan komitmen terse but, sejak tahun 2000 Perseroan telah menetapkan bagian dari penerapan sistem manajemen keselamatan kerja. Penerapan sistem manajemen ini diwujudkan melalui pemberian sertiIikat audit dari Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesi dengan predikat tertinggi Bendera Emas sejak Januari 2004. Sistem Manajeman Lingkungan Perlindungan lingkungan merupakan kebijakan manajemen dalam upaya menjamin pembangunan yang berlanjutan. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara terus menerus dilaksanakan oleh Perseroan bekerjasama dengan institusi luar yang terkait. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan telah dimulai sejak berdirinya Pabrik Perseroan dan senantiasa dikembangkan dan disempurnakan. Salah satu upaya pengelolaan lingkungan adalah dilakukannya up date penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dari versi 2004 dan dinyatakan sesuai oleh Badan SertIikasi Internasional. Komitmen manajemen Lingkungan adalah Menjadi produsen yang ramah lingkungan yang diwujudkan melalui pemenuhan persyaratan peraturan yang berlaku; meminasi dampak negatiI dari produsen dan produk yang dihasilkan; pelaksanaan program eIisinsi pemakaian sum ber daya alam dan melaksanakan kehiatan konservasi lahan bekas tambang; serta membina hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah. Keberhasilan ini dibuktikan dengan diperolehnya penghargaa dari pemerintah pada program n PROPER dengan predikat baik BIRU. 2.3 Tanggung Jawab Sosial (CSR) Sebagai koperasi yang beroperasi dan berkembang di engah masyarakat, t Perseroan turut bertanggungjawab dalam upaya memajukan usaha masyarakat sekitar terutama bagi yang belum cukup modal dan kea hlian. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah memberikan pelatihan teknis dan bantuan kemitraan bagi koperasi dan pengusaha kecil agar mereka dapat menjalankan usahanya secara lebih baik dan proIesional. Hingga tahun 2005, Perseroan telah menjadi mitra se itar k 2.975 usaha kecil dan 315 koperasi di Sulawesi Selatan. Kepedulian sosial diwujudkan melalui pemberian beasiswa kepada anak didik SD, SMP, SMU dan mahasiswa yang berprestasi dari keluarga yang kurang mampu, palatihan untuk peningkatan keterampilan at u kualitas SDM, perbaikan a sarana umum berupa sarana pendidikan, pembangunan rumah ibadah, dan sarana sosial lainnya, pengobatan massal secara periodik, bantuan kepada masyarakat yang tertimpa bancana alam, dan lain-lain. Perseroan juga melakukan kegiatan donor darah dari karyawan, pemberian hewan kurban kepada kaum dhuaIa. Dengan upaya-upaya ini, perseroan berkeinginan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memilikin rasa tanggung jawab sosial dan kepedulian yang tinggi. Program Kemitraan Program kemitraan telah dilaksanakan sejak tahun 1287, dengan menyalurkan dana hasil penyertaan pemerintah berupa pinjaman modal/investasi kepada pengusaha kecil dan koperasi di wilayah kabupaten Pangkep dan sekitarnya di wilayah Sulawesi Selatan.Melalui program kemitraan, perseroan memberikan bantuan kredit lunak kepada pengusaha kecil dan koperasi sebagai modal usaha dan investasi serta bantuan hibah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan manajerial dan promosi pemasaran/pameran perusahaan. Dengan program kemitraan ini diharapkan pengusaha kecil dan koperasi dapat hidup secara mandiri dan tangguh. Sampai dengan tahun 2007 telah dikucurkan dana pinjaman mitra binaan sebesar Rp. 24,7 milyar, hibah sebesar Rp. 2,8 milyar dan penyertaan Rp. 1,6 milyar kepada 3.961 mitra binaan. Program Bina Lingkungan Program Bina Lingkungan juga dilakukan dengan tujuan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di sekitar pabrik (kabupaten Pangkep dan di luar kabupaten pangkep) terutama yang bersentuhan langsung dengan dam pak lingkungan Iisik yang timbul dari operasional perseroan. Obyek bantuan bina lingkungan meliputi pengingkatan kualitas kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana masyarakat seperti jalan, sarana ibadah serta bantuan pompa air untuk pengairan sawah disekitar pabrik serta kegiatan melelestarikan lingkungan. Selama tahun 2007 perseroan mengeluarkan Rp. 1,1 milyar untuk berbagai program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat yang antara lain meliputi bantuan dana untuk : y y y y y y Korban musibah bencana alam (4,8) Peningkatan pendidikan dan pelatihan (27,7 Pelayanan Kesehatan (25,4) Pengembangan sarana dan prasarana (12,4 Sarana ibadah (23,1) Pelestarian lingkungan (6,6) 2.4 Produk Produk yang dihasilkan PT. Semen Tonasa antara lain: 1. Semen Portland Type 1 a. Semen Portland jenis I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker semen dan gypsum. Semen Portland Jenis I produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150-2004 tipe I. b. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus) seperti: bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/ saluran i igasi, elemen bangunan seperti genteng, r hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain -lain. (Gambar : semen Portland Type 1) 2. Semen Portland Komposit a. Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi persyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukkan untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya. b. Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk Semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. (Gambar : Semen Portland Komposit) 3. Semen Portland Pozzolan Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan Pozzoland halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan Pozoland bersama -sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dan Pozzoland atau gabungan antara meng-giling dan men-campur, dimana kadar pozzoland 15 - 40 massa Semen Portland Pozzolan. Semen Potland Pozzolan produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-0302-2004 type IP-U. Kegunaan: bangunan bertingkat (2 lantai), konstruksi -3 beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan ben -dungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulIat yang agresiI, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air. 2.5 Visi, Misi, dan Sasaran Perusahaan 1. Visi PT. Semen Tonasa Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia dengan tingkat eIisiensi tinggi. 2. Misi PT. Semen Tonasa a. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholder. b. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengankualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu. c. Senantiasa berupaya melakukan improvement di segala bidang guna meningkatkan daya saing di pasar dan EBITDA MARGIN perusahaan. d. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi karyawan untuk bekerja secara proIessional. 3. Sasaran Perusahaan Untuk mencapai misi tersebut, maka perusahaan mengadakan analisa dan menetapan sasaran-sasaran antara lain: 1. Sasaran Jangka Pendek a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia serta kondisi teknis dan keuangan perusahaan. b. Stabilitas pasokan harga semen dalam menjung pembangunan pada unit pemasaran, produksi serta peningkatan pelayanan kepada konsumen. c. Berpartisipasi dalam program eksport non migas dengan mengeksport hasil produksi semen pada setiap konsumen luar negeri. d. Membantu pengembangan usaha keterkaitan dalam rangka peningkatan penggunaan hasil produksi dalam negeri dalam negeri untuk pertumbuhan sektor industri hulu dan hilir khususnya industri kecil, golongan ekonomi lemah dn pertumbuhan ekonomi lainnya. 2. Sasaran Jangka Panjang a. Peningkatan secara terus-menerus kemampuan Sumber Daya Manusia, kemampuan teknik dan keuangan perusahaan. b. Peningkatan kapasitas produksi secara ekonomis untuk mengikuti perkembangan kebutuhan semen khususnya di wilayah pemasaran baik dalam maupun luar negeri. c. Peningkatan usaha keterkaitan yang lebih luas untuk pengembangan industri dan ekonomi lainnya. Sistem Manajemen DeIinisi Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda -beda mengenai pengertian sistem. Ada yang berpendapat bahwa sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berIungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan (L. James Havery). Selain itu ada pula yang berpendapat sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari Iungsi-Iungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara eIektiI dan eIesien (John Mc Manama). Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan (W. Churchman). C Ada juga pendapat yang serupa yang mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan (J.C. Hinggins). Ada juga yang mendeIinisikannya sebagai suatu seri atau rangkaian bagianbagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan Edgar F Huse dan ( James L. Bowdict). Sementara itu, Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, walaupun pada dasarnya mempunyai makna yang sama.Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa manajemen adalah sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain. Pendapat ini berkembang berdasar kenyataan bahwa pemimpin mencapai tujuan oraganisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa harus melakukan pekerjaan sendiri. Manajemen merupakan praktik spesiIi yang mengubah k sekumpulan orang menjadi kelompok yang eIektiI, berorientasi pada tujuan dan produktiI. Pendapat lain berpandangan bahwa manajemen merupakan suatu proses menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui Iungsi planning dan decision making, organizing, leading dan controlling. Manajemen juga dikatakan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas ( Stoner dan Foreman, 1992 ). Terdapat pula pendapat yang menyatakan manajemen sebagai su proses atu untuk membuat aktivitas terselesaikan se cara eIektiI dan eIisien dengan melalui orang lain. EIisiensi menunjukkan hubungan antara input dan output dengan mencari biaya sumber daya minimum, sedangkan eIektiI menunjukkan makna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Robbins dan Coultar, 1996). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen adalah satu kesatuan yang saling berhubungan dalam organisasi yang digunakan dalam mencapai tujuan organisasi secara eIektiI dan eIisien. 3.1.2 Macam-Macam Sistem Manajemen Dalam dunia industri, ada beberapa sistem manajemen yang sering digunakan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu sistem manajemen lingkungan, sistem manajemen mutu, sistem manajemen keselamatan kerja, dll 1. Sistem Manajemen Mutu Untuk memimpin dan mengoperasikan organisasi dengan berhasil, perlu mengarahkan dan mengendalikann ya secara sistematis dan transparan. Keberhasilan organisasi dapat dicapai melalui penerapan sistem manajemen yang didesain untuk selalu memperbaiki kinerja dan menanggapi kebutuhan pelanggan/semua stakeholder. Berkaitan dengan hal di atas, delapan prinsip manajemen mutu dapat dipakai oleh pimpinan puncak untuk memimpin organisasi ke arah perbaikan kinerja yaitu : a. Fokus pada pelanggan: Organisasi bergantung pada pelanggannya, karenanya harus memahami kebutuhan kini dan mendatang dari pelanggannya, memenuhi dan berusaha melebihi harapan pelanggan. b. Kepemimpinan : Pemimpin menetapkan kesatujuan tujuan dan arah organisasi. Mereka hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal tempat orang dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam pencapaian sasaran organisasi. c. Pelibatan orang: Orang pada semua tingkatan adalah inti sebuah organisasi dan pelibatan penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manIaat organisasi. d. Pendekatan proses : Hasil yang dikehendaki tercapai lebih eIisien bila kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai suatu proses. e. Pendekatan sistem pada manajemen: MengidentiIikasi, memahami dan mengelola prose yang saling terkait sebagai sistem memberi sumbangan untuk keeIektiIan dan eIisiensi organisasi dalam mencapai sasaannya. I. Perbaikan berkesinambungan : Perbaikan berkesinambungan organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan sasaran tetap dari organisasi. g. Pendekatan Iakta pada pengambilan keputusan Keputusan yang eIektiI : didasarkan pada analisis data dan inIormasi. h. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok Sebuah organisasi dan : pemasoknya saling bergantung dan suatu hubungan yang saling menguntungkan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan nilai. Sistem manajemen mutu seri ISO 9001 yang ditawarkan oleh International Organization Ior Standardization (ISO) dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dan keputusan strategis oleh dunia usaha untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasinya secara sistematis dan transparan. Penerapan Model Sistem Manajemen Mutu versi 2008 dengan prinsip-prinsip manajemen mutunya dapat mendorong dunia usaha untuk selalu melakukan Continual Improvement secara dinamis sehingga lebih dapat menjawab perkembangan dan perubahan yang begitu cepat. New QMS Model Ior Sustainable Growth memacu organisasi untuk memberikan produk/jasa, output organisasi atau sumber keuntungan yang lebih baik dari pesaingnya dalam penyediaan produk/jasa., mendengarkan suara pelanggan dan memahami perubahan lingkung bisnis, perubahan nilai dan sosial. an Organisasi diminta untuk melakukan selI-awareness atas kompetenesi inti, kemampuan kompetitiI organisasi dan mutu organisasi. Selain itu Sumber daya , manusia merupakan suatu aset sumber daya organisasi. Dengan demikian, penerapan sistem manajemen mutu ini dapat mendukung dunia usaha untuk bertahan dalam lingkungan bisnis dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan organisasi yang berdaya saing. 2. Sistem Manajemen Lingkungan Sistem manajemen Lingkungan menururt ISO 14001 dideIinisikan sebagai bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang termasuk di dalamnya struktur organisasi, aktivitas perencanaan, pertanggungjawababn, pelaksanaan (practice), prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, implementasi, pencapaian, reviewing, serta mempertahankan penetapan kebijakan lingkungan. Keperluan (requirement) dalam SML (menurut ISO 14001) termasuk diantaranya adanya kebijakan lingkungan (environmental policy), perencanaan, implementasi serta operasional, pengecekan (checking) serta tindakan perbaikan (corective action), serta management review dalam pencapaian perbaikan berkelanjutan (continual improvement). Mr Morrison (1999) menyatakan dalam sistem Manajemen Lingkungan Environmental Management System (EMS,) 80 mengatur/menata permasalahan aspek non-regulated environmental seperti energi dan konsumsi bahan baku raw material consumption, green house gas emissions, sampah padat solid waste, dan titik sumber polusi non-point sources oI pollution, 20 sisanya adalah aspek peraturan atau kebijakan. Beberapa kendala yang umumnya dijumpai setiap perusahaan dalam implementasi sistem manajemen lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Sasaran lingkungan tidak/belum dimengerti oleh setiap orang di perusahaan 2. Kebijakkan lingkungan tidak seiring-sejalan dengan tujuan bisnis perusahaan 3. Kegiatan peningkatan mutu lingkungan hanya melibatkan sebagian kecil karyawan 4. Manajemen lingkungan tidak diidentiIikasi/tidak diberikan secara m emadai 5. Terbatas Sumber Daya-Dana 6. Kurangnya kepentingan dan dukungan yang konsisten dari manajemen 7. Jadwal Peningkatan Mutu Lingkungan tidak te dan lemahnya penguasaan pat metodologi. 3. Sistem Manajemen K3 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia masih jauh dibandingkan sistem manajemen lainnya, seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan. Banyak perusahaan yang masih mengabaikan sistem ini, di samping itu pengetahuan dan kepedulian masyarakat pada umumnya dan kalangan industri pada khususnya masih rendah tentang pentingnya penerapan Sistem Manajemen K3, walau ketentuan dan persyaratannya sebenarnya telah ditetapkan beberapa tahun lalu. Penerapan peraturan perundang-undangan dan pengawasan serta perlindungan para pekerja sangat memerlukan sistem manajemen industri yang baik dengan menerapkan K3 secara optimal. Sebab, Iaktor kesehatan dan keselamatan kerja sangat mempengaruhi terbentuknya SDM yang terampil, proI esional dan berkualitas dari tenaga kerja itu sendiri. K3 tam sebagai upaya pencegahan pil dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan -kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi eIisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kerja dan penglipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah penerapan peraturan/stadar K3 secara terpadu dalam sistem manajemen perusahaan. Prinsip-prinsip penerapan SMK3 mengacu kepada 5 prinsip dasar SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAB III ayat (1) yaitu : 1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen K3. 2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara eIektiI dengan mengembangkan kemampuan dan mekanism pendukung yang e diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, serta sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. 5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Langkah- langkah dalam mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Peraturan perundang-undangan dan standar Sebelum implementasi harus diidentiIikasi semua peraturan perundang-undangan dan standar K3 yang berlaku dalam perusahaan yang bersangkutan. Sebaiknya dibentuk tim untuk mendokumentasika n peraturan perundang-undangan dan standar dibidang K3. Dari hasil identiIikasi ini kemudian disusun Peraturan K3 perusahaan dan Pedoman pelaksanaan K3. Praktek pada banyak perusahaan, peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dicetak dalam bentuk buku sak yang selalu dibawa u oleh tenaga kerja, agar setiap pekerja memahami peraturan tersebut harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja 2. Menetapkan kebijakan K3 Perusahaan Pernyataan mengenai komitmen dari organisasi untuk melaksanakan K3 yang menegaskan keterikatan perusahaan terhadap pelaksanaan K3 dengan melaksanakan semua ketentuan K3 yang berlaku sesuai dengan operasi perusahaan, melindungi keselamatan dan kesehatan semua pekerja termasuk kontraktor dan stakeholder lainnya seperti pelanggan dan pemasok. 3. Mengorganisasikan Kebijakan K3 Merupakan langkah dimana seorang top manajemen melaksanakan kebijakan K3 dengan eIektiI dengan peran serta semua tingkatan manajemen dan pekerja. 4. Merencanakan SMK 3 Perusahaan harus membuat perencanaan yang eIektiI guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. 5. Penerapan SMK 3 Perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualiIikasi, sarana yang memadai sesuai sistem Manajemen K3 yang diterapkan dengan membuat prosedur yang dapat memantau manIaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. 6. Measurement Mengukur dan memantau hasil pelaksanaan, dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Ada dua macam ukuran yang dapat digunakan yaitu ukuran yang bersiIat reaktiI yang didasarkan pada kejadian kecelakaan dan ukuran yang bersiIat proaktiI, karena didasarkan kepada upaya dari keseluruhan sistem. 7. Audit Dengan melaksanakan audit K3, manajemen dapat memeriksa sejauh mana organisasi telah melaksanakan komitmen yang telah disepakati bersama, mendeteksi berbagai kelemahan yang masih ada, yang mungkin terletak pada perumusan komitmen dan kebijakan K3, atau pada pengorganisasian, atau pada perencanaan dan pelaksanaannya. 3.2 Sistem Manajemen Terintegrasi ( Integrated Management System ) 3.2.1 DeIinisi Integrated management System adalah sistem manajemen yang mengakomodir keseluruhan proses secara simultan dengan memasukkan semua aspek mutu, lingkungan, dan K3 dengan prosedur dan proses yang sama. Integrated Management System merupakan kombinasi dari proses, prosedur dan penerapannya yang digunakan oleh organisasi untuk menerapkan kebijakan organisasi yang diharapkan lebih eIisien untuk mencapai tujuan organisasi. Integrasi sistem manajemen yang pada umumnya ditemukan adalah kombinasi antara Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001), Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001, Sistem Manajemen K3 ( SMK3/OHSAS 18001). Perusahaan yang menjalankan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001), Sistem Manajemen lingkungan (ISO 14001), dan Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (SMK3/OHSAS) secara sendiri atau terpisah artinya perusahaan ini menganut sistem manajemen yang belum terintegrasi. Namun, karena dorongan internal berupa keinginan perusahaan untuk melakukan improvement terhadap pengendalian dan dokumentasi, arah dan misi perusahaan yang lebih jelas, eIisiensi dan produktivitas yang lebih baik, keselamatan dan kesehatan kerja pegawai yang terjamin bahkan budaya kerja yang lebih baik, maka perusahaan akan menerapkan sistem manajemen yang terintegrasi. Selain itu, penyebab lainnya karena sistem manajem yang terpisah dianggap kurang eIektiI en dan eIisien apalagi dengan sistem manajemen, penanggungjawab, tim pelaksana dan MR yang terpisah. ManIaat internal yang diperoleh oleh perusahaan adalah peningkatan eIisiensi dan sinergi bila dibandingkan dengan jik dijalankan secara terpisah. Jadi, a Integrated Management System bukan menjalankan ketiga sistem tersebut secara bersama-sama dengan prosedur berbeda, penanggung jawab yang berbeda serta dalam kerangka kerja yang berbeda. Integarasi sistem manajemen yang baik tidak menggunakan salah satu sistem manajemen yang ada sebagai dasar, tetapi berdasarkan proses bisnis yang ada, kemudian ketiga sistem tersebut dimasukkan sebagai bagian dari proses bisnis tersebut. Penerapan Integrated Management System tentunya haru berasal dari s Keputusan Strategis Manajemen. Dengan demikian top manajemen yang harus menjadi penggerak yang mengendalikan sistem sehinnga seluruh elemen perusahaan ikut melibatkan diri dalam penerapan dan peningkatan sistem yang dijalankan. Sistem manajemen terintegrasi umumnya mengacu pada Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action). 