Anda di halaman 1dari 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Terkait 1. Tekanan Darah Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteriarteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke arteriol. Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh ini dan mendorong darah keluar. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga akhirnya pada vena-vena besar yng mendekati jantung terdapat gaya isap (suction), yakni

tekanan negative (bukan positive), akibat gaya isap yang dihasilkan jantung ketika ruangan-ruangan di dalamnya relaksasi. Tekanan darah pada arteri bervariasi menurut denyut jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). (Roger Watson, 2002). Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang bersirkulasi pada dinding-dinding dari pembuluh-pembuluh darah, dan merupakan satu dari tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan pernafasan, dan temperature. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang memompa darah ke dalam arteri-arteri diatur oleh respon arteri-arteri pada aliran darah. Tekanan darah perorangan dinyatakan sebagai tekanan darah sistolik/diastolik, contohnya 120/80. Tekanan darah sistolik (angka yang diatas) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung berkontraksi dan memompa darah ke dalamnya. Tekanan darah diastolik (angka yang di bawah) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung mengendur (relax) setelah ia berkontraksi. Tekanan darah

selalu lebih tinggi ketika jantung sedang memompa daripada ketika ia sedang mengendur (relax). Tekanan darah diastolik bagi kebenyakan kaum dewasa yang sehat adalah antara 90 dan 120 milimieter air raksa (mmHg). Tekanan darah diastolik normal adalah antara 60 dan 80 mmHg. Petunjukpetunjuk sekarang ini menentukan tekanan darah normal lebih rendah dari 120/80. Tekanan darah di atas 130/80 dipertimbangkan tinggi. Tekanan darah tinggi meningkakan resiko mengembangkan penyakit jantung, penyakit ginjal, pengerasan arteri-arteri (aterosklerosis), kerusakan mata dan stroke. (Muhammadun AS, 2010). Cara pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Cara Palpasi (metode Riva Rocci) Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Dengan metode ini tidak dapat ditentukan tekanan darah diastole. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk diharapkan. menentukan tinggi tekanan sistolis yang

b.

Cara Auskultasi Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut

bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mulamula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda, yaitu: a) Fase I; Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan neburun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan. b) Fase II; Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya. c) Fase III; Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya. d) Fase IV; Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang. Permulaan dari Fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolik. Permualaan Fase IV atau Fase V merupakan tekanan diastolik, dengan perbadaan sebagai berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7- 10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastole intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolik intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka Fase V lebih tepat digunakan sebagai Index tekanan diastolik.

c.

Cara Osilasi Yaitu dengan melihat osilasi air raksa pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistole. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunnjukkan tekanan diastole.

2.

Konsep Hipertensi a. Pengertian Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2002). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC)VI sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90mmHg. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sitolik 160mmHg dan tekanan diastolik 90mmHg, (Smeltzer, 2001).

10

b.

Klasifikasi 1) Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (dikutip dari Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh Sekejap, Muhammadun AS, 2010, hal.19) Table 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa Tekanan Kategori darah sistolik Normal Tekanan darah diatolik

Di bawah 130 Di bawah 85 mmHg mmHg 85-89 90-99

Normal Tinggi Stadium 1 ringan) Stadium 2 sedang) Stadium 3 berat) Stadium 4 Maligna)

130-139

(hipertensi 140-159

(hipertensi 160-179

100-109

(hipertensi 180-209

110-119

(hipertensi 219

mmHg 120

mmHg

atau lebih

atau lebih

(Muhammadun AS, 2010)

11

2)

Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut badan kesehatan dunia WHO (dikutip dari Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan, hal.5) Table 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO Tekanan Kategori sistolik (mmHg) Tensi optimal Tensi normal Tensi normal tinggi Tingkat ringan Subgroup: batas Tingkat sedang Tingkat 3: hipertensi berat 180-209 110-119 2: hipertensi 140-149 160-179 90-94 100-109 1: hipertensi <120 <130 130-139 140-159 Tekanan diastolik (mmHg) <80 <85 85-89 90-99 dr. Iskandar Junaidi, 2010,

Hipertensi sistolik isolasi

140

<90

Subgroup: batas Tingkat Maligna 4: hipertensi

140-149 210

<90 120

(dr. Iskandar Junaidi, 2010)

12

3)

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa >18 tahun menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VI Table 2.3 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa >18 tahun menurut Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure / JNC VI Tekanan Tekanan Kategori darah sistolik (mmHg) Optimal Normal Normal Tinggi Hipertensi Derajat 1 (ringan) Derajat 2 (sedang) Derajat 3 (berat) Hipertensi terisolasi sistolik 140-159 160-179 180 140 90-99 100-109 110 <90 <120 <130 130-139 darah diastolik (mmHg) <80 <85 85-89

c.

Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar, yaitu: (Gunawan, 2001) 1) Hipertensi Esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yng tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer beum diketahui

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa

13

factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut: a) Factor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebi besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. b) Ciri Perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbunya

hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih). c) Kebiasaan Hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dar 30gr), kegemukan atau obesitas yang diakibatkan dari makan berlebih, stress, serta pengarih lain seperti merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone, dan epineprin).

2) Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder, antara lain: a) Penyakit Ginjal (1) Stenosis arteri renalis Stenosis arteri renalis disebabkan oleh penyempitan arteri renalis yang menyebabkan penurunan tekanan perfusi, hipertensi, dan penurunan ukuran ginjal. Stenosis arteri renalis ini biasanya dipicu ole hetero sklerosis.

14

(2) Pielonefritis Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal. Eschericia coli merupakan bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar menjadi penyebab dari 90% infeksi ginjal di luar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi ini biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.

(3) Glomerulonefritis Glomerulonefritis merupakan penyebab penyakit gagal ginjal yang disebabkan adanya kelainan pada glomerulus ginjal. Glomerulonefritis merupakan

peradangan yang dimulai dari glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria.

(4) Tumor-tumor ginjal Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar. Tetapi, terkadang sel-sel muai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru yang tidak diperlukan tubuh. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan yang dikenal sebagai tumor. Sel-sel tumor tersebut akan merusak sel-sel disekitarnya sehingga mengganggu kerja ginjal.

(5) Penyakit ginjal polikista Penyakit ginjal polikista adalah suatu penyakit keturunan yang mana pada kedua ginjal ditemukan banyak kista. Ginjal menjadi lebih besar, tetapi hanya sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi.

15

(6) Trauma pada ginjal Trauma ginjal adalah kecederaan pada sistem urinaria. Walaupun ginjal mendapat proteksi dari otot lumbar, thoraks, badan vertebra, yang dan viscera, yang ginjal dapat

mempunyai

mobilitas

besar

mengakibatkan kerusakan organ ginjal. Trauma sering disebabkan kerena jatuh, kecelakaan lalu lintas, Jika tusuk, dan luka tembak.

(7) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal Terapi penyinaran ini biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang.

b) Kelainan Hormonal (1) Hiperaldosteronisme Hiperaldosteronisme merupakan suatu keadaan

kelebihan aldosteron yang mempengaruhi kadar natrium, kalium, bikarbonat, dan klorida dalam darah yang menyebabkan tekanann darah tinggi, kelemahan, dan terkadang menyebabkan kelumpuhan periodik. Hiperaldosteronisme dapat disebabkan oleh suatu tumor pada kelenjar adrenal. respon Terkadang terhadap

hiperaldosteronisme

merupakan

penyakit tertentu. Sebagai contohnya kelenjar adrenal melepaskan sejumlah besar aldosteron jika tekanann darah sangat tinggi atau jika arteri yang membawa darah ke ginjal menyempit.

(2) Sindroma Cushing Sindroma Cushing merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol. Penyakit

16

ini ditimbulkan ketika kelenjar adrenal pada tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol. Selain itu, penyakit ini juga dapat disebabkan kerena seseorang mengkonsumsi banyak obat-obatan yang mengandung kortikostreroid.

(3) Feokromositoma Feokromositoma merupakan suatu tumor yang berasal dari sel-sel kromafin kelenjar adrenal.

Feokromositoma dapat menyebabkan pembentukan katekolamin yang berlebihan. Katekolamin

merupakan hormon yang menyebabkan tekanann darah tinggi. Katekolamin terdiri dari hormon

adrenalin (epinefrin), norepinefrin, dopamine, dan dopa. Semua ini dapat merangsang tekanan darah tinggi. Feokromositoma terjadi pada kurang dari 1 di antara 1000 orang. Dapat terjadi pada pria maupun wanita pada berbagai macam usia, tetapi paling sering terjadi pada usia 30-60 tahun.

c) Obat-obatan (1) Pil KB Pil KB sering digunakan untuk mengatur masa menstruasi sesuai keinginan. Pemakaian pil KB meningkatkan kejadian tromboemboli dan gangguan pembuluh darah otak. Tromboemboli terjadi akibat perubahan sistem pembekuan darah oleh estrogen, di samping efek aterosklerosis pil oleh KB pengaruh hanya

progesteron. meningkatkan

Penggunaan

tidak

aterosklerosis

maupun

hipertensi.

Namun lebih jauh, ini akan meningkatkan potensi dideritanya penyakit jantung koroner. Penggunaan

17

estrogen dan progesteron tambahan dalam dosis rendah dapat mengurangi resiko tersebut, tetapi tidak akan menghilangkannya.

(2) Kortikosteroid Kortikosteroid adalah hormon yang diproduksi oleh korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, dan resistensi tubuh.

(3) Siklosporin Siklosporin adalah salah satu obat yang tergolong imunosupresan yang relatif tidak menimbulkan efek samping terlalu berat. Obat ini bekerja lebih selektif terhadap sel lomfosit T tanpa menekan seluruh imunitas tubuh.

(4) Eritropoetin Eritropoetin berperan dalam pembekuan sel eritrosit melalui proses eritropoesis. Dalam proses

pembentukan sel darah merah, rangsangan oleh eritropoetin dalam jumlah yang amat kecil saja akan merangsang sel unipotensila yang committed untuk segera membelah diri dan berdiferensiasi menjadi proeritroblas. Pada proses selanjutnya akan terbentuk eritrosit.

(5) Kokain Kokain berupa alkaloid yang didapatkan dari tanaman Erythroxylon coca. Pada penggunaan dosis tinggi, dapat menimbulkan gejala intoksitasi seperti

gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang

18

impulsif

dan

peningkatan

aktivitas

psikomotor

Takikardia Hipertensi Midriasis.

(6) Penyalahgunaan alkohol Alkohol meningkatkan keasaman darah sehingga kekentalan darah meningkat. Hal tersebut memaksa jantung hipertensi. bekerja lebih keras dan menyebabkan

d) Penyebab Lainnya (1) Koartasio aorta Koartasio aorta adalah suatu keadaan ketika terdapat kontriksi atau penyempitan dari aorta. Darah tidak secara bebas mengalir ke seluruh tubuh sehingga terjadi peningkatan pembuluh darah. Untuk

penanganan koartasio aorta dapat dilakukan operasi, tanpa harus membuka jantung saat opeerasi. Kasus ini dapat sering ditemukan pada wanita dengan Turner Syndrome.

(2) Preeklampsia pada kehamilan Preeklampsia merupakan hipertensi pada ibu hamil yang disertai dengan proteinuria. Biasanya hipertensi ini terjadi pada minggu ke-20.

(3) Porfiria intermiten akut Porfiria intermiten akut adalah profiria hepatik yang disebabkan karena kekurangan enzim porfobilinogen deaminase. Serangan ini dapat dicegah dengan mempertahankan asupan makanan yang baik dan mengindari penggunaan obat-obatan yang memicu serangan.

19

(4) Keracunan timbal akut Timbal (Pb) merupakan suatu unsur logam berat yang bersifat toksik. Keracuan timbal akut biasany terjadi kerena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau inhalasi uap timbal.

d.

Tanda dan Gejala Hipertensi tidak memberikan gejala atau symptom pada tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda dan gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, nafas pendek, pandangan mata kabur (karena adanya kerusakan pada otak, mata jantung dan ginjal), dan gangguan tidur, serta terkadang penderita hipertensi berat

mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengakkan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Tekanan Darah Tinggi, 2009).

e.

Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

20

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

21

penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Smeltzer, Bare, 2002). (http://alinmaliando.blogspot.com/2009/01/patofisiologi.html)

Skema 2.1 Patoflow Hipertensi

22

f.

Komplikasi 1) Stroke Stroke dapat terjadi akibat perdarahan tekanan tinggi otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurnag. Arteriarteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan kehilangan elastisitasnya sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui arteri koroner. Karena hipertensi kronik dan hipertrofi ventirkel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung dan peningkatan pembentukan pembekuan.

3) Gagal Ginjal Gagal ginjal dapat terjadi kerena kerusakan progresif akibat tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang

23

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik

4) Ensefalopati Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruangan interstitium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

g.

Penatalaksanaan Medis Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah mordibitas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi: 1) Terapi Non-Farmakologis Pengobatan secara nonfarmakologi dapat dilakukan dengan diet rendah garam, kolesterol, dan lemak jenuh, melakukan relaksasi, olahraga, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol. Selain pengobatan nonfarmakologis yang telah disebutkan diatas, ada banyak buah dan bahan alami yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa diantaranya seperti disebutkan dibawah ini: a) Mentimun Buah berbentuk lonjong dan berbiji ini sering diajdikan sebagai lalapan dan acar. Beberapa masker orang juga

menggunakannya

sebagai

untuk

merawat

kecantikan wajah. Sementara itu manfaat yang tidak kalah penting dari mentimun adalah kemampuannya membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan potasium,

magnesium, dan fosfor dalam timun efektif mampu

24

mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun jiga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah.

b) Semangka Kandungan air dan kalium yang tinggi dalam semangka sangat bagus untuk penderita hipertensi. Selain itu, senyawa aktif kukubositrin pada biji semangka dapat memacu kerja ginjal dan menjaga tekanan darah agar tetap normal.

c) Seledri Kandungan pthalides dan magnesium dalam seledri baik untuk melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri. Selain itu, pthalides dapat mereduksi hormon stress yang dapat meningkatkan darah. Masyarakat China sudah lama mengkonsumsi seledri untuk menurunkan tekanan darah. Dikarenakan seledri juga mengandung apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan

pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.

d) Bawang Putih Bawang putih dapat menurunkan tekanan darah karena mengandung adenosin, yang dapat merilekskan otot.

e) Mengkudu Mengkudu mengandung zat scopoletin yang bekerja mengikat serotonin, zat penyebeb terjadinya kontraksi pembuluh darah atau hipertensi. Zat ini dapat melebarkan pembuluh darah yang menyempit sehingga dapat

menurunkan tekanan darah tinggi. Dalam jangka waktu

25

panjang mengkudu juga dapat menjaga stabilitas tekanan darah normal pada penderita diabetes.

2) Terapi Farmakologis Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation and Treatment of high Blood Pressure) menyimpulkan bahwa obat diuretika, beta-blocker, antagonis kalsium, atau ACE Inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit ain yang ada pada penderita. Kelas-kelas obat utama yang dapat digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah: a) Duiretik Diuretik merupakan obat pilihan pertama bagi penderita hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh melalui urine. Diuretik juga lebih peka terhadap sodium seperti kaum lansia. Diuretik dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu Thiazide (Aprinox, Cloride, Lorvas, Enduron, Metenis-5), Kelompok Loop (Bumet, Lasix, Salinex) dan kelompok penghemat potassium (Amimide, Frumil, Fruselac, Frusemene). Efek samping dari diuetik adalah meningkatkan frekuensi miksi.

b) Beta Blocker Obat golongan beta blocker dapat menyembuhkan hipertensi dan menghalangi berbagai efek hormon norepinephrine yang menyebabkan jantung berdetak lebih

26

kencang dan vasokontirksi pembuluh darah.

Yang

termasuk golongan beta blocker antara lain Acebutolol (sectrol), Nadolol (Corgard), dan Propanolol (Beta block, Indegal, Ciplar, Betalong). Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah lelah dan berkurangnya kekuatan aktivitas fisik.

c) ACE Inhibitor Obat-obat Angiotensin ini I beraksi dan dengan mencegah produksi bagi

memberikan

kesempatan

bradikinin untuk menjaga pembuluh darah tetap dalam keadaan vasodilatasi. ACE Inhibitor mencakup

Benazepril, Captropril, Enalapril, Lisinopril, dan Ramipril. Efek samping dari pemberian ACE Inhibitor adalah batuk kering.

d) Angiotensin II Receptor Blocker Obat-obat ini menghalangi aksi Angiotensin II dan tidak meningkatkan bredikinin. Contoh nya adalah Angizaar dan Valsartan. Efek samping dari pemberian Angiotensin II Receptor Blocker antara lain, hidung tersumbat, nyeri punggung dan kaki, insomnia, dan gangguan pencernaan.

e) Antagonis Kalsium Antagonis kalsium bekerja dengan mencegah kalsium masuk kedalam sel otot namun tidak mempengaruhi kalsium yang digunakan untuk pembentukan tulang. Berdasarkan aksinya antagonis kalsium dibedakan

menjadi aksi jangka pendek dan jangka panjang.

f)

Alpha Blocker

27

Alpha blocker memperlambat waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk merespon perubahan-perubahan alami dalam tekanan darah saat bergerak dari posisi duduk atau tidur ke posisi berdiri, sehingga pada awal pemberian biasanya dalam dosis rendah dan diminum sebelum tidur. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain sakit kepala, denyut jantung berdebar keras, mual dan lemah.

g) Vasodilator Langsung Obat ini digunakan untuk pengobatan kasus hipertensi yang sulit diatasi kerana tidak memberi respon terhadap antihipertensi lain. Obat ini bekerja pada otot-otot dinding arteri yang menghalangi otot-otot tersebut mengkerutkan dinding arteri. Obat-obat ini meliputi Hydralazine

(Neprosol) dan Minoxidil (Mintop). Efek samping yang ditimbulkan adalah peningkatan denyut jantung dan retensi urine.

3.

Faktor-faktor Yang berhubungan dengan Perkembangan Penyakit Hipertensi Ada beberapa macam faktor yang berhubungan dengan perkembangan penyakit hipertensi, antara lain: a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi, aktivitas, dan istirahat. Dalam hidup modern yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolah raga dan berusaha mengatasi stressnya dengan merokok, minum alkohol, atau kopi yang mengandung kafein sehingga daya tahan tubuh menurun dan memiliki resiko terjadinya penyakit hipertensi.

28

b.

Genetis Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama. Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.

c.

Umur Penyebaran hipertensi menurut umur agaknya terdapat kesepakatan dari para peneliti di Indonesia. Tabel 2.4 Frekuensi hipertensi menurut golongan umur No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Golongan umur (Tahun) 20-29 30-39 40-49 50-59 Di atas 60 Seluruh umur 6,10 6,70 10,10 10,20 13,00 8,60 Prevalensi (%)

*)Dikutip dan disederhanakan dari: Survei hipertensi pada suatu pedesaan; Boedi Rahardjo, dkk, 1974 (Muhammadun, AS, 2010) Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahunan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 5560 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tetapi diantara usia tersebut, justru bagi wanita (setelah mengalami menopause) berpeluang lebih besar. Para pakar

29

menduga perubahan hormonlah yang berperan dalam terjadinya hiperensi dikalangan wanita usia lanjut. Namun, untuk sekarang ini penyakit hipertensi tidak lagi memandang golongan umur.

d.

Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan, tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada masa premenopause, wanita relatif terlindungi dari penykit kardiovakular oleh hormon estrogen sedangkan kadar estrogen menurun setelah menopause. Perempuan > laki-laki pada usia > 50 tahun, laki-laki > perempuan pada usia < 50 tahun.

e.

Adat Kebiasaan Kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan bagi orang tersebut seperti: 1) Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses, kerja keras dalam situasi penuh tekanan, dan stress yang berkepanjangan adalah hal yang paling umum serta kurang berolahraga, dan berusaha mengurangi stressnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab yang dapat meningkatkan resiko hipertensi.

2) Indra perasa kita sejak kanak-kanak telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang angka tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika kita terbiasa mengkonsumsi makanan di luar rumah (warung, restoran, hotel, dll).

30

3) Pola makanan yang salah, faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebih. Tujuan dari pola makan sehat adalah untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandungn kalori tinggi, serta kandungan gula dan lemak yang terlalu tinggi. Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing, dan untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 2.5 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Sumber: Angka Kecukupan Gizi (Kkal/hari) Ringan 1,56 x BMR 1,55 x BMR Sedang 1,76 x BMR 1,70 x BMR 1985 (dengan Berat 2,10 x BMR 2,00 x BMR penyesuaian)

(Almatsier, 2005: 146) FAO/WHO/UNU, (dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998)

f.

Pekerjaan Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria yang mengalami pekerjaan penuh tekanan, akan mengalami tekanan darah yang lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan mereka yang tekanan pekerjaannya lebih ringan.

31

g.

Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 30% pada wanita dan 18 20% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Obesitas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok 1) Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20 40% 2) Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41 100% 3) Obesitas berat: kelebihan berat badan > 100%

4.

Konsep Kacang Panjang a. Definisi Kacang panjang (Phaseolus vulgaris), kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, family Fabaceae, upafamili Faboideae, genus Vigna, spesies V.unguiculata, upaspesies V.u.sesquipedalis. Nama lokalnya String Bean (Inggris), de (Snij) Boon (Belanda), Kacang Panjang (Indonesia). Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina. Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesia. Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang

32

6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994). Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi 1500 m diatas permukaan laut (dpl), tetapi yang paling baik di dataran rendah. Penanaman di dataran tinggi, umur panen relatif lama dari waktu tanam, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian optimum adalah kurang dari 800 m dpl. Suhu yang idealnya untuk tanaman ini antara 20-30 derajat C, memiliki tempat terbuka (mendapat sinar matahari penuh), iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun. Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi yang paling baik adalah tanah latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik. Tanah kemasaman (pH) sekitar 5,5-6,5. Bila pH terlalu basa (diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodulanodula akar.

b.

Sifat dan Khasiat Buah yang berbentuk polong adalah sumber protein, energi dan mineral yang berguna untuk memenuhi gizi. Mengandung betakaroten, klorofil, vitamin B1 dan B2, serat serta pektin. Sayuran ini berguna untuk mengendalikan kadar gula darah,

33

mengatasi hipertensi, memperkecil risiko stroke dan serangan jantung, meningkatkan fungsi organ pencernaan, menurunkan risiko kanker, membantu mengatasi sembelit, dan bersifat sifat diuretic (peluruh kencing) tingkat sedang. Di beberapa negara, kacang panjang digunakan untuk mengobati rematik, arthritis, dan gangguan saluran kemih. Sayuran ini berkhasiat untuk menjaga kulit dari gangguan jerawat, membantu pemulihan luka bakar, peluruh air seni, mengatasi diare, eksim, gangguan ginjal, gatal-gatal, dll. Selain itu, ia juga antioksidan, antivirus, antibakteri, gangguan saluran kencing, dan meningkatkan fungsi limpa. Tentunya yang lebih penting lagi, dapat meningkatkan fungsi sel darah merah, menyembuhkan beri-beri, demam berdarah, mengatasi sakit pinggang, dan kurang darah. Tidak hanya buah, yang bisa memberikan manfaat. Daun kacang panjang, ternyata juga memberikan banyak khasiat. Dimana untuk meluruhkan air seni (diuretik), bisa diambil 50 gram daun segar kacang panjang. Bahan-bahan itu kemudian dicuci bersih. Kemudian direbus dengan dua gelas air sekitar 30 menit. Setelah dingin, airnya disaring dan diminum dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Menurut penelitian lainnya, kacang panjang juga dapat untuk menghancurkan batu ginjal, mencegah kelainan antibodi, meningkatkan fungsi limpa,

meningkatkan penyatuan DNA dan RNA, meningkatkan fungsi sel darah merah, beri-beri, demam berdarah, kurang darah, sakit pinggang, rematik, pembengkakan, meningkatkan nafsu makan, dan sukar buang air besar.

c.

Kandungan Kimia Kacang panjang mempunyai banyak kandungan gizi antara lain betakaroten, klorofil, vitamin A, vitamin B1 (tiamin) dan vitamin B2 (riboflavin), serat, pektin, antosianin, flavonol,

34

glikosida, serta kalium. Dalam 100 gram kacang panjang terkandung kalsium 34 mg, fosfor 34 mg, zat besi 0,8 mg, karotenoid 422 mg, dan vitamin C 21 mg. Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol (Hutapea, 1994). Selain itu juga mengandung protein,

karbohidrat, lemak, potasium, sodium, dan niasin (Handri and Rafira, 2003). Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang berbeda-beda.

d.

Kacang panjang dalam hubungannya dengan penurunan tekanan darah Unsur-unsur yang terdapat dalam kacang panjang yang dapat menurunkan tekanan darah adalah flavonol (sebuah subclass dari flavonoid), antosianin, vitamin C, kalium yang dapat berperan dalam metabolisme lemak, efek diuretik dan

mempertahankan elastisitas pembuluh darah. Dengan demikian kacang panjang memiliki peranan mekanisme penurunan tekanan darah. Kandungan kacang panjang yang dapat menurunkan tekanan darah antara lain: 1) Flavonol (subclass flavonoid) : flavonol merupakan

subclass dari flavonoid yang berfungsi menghalau penyakit degeneratif. Flavonol dapat bertindak sebagai quencer atau penstabil oksigen singlet. Senyawa quercetin yang terdapat pada flavonol beraktivitas sebagai antioksidan dengan melepaskan atau menyumbangkan ion hidrogen kepada radikal bebas peroksi agar menjadi lebih stabil. Aktivitas tersebut menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat (LDL) yang menyebabkan darah mengental, sehingga mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.

35

2)

Vitamin C

: vitamin C dapat memperkuat otot jantung,

vitamin C berperan penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses metabolisme kolesterol vitamin C dapat meningkatkan laju kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme kolesterol. Vitamin C juga dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat

meningkatkan pembuangan kotoran. 3) Antosianin antosianin glukosida, : Kacang panjang mengandung sianidin malvidin enam 3-O3-O-

(sianidin delfinidin

3-O-galaktosida, 3-O-glukosida,

glukosida, peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-Oglukosida), flavonol atau glikosida flavonol (kaempferol 3O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida, kuersetin 3-O-6-asetilglukosida) (Wong and Chang, 2004), aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio et al., 2000). Antosianin merupakan pigmen pembawa warna merah keunguan pada buah-buahan, sayuran, dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang dapat melindungi sel dari ultraviolet. Manfaat dari

Antosianin diketahui dapat mengobati berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker, diabetes, dan serangan jantung. Antosianin dari bunga Hibiscus sabdariffa (Malvaceae) telah digunakan secara efektif untuk melawan hipertensi dan gangguan hati. Selain itu, juga punya efek antiradang, antibakteri, dan mencegah penyakit diabetes melitus. Antosianin diyakini punya efek antioksidan sangat baik, karena dapat menghambat berbagai radikal bebas. Antosianin sangat efektif dalam penyembuhan penyakit diabetes dan komplikasinya. Salah satu bahaya komplikasi diabetes adalah timbulnya kebutaan. Dalam kasus inflamasi

36

(peradangan), konsumsi antosianin dalam jumlah cukup dapat memproteksi terjadinya inflamasi dengan berbagai mekanisme. Kemampuan antosianin dalam mencegah reaksi oksidasi membuatnya sangat baik untuk mencegah

ateroskelorosis (penyempitan pembuluh darah). Kehadiran antosianin dapat mencegah sumber utama terjadinya aterosklerosis, yaitu oksidasi LDL (kolesterol jahat).

4)

Kalium : Kaliumnya bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan akan menurunkan tekanan darah.

e.

Cara pemberian dan pengolahan Kacang panjang bermanfaat untuk mengatasi penyakit jantung dalam hal ini hipertensi yang baik adalah yang masih hijau dan segar. Cara pengolahannya adalah ambillah 100 gram kacang panjang segar yang telah dicuci bersih. Kemudian di jus dengan air hangat sebanyak 100 ml. Dalam proses penghalusan atau pengejusan digunakan air hangat untuk mengurangi aroma atau bau langu yang terdapat dalam kacang panjang. Dan diminum pada pagi dan sore hari masing-masing 100 ml.

f.

Isu kacang panjang terhadap Asam Urat (Atrhitis) Memakan kacang panjang yang berlebih sering kali di isukan akan menderita asam urat bagi banyak orang. Asam urat (atrhitis) sendiri adalah produk sampingan dari hasil metabolisme purin. Sekitar 90% penyakit asam urat disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal membuang asam urat secara tuntas dari tubuh melalui air seni. Sebagian kecil lainnya karena tubuh memproduksi asam urat secara berlebihan. Penderita asam urat biasanya juga memiliki keluhan lain seperti tekanan darah tinggi,

37

penyakit ginjal, diabetes dan aterosklerosis. Separuh dari penderita asam urat adalah orang yang kegemukan. Bila dibiarkan, penyakit asam urat bisa berkembang menjadi batu ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal. Pasien yang menderita asam urat memiliki pantangan makanan salah satunya yaitu makanan yang memiliki kadar purin tinggi yang dapat ditemukan pada minumn alkohol, soft drink, kacang-kacangan seperti kacang kedelai (termasuk hasil

olahannya seperti tempe, tauco, oncom, susu kedelai), kacang tanah, kacang hijau, tauge, melinjo, emping, jamur, bayam matang, dan sawi, daging kambing, jeroan dan gajih (lemak), kerang-kerangan, Bebek dan kalkun, salmon, mackerel, sarden, kepiting, udang, dan beberapa ikan lainnya. Kandungan purin yang terdapat pada makanan di atas tidak ditemukan pada tanaman kacang panjang. Pasein dengan asam urat sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan tinggi potassium seperti kentang, susu dan yogurt, pisang, dan juga kacang panjang salah satunya yang mengandung potassium.

(http://majalahkesehatan.com/pantangan-anjuran-penderita-asamurat/). Jadi pengkonsumsian kacang panjang dalam batas normal tidak akan berdampak pada kejadian asam urat seperti yang selama ini telah diisukan.

B. Penelitian Terkait 1. Yuliana Suheni (2007). Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke Atas di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Jenis penelitian ini adalah penelitian case control yaitu penelitian survey analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektive. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki perokok berusia 40 tahun di Badan Rumah Sakit Daerah Cepu periode JanuariNovember 2006. Sampel yang diambil sejumlah 30 orang kasus

38

(mengalami hipertensi) dan 30 orang kontrol (tidak mengalami hipertensi). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data primer diperoleh melalui penyebaran angket dan wawancara sedangkan data sekunder diambil dari bagian rekam medik Badan Rumah Sakit Daerah Cepu. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik uji Chi- Square dengan derajat kemaknaan ( ) = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah jumlah rokok yang dihisap (p= 0.0 z09, R=4.125), jenis rokok (p= 0.000, OR= 10.000), lama menghisap rokok (p= 0.000, OR= 21.000), keturunan (p= 0.018, OR= 3.596), asupan garam (p= 0.000, OR=

11.227), dan stres pekerjaan (p= 0.002, OR= 9.333). Sedangkan dari analisis berstrata diperoleh hasil bahwa keturunan, berat badan, aktivitas olahraga, asupan garam dan stres pekerjaan merupakan variabel perancu dalam menilai besar risiko kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi di Badan Rumah sakit Daerah Cepu.

2.

