Anda di halaman 1dari 10

HUKUM ADAT DALAM DIMENSI KEBUDAYAAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH : DIAN AWALINA 11010112140631

KEMENTERIAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS HUKUM 2012

I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Adat Recht atau Hukum Adat menurut Snouck Hurgronje, adalah adat-adat yang mempunyai akibat hukum, atau dengan kata lain disebut dengan hukum adat jika adat tersebut memepunyai akibat hukum. Diantara manfaat mempelajari hukum adat adalah untuk memahami budaya hukum Indonesia, dengan ini kita akan lebih mengetahui hukum adat yang mana yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan hukum adat mana yang dapat mendekati keseragaman yang berlaku sebagai hukum nasional. Lebih jauh membahas tentang Hukum Adat, suatu adat dikatakan sebagai hukum adat atau seingkatnya yang merupakan karakteristik hukum adat adalah hukum yang umumnya tidak ditulis, peraturan-peraturan yang ada kebanyakan merupakan petuah yang memuat asas perikehidupan dalam bermasyarakat serta kepatuhan seseorang terhadap hukum adat akan lebih didasarkan pada rasa harga diri setiap anggota masyarakat. Lalu bagaimana dengan hukum adat yang selanjutnya ada dan dikatakan sebagai Dimensi Kebudayaan, serta letaknya dalam kerangka kebudayaan itu, jawaban dari beberapa pertanyaan ini akan di bahas di bab selanjutnya.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan ; 1. Bagaimana hukum adat ditempatkan di dalam dimensi kebudayaan di Indonesia? 2. Bagaimana cara berpikir masyarakat Indonