Anda di halaman 1dari 26

25

3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Biomassa ampas sagu merupakan bahan baku yang menjanjikan karena tersedia dalam jumlah melimpah, murah, dan mempunyai potensi yang luar biasa. Pada umumnya penggunaan biomassa limbah hasil pertanian dapat menurunkan biaya produksi, pengoptimalan pemanfaatan limbah pertanian, dan solusi dalam mengatasi pencemaran lingkungan. Limbah dari sagu dalam bentuk ampas sisa ekstraksi pati yang dikenal dengan nama ampas sagu tersedia dalam jumlah yang melimpah. Pada pengolahan pati sagu, perbandingan pati dengan residu ampas sagu saat ini adalah 1 : 3.5-4. Limbah ampas sagu ini belum dimanfaatkan secara optimal dan berpotensi menimbulkan pencemaran. Ampas sagu sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam produksi hidrolisat sebagai substrat untuk menghasilkan energi alternatif berupa bioetanol. Ampas sagu terutama disusun oleh lignoselulosa dan sejumlah pati yang masih tersisa setelah ekstraksi pati sagu. Pati yang tersisa cukup tinggi pada ampas sagu belum dapat dipisahkan seluruhnya dengan metode fisik (mekanis) sewaktu ekstraksi pati sagu. Pati ini dapat dipisahkan/diekstraksi lebih lanjut lewat suatu rekayasa perlakuan fisikkimia dan biologi (enzimatik). Proses hidrolisis pati pada bahan lignoselulosa belum banyak dikaji oleh peneliti. Umumnya penelitian terdahulu lebih mengkaji hidrolisis bahan yang kandungan utamanya adalah pati ataupun lignoselulosa saja. Adanya pati yang masih tersisa dalam ampas sagu dan terikat secara kuat pada matrik ligselulosa merupakan bahan kajian yang perlu diteliti untuk mendapatkan hidrolisat dengan kandungan gula yang optimal dari pati ampas sagu. Kajian pendekatan pretreatment pada bahan baku ampas sagu dilakukan untuk mendapatkan larutan hasil ekstraksi (ekstrak) dengan kandungan pati yang tinggi setelah pretreatment, dengan kondisi komponen selulosa ampas sagu yang masih dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Istilah pretreatment untuk bahan yang mengandung lignoselulosa berpati ini adalah suatu proses pemisahan/ekstraksi bahan pati dari ampas sagu yang akan diperoleh pada bagian ekstrak dan pembebasan selulosa dari ikatan lignoselulosa ampas sagu.

26

Pretreatment ampas sagu direkayasa berpedoman pada pretreatment bahan lignoselulosa dengan menggunakan prinsip steam explosion pada suhu di atas 100 oC. Peresapan bahan kimia tertentu seperti H2SO4 dan bahan mengandung SO3 (0.3-3%) dapat menurunkan temperatur dan waktu pretreatment (Ballesteros et al. 2003; Varga et al. 2004; Sassner et al. 2006). Pretreatment ampas sagu direkayasa menggunakan berbagai bahan kimia seperti asam, basa, garam basa, dan akuades pada suhu dan tekanan yang rendah, sehingga pati yang terikat kuat pada lignoselulosa ampas sagu dapat dipisahkan dan dikonversi menjadi hidrolisat yang mengandung gula. Pretreatment ampas sagu direkayasa dalam bentuk proses low steam treatment. Proses hidrolisis pati ampas sagu menjadi gula (glukosa) dapat dilakukan dengan cara enzimatik. Sebelum proses enzimatik berlangsung, perlu dilakukan proses penyediaan pati melalui tahap pemisahan pati secara optimal yang sekaligus merupakan proses gelatinisasi pati dengan metode hidrotermal. Proses pemisahan (ekstraksi) secara hidrotermal pada ampas sagu direkayasa dengan melakukan proses gelatinisasi yang tidak biasa pada bahan berpati. Proses

gelatinisasi pada ampas sagu direkayasa dengan perlakuan fisik menggunakan panas (termal) pada suhu gelatinisasi pati sampai di atas suhu gelatinisasi. Penggunaan panas yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama dengan menggunakan akuades dapat memaksimalkan proses pemisahan dan gelatinisasi pati pada ampas sagu, sebelum dilakukan proses liquifikasi dan sakarifikasi (enzimatik). Rekayasa proses ekstraksi dengan perlakuan hidrotermal dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dengan kandungan pati (tergelatinisasi) yang tinggi dari ampas sagu, kemudian dilanjutkan hidrolisis dengan proses liquifikasi dan sakarifikasi secara enzimatik. Pada pendekatan secara hidrolisis asam, proses hidrolisis dilakukan untuk penyediaan hidrolisat yang menggandung gula yang cukup dan dapat tersedia sebagai substrat untuk produksi bioetanol. Ketersediaan gula yang cukup dan kandungan bahan pengganggu yang rendah (HMF) sangat penting bagi pertumbuhan S. cerevisiae. Penyediaan hidrolisat dari metode yang berbeda akan mempengaruhi produk bioetanol yang akan dihasilkan. Kajian pemanfaatan selulosa dari residu ampas sagu hasil pretreatment dilakukan untuk mendapatkan hidrolisat yang mengandung glukosa secara lang-

27

sung dalam pertimbangan pemanfaatan residu selulosa ampas sagu secara optimal. Selulosa hasil pretreatment ampas sagu dikonversi menjadi glukosa menggunakan T. reesei secara kultivasi batch. Penggunaan enzim selulase secara langsung dari mikroorganisme dapat menurunkan biaya konversi, dan proses konversi menjadi pendek karena dilakukan dalam satu tahap. Selulase yang dihasilkan T. reesei dalam substrat residu selulosa ampas sagu direkayasa untuk dapat secara langsung mengkonversi selulosa berlebih dalam substrat menjadi glukosa. Pilihan teknologi terbaik untuk konversi bahan lignoselulosa berpati menjadi bioetanol ditentukan oleh nilai ekonomi secara keseluruhan (biaya murah), ramah lingkungan (polusi rendah), energi rendah (lebih efisien). Pengembangan/rekayasa proses dibutuhkan agar proses diterima secara ekonomis dengan hasil tinggi (Chandel et al. 2006). Proses hidrolisis ampas sagu dengan hasil hidrolisat yang mengandung gula dengan konversi pati yang tinggi diaplikasikan dalam pembuatan bioetanol. Kajian analisis nilai tambah dari ampas sagu untuk produksi hidrolisat dan pemanfaatan selulosa dari residu ampas sagu dilakukan untuk mengetahui pertambahan nilai ampas sagu tersebut menjadi hidrolisat dan residu selulosa setiap kg berat keringnya. Ketersediaan tanaman sagu, baik berupa hutan sagu yang luas maupun tanaman sagu semi culivated yang terus dikembangkan akan terus menyumbang ampas sagu sebagai by-product yang dapat mencemari lingkungan (limbah padat) jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Produksi hidrolisat dari ampas sagu merupakan salah satu cara mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan meningkatkan nilai tambah ampas sagu. Diagram alir kerangka pemikiran dari penelitian ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 10. Diagram alir kerangka penelitian secara umum dibagi menjadi 3 yaitu: 1) Latar belakang penelitian, 2) Proses pemecahan masalah, dan 3) Luaran penelitian.

28

28

Latar Belakang Penelitian


Kondisi Lapangan: - Ketersediaan energi fosil yang semakin terbatas - Kebutuhan energi yang terus meningkat - Potensi tanaman sagu dan ampas sagu yang besar - Kadungan pati ampas sagu yang tinggi - Masalah pencemaran lingkungan

Proses Pemecahan Masalah


1. Kajian

Luaran Penelitian

tentang komponen dan potensi ampas sagu: - Komponen dan kandungan ampas sagu
-- Pretreatment ampas sagu

untuk mendapatkan ekstrak dengan kandungan pati (gula) tinggi, dan selulosa yang dapat dimanfaatkan.
2.

- Komponen utama ampas

Pengembangan proses hidrolisis ampas sagu (pati) menjadi hidrolisat mengandung gula:

- Hidrolisis dengan metode hidro-

Perlunya Penelitian dan Pengembangan: - Peningkatan nilai guna ampas sagu - Pengurangan potensi pencemaran lingkungan - Pemanfaatan komponen utama ampas sagu (pati dan selulosa) untuk produk industri - Mendapatkan teknik pemanfaatan pati dan selulosa ampas sagu secara optimal - Pemanfaatan hidrolisat dari ampas sagu sebagai bahan baku biofuel (bioetanol) - Kajian analisis nilai tambah dari ampas sagu

termal enzimatik - Hidrolisis dengan H2SO4 0.25 M.

Penelitian terdahulu: - Kajian pemanfaatan ampas sagu - Kajian pretreatment yang telah dilakukan - Teknik hidrolisis yang ada terbatas pada bahan berpati atau selulosa saja - Konversi selulosa jadi glukosa dalam satu tahap - Produksi bioetanol

3. Penyediaan hidrolisat (glukosa) dari selulosa ampas sagu:


- Kajian konversi selulosa dari residu ampas sagu menjadi hidro lisat mengandung glukosa dalam satu tahap
4. Alternatif

penyediaan biofuel (bioetanol) dalam pemenuhan energi (migas) nasional:


hidrolisat ampas sagu

sagu - Ketersediaan kandungan gula/pati pada ekstrak hasil ekstraksi pati ampas sagu (pretreatment) - Ketersediaan komponen selulosa dalam residu ampas sagu - Teknik hidrolisis ampas sagu (pati) dalam penyediaan hidrolisat mengandung gula untuk produksi bioetanol - Kandungan glukosa hasil konversi selulosa ampas sagu dalam satu tahap - Produk bioetanol dari hidrolisat dari ampas sagu - Nlai tambah hidrolisat dan by-product selulosa dari ampas sagu

- Aplikasi produksi bioetanol dari

5. Analisis nilai tambah hidrolisat dan selulosa dari ampas sagu

Gambar 10 Diagram Alir Kerangka Penelitian.

29

3.2 Tahapan Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap penelitian utama yang dilakukan secara berurutan. Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian tahap pertama terdiri dari dua tahapan penelitian yaitu: 1)

Analisis komponen bahan baku ampas sagu. 2) Pretreatment ampas sagu untuk mendapatkan ekstrak yang mengandung komponen pati yang maksimal, dengan selulosa yang tetap tersedia pada residu ampas sagu. Penelitian tahap kedua adalah proses hidrolisis bahan berpati dari ampas sagu untuk mendapatkan hidrolisat mengandung gula dengan konversi (pati) yang tinggi. Penelitian ini meliputi kajian: (1) Proses hidrolisis pati ampas sagu secara hidrotermal-enzimatik. Proses hidrotermal, perlakuan panas direkayasa sampai tingkat lebih tinggi dari suhu gelatinisasi pati sagu pada umumnya untuk

memisahkan pati secara maksimal. Kemudian dilanjutkan dengan proses liquifikasi dan sakarifikasi secara enzimatis. Hidrolisat yang dihasilkan digunakan sebagai substrat untuk produksi bioetanol; dan 2). Proses hidrolisis ampas sagu dengan asam (H2SO4) untuk menghasilkan hidrolisat dengan gula pereduksi yang tinggi dan dapat tersedia sebagai substrat produksi bioetanol (sebagai pembanding). Penelitian meliputi juga kajian peningkatan konsentrasi ampas

sagu yang dihidrolisis dengan H2SO4 0.25 M. Penelitian tahap ketiga adalah kajian konversi selulosa dari residu ampas sagu hasil pretreatment menjadi hidrolisat (glukosa) secara satu tahap. Penelitian dilakukan menggunakan mikroba T. reesei dengan kultivasi tipe batch. Penelitian tahap keempat adalah: 1) Aplikasi produksi bioetanol menggunakan substrat hidrolisat ampas sagu dari perlakuan penelitian tahap kedua. 2) Kajian analisis nilai tambah dari hidrolisat dan residu selulosa ampas sagu untuk mendapatkan nilai tambah ampas sagu sebagai bahan baku substrat bioetanol. Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.

30

Diagram Alir Penelitian

Ampas Sagu
Analisa proksimat dan lignoselulosa

Perlakuan Awal (Pretreatment)

Ekstrak

Residu Ampas sagu

Hidrolisis: 1.Hidrotermalenzimatik 2.H2SO4 0.25 M (pembanding)

Konversi selulosa Ampas sagu

Hidrolisat (gula)

Hidrolisat (gula) Analisis Nilai Tambah

Fermentasi

Bioetanol

Gambar 11 Diagram alir penelitian secara umum.

31

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium (Lab.) Teknologi Proses TIN, Lab. Rekayasa Bioproses Pusat Penelitian Sumber Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor; Lab. Mikrobiologi dan Bioteknologi FATETA, Lab. Bioeknologi dan Pemuliaan Tanaman Agroekotek FAPERTA, Lab. Farmasi Fisika Fakultas FARMASI Universitas Andalas; serta Lab. Chemical Engineering Faculty of Engineering, Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2009 sampai April 2012.

3.4 Bahan dan Alat Biakan mikroba yang digunakan adalah isolat kapang T. reesei EC Simon dari Japan Culture Microbe (JCM 22767) Jepang, dan isolat S. cerevisiae dari Lab. Mikrobiologi Ilmu dan Tekologi Pangan Fateta IPB. Bahan baku limbah sagu berupa ampas sagu (Metroxylon sagu Rottb) dari industri pati sagu rakyat di Tanah Baru, Bogor. Enzim yang digunakan yaitu -amilase (Termamyl) dan glukoamilase dari Novo. Bahan kimia yang digunakan adalah Na2CO3, NaOH, H2SO4, media (Mandels dan Weber, 1969), pati (soluble starch), KIO3, lugol iodin, buffer sitrat, buffer asetat pH 4.6, isopropanol, (NH4)2SO4, MgSO4 7H2O, KH2PO4, ZnSO4, PDA, PDB, glukosa, selulosa, karboksimetil selulosa (carboxymetil cellulosa/ CMC), Bovine Serim Albumin (BSA) dan akuades. Bahan kimia untuk analisis meliputi: H2SO4, fenol, glukosa standar, reagen DNS, HNO3. NaOCl2,

CH3COOH, C2H5OH, K4Fe (CN)6 3H2O, Zn (CH3COOH)2 2H2O, NaHSO3, buffer fosfat pH 7, bahan kimia analisis lignoselulosa (selulosa, lignin, dan hemiselulosa), bahan kimia analisis pati (Luff Schoorl), protein (semimikro Kjeldalh), lemak (desitilasi), dan total asam. Sedangkan bahan habis yang

digunakan adalah filter cloth 150 mesh, Whatman No. 1, aluminium foil, dan lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian (analisis, pretreatment, hidrolisis lanjut, konversi selulosa dan fermentasi bioetanol), yaitu: peralatan gelas, neraca analitik (Kerenz), pH meter (Hanna instrument pH tipe 213 dan Hanna hand pH meter), oven (Memmert), inkubator (Memmert), autoclave (Horisawa PC

32

series; Eyela Hiclave HVE 50), laminar air flow hood, bunsen, sentrifuse (3-18 Sigma, Sartorius), mikropipet (Dragon med), cutter mill (Thomas Scientific 800345-2100), hammer mill, saringan berpori 65 mesh dan 100 mesh, dry oven (Yamato DV41), water bath shaker (Personal 11 dan Julabo SW 1), fermentor (Able BMJ 01), vortek (Thermolyne, Maxi mix II), mikroskop binokular (Olympus CX 21; Olympus VANOX), spektrofometer UV-VIS (Genesys 10 VV Thermo electron coorporation), perangkat destilasi. BF-5 (Oji Scientific Instrument, Japan), dan

3.5 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dari keempat tahapan penelitian utama dilakukan sebagai berikut: 3.5.1 Penelitian Tahap I. Analisis Komponen dan Pretreatment Ampas Sagu Penelitian tahap I dilakukan untuk penyediaan bahan baku ampas sagu yang baik dan mudah untuk proses selanjutnya. Penelitian tahap pertama diawali dengan pengambilan bahan ampas sagu di lapangan, persiapan bahan ampas sagu, analisis komponen (proksimat dan lignoselulosa) bahan baku, dan diikuti penyediaan bahan baku untuk dilakukan pretreatment. Urutan penelitian tahap I adalah sebagai berikut:

3.5.1.1 Analisis Komponen Ampas Sagu Ampas sagu diambil dari tempat pengolahan (ekstraksi) pati sagu. Dikeringkan di bawah sinar matahari ( 3 hari) sambil dibolak-balik, diperkirakan kadar air 12%. Bahan kering dikecilkan ukuran dengan cutter mill dan hammer mill dan disaring secara bertingkat dengan penyaring ukuran 60 dan 100 mesh. Bahan selanjutnya dianalisis komponennya. Analisis komponen pada ampas sagu meliputi: (a) Kadar air (AOAC 1995), (b) Protein (metoda Kjeldahl; AOAC 1995), (c) Lemak (metode Soxhlet), (d) Pati (metode Luff Schoorl), (e) Lignin (metode Klarson, TAPPI T 222 om-88), (f) Selulosa (TAPPI T17 m-55) dan Hemiselulosa (dari Holoselulosa; ASTM 1104-56), (g) Mineral-mineral, meliputi K, Na, Ca, Mg, Mn, Fe, Co, dan P

33

(sebagai P2O5), serta Zn dengan metoda Atomic Absortion Spectrophotometri (Franson et al. 1998). Hasil analisis dihitung dalam berat kering (basis kering = bk). 3.5.1.2 Pretreatment Ampas Sagu Pretreatment dilakukan berdasarkan modifikasi pada metoda Lawther et al. (1996) dan Varga et al. (2006 ). Sebanyak 4% (b/v) (10 gr bahan dalam volume akhir 250 ml) ampas sagu dicampurkan dengan larutan pretreatment sesuai perlakuan dalam labu Erlenmeyer 500 mL, yang kemudian ditutup dengan rapat. Selanjutnya dilakukan pretreatment menggunakan autoclave (Hiclave HVE 50) pada suhu 115 oC selama 15 menit. Hasil pretreatment disaring menggunakan kain saring dengan pori 150 mesh. Cairan hasil ekstraksi setelah penyaringan (ekstrak) selanjutnya dianalisis total gulanya (metode Fenol-H2SO4), gula pereduksi (metode DNS) dan pati (metode Iod, AOAC 1995), serta HMF (SNI 013545-2004). Residu ampas sagu hasil penyaringan, dicuci 2 kali dengan total volume akuades 200 mL. Residu hasil pencucian dikeringkan dalam cabinet dryer dengan suhu 60 oC selama 24 jam. Selanjutnya residu ampas sagu kering dianalisis komponen selulosa (TAPPI T17 m-55), kadar air, dan rendemennya. Lebih jelasnya prosedur pretreatment dapat dilihat pada Gambar 12. Perlakuan pada pretreatment ampas sagu 4% (b/v) meliputi penggunaan: (A) Aquades, (B) Larutan Na2CO3 0.25 M, (C) NaOH 0.25 M, dan (D) H2SO4 0.25 M. Pretreatment dilakukan pada suhu 115 oC selama 15 menit dalam autoclave. Perhitungan untuk analisis rendemen (%) dan peningkatan selulosa (%) sebagai berikut: Rendemen dihitung menggunakan persamaaan: B Rendemen (%) = A Keterangan: B = Berat bahan setelah pretreatment A = Berat bahan sebelum pretreatment x 100% (1)

Peningkatan konsentrasi selulosa dalam residu ampas sagu dihitung dengan persamaan:

34

B - A Peningkatan konsentrasi selulosa = A Keterangan : B = konsentrasi selulosa setelah pretreatment A = konsentrasi selulosa bahan awal x 100%

Ampas sagu 4% (b/v) ( < 100 mesh, KA 12%) Pretreatment * Perlakuan : A) Akuades B) Larutan Na2CO3 0.25 M C) Larutan NaOH 0.25 M D) Larutan H2SO4 0.25 M (Suhu 115 oC selama 15 menit, dalam autoclave)

Saring (Kain saring 150 mesh)

Ekstrak
Analisis: Total Gula (metode fenol-H2SO4) Gula Pereduksi (metode DNS), Pati (metoda Iod) HMF ((SNI 01-35452004)

Residu ampas sagu Cuci 2x 100 ml Residu selulosa ampas sagu Pengeringan (Cabinet dyer, 60 oC 24 jam) Residu selulosa ampas sagu kering
Analisis : Selulosa, KA, Rendemen

Cairan hasil pencucian

* Modifikasi : Lawther et al. (1996); Varga et al. (2008).

Gambar 12 Prosedur pretreatment ampas sagu.

35

Hasil analisa dihitung secara statistik (Single faktor; menggunakan program Excel), metode rancangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 5% dan dilanjutkan dengan uji Lanjutan Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. 3.5.2 Penelitian Tahap II. Hidrolisis Ampas Sagu Metode Hidrotermal - Enzimatik dan Metode H2SO4 0.25 M Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari pretreatment bahan baku sesuai dengan perlakuan pada penelitian tahap 3.5.1.2. Penelitian Tahap II

meliputi dua kajian hidrolisis ampas sagu (pati) yaitu: 1) Hidrolisis pati ampas sagu secara hidrotermal-enzimatik, meliputi: optimalisasi proses pemisahan

(gelatinisasi) pati dari ampas sagu secara hidrotermal dan hidrolisis pati tergelatinisasi secara enzimatik menggunakan -amilase dan glukoamilase komersial dari Novo; dan 2) Hidrolisis ampas sagu dengan asam (H2SO4 0.25 M) untuk mendapatkan hidrolisat yang mengandung gula dan dapat tersedia sebagai substrat produksi bioetanol (sebagai pembanding).

3.5.2.1 Hidrolisis Ampas Sagu secara Hidrotermal-Enzimatik 3.5.2.1.1 Hidrotermal Proses hidrotermal adalah suatu metode untuk memaksimalkan pemisahan (ekstraksi) sekaligus proses gelatinisasi pada pati ampas sagu. Suhu proses hidrotermal dinaikkan hingga diperkirakan tingkat pemisahan pati secara maksimal tercapai pada bahan lignoselulosa ampas sagu. Perlakuan penelitian ini adalah penggunaan air panas dengan beberapa tingkat suhu yang berbeda, sebagai berikut: A1 : Pemisahan dengan pencucian pati ampas sagu pada suhu 70 oC A2 : Pemisahan dengan pencucian pati ampas sagu pada suhu 100 oC A3 : Pemisahan pati ampas sagu dengan autoclave pada suhu 115 oC, 15 menit A4 : Pemisahan pati ampas sagu dengan autoclave pada suhu 130 oC, 30 menit Prosedur penelitian sebagai berikut: Sebanyak 10 g ampas sagu

diekstraksi secara hidrotermal menggunakan akuades pada tingkat suhu yang

36

berbeda, dengan konsentrasi akhir ampas sagu dalam larutan adalah 4% (b/v). Pada perlakuan A1 dan A2, ampas sagu sebanyak 4% (b/v) diproses dengan metode pencucian sesuai dengan perlakuan menggunakan beaker glass. Pati

ampas sagu diproses secara hidrotermal selama 10 menit. Selanjutnya campuran hasil ekstraksi secara hidrotermal dinetralkan pH 6.5 (atur pH) dengan Ca(OH)2 0.5 N. Campuran hasil ekstraksi netral disaring dengan kain saring berukuran 150 mesh, didapatkan larutan hasil ekstraksi (ekstrak) dan residu ampas sagu. Residu ampas sagu kemudian dilanjutkan dengan pencucian menggunakan akuades

(sesuai suhu perlakuan). Pencucian dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan 100 mL akuades untuk setiap kali pencucian. Ekstrak hasil pencucian dicampurkan dengan ekstrak hasil penyaringan awal, dan selanjutnya dipekatkan 1.8 kali sehingga konsentrasi tetap 4%. Pada perlakuan A3 dan A4, ampas sagu sebanyak 4% (b/v) dicampur dengan akuades dalam labu Erlenmeyer 500 mL dengan volume kerja 250 mL. Selanjutnya dilakukan proses hidrotermal menggunakan autoclave. Campuran hasil ekstraksi selanjutnya dinetralkan dengan Ca(OH)2 0.5 N pH 6.5. Kemudian disaring dengan kain saring yang berukuran sama dengan sebelumnya, didapatkan ekstrak dan residu ampas sagu. Sebagian ekstrak dari seluruh perlakuan (A1, A2, A3, dan A4) dianalisis dan sisanya disimpan untuk bahan hidrolisis enzimatis. Residu ampas sagu dikeringkan dalam cabinet dryer (Memmert) pada suhu 60 oC selama 24 jam. Analisis pada ekstrak meliputi: gula pereduksi (metode DNS) dan total gula (metode Fenol-H2SO4) dan pati (metode Iod, AOAC 1995). Residu ampas sagu dianalisis kandungan selulosa (TAPPI T17 m-55), rendemen (metode penimbangan), dan kadar airnya (AOAC, 1995). Ekstrak yang dihasilkan merupakan substrat untuk hidrolisis enzimatik. Prosedur hidrotermal-enzimatik dapat dilihat pada Gambar 13.

37

Ampas sagu 4 % (b/v)

Hidrotermal

Metode Pencucian: A1. Suhu 70 oC A2. Suhu 100 oC

Metode Autoclave (tekanan): A3. Suhu 115 oC , 15 menit A4. Suhu 130 oC, 30 menit

Penetralan pH 6.5 (Ca(OH)2 0.5 N) Penyaringan


(Kain saring 150 mesh)

Pencucian

Autoclave Ekstrak * (pati tergelatinisasi)

Residu ampas sagu

Ekstrak
(pati tergelatinisasi)

Residu ampas sagu

Pencucian 2 x 100 ml (Suhu perlakuan; A1 dan A2 Pengeringan


(Cabinet dyer 60 oC 24 jam)

Pemekatan 1.8 x
(evaporasi; water bath)

Pencucian 2 x 100 ml (Suhu kamar; A3 dan A4 Pengeringan

Ekstrak* (pati tergelatinisasi)

(Cabinet dyer 60 oC 24 jam)

Residu selulosa ampas sagu **

Residu selulosa ampas sagu **

Cairan hasil pencucian

Cat : * analisis : Total gula dan gula pereduksi ** analisis : Selulosa, KA dan rendemen

Gambar 13 Prosedur hidrolisis secara hidrotermal pada ampas sagu.

3.5.2.1.2 Hidrolisis Enzimatik Liquifikasi Masing-masing ekstrak pati tergelatinisasi hasil perlakuan hidrotermal (A1, A2, A3, dan A4) selanjutnya diliquifikasi dengan enzim -amilase (Termamyl)

38

dengan dosis 1.5 mL/kg sampel ampas sagu (32.5 U/g sampel) (modifikasi Chaplin dan Buckle 1990). Liquifikasi dilakukan pada pH 6.2 dengan suhu 90 oC selama 3 jam dalam labu Erlenmeyer menggunakan water bath shaker (Julabo SW1) dengan kecepatan 120 rpm (modifikasi Akyuni 2004). Setelah proses liquifikasi dilakukan pengaturan pH menjadi 4.5. Sebagian hidrolisat dianalisis gula pereduksi (metode DNS) dan total gulanya (metode Fenol-H2SO4). Hasil analisis dihitung secara statistik (Single faktor; menggunakan program Excel) metode RAL, dan dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%. Dihitung derajat polimerisasi (DP) dan dextrose equivalent (DE) dengan cara berikut:

Sakarifikasi Hidrolisat hasil liquifikasi disakarifikasi menggunakan glukoamilase dengan dosis 1.8 ml/kg sampel ampas sagu (Chaplin dan Buckle 1990). Sakarifikasi dilakukan pada suhu 60 oC selama 48 jam pH 4.5 dalam labu Erlenmeyer mengunakan water bath shaker (Julabo SW1) (modifikasi Akyuni 2004). Setelah proses sakarifikasi selesai, disaring larutan sakarifikasi dan dididihkan untuk menginaktifkan glukoamilase serta dilajutkan dengan analisis. Analisis yang dilakukan yaitu (metode Fenol-H2SO4). Prosedur liquifikasi dan sakarifikasi hasil hidrolisis hidrotermal ampas sagu dapat dilihat pada Gambar 14. Liquifikasi dan sakarifikasi hasil hidrotermal ampas sagu dilaksanakan berdasarkan modifikasi metode yang dilakukan Akyuni (2004). Hasil analisis dihitung secara statitisk (Single faktor; program Excel) dengan metode RAL dan dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%. Dihitung DP dan DE. gula pereduksi (metode DNS) dan total gula

39

Ekstrak pati (Hidrotermal) pH 6.2 Alfa amilase 1.5 mL /kg sampel Liquifikasi * Suhu 90 oC, 3 jam 120 rpm Water bath shaker

* Modifikasi Akyuni (2004)

Glukoamilase 1.8 mL/kg sampel Sakarifikasi * (60 oC, 48 jam, pH 4.5) Water bath shaker 120 rpm

Hidrolisat sakarifikasi Saring dan didihkan Hidrolisat (substrat bioetanol)

Hidrolisat liquifikasi

Analisis : Total gula dan gula pereduksi

Analisis : Total Gula dan Gula pereduksi

Gambar 14 Prosedur liquifikasi dan sakarifikasi hidrolisat hasil hidrotermal dari ampas sagu. 3.5.2.2 Hidrolisis dengan H2SO4 0.25 M Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan proses hidrolisis ampas sagu sesuai dengan perlakuan pada penelitian tahap 3.5.1.2 (pretreatment ampas sagu). Penelitian bertujuan menghasilkan hidrolisat mengandung gula sebagai substrat untuk pembuatan bioetanol (sebagai pembanding). Pada penelitian hidrolisis ini dilakukan: 1) Penyediaan hidrolisat mengandung gula dengan metode H2SO4 0.25 M untuk substrat produksi bioetanol (pembanding), dan 2) Kajian peningkatan ampas sagu yang dihidrolisis dengan H2SO4 0.25M.

3.5.2.2.1

Penyediaan Hidrolisat dengan Metode H2SO4 0.25 M

Prosedur penelitian: Sebanyak 4% (b/v) ampas sagu dalam labu Erlenmeyer dihidrolisis dengan larutan H2SO4 0.25 M pada suhu 115 oC selama 15 menit menggunakan autoclave. Hasil hidrolisis disaring dengan menggunakan kain saring dengan ukuran pori 150 mesh. Hidrolisat dianalisis total gulanya (metode Fenol-H2SO4), gula pereduksi (metode DNS) dan pati (metode Iod,) serta HMF (SNI 01-3545-2004). Residu ampas sagu hasil penyaringan awal, dicuci 2

40

kali dengan total volume akuades 200 mL. Residu hasil pencucian dikeringkan dalam cabinet dryer dengan suhu 60 oC selama 24 jam. Selanjutnya residu ampas sagu kering dianalisis selulosa (TAPPI T17 m-55), rendemen, dan kadar airnya. Hidrolisat yang diperoleh dijadikan sebagai substrat untuk produksi bioetanol. Pada hidrolisis ampas sagu 4% (b/v) dengan H2SO4 0.25 M, hidrolisat yang dihasilkan mengandung total gula dan gula pereduksi yang masih kecil. Pemekatan lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hidrolisat dengan konsentrasi gula yang sesuai sebagai substrat untuk produksi bioetanol. Penyiapan hidrolisat untuk produksi etanol dilakukan dengan menambahkan larutan NH4OH 3 N pada hidrolisat hasil hidrolisis sampai pH netral (pH 6.5-7.0). Selanjutnya hidrolisat disaring dengan kertas saring biasa mengunakan vakum. Hasil saringan dijernihkan dengan karbon aktif sebanyak 5%. Hidrolisat jernih dipekatkan sampai 20%, dihitung nilai DE dan DP-nya. Selanjutnya hidrolisat ampas sagu digunakan untuk produksi bioetanol.

3.5.2.2.2 Kajian peningkatan Konsentrasi Ampas Sagu Dihidrolisis Menggunakan H2SO4 0.25 M Pada hidrolisis ampas sagu dengan H2O4 0.25 M dilakukan kajian peningkatan konsentrasi ampas sagu. Perlakuan konsentrasi ampas sagu (b/v) adalah: A) Ampas sagu 2%, B) Ampas sagu 4%, C) Ampas sagu 6%, D) Ampas sagu 8% dan E) Ampas sagu 10%. Prosedur penelitian sama dengan proses hidrolisis ampas sagu H2SO4 0.25 M sebelumnya. Proses dilakukan sampai mendapatkan hidrolisat hasil penyaringan dengan kain saring 150 mesh. Hidrolisat yang diperoleh dianalisis total gulanya (metode Fenol-H2SO4), gula pereduksi (metode DNS), dan HMF. Residu ampas sagu yang diperoleh dianalisis komponen selulosa (TAPPI T17 m-55), rendemen (metode penimbangan), dan kadar air (AOAC 1995). Lebih jelasnya prosedur hidrolisis dengan H2SO4 0.25 M seperti yang disajikan pada Gambar 15. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ampas sagu terhadap gula pereduksi hasil hidrolisis, dilakukan perhitungan glukosa teoritik pada masing-

masing sampel dengan formula:

41

Hasil analisis dihitung secara statistik (uji F) metode RAL (Single faktor; program Excel) pada tingkat kepercayaan 5%. Selanjutnya diuji lanjutan DNMRT pada taraf 5%. dengan uji

A. Penyediaan Hidrolisat (Pembanding)


Ampas sagu 4% (b/v)

B. Peningkatan konsentrasi ampas sagu pada hidrolisis H2SO4 0.25 M


H2SO4 0.25 M

Perlakuan (b/v) :

Pencampuran dan Hidrolisis (115 oC selama 15, autocalve)

A. Ampas Sagu 2% B. Ampas Sagu 4% C. Ampas Sagu 6% D. Ampas Sagu 8% E. Ampas Sagu 10%

Penyaringan (kain saring, 150 mesh)

Hidrolisat Penetralan (NH4OH 3 N) pH 6.5 Penyaringan (Whatman No 1; vakum) Penjernihan (bleaching) Karbon aktif 5%
Analisis: Total gula; Gula pereduksi; dan HMF

Residu ampas sagu

Pencucian 2 x 100ml Residu selulosa ampas sagu Pengeringan (Cabinet dryer, 60 oC 24 jam) Residu selulosa ampas sagu kering

Cairan hasil pencucian

Hidrolisat jernih

Pemekatan Hidrolisat (Gula 10%)

Analisis: Selulosa, KA. rendemen

Hidrolisat (substrat bioetanol)


Analisis: Total gula, dan Gula pereduksi

Gambar 15 Prosedur hidrolisis ampas sagu dengan H2SO4 0.25 M dalam penyediaan substrat untuk produksi bioetanol.

42

3.5.3 Penelitian Tahap III. Konversi Selulosa Ampas Sagu Menjadi Hidrolisat Mengandung Gula (Glukosa) Penelitian tahap ketiga adalah kajian konversi selulosa dari residu ampas sagu hasil pretreatment menjadi hidrolisat mengandung glukosa secara langsung menggunakan mikroba T. reesei secara metode batch. Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan selulosa dari residu ampas sagu hasil pretreatment.

3.5.3.1 Pretreatment Ampas sagu dilakukan pretreatment menggunakan metoda low steam treatment, yaitu sejumlah 4% (b/v) ampas sagu dilarutkan dalam akuades menggunakan Erlenmeyer 500 mL. Selanjutnya dimasukkan dalam autoclave dan kemudian diperlakukan dengan menggunakan tekanan rendah pada suhu tertentu. Perlakuan yang dicobakan adalah: 1) Penggunaan suhu 110 oC (1.42 atm) selama 20 (A), 30 (B), dan 40 menit (C); 2) Penggunaan suhu 120 oC (tekanan 1.96 atm) selama 20 (D), 30 (E), dan 40 menit (F). Setelah treatment dalam autoclave, bahan disaring menggunakan kain saring dengan pori 150 mesh dan selanjutnya dikeringkan dalam dry oven selama 24 jam pada suhu 60 oC. Bahan kering yang diperoleh dianalisis konsentrasi selulosa (TAPPI T17 m-55), hitung peningkatan konsentrasi selulosa setelah pretreatment dan rendemen (%). Perhitungan menggunakan persamaan yang sama dengan penelitian Tahap I (3.5.1.2). 3.5.3.2 Proses Konversi Proses konversi selulosa ampas sagu hasil pretreatment dilakukan dengan beberapa proses seperti berikut: 3.5.3.2.1 Preculture Preculture bertujuan untuk menyiapkan inokulum dan mengetahui pola pertumbuhan T. reesei dalam dua jenis substrat, yaitu resdiu selulosa ampas sagu dan selulosa mikrokristalin. T. reesei (EC Simon) diperoleh dari Japan Culture Microbe (JCM). Seed culture dari kapang dipelihara dalam agar miring Potato Dextrose Agar (PDA) dan selanjutnya disimpan dalam refrigerator sebelum digunakan. Untuk memper-

43

siapkan inokulum, spora pada agar miring (setelah 5-6 hari pertumbuhan) disuspensikan dengan 5 mL air destilasi dan dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 200 mL yang berisi 50 mL media. Media preculture adalah larutan dengan komposisi (g/L): 0.3 urea, 1.4 (NH4) 2SO4, 2.0 KH2PO4, 0.2 CaCl2 2H2O, 0.3 MgSO4 7 H2O, 0.75 pepton, ekstrak ragi 0.25, dan trace element (mg/L): 5 FeSO4 7 H2O, 1.6 MnSO4 4H2O, 1.4 ZnSO4 7H2O, dan 20.0 CoCl2 6H2O (Mandels dan Weber, 1969). Substrat yang digunakan residu selulosa ampas sagu (selulosa mikrokristalin sebagai pembanding) sebanyak 1.5%. pH awal medium tidak diatur sebelum disterilkan dalam autoclave pada suhu 121 oC selama 20 menit. Sel kapang di preculture menggunakan labu Erlenmeyer 200 mL dengan volume kerja 50 mL dalam suatu water bath shaker (Personal 11, pengadukan 100 rpm) pada 30 oC selama 7 hari. Sampling dilakukan setiap 24 jam. 3.5.3.2.2 Kultivasi (Labu Erlenmeyer dan Bioreaktor) Kultivasi untuk proses konversi selulosa ampas sagu menjadi glukosa dilakukan dengan dua wadah yaitu: 1) Labu Erlenmeyer dalam water bath shaker dengan kecepatan pengadukan 100 rpm (A), dan 2) Bioreaktor dengan perlakuan aerasi 0.2 L/min dan agitasi 150 rpm (B). Adapun pelaksanaan proses konversi tersebut adalah sebagai berikut: Labu Erlenmeyer dalam Water Bath Shaker Tiga puluh (30) mL larutan dalam kondisi sel eksponensial (0.09 unit/mL (FPU)) diinokulasi dalam 300 ml larutan medium yang sama dengan medium preculture sebelumnya. Medium dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 1 L. Residu selulosa ampas sagu (pretreatment 120 oC selama 30 menit; kandungan selulosa 55.30%) digunakan sebagai substrat sebanyak 1.5%. Proses inkubasi dilakukan selama 7 hari, pada suhu 30 oC kecepatan pengadukan 100 rpm menggunakan water bath shaker. Sampling dilakukan setiap 24 jam, pada jam ke 0, 24, 48, 72, 96, 120, 144 dan 168. Analisis yang dilakukan pada masing-masing waktu sampling adalah kandungan protein dalam sel (Jun et al. 2009), aktivitas selulase (Adney dan Baker 2008), dan konsentrasi glukosa (Biosensor BF-5, Oji Scientific Instrument Jepang) dalam hidrolisat.

