Anda di halaman 1dari 3

Dewi Lestari Natalia (1006704530) Kelompok 16

Paper Uji Impak

Pengaruh Secondary Recrystallization pada Kekuatan Mekanis Baja

Setelah rekristalisasi selesai, mikrostruktur dari butir yang telah berekristalisasi belum bisa dikatakan stabil. Energi pada batas butir akan segera berubah menjadi driving force untuk pertumbuhan butir agar mengurangi jumlah butir per unit volumenya atau mengurangi luas total batasannya. Hal ini dapat terjadi dalam dua cara, yaitu: 1. Secara continu seiring dengan pertumbuhan yang continu dari ukuran butir rata-rata, 2. Secara discontinu dengan percepatan pertumbuhan dari hanya beberapa butir saja. Nomor 1 disebut dengan grain growth dan nomor 2 disebut dengan secondary recrystallization. Secondary recrystallization biasanya diikuti dengan denominasi beberapa hal, yaitu : Pertumbuhan butir yang tidak normal Pertumbuhan butir yang discontinu, Pertumbuhan butir yang selektif, Pertumbuhan butir yang cepat, Pertumbuhan butir yang istimewa, dsb. Pada rekristalisasi yang pertama, butir tumbuh aktif secara dalam keadaan thermal. Namun, driving force pada pertumbuhan butirnya dua kali lebih kecil dibandingkan dengan driving force pada rekristalisasi pertama. Rata-rata energi per unit volume disebabkan oleh batas butir pada poli kristal. Selama rekristalisasi atau selama grain growth, terjadi migrasi butir dalam jumlah yang besar. Istilah secondary recrystallization menggambarkan proses dimana

spesimen yang telah mengalami perlakuan rekristalisasi primer pada temperatur rendah dinaikan temperaturnya agar terjadi pertumbuhan cepat Depertemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Dewi Lestari Natalia (1006704530) Kelompok 16

Paper Uji Impak

luar biasa dari beberapa butir. Satu-satunya gaya penggerak secondary recrystallization adalah reduksi energi bebas batas butir, sama seperti pertumbuhan butir normal, sehingga diperlukan kondisi khusus agar hal ini dimungkinkan. Salah satu kondisi agar kondisi luar biasa ini terjadi ialah menghalangi pertumbuhan kontinu yang normal dengan inklusi. Gejala ini dapat dijelaskan sebagai berikut di beberapa lokasi batas butir dibebaskan (karena inklusi larut secara perlahan-lahan dan batas butir robek) dan ukuran butir di daerah tersebut tumbuh menjadi lebih besar dari ukuran rata-rata (gambar 1a). Sudut perpotongan batas butir antara butir yang besar dan kecil yang mengelilinginya tidak memenuhi kondisi kesetimbangan yang telah dibahas sebelumnya. Akibatnya terjadi pergerakan batas butir untuk mencapai sudut 120o dan pergerakan mengelilingi titik potong tripel (gambar 1b). Namun, bilamana sudut dihedral pada setiap titik potong mencapai sekitar 120o terjadi pelengkungan tajam pada segmen batas butir diantara titik potong dan terjadi perluasan daerah batas butir. Pergerakan kelengkungan segmen batas yang mengarah ke pusat lengkungan harus terjadi dan hal ini menghasilkan konfigurasi seperti gambar 1c. jelas bahwa urutan peristiwa ini berulang dan pertumbuhan berlangsung dari batas butir besar.

Gambar 1. Pertumbuhan butir pada secondary recrystallization

Hubungan

antara

ukuran

butir,

temperatur,

dan

regangan

diperlihatkan pada diagram Gambar 2, yaitu diagram untuk aluminium. Dari diagram ini jelas digambarkan bahwa baik perlakuan anil-regangan krtis atau

Depertemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Dewi Lestari Natalia (1006704530) Kelompok 16

Paper Uji Impak

proses secondary recrystallization dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan Kristal tunggal bebas regangan yang sempurna. Dan seperti yang telah diketahui, Kristal tunggal memiliki kekuatan yang paling baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses secondary recrystallization dapat membantu peningkatan kekuatan mekanik pada aluminium dan jenis baja lainnya.

Gambar 2. Hubungan antara ukuran butir, temperatur, dan regangan untuk aluminium

Referensi: Smallman, R.E. Bishop, B.J. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material Edisi Keenam. 2000. Jakarta: Penerbit Erlangga. Totten, George E. MacKenzie, D. Scott. Handbook of Alluminium: Alloy Production and Materials Manufacturing Volume 2. 2003. New York: Marcel Dekker, Inc.

Depertemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai