Anda di halaman 1dari 7

Paper Kimia Dasar Reaksi Redoks

Secara sederhana, reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai reaksi yang terjadi pada perubahan bilangan oksidasi dari unsur yang terlibat dalam reaksi tersebut. Oleh karena itu, ciri khas utama dari reaksi ini adalah reaksi ini harus melibatkan serah terima elektron dalam reaksinya. Konsekuensi dari serah terima elektron pada reaksi redoks tersebut adalah adanya perubahan bilangan oksidasi yang menyebakan salah satu senyawa pereaksi mengalami reaksi reduksi, sementara yang lainnya mengalami reaksi oksidasi. Reaksi redoks sendiri terdiri dari dua reaksi yang terjadi bersamaan. Reaksi ini terdiri dari dua reaksi yakni reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi reduksi terjadi bila pereaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi akibat menerima elektron dari pereaksi lainnya. Sementara itu, reaksi oksidasi terjadi bila pereaksi mengalami peningkatan bilangan oksidasi akibat melepaskan elektron dari pereaksi pasangannya. Kedua reaksi tersebut terjadi bersamaan. Sementara salah satu pereaksi melepaskan elektron, pereaksi lainnya menangkap elektron pereaksi tersebut. Parameter Terjadinya Reaksi Redoks Sesuatu dikatakan mengalami reaksi redoks bila memiliki salah satu dari parameter-parameter di bawah ini: 1. Terjadinya Reaksi Redoks - Terjadi Peningkatan dan Penurunan Bilangan Oksidasi Bilangan oksidasi adalah bilangan yang menandakan muatan yang dimiliki oleh atom baik itu positif maupun negatif. Bilangan ini juga dapat digunakan untuk menunjukan tingkat oksidasi suatu unsur atau ion tertentu. Bilangan oksidasi dapat digunakan untuk menyetarakan reaksi redoks metode setengah reaksi. 2. Terjadinya Reaksi Redoks - Terjadi Pelepasan dan Penerimaan Elektron Suatu zat dikatakan mengalami reaksi oksidasi bila zat tersebut melepaskan elektron. Elektron yang dilepas tersebut kemudian ditangkap oleh zat lain yang menyebabkan zat tersebut mengalami reaksi reduksi. Oleh karena itu, bisa dikatakan reaksi reduksi terjadi bila zat tersebut menerima elektron dari zat pereaksi lainnya. Kedua reaksi tersebut berlangsung bersamaan, sehingga disebut dengan reaksi reduksi-oksidasi (reaksi redoks). 3. Terjadinya Reaksi Redoks - Reaksi Melibatkan Oksigen Jenis reaksi ini sebenarnya merupakan aplikasi lain dari reaksi redoks. Konsep utama dari jenis redoks ini adalah penggunaan peran oksigen untuk dilakukannya reaksi. Apa bedanya dengan reaksi pembakaran? Jawabannya adalah reaksi pembakaran merupakan contoh dari reaksi redoks. Seperti reaksi redoks lainnya, reaksi ini dibagi ke dalam dua bagian, yakni reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.

Reaksi oksidasi dalam reaksi redoks adalah reaksi pengikatan oksigen dari suatu perekasi. Artinya suatu zat dikatakan berekasi oksidasi bila zat tersebut bereaksi dengan oksigen. Hasil akhir dari reaksi tersebut tentu saja harus melibatkan oksigen. Sementara itu, reaksi reduksi adalah reaksi yang oksigen dapat dihasilkan atau dilepaskan dari suatu pereaksi. Kebalikan dari reaksi oksidasi, reaksi reduksi justru menghasilkan gas oksigen. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh reaksi di bawah ini. H2 + O2 ---> H2O Pada contoh reaksi di atas, terlihat untuk menghasilkan air, hidrogen harus bereaksi dengan oksigen. Dengan kata lain, hidrogen akan berikatan dengan oksigen sebagai konsekuensi dari reaksinya dengan oksigen. Reaksi redoks di atas adalah contoh reaksi oksidasi. Kebalikan dari reaksi tersebut dapat dikatakan sebagai reaksi reduksi. Aplikasi Reaksi Redoks dalam Bidang Teknik Geologi Aplikasi reaksi redoks dalam bidang teknik geologi antara lain : 1. Proses Metalurgi (pengolahan bijih logam) 2. Pengolahan limbah (lumpur aktif) Tidak semua mineral logam yang peroleh dari hasil pertambangan adalah mineral native element tetapi sebagian besar logam terdapat di alam dalam bentuk mineral atau bijih logam. Bijjih logam biasanya berupa senyawa oksida, sulfida, karbonat, silikat, halida dan sulfat. Misalnya, mineral bauksit yang mengandung logam aluminium, mineral hematit dan magnetit yang mengandung logam besi, serta kasiterit yang mengandung logam timah. Cara untuk mengolah bijih logam tersebut menjadi logam disebut dengan proses metalurgi. Proses metalurgi itu sendiri terdiri dari tiga tahapan, yaitu : a. Pemekatan bijih b. Peleburan c. Pemurnian Gambar 1 : Proses Metalurgi.