44

Bioreaktor Sepuluh persen (10%) cairan kultur dalam kondisi eksponensial (0.09 units/mL (FPU)) dari hasil preculture diinokulasikan dalam 750 mL larutan medium dalam bioreaktor. Proses kultivasi (Able BMJ 01, volume vesel 1 L), dilakukan dalam medium yang sama dengan preculture dan water bath shaker. Perlakuan kultivasi selulosa ampas sagu pada bioreaktor adalah menggunakan kecepatan pengadukan pada 150 rpm dengan aerasi 0.2 L/min (B) (mengacu pada Reczey et al. 1996), pada suhu 30 oC dan kondisi aerob. pH diatur pada 5-6 menggunakan larutan 5% NaOH dan 5% HCl. Sampling dilakukan setiap 24 jam selama 7 hari. Pada masing-masing waktu sampling dilakukan analisis: (i)

pengujian aktivitas selulase menggunakan metode NREL (Adney dan Baker 2008); (ii) konsentrasi glukosa yang dilakukan menggunakan Biosensor (BF-5, Oji Scientific Instrument Jepang). Analisis biomassa T. reesei dari cairan kultur fermentasi dilakukan menggunakan metode tidak langsung dengan pengukuran protein sel (myceliar protein) (metode Jun et al. 2009). Prosedur konversi selulosa ampas sagu menjadi hidrolisat yang mengandung glukosa dapat dilihat pada Gambar 16.
Residu selulosa ampas sagu 1.5% (Pretreatment: 120 oC, 30 min)

10% %

Mycelium T. reesei terlarut dari preculture (selulase: 0.09 Unit/mL)

Medium Mendel dan Weber and Weber

(sterilisasi)

Able BMJ 01 (Volume 1 L)

Personal 11

Kultivasi *: o 7 hari, 30 C, pH 5-6 (NaOH 5%) Bioreaktor Aerasi 0.2 L/min, 150 rpm (B) Sampling (jam):
0, 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168 dan 192
Analisis: -Aktivitas selulase -Glukosa -Biomasa (protein sel) -pH

Water bath shaker o (30 C; pengadukan 100rpm)(A)

* Modifikasi metode Reczey et al. 1996; metode Mandel dan Weber 1996

Gambar 16 Prosedur proses konversi selulosa ampas sagu melalui kultivasi T. reesei dalam labu Erlenmeyer dan bioreaktor.

45

3.5.4 Penelitian Tahap IV. Produksi Bioetanol Menggunakan Hidrolisat dari Ampas Sagu 3.5.4.1 Penyiapan Sirup Gula (Hidrolisat Ampas Sagu) Hidrolisat mengandung gula dari ampas sagu dipersiapkan dari hasil penelitian 3.5.2.1 yaitu hidrolisis dengan hidrotermal-enzimatik dan penelitian 3.5.2.2 yaitu hidrolisis dengan H2SO4 0.25 M pada ampas dalam autoclave). Hidrolisat Ampas Sagu Metode Hidrotermal-Enzimatis (A3 20%) Sebanyak 6% (b/v) campuran ampas sagu dengan akuades dalam labu Erlenmeyer, diproses secara hidrotermal pada suhu 115 oC selama 15 menit menggunakan autoclave. Hidrolisat hasil penyaringan dengan kain saring 150 mesh selanjutnya dinetralkan dengan Ca(OH)2 0.5 N pada pH 6.5, dan dipekatkan hingga konsentrasi gula hidrolisat 5%. Selajutnya hidrolisat diliquifikasi dengan - amilase dengan dosis 1.5 mL/kg sampel pada suhu 90 oC selama 3 jam dalam labu Erlenmeyer menggunakan water bath shaker dengan kecepatan 120 rpm. pH hidrolisat hasil liquifikasi diturunkan menjadi 4.5. Hidrolisat disakarifikasi dengan enzim glukoamilase dengan dosis 1.8 mL/ kg sampel pada suhu 60 oC selama 48 jam pH 4.5 dalam labu Erlenmeyer menggunakan water bath shaker pada kecepatan 120 rpm. Hidrolisat gula hasil sakarifikasi disaring dengan kertas saring menggunakan pompa vakum, kemudian dijernihkan dengan karbon aktif 5%. Hidrolisat gula yang telah jernih selanjutnya dipekatkan lagi sampai kadar gula 10% (hidolisat ini setara dengan hidrolisat penggunaan ampas sagu 20%). Hidrolisat (sirup) gula 10% ini selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk produksi bioetanol. Hidrolisat Ampas Sagu Metode H2 SO4 0.25 M (D 20%) Sebanyak 6% (b/v) ampas sagu dicampurkan dengan larutan H2SO4 0.25 M dalam labu Erlemeyer yang ditutup rapat dihidrolisis pada suhu 115 oC selama 15 menit menggunakan autoclave. Hidrolisat hasil penyaringan dengan kain sagu (sebagai pembanding). Proses hidrolisis dilakukan pada suhu 115 oC selama 15 menit

saring 150 mesh dinetralkan dengan larutan NH4OH 3 N sampai pH netral (pH

46

6.5-7.0). Selanjutnya hidrolisat disaring dengan kertas saring biasa menggunakan pompa vakum. Hasil saringan dijernihkan dengan karbon aktif sebanyak 5%. Hidrolisat jernih dipekatkan hingga konsentrasi gula mencapai 10% (hidrolisat setara penggunaan ampas sagu 20%). Hidrolisat (sirup) gula ini digunakan untuk substrat produksi bioetanol. 3.5.4.2 Peremajaan Kultur - Pembuatan Inokulum Kultur S. cerevisiae dibiakkan dalam agar miring Potato Dextro Agar (PDA) dengan inkubasi selama 48 Jam pada kondisi aerobik pada suhu kamar (27-28 oC). Selanjutnya sebanyak 1-2 ose hasil biakan pada PDA inokulasikan pada biakan medium Potato Dextrose Broth (PDB) dalam labu Erlenmeyer. Inokulum pada PDB diinkubasikan pada suhu kamar menggunakan water bath shaker selama 24 jam dengan kecepatan pengadukan 120 rpm. 3.5.4.3 Medium Fermentasi Sebanyak 250 mL sirup glukosa (hasil penyiapan sirup) dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 500 mL kemudian ditambahkan 0.1 g pupuk NPK dan 0.375 g pupuk ZA. pH medium diatur hingga mencapai pH 4.8. Medium dipasteurisasi pada suhu 85 oC selama 5 menit kemudian didinginkan hingga mencapai suhu ruang.