3.2.2 Struktur Tipikal Integrated Management System 1 Manual Mutu 1 Manual Lingkungan 1 Manual Kebijakan K3 Level 1 1 Manual Manajemen Terintegrasi 30 Prosedur Mutu 15 Prosedur Lingkungan 15 Prosedur K3 Level 2 15-20 Prosedur Manajemen Terintegrasi - Instruksi Kerja - Formulir Isian Level 3 - Instruksi Kerja - Formulir Isian Tanpa Duplikasi Source : Manual Book SMST Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat adanya penyempurnaan dari sistem manajemen yang terpisah. Dengan penerapan sistem manajemen yang terintegrasi dapat membuat proses pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan berjalan dengan eIektiI. Bagan di atas menjelaskan kondisi pengendalian dokumen suatu perusahaan sebelum dan sesudah menerapkan Integrated Management System. Sistem Manajemen Terpisah Sistem Manajemen Terintegrasi mutu, lingkungan, dan Manual Mutu, Manual Lingkungan, dan Manual Manual Kebijakan K3 dengan dokumen kebijakan K3 terintegrasi dalam satu yang terpisah. dokumen. Prosedur kerja sangat banyak karena Prosedur kerja menjadi lebih sedikit. prosedur kebijakan mutu, K3 lingkungan, memiliki dan Prosedur mutu K3 lingkungan, berada dalam dan satu prosedur kebijakan masing-masing. prosedur kerja. Adanya penduplikasian instruksi kerja Tidak adanya duplikasi dan Iormulir isian 3.2.2 ManIaat Secara umum, manIaat Integrated Management System dapat digambarkan berdasarkan 4 elemen : Dokumentasi - Dokumentasi lebih sedikit - Dapat dikurangi - Dapat lebih akrab bagi pengguna - Fokus pda bagian kritis baik - Mencegah perulangan masalah yang sama - Review ( input, output, proses) - Penggunaan data pada target perbaikan - Fokus pada perbaikan terus menerus Pengerjaan - Taggung jawab semua orang - Memberikan kejelasan pemilik proses - Meningkatkan pengetahuan pada sistem - Memperbaiki pengguna sistem - Mengerti interaksi sistem Source :Integrated Management System- SUCOFINDO EIisiensi - Pengkajian resiko terintegrasi - Merampingkan program audit - Memelihara sistem - Penggunaan sumber daya EIektiIitas - Investigasi akar penyebab lebih 3.3 Audit Internal 3.3.1 DeIinisi Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang Iungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantusemua anggota manajemen dalam mengelola secara eIektiI pertanggungjawabannya dengan cara menyediakan analisis, penilaian, dan komentarkomentar yang berhubungan dengan kegiatan -kegiatan yang ditelaah. Ikatan Auditor Internal (Institute oI Internal Auditors IIA) dikutip oleh Messier (2005:514), mendeIinisikan audit internal sebagai berikut : Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan objektiI, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit intern ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan eIektiIitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Dari deIinisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai eIisiensi dan eIektivitas kegiatan usaha dan juga pengendalian internal yang telah dijalankan. Selanjutnya Agoes (2004:221) memberikan pendapatnya tentang audit internal sebagai berikut : Internal audit (pemerikasaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan proIesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi, dll. Ketentuan dari ikatan proIesi misalnya standar akuntansi keuangan. Di dalam perusahaan, audit internal yang merupakan Iungsi staI, tidak memiliki wewenang untuk langsung memberi perintah kepada pegawai, juga tidak dibenarkan untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam perusahaan yan g siIatnya diluar kegiatan pemeriksaan. 3.3.2 Audit Internal yang EIektiI Untuk meningkatkan eIisiensi dan eIektiIitas dari kegiatan usaha suatu perusahaan, adanya suatu departemen audit internal yang eIektiI sangat diperlukan. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat memiliki departemen audit internal yang eIektiI dalam membantu manajemen dengan memberikan analisa, penilaian, dan saran mengenai kegiatan yang diperiksanya.Sawyers (2005:52) : 1. Departemen audit internal harus mempunyai kedudukan independen dalam organisasi perusahaan, yaitu tidak terlibat dalam kegiatan operasional yang diperiksanya 2. Departemen audit internal harus mempunyai uraian tugas tertulis yang jelas sehingga dapat mengetahui tugas, wewenang, dan ta nggung jawabnya. Departemen audit internal harus pula memiliki internal audit manual yang berguna untuk : a. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas b. Menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan perIormance c. Memberi keyakinan bahwa hasil akhir departemen audit internal telah sesuai dengan requirement kepala audit internal 3. Departemen audit internal harus memiliki dukungan yang kuat dari top management. Dukungan yang kuat dari top management tersebut dapat berupa : a. Penempatan departemen audit internal dalam posisi yang independen b. Penempatan staI audit dengan gaji yang rationable c. Penyediaan waktu yang cukup dari top management untuk membaca, mendengarkan dan mempelajari laporan - laporan yang dibuat oleh departemen audit internal dan tanggapan y ang cepat dan tegas terhadap saran- saran yang diajukan. 4. Departemen audit internal harus memiliki sumber daya yang proIesioanl, berkemampuan, dapat bersikap objektiI dan mempunyai integritas dan loyalitas yang tinggi 5. Departemen audit internal harus bersiIat koperatiI dengan akuntan publik 6. Harus diadakannya rotasi dan kewajiban mengambil cuti bagi pegawai departemen audit internal 7. Pemberian sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan kecurangan dan memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi 8. Menetapkan kebijakan yang tegas mengenai pemberian -pemberian dari luar 9. Mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan Iungsi dan tugasnya sebagai auditor internal. 3.3.3 Tujuan Audit Internal Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Satuan kerja atau Iungsi pengawasan internal bertugas membantu direksi dalam mem astikan pencapaian tujuan dan keberlangsungan usaha dengan: 1. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan 2. Memberikan saran dalam upaya memperbaiki eIektiIitas proses pengendalian resiko 3. Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peratura perusahaan n 4. MemIasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara eIektiI. Untuk mencapai tujuan ini, staI audit internal diharapkan dapat dengan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan inIormasi tentang kegiatan yang ditelaah. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem pengendalian mahal. b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan pros edur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen internal dan pengendalian operasional lainnya, serta mengembangkan pengendalian yang eIektiI dengan biaya yang tidak terlalu c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan mbangkan dalam organisasi d. Memastikan bahwa pengolahan data yang dike dapat dipercaya e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen I. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan eIisiensi dan eIektiIitas 3.3.4 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal Fungsi audit internal merupakan kegiatan yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalkam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan kegiatan -kegiatan berikut : a. Pemeriksaan dan penilaian terhadap eIektiIitas struktur pengendalian internal dan mendorong penggunaan struktur pengendalian internal yang eIektiI dengan biaya yang minimum b. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi c. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan d. Menentukan keandalan inIormasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dalam perusahaan e. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan -kegiatan perusahaan Audit internal yang modern tidak lagi terbatas Iungsinya dalam bidang pemeriksaan keuangan tetapi sudah meluas kebidang lainnya seperti audit manajemen, audit lingkungan hidup, audit kepatuhan dan sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan produksi suatu organisasi. Fungsi audit internal manjadi semakin penting sejalan dengan semakin kompleksnya operasional perusahaan. Manajemen tidak mungkin dapat mengawasi seluruh kegiatan operasioanl perusahaan, karena itu manajemen sangat terbantu oleh Iungsi audit internal untuk menjaga eIisiensi dan eIektiIitas kegiatan. Menurut Guy (2002:410), ruang lingkup audit internal pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta eIektiIitas sistem pengendalian internal organisasi kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan. Berikut ini adalah ruang lingkup audit internal yang meliputi tugas -tugasnya: a. Menelaah reliabilitas dan integritas inIormasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentiIikasi, mengukur, mengkariIikasi l serta melaporkan inIormasi semacam itu b. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signiIikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisasi telah mematuhinya c. Menelaah perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memveriIikasi keberadaan aktiva tersebut d. Menilai keekonomisan dan eIisiensi sumber daya yang dipergunakan e. Menelaah inIormasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya k onsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Ruang lingkup penugasan Iungsi audit internal yang terdapat dalam Standard ProIesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorium Organisasi ProIesi Audit Internal (2004:20) yaitu Iungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian, dan governance, dengan pendekatan yang sistematis teratur dan , menyeluruh. Maksud dari pernyataan tersebut adalah audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentiIikasi dan mengevaluasi resiko signiIikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko dan sistem pengendalian intern. Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut, Iungsi audit internal mengevaluasi kecukupan dan eIektiIitas sistem pengendalian internal, yang mencakup governance, kegiatan operasi, dan sistem inIormasi organisasi. 3.3.5 Kedudukan dan Peran Audit Internal Hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan agar dapat memiliki departemen audit internal yang eIektiI adalah departemen audit internal tersebut harus memiliki kedudukan audit internal yang independen dalam organisasi perusahaan. Independensi audit internal antara lain tergantung pada : 1. Kedudukan departemen audit internal tersebut dalam organisasi perusahaan, maksudnya kepada siapa departemen tersebut bertanggung jawab 2. Apakah departemen audit internal dilibatkan dalam kegiatan operasional. Jika ingin independen, departemen audit internal tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasioanl perusahaan. Misalnya tidak boleh ikut serta dalam kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akunta nsi, proses pencatatan transaksi, dan penyusunan laporan keuan gan perusahaan. Kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan akan menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Kedudukan ataupun status departemen audit internal dalam suatu perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi, status organisasi dari departemen audit internal harus ditegaskan untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab audit. Departemen audit internal akan eIektiI seperti yang diinginkan manajemen, jika departemen audit internal tersebut bebas dari aktiIitas -aktiIitas yang diauditnya. Hal ini akan tercapai jika departemen audit internal mempunyai kedudukan yang memungkinkan bagu snya untuk mengembangkan sikap independensi terhadap bagian-bagian yang harus diperiksa. Untuk mencapai keadaan tersebut, maka departemen audit internal harus memperoleh dukungan dari pihak manajemen dan dewan komisaris. Terdapat tiga alternatiI kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan, yaitu : 1. Departemen audit internal berada di bawah Direktur Keuangan 2. Departemen audit internal berada di bawah Direktur Utama 3. Departemen audit internal merupakan staI dari dewan komisaris Kedudukan seorang auditor juga tidak memiliki wewenang langsung terhadap tingkatan manajemen dalan organisasi perusahaan, kecuali pihak yang memang berada di bawahnya dalam departemen audit internal itu sendiri. Sebagai penilai independen tentang kecukupan pengendalian perusahaan, departemen audit internal hanya menempatkan dir sebagai narasumber dalam i pembuatan konsep pengendalian perusahaan. Pihak yang bertanggung jawab penuh dalam perancangan dan implementasi pengendalian adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian, penilaian departemen audit internal terhadap pengendaliantetap independen dan objektiI, tanpa terlibat langsung dalam perencanaan pengendalian. Dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchlog, konsultan dan katalis 1. Watchlog Watchlog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung, cek dan ricek. Ada un p tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah audit kepatuh an. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentiIikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian internal. Oleh karena siIat pekerjaannya, peran watchlog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek. 2. Konsultan Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai watchlog, auditor internal dapat memberikan manIaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang proIesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah. 3. Katalis Katalis adalah zat yang berIungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstriktiI dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan. 3.3.6 Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal Wewenang dan tanggung jawab auditor internal dalam perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur organisasi. Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut harus memberikan akses penuh kepada auditor internal tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi. Tanggung jawab auditor internal adalah : 1. Memberikan inIormasi dan nasehat kepada manajemen dan menjalankan tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik auditor internal. 2. Mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan sasaran perusahaan Pada umumnya, auditor internal lebih berIungsi sebagai staI. Oleh karena itu, auditor internal tidak dapat memerintahkan secara langsung untuk menjalankan tindakan perbaikan karena hal tersebut bukanlah wewenang. Auditor internal hanya berkewajiban menyampaikan hasil pemeriksaan dan penilaiannya kepada manajemen. Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara langsung pada proses pencatatandan penyajian data keuangan serta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas o perasional yang dapat mempengaruhii jika dilakukan pemeriksaan. Auditor internal harus bebas membahas dan menilai kebijakan, rencana dan prosedur tetapi tidak berarti dapat mengambil alih tanggung jawab bagian lain yang ditugaskan. Kedudukan departemen audit internal menggambarkan bagian-bagian mana saja yang dapat menjadi objek pemeriksaannya atau dengan kata lain menunjukkan sampai dimana wewenang auditor internal. 3.3.7 Kode Etik Selain standar, proIesi internal auditing juga memiliki kode etik proIesi yang harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor. Kode etik memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik auditor internal. Konsorsium Organisasi ProIesi Auditor Internal (2004) telah menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri dari : 1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektiIitas, dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab proIesinya. 2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum. 3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan proIesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya. 4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan -kegiatan yang dapat menimbulkan konIlik dengan kepentingan organisasinyaatau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab proIesinya secara obyektiI. 5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan proIesionalnya. 6. Hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi proIesional yang dimilikinya. 7. Harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar ProIesi Audit Internal 8. Harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan inIormasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan inIormasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) sengaja melanggar hukum, (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya. 9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua Iakta-Iakta penting yang diketahuionya, yaitu Iakta-Iakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum. 10. Harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta eIektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan proIesional berkelanjutan. 3.3.8 Laporan Audit Internal Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja kepada manajemen, yaitu sebagai media inIormasi untuk menilai sejauh mana tugas-tugas yang dibebankan dapat dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan audit internal menurut Boynton (2003:494) adalah : 1. Suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai 2. Auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang Iinal 3. Laporan haruslah objektiI, jelas, ringkas, konstruktiI, dan tepat waktu 4. Laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil audit juga pendapat auditor 5. Laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektiI yang memuaskan 6. Pandangan auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan audit 7. Direktur audit internal atau designee harus me -review dan menyetujui laporan audit Iinal sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada s iapa laporan itu akan dibagikan Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan, yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pimpinan perusahaan. Tujuan laporan audit internal adalah sebagai berikut : 1. Laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan 2. Menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan 3. Sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki unsur-unsur objektiI, clear (jelas), ringkas, konstruktiI dan tepat waktu. 1. ObjektiI Laporan yang disusun harus mengungkapkan Iakta dengan teliti berdasakan r data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan dengan jelas tentang pokok pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat diyakini kebenarannya. 2. Clear (Jelas) Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan jela dan lengkap s agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang menggunakannya. 3. Ringkas Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanakan operasional, pengendalian dan hasil kerja. Laporan tersebut harusterhindar dari hal-hal yang tidak relevan, material seperti gagasan, temuan, kalimat dan sebagainya yang tidak menunjang tema pokok laporan, namun tetap menjaga kualitas inIormasi yang disampaikan melalui laporan tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya. 4. KonstruktiI Laporan yang bersiIat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengupayakan peningkatan operasi. 5. Tepat waktu Laporan audit hanya dapat bermanIaat dengan mak simal bila laporan tersebut disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu menyajikan laporan dengan tepat waktu. Sebelum disampaikan pada pengguna laporan, peninjauan kembali atas laporan (review) perlu dilakukan. Review adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan audit internal. Hal ini bertujuan untuk lebih memastikan kebenaran dan kelengkapannya. Laporan audit akan eIektiI bila terdapat pelaksanaan tindak lanjut agar proses audit yang berjalan benar-benar memberikan manIaat bagi perusahaan . Untuk itu, departemen audit internal bertugas untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut, menganalisis kecukupan tindak lanjut disertai identiIikasi hambatan pelaksanaanya dan memberikan laporan atas tindak lanjut tersebut. 3.4 Kaitan Audit Internal dengan Integrated Management System Salah satu maksud implementasi Integrated Management System sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Lembaga SertiIikasi Internasional yaitu untuk mengeIektiIkan dan mengeIisiensikan seluruh kebijakan perusahaan secara terpa u d dalam pencapaian tujuan perusahaan . Salah satu elemen yang cukup signiIikan dalam proses implementasi Integrated Management System adalah Iungsi pengawasan internal yang baik yang dilakukan oleh auditor internal. Dengan demikian eksistensi audit interna itu sendiri merupakan salah l satu wujud implementasi dari Integrated management System. Selain itu, audit internal berperan sangat strategis dalam membantu manajemen dal m upaya mewujudkan a Integrated Management System ke dalam praktek-praktek bisnis manajemen. Kelebihan proses audit internal yang dijalankan berdasarkan implementasi Intergrated Management System adalah sebagai berikut : 1. Proses audit dilakukan oleh tim auditor yang kompeten, independent dan teregistrasi sebagai lead auditor serta multi kompetensi sehingga permasalahan dalam suatu unit kerja dapat diidentiIikasi dengan mudah. 2. Proses audit dilakukan tidak hanya untuk mencari kesalahan pada suatu unit, namun memberikan solusi-solusi perbaikan sehingga proses continous improvement dapat berjalan dengan baik. 3. Proses audit dilakukan dengan objektiI, proIesional, detail dan mencakup keseluruhan proses. 4. Audit dilakukan secara terintegrasi dengan beberapa manajemen system ( ISO 9001, ISO 14001, SMK3/OHSAS 18001) sehingga lebih eIisien. BAB IV Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Integrated Management System pada PT Semen Tonasa 4.1 Integrated Management System PT Semen Tonasa ( IS SMK3/OHSAS 18001) 9001, IS 14001, Sejak dulu, PT Semen Tonasa mempunyai dan menerapkan Sistem manajemen Mutu, Lingkungan, dan juga Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Sistem ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan diimplementasikan pada tiap -tiap unit kerja. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, perusahaan merasa dan memandangpenting dan perlu untuk meningkatkan eIisiensi dalam pengaplikasiannya. Hal ini dikarenakan sistem manajemen tersebut kurang eIektiI dimana skenario isi standar, sistem audit internal dan juga pengembangan sistem dalam organisasi belum terpadu menjadi satu daam l pelaksanaannya sehingga hal ini tidak berjalan secara eIektiI dan eIisien . Sebagai akibatnya, manajemen tidak memperoleh inIormasi yang maksimal terkait dengan penerapan sistem manajemen. Untuk itu, perusahaan berusaha menerapkan Sistem Manajemen yang terintegrasi sehingga terjadi perpaduan antara sistem manajemen mutu ( ISO 9001), lingkungan (ISO 14001) dan juga sistem manajemen kesehatan & keselamatan kerja (SMK3/OHSAS 18001). Pada saat ini, PT Semen Tonasa telah mengaplikasikan sistem manajemen ya ng terintegrasi. Sistem manajemen terintegrasi ( Integrated Management System ) yang diterapkan oleh PT Semen Tonasa telah mendapat pengakuan secara Internasioanal. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya sertiIikasi Integrated Management System ( IMS 00037 ) sejak tanggal 29 November 2009 oleh badan sertiIikasi internasional. Adapun beberapa alasan Semen Tonasa ingin menggunakan Integrated Management System adalah sebagai berikut : 1. PT Semen Tonasa ingin mendapatkan akses yang l bih baik ke pasar e internasional 2. Keinginan untuk menciptakan citra dan reputasi yang lebih baik 3. Adanya peluang dalam penghematan biaya 4. Tekanan publik (Stakeholder) 5. Meningkatkan kinerja mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja secara berkesinambungan. 6. Ingin menciptakan strategi pencegahan secara institusi Berbagai model telah dikembangkan oleh PT Semen Tonasa dalam menerapkan Sistem manajemen terintegrasi yang secara umum mengacu pada siklus Plan, Do, Check, dan Action (PDCA) dan dapat dijelaskan dalam gambar berikut : Review Awal IdentiIikasi Peluang Perencanaan Aksi KorektiI Keinginan Pemangku Kepentingan Penerapan Periksa / Check Source : Manual Book SMST Pada tahap awal, PT Semen Tonasa melakukan review dengan mengidentiIikasi semua proses bisnis berupa input dan output semua proses dalam produksi. Proses review dilakukan dengan interaksi Iungsi dalam organisasi dan pendekatan proses sehingga dapat membentuk dasar identiIikasi aspek mutu, lingkungan, dan kesehatan & keselamatan kerja. Hal ini dimaksudkan agar kecukupan, kesesuaian, dan keeIektiIan sistem yang telah berjalan sebelumnya dapat diperbaiki untuk kemudi n dilakukan a perencanaan selanjutnya. Terdapat banyak hal yang harus diperhatikan dalam mengidentiIikasi peluang perbaikan. Dalam hal ini, PT Semen Tonasa mempertimbangkan banyak hal berdasar pada pengalaman-pengalaman sebelumnya. Berikut adalah hal hal yang dilakukan oleh PT Semen Tonasa dalam mengidentiIikasi peluang perbaikan setiap tahunnya : 1. Kebijakan Manajemen dan Prosedur 2. Tanggung jawab, peran, dan kewenangan setiap karyawan 3. Penganggaran keuangan dan manajemen resiko 4. Mengintegrasikan elemen- elemen umum kedalam proses manajemen tunggal Pada PT Semen Tonasa, perencanaan dilakukan sekali dalam setahun. Pada perencanaan ini ditetapkan tujuan dan sasaran yang realistis yang ingin dicapai berdasarkan hasil pencapaian target tahun sebelumnya Secara spesiIik, pada tahap ini . ditentukan adanya Key PerIormance Indikator (KPI) pa tiap-tiap unit kerja beserta da target pencapaiaannya yang kemudian akan direalisasikan oleh tiap-tiap unit kerja tersebut. Setelah menetapkan tujuan dan sasaran, tindak lanjut yang dilakukan oleh PT Semen Tonasa adalah mengkomunikasikan kebijakan, tujuan dan sasaran perusahaan , kepada seluruh karyawan yang selanjutnya dimengerti dan diaplikasikan dalam pelaksanaan proses. Dalam tahapan pener apan (Do) ini, dilakukan pengawasan kerja terhadap implementasi sistem (prosedur, instruksi kerja) sehingga proses pemutakhiran sistem juga berjalan pada proses ini. Langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan (Check) terhadap sistem yang telah diterapkan. Proses pengecekan dilakukan dengan cara melakukan audit dari sistem yang sedang diterapkan dan kualitas produ /jasa yang dihasilkan apakah sudah k sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Audit diharapkan dapat membuat suatu perbaikan dari sistem yang ada. Selain melakukan audit, perbaikan sistem kerja juga dapat dilakukan dengan mangumpulkan dan me review data kinerja (data kecelakaan dan insiden) dan menampung keluhan pelanggan untuk kemudian menjadi dasar melakukan suatu perbaikan. Tahap terakhir adalah aksi korektiI dilakukan dengan menerapkan usulan perbaikan terhadap masalah yang ditemukan kemudian mengevaluasi hasilnya. Pada tahap ini juga dilakukan analisa terhadap penyebab masalah yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara sistem yang terjadi dengan kebijakan yang telah ditetapkan tersebut agar dapat digunakan untuk perencanaan sela njutnya yang lebih baik. Selain itu, kita juga dapat mengidentiIikasi partisipasi stakeholders dalam Integrated Management System dan dapat digambarkan sebagai berikut : External Customer Reliable/on-time service Value Ior money Shareholeders /Owners ProIitable business Legal compliance Good business image Growth Stakeholders Nedds Employees Community SaIe working environment Job satisIaction Involvement & participation Minimum environmental Impact Employment opportunity Source : Manual Book SMST 4.2 Audit Internal Sistem Manajemen PT Semen Tonasa Pada awalanya, seluruh proses audit internal perusahaan (audit ketaatan, audit operasioanal, audit keuangan) dilaksanakan oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) PT Semen Tonasa. Namun, berdasarkan piagam SKAI yang telah diterima oleh Departemen Satuan Kerja Audit Internal, terdapat wewenang dalam proses audit yang seharusnya dilimpahkan ke unit kerja lain. Proses audit tersebut adalah proses audit ketaatan (audit complience) terhadap sistem manajemen PT Semen Tonasa yang selanjutnya dilimpahkan ke biro Sistem Perusahaan dan Manajemen. Manajemen, Departemen Litbang 4.2.1 Proses Audit Proses audit internal sistem manajemen yang dijalankan oleh PT Semen Tonasa adalah sebagai upaya dalam pemantauan tindakan -tindakan yang dilakukan oleh unit-unit kerja dalam menjalankan sistem manajemen di unit kerjanya. Dalam hal ini tipe audit yang dilaksanakan adalah audit ketaatan (audit compliance) terhadap sistem manajemen yang telah diterapkan. Pada PT Semen Tonasa, proses audit internal sistem manajemen perusahaan dilaksanakan secara periodik tiap 6 bulan. Proses audit internal ini dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap unit-unit kerja dengan melibatkan perwakilan dari tiap-tiap unit kerja sebagai auditor dan dibantu oleh Dept. SKAI yang lebih berkompeten dalam proses audit. Pola proses pelaksanaan audit internal sistem manajemen PT semen Tonasa yang berlangsung saat ini pada umumnya mengadopsi pola audit internal yang dilaksanakan oleh departemen SKAI ( Satuan Kerja Audit Internal ) dimana terdapat empat tahapan yaitu, rapat pembukaan, mengumpulkan bukti , dokumentasi dan temuan hasil audit, rapat penutupan. Pada tahap awal, lead auditor memperkenalkan anggota tim audit kepada seluruh unit kerja yang kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan lingkup, tujuan, metode, prosedur dan rencana audit kepada