Fauziah Rahmah Karim (2009). Tentang Pemanfaatan Mentimun (cucumis sativus) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Labupaten Batu Bara Tahun 2009. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 25 Desember 2009 sampai 1 Januari 2010. Berdasarkan teknik purposif sampling diperoleh sampel sebanyak 20 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 10 orang kelompok yang memanfaatkan dan 10 orang kelompok yang tidak memanfaatkan. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif, odds ratio dan inferensial. Berdasarkan data demografi pada kedua kelompok sebanyak (55%) berada pada

39

rentang 41-60, (70%) berjenis kelamin perempuan, dan berdasarkan BMI (15%) mempunyai berat badan berlebih dan (10%) adalah obesitas. Jika dilihat dari tingkat pemanfaatan sebanyak 70% cukup memanfaatkan dan 30% kurang memanfaatkan. Sementara hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mentimun 81 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mentimun. Sedangkan dengan uji paired t-test menunjukkan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda antara pre-post pemanfaatan mentimun (sistolik: t=6.319, p=0.000; diastolik: t=6.8666, p=0.000). Selanjutnya dengan uji independent t-test, penelitian ini juga menemukan bahwa tekanan darah kelompok yang memanfaatkan berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan (sistolik: t=-2.522, p=0.021; diastolik: t=-2.969, p=0.08). Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mentimun (cucumis sativus). Juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa menimun (cucumis sativus) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

3.

Upik Rahmawati (2010). Tentang Pengaruh Konsumsi Jus Seledri (Apium graveolens linn) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan 40 subjek dengan metode Pre and Post Test Control Group Design dengan subjek ibu rumah tangga berusia 40-60 tahun yang tinggal di pemukiman Kelurahan Kebon Agung Semarang dan menderita hipertensi. Pengambilan subjek menggunakan metode kuota sampling. Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur menggunakan sphygmomanometer. Data asupan natrium, kalium, kalsium dan magnesium diperoleh melalui kuesioner food recall. Data IMT diperoleh dari pengkuran berat badan dibandingkan dengan tinggi badan yang diukur menggunakan

40

timbangan digital dan microtoise. Data dianalisis menggunakan uji Willcoxon. Independent t-test dan Mann-Whitney. Analisis multivariat menggunakan anacova. Hasil terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik (p< 0,0001) dan tekanan darah diastolik (p = 0,035) antara kelompok perlakuan dan kontrol. Setelah konsumsi jus seledri, tekanan darah sistolik kelompok perlakuan mengalami penurunan dengan nilai median yaitu 11.50 + 9.26. SD mmHg dan diastolik menurun 4.50 + 13.58 SD mmHg sedangkan kelompok kontrol tidak 50 mengalami penurunan yang bermakna.

4.

R. Rusna (1990). Tentang Gambaran Penderita Hipertensi pada Penghuni Perumnas Depok Jaya Ditinjau dari Segi Aspek Demografi survei ini merupakan survei cross-setional. Sampel yang diambil secara Stratified random sampling. Besar sampel yang berumur 20 tahun keatas adalah 800 orang. Hasil penelitian ditemukan prevlensi hipertensi di Perumnas Depok Jaya cukup tinggi (12,38%). Gangguan ini banyak ditemukan pada kelompok umur > 64 tahun (67.25%), jenis kelamin laki-laki (18,42%), status perkawinan duda/janda cerai mati (33,33%), tidak pernah sekolah (43,47%) dan bekerja sebagai pedagang (50%). Prevalensi tertinggi hipertensi terjadi pada penduduk yang telah lama tinggal antara 2-3 tahun, dengan tipe rumah M-70 (30, 76%).

5.

Ade Dian Anggraeni (2008). Tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Pekanbaru Riau 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkangambaran krakteristik responen, secara persentase didapatkan usia terbanyak penderita hipertensi yang berobat ke Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang adalah45 tahun (89,1%). Jenis kelamin yang terbanyak pada penderita hipertensi adalah wanita (56,5%). Prevaleni terjadinya hipertensi pada pria dan wanita masih terjadi kontroversi. Pada penelitian ini, penderita sebagian besar memiliki riwayat keluarga hipertensi (65,2%), hal ini sesuai dengan

41

literatur bahwa 70-80% kasus hipertensi terjadi pada penderita yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga. Perokok dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi, hal ini sejalan dengan penelitian bahwa sebagian besar penderita hipertensi memiliki kebiasaan merokok15 batang/hari (56,5%). Penderita memiliki pola asupan garam yang tinggi, yaitu sebesar 65,2%

C. Kerangka Teori Skema 2.2 Kerangka Teori

Faktor predisposisi 1. Riwayat hipertensi 2. Jenis kelamin 3. Usia 1. Penurunan Faktor Pendukung 1. Gaya hidup 2. Aktivitas fiik 3. Obesitas Jus Kacang Panjang tekanann darah sistolik 2. Penurunan tekanann darah Faktor Pendorong 1. Terapi farmakologis 2. Terapi nonfarmakologis diastolik

Sumber teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)

Anda mungkin juga menyukai