3.5.4.4 Fermentasi Inokulasikan sebanyak 10% (v/v) inokulum S. cerevisiae ke dalam medium fermentasi. Fermentasi dilakukan secara anaerobik menggunakan pipa

kapiler pada labu Erlenmeryer (pakai H2SO4 pekat 20%) yang ujungnya dimasukkan dalam gelas ukur yang terendam dalam air (untuk mengukur CO2 terbentuk). Fermentasi dilakukan selama 4 hari (96 jam). Setelah fermentasi, lakukan pasteurisasi kultur fermentasi pada suhu 65 (modifikasi metode Rizaldi 1987).
o

C selama 30 menit

Sampling dilakukan setiap 12 jam.

Pengamatan meliputi volume CO2 yang terbentuk, pH, sisa gula pereduksi (metode DNS), total gula (metode Fenol-H2SO4), biomasa (pengeringan-oven), kadar etanol (specific gravity, AOAC 1995).

47

Lebih jelasnya prosedur produksi bioetanol dari dua substrat hidrolisat ampas sagu dapat dilihat seperti Gambar 17.
Hidrolisat Ampas sagu: 1. Metode Hidrotermalenzimatik (A3 20%) 2. Metode H2SO4 0.25 M (D 20%) (250 mL, pH 4.8) Inokulum S.cerevisiae (10%) Medium Fermentasi Proses fermentasi: (An aerobik, pH 4.8. 29-30 oC, 110 rpm, 4 hari)

NPK 0.1 g; ZA 0.75 g

Pasteurisasi (85 oC 15 menit)

Sampling per 12 jam (0 96 jam)

Pengukuran CO2 (pipa kapiler; H2SO4 20%)

Analisis: Gula pereduksi, Total gula; Biomassa; Etanol

Pasteurisasi 65 oC selama 30 menit

Produk bioetanol

Gambar 17 Prosedur produksi bioetanol dari dua substrat hidrolisat dari ampas sagu. 3.5.5 Kajian Analisis Nilai Tambah Hidrolisat Ampas Sagu Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui nilai tambah hidrolisat ampas sagu sebagai substrat bioetanol dan residu selulosa ampas sagu yang dihasilkan selama proses dari ampas sagu. Analisis nilai tambah akan menginformasikan berapa pertambahan nilai yang didapat dari produk (output) yang dihasilkan sebagai substrat untuk produksi bioetanol.

3.5.5.1 Sumber data Data yang terkait dengan kondisi proses produksi diolah berdasarkan hasil percobaan. Data bahan baku dan bahan tambahan diperoleh berdasarkan

48

perhitungan neraca masa proses produksi hidrolisat ampas sagu. Data harga bahan baku dan biaya input lain diperoleh dari sumber terkait. Data-data yang diperoleh diolah secara matematis, disajikan dalam tabulasi dan selanjutnya dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif.

3.5.5.2 Perhitungan Nilai Tambah Analisis nilai tambah dilakukan dengan menggunakan metode Hayami. Secara matematis, fungsi nilai tambah (NT) menurut metode Hayami (Hayami et al. 1987) dapat dirumuskan sebagai berikut:

NT = f (K, B, T, H, U, h, L) Keterangan: K = kapasitas produksi (kg) B = jumlah bahan baku yang digunakan (kg) T = jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan (orang) H = harga output (Rp/kg) U = upah kerja (Rp) h = harga bahan baku (Rp/kg) L = nilai input lain (Rp)

Perhitungan nilai tambah secara umum adalah sebagai berikut: NT = NO NI Keterangan: NT = nilai tambah (Rp/kg) NO = nilai ouput (NO = Y H ) J Keterangan: Y = jumlah produksi (kg) H = harga ouput (Rp/kg) J = jumlah bahan baku (kg)

49

NI = nilai input (NI = ha + hb) J Keterangan: ha = harga bahan baku (Rp) hb = harga bahan pendukung lainnya (Rp) J = jumlah bahan baku (kg)

Batasan-batasan yang digunakan dalam analisis nilai tambah ini adalah: 1. Hidrolisat yang dihasilkan merupakan hidrolisat yang mengandung gula (10%), dijual dalam bentuk curah untuk substrat produksi bioetanol. Byproduct merupakan residu selulosa ampas sagu hasil proses pretreatment yang telah dikeringkan dengan KA 12%. 2. Nilai tambah (NT) adalah peningkatan nilai dari pengolahan bahan baku ampas sagu menjadi hidrolisat ampas sagu dan residu selulosa, diperoleh melalui selisih nilai output dan nilai input yang dihitung dalam Rp/kg bahan baku yang digunakan. 3. Nilai output (NO) adalah hasil kali jumlah hidrolisat ampas sagu dan residu selulosa ampas sagu dengan harga hidrolisat dan residu selulosa ampas sagu dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan (Rp/kg). 4. Nilai input (NI) adalah input utama (jumlah biaya bahan baku) dan input tambahan (jumlah biaya bahan pembantu lainnya, biaya energi, dan air) dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan (Rp/kg).

50

Perhitungan analisis nilai tambah secara rinci disajikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Format analisis nilai tambah pengolahan No Peubah Formula

I. Output, input, dan harga 1 2 3 4 5 6 7 Output (kg) Input bahan baku (kg) Input tenaga kerja (jam/hari) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja Harga produk (Rp/kg) Upah rerata tenaga kerja (Rp/jam) A B C D = A/B E = C/B F G

II. Pendapatan dan Keuntungan 8 9 10 11 Harga input bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg bahan baku) Produk a. Nilai tambah (Rp/kg) b. Rasio nilai tambah (%) 12 a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg ) b. Bagian tenaga kerja (%) 13 a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat keuntungan (%) H I J=DxF K = J-H-I L% = (K/J) x 100% M=ExG N% = (M/K) x 100% O = K-M P% = (O/J) x 100%

Anda mungkin juga menyukai