Proses pemekatan bijih bertujuan menghilangkan batureja, yaitu batuan logam yang tidak berguna dengan cara menghancurkan dan menggiling bijih sampai bijih logam terpisah dengan batureja. Selanjutnya, bijih logam dipisahkan dengan cara pengapungan (flotasi) dan penarikan dengan magnet. Peleburan (smelting) adalah perubahan bijih menjadi logam unsur. Tahap terahir adalah pemurnian (refining) logam dengan cara elektrolisis, distilasi atau peleburan ulang. Reaksi redoks terjadi pada proses peleburan dan pemurnian dengan cara elektrolisis. Proses peleburan disebut juga proses ekstrasi logam karena pada proses tersebut logam diekstraksi dari bijihnya. Logam diekstraksi dari bijihnya dengan cara mereduksi bijih logam dengan menggunakan unsur/senyawa lain sebagai reduktor. Salah satu reaksi peleburan bijih besi menjadi logam besi yang dikenal dengan nama reaksi termit.

Fe2O2 + 2 Al ---> 2 Fe + Al2O3 Pada reaksi tersebut, biloks Fe berkurang dari +2 menjadi 0 sehingga Fe2O2 mengalami reduksi dan bertindak sebagai oksidator, sedangkan biloks Al bertambah yang semula 0 menjadi +3 sehingga Al mengalami oksidasi dan bertindak sebagai reduktor. Selain pada ekstrksi bijih besi, reaksi redoks juga terjadi pada beberapa ekstraksi bijih logam yang lain, seperti : 2 CuS(s) + 3 O2(g) ---> 2 CuO(s) + 2 SO2(g) CuO(s) + C(s) ---> Cu(g) + CO(g)

Pada reaksi pertama terjadi perubahan biloks O2 yang semula bernilai 0 menjadi -2 sehingga O2 dapat dikatakan mengalami reduksi dan berperan sebagai oksidator, sedangkan unsur S yang semula memiliki biloks -2 menjadi +4 sehingga dapat dikatakan bahwa S mengalami oksidasi dan berperan sebagai reduktor. Pada reaksi kedua C mengalami kenaikan biloks dari 0 menjadi +2 sehingga C dapat dikatakan mengalami oksidasi dan berperan sebagai reduktor, sedangkan Cu mengalami oksidasi yang semula dengan biloks +2 menjadi 0 sehingga CuO berperan sebagai oksidator. Beberapa reaksi redoks pada proses metalurgi : Aluminium Crom Cr2O72- 2 Cr3+ + 7 H2O.........................................................(1) Cr2O72- + 14 H+ 2 Cr3+ + 7 H2O...........................................(2) Al2O3.xH2O + 2 NaOH ---> 2 NaAlO2 + (x + 1)H2O... ............ (1) 2 NaAlO2 + 4 H2O Al2O3.3H2O ---> ---> 2 NaOH +Al2O3.3H2O............... (2) (3)

Al2O3 + H2O........................................

Pengolahan Limbah (Lumpur Aktif) Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini Gambar 2 : Metode Lumpur Aktif

menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume Lumpur (Sludge Volume Index = SVI) dan Stirred Sludge Volume Index (SSVI).