seluruh anggota tim audit. Untuk memastikan bahwa unit kerja yang akan diaudit telah bersedia untuk diaudit, auditor mengkonIirmasi kunjungannya sehingga unit kerja yang akan diaudit mempersiapkan semua dokumen dan sumber daya yang dibutuhkan. Tahapan selanjutnya adalah deng mengumpulkan bukti yang dilakukan an dengan cara menguji dokumen ( ISO 9001, ISO 14001, SMK3/OHSAS 18001), wawancara, dan pengamatan kegiatan dan kondisitiap-tiap unit kerja. Setelah pengumpulan bukti dari tiap-tiap unit kerja, auditor mendokumentasikan hasil temuan audit yang berupa penyimpangan -penyimpangan dari implementasi Sistem Manajemen Semen Tonasa (SMST) kedalam Iorm yang telah dibuat. Pada tahap ini, penyimpangan-penyimpangan yang teridentiIikasi diklasiIikasikan menjadi tiga golongan yaitu Mayor, Minor, dan Observasi. Penggolongan ini didasarkan atas seberapa besar tingkat penyimpangan yang teridentiIikasi berdasarkan kebijakan Sistem Manajemen Semen Tonasa (SMST). Selanjutnya, terhadap temuan hasil audit ini dilakukan evaluasi sehingga semua penyimpangan yang ditemukan oleh auditor segera diperbaiki oleh unit kerja yang bersangkutan. Berdasarkan hasil temuan audit yang telah didokumentasikan, tim auditor menyajikan dan mendiskusikan semua temuan-temuan yang signiIikan dengan unit-unit kerja yang bersangkutan. Apabila ada temuan auditor yang tidak sesuai dengan apa yang dirasakan unit kerja yang bersangkutan, unit kerja tersebut dapat melakukan protes dengan menunjukkan bukti konkritnya. Oleh karena PT Semen Tonasa telah memperoleh sertiIikasi standar Integrated Management System , maka pada perusahaan juga akan dilakukan audit eksternal oleh pihak lembaga sertiIikasi sebagai bentuk pengawasan lembaga tersebut kepada perusahaan. Output dari proses audit eksternal ini sama dengan audit internal yaitu berupa temuan yang mengalami penyimpangan dengan standar yang telah ditetapkan, beserta klasiIikasi penggolongan temuan tersebut. Apabila temuan yang didapatkan tersebut tergolong minimal dan dengan penyimpangan yang tidak terlalu besar berarti proses audit internal berjalan dengan eIektiI. Temuan yang digolongkan mayor dan minor akan dilakukan perbaikan dimana pihak lembaga sertiIikasi memberikan batasan waktu kepada perusahaan untuk melakukan tindakan perbaikan dimana dalam setiap tahapnya dipantau ole h lembaga sertiIikasi. Dalam batasan waktu yang diberikan tersebut, perusahaan akan mengirimkan dokumentasi berupa gambar kepada pihak lembaga sertiIikasi sebagai bukti bahwa penyimpangan tersebut telah dilakukan perbaikan. Apabila pihak lembaga sertiIikasi sudah puas dengan hasil-hasil dokumentasi, maka proses audit pun selesai. Namun, jika tidak maka lembaga ini akan mengadakan pengecekan ulang ke perusahaan. Proses inilah yang akan menghasilkan improvement dari sistem manajemen perusahaan yang karena dilakukan secara terus-menerus diharapkan dapat mancapai Continual Improvement. Secara umum, proses pelaksanaan audit internal Sistem Manajemen PT Semen Tonasa dapat digambarkan sebagai berikut : - Menyajikan temuan audit dan pengamatan audit - Mendiskusikan temuan-temuan yang signiIikan Rapat Penutupan Dokumentasikan Dan valuasi Temuan Audit engumpulkan Bukti - - Uji dokumen, data dan catatan - Wawancara - Pengamatan kegiatan dan kondisi Rapat Pembukaan Memperkenalkan anggota tim audit Menjelaskan lingkup, tujuan dan rencana audit Menjelaskan metoda dan prosedur audit MengkonIirmasi ketersediaan dokumen dan sumber daya MengkonIirmasi kunjungan dan wawancara Source : Manual Book SMST 4.2.2 Masalah Merupakan suatu hal yang wajar apabila dalam sebuah perusahaan terdapat masalah-masalah dalam pengelolaan sistem manajemen. Berikut adalah beberapa masalah yang dihadapi PT Semen Tonasa dalam melaksanakan proses audit internal sistem manajemen perusahaan : 1. Jumlah auditor masih sangat minim 2. Belum adanya regulasi yang jelas dalam pelaksanaan audit internal sistem manajemen perusahaan 3. Intensitas training auditor yang minim dimana, pelaksanaan training audit internal hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun Iqbal Ismail (D22107031) Iqrimah Nawalsari (D22107025) Laporan Kerja Praktek Teknik Industri Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin 4. Komunikasi antar auditor sangat sulit. Hal ini dikarenakan setiap auditor bekerja di unit kerja yang berbeda-beda dengan intensitas kesibukan yang berbeda pula. 5. Kurangnya kesadaran dari auditor dalam menjalankan proses audit internal.Hal ini dikarenakan perwakilan auditor da tiap-tiap unit kerja mempunyai ri tanggung jawab sendiri terhadap pekerjaan yang harus diselesaikan di unit kerjanya. 6. Kurangnya penghargaan terhadap auditor dimana tidak adanya pemberian honor selama pelaksanaan audit. BAB V PENUTUP 1.4 Kesimpulan 1. Integrated management System pada PT Semen Tonasa merupakan perpaduan antara Sistem Manajemen Mutu ( ISO 9001:2008), Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001: 2005) dan juga Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja (SMK3/OHSAS 18001:2007). 2. Faktor yang mendorong PT Semen Tonasa menerapkan Integrated Management System adalah sebagai berikut : a. PT Semen Tonasa ingin mendapatkan akses yang lebih baik ke pasar internasional b. Keinginan untuk menciptakan citra dan reputasi yang lebih baik c. Adanya peluang dalam penghematan biaya d. Tekanan publik (Stake holder) e. Meningkatkan kinerja mutu, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja secara berkesinambungan. I. Ingin menciptakan strategi pencegahan secara institusi 3. Model implementasi Integrated Management System pada PT Semen Tonasa mengacu pada siklus PDCA 4. Proses audit internal yang dilakukan PT Semen Tonasa terbagi 2 yaitu Audit Operasional dan Audit Sistem Manajemen. Audit operasional dilakukan oleh Dept. SKAI sedangkan Audit Sistem Manajemen dilakukan oleh Biro Sistem perusahaan & Manajemen, Dept. Litbang Manajemen 5. Proses pelaksanaan audit internal PT Semen Tonasa terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Rapat Pembukaan b. Mengumpulkan bukti c. Dokumentasikan dan evaluasi temuan audit d. Rapat penutupan 1.5 Saran 1. PT Semen Tonasa sebaiknya membentuk unit kerja yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan audit internal sistem manajemen perusahaan 2. PT Semen Tonasa sebaiknya mengadakan pelatihan auditor yang lebih intens sehingga pengetahuan auditor tentang proses audit menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja Edisi II. Jakarta: PT Raja GraIindo Persada Guy, Dan M.C Way Alderman, dan Alan J.Winter, 2002. Auditing, Edisi 5, Penerjemah Sugiyarto, Elangga, Jilid II, Jakarta Konsorsium Organisasi ProIesi Audit Internal, 2004. Standar ProIesi Audit Internal, yayasan Pendidikan Internal Audit, Jakarta PT Semen Tonasa, 2009. Manual Book Integrated management System http://www.ittelkom.ac.id http://id.wikipedia.org/wiki/Kaizen http://rouIique.wordpress.com/2010/02/09/internal- audit-tangan-kanan-top-manajemen/ Iqbal Ismail (D22107031) Iqrimah Nawalsari (D22107025)
Sumber: http://webcache.googleusercontent.com/search?qcac he:YgqPxGtxxI4J:www.scribd.com/doc/38723840/L aporan-Kerja-Praktek-Iqbal-Ismail-IIELEMENT- ELEMENTOFOHSASSEMENTONASA&cd 1&hlid&ctclnk&glid&sourcewww.google.co.id ... 11:57 Ini adalah tembolok Google' untuk http://www.scribd.com/doc/38723840/Laporan- Kerja-Praktek-Iqbal-Ismail-II.