Tahapan-tahapan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Tahap awal Pada tahap ini dilakukan pemisahan benda-benda asing seperti kayu, bangkai binatang, pasir, dan kerikil. Sisa-sisa partikel digiling agar tidak merusak alat dalam sistem dan limbah dicampur agar laju aliran dan konsentrasi partikel konsisten. 2. Tahap primer Tahap ini disebut juga tahap pengendapan. Partikel-partikel berukuran suspensi dan partikelpartikel ringan dipisahkan, partikel-partikel berukuran koloid digumpalkan dengan penambahan elektrolit seperti FeCl3, FeCl2, Al2(SO4)3, dan CaO. 3. Tahap sekunder Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah dicampur lumpur aktif untuk pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme dalam lumpur. Dengan agitasi yang baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak dengan materi organik dan anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap seperti H2S dan NH3 sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap selanjutnya dilakukan pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian dimasukkan ke tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang mengendap inilah yang disebut lumpur bulki. 4. Tahap tersier Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap ini biasanya untuk memisahkan kandungan zat-zat yang tidak ramah lingkungan seperti senyawa nitrat, fosfat, materi organik yang sukar terurai, dan padatan anorganik. Contoh-contoh perlakuan pada tahap ini sebagai berikut: a. Nitrifikasi/denitrifikasi Nitrifikasi adalah pengubahan amonia (NH3 dalam air atau NH4+) menjadi nitrat (NO3-) dengan bantuan bakteri aerobik. Reaksi: 2 NH4+(aq) + 3 O2(g) ---> 2 NO2-(aq) + 2 H2O(l) + 4 H+(aq) 2 NO2- (aq) + O2(g) ---> 2 NO3- (aq) Denitrifikasi adalah reduksi nitrat menjadi gas nitrogen bebas seperti N2, NO, dan NO2. b. Pemisahan fosfor Fosfor dapat dipisahkan dengan cara koagulasi / penggumpalan dengan garam Al dan Ca, kemudian disaring. Al2(SO4)3 + 14 H2O(s) + 2PO43-(aq) ---> 2 AIPO4(s) + 3 SO42-(aq) + 14 H2O(l) 5 Ca(OH)2(s) + 3 HPO42-(aq) ---> Ca5OH(PO4)3(s) + 6 OH-(aq) + 3 H2O(l) c. Adsorbsi oleh karbon aktif untuk menyerap zat pencemar, pewarna, dan bau tak sedap. d. Penyaringan mikro untuk memisahkan partikel kecil seperti bakteri dan virus.

e. Rawa buatan untuk mengurai materi organik dan anorganik yang masih tersisa dalam air limbah. 5. Disinfektan Disinfektan ditambahkan pada tahap ini untuk menghilangkan mikroorganisme seperti virus dan materi organic penyebab bau dan warna. Air yang keluar dari tahap ini dapat digunakan untuk irigasi atau keperluan industri, contoh: Cl2. Reaksi: Cl2(g) + H2O(l) ---> HClO(aq) + H+(aq) + Cl-(aq) 6. Pengolahan padatan lumpur Padatan lumpur dari pengolahan ini dapat diuraikan bakteri aerobik atau anaerobik menghasilkan gas CH4 untuk bahan bakar dan biosolid untuk pupuk. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses lumpur aktif : 1. Diperlukan areal instalasi pengolahan limbah yang luas, karena prosesnya berlangsung lama. 2. Menimbulkan limbah baru yakni lumpur bulki akibat pertumbuhan mikroba berfilamen yang berlebihan. 3. Proses operasinya rumit karena membutuhkan pengawasan yang cukup ketat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.anneahira.com/reaksi-redoks.htm http://www.dayigamerssss.blogspot.com/2011/04/reaksi-redoks-pada-lumpur-aktif.html http://www.nivitaaa.blogspot.com/2012/02/penerapan-konsep-reaksi-redoks-pada.html http://www.salmaosa.blogspot.com/2012/05/penerapan-konsep-reaksi-redoks-dalam.html Muchtaridi dan Sandri Justiana. 2006. Kimia 1. Jakarta : Yudhistira Utami, Budi,dll. 2009. Kimia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Whitten, Kenneth W,dll. 2010. Chemistry. Canada : Mary Finch

SUMBER GAMBAR

Gambar 1 = http://www.sman10garut.sch.id/wp-content/uploads/tik/pengolahan-logam/image1.jpg Gambar 2 = http://3.bp.blogspot.com/-zphESnZ0Yj4/T7cmGm5T8dI/AAAAAAAAARk/aStfIyYBwpM/ s400/l umpur+aktif.jpg

Anda mungkin juga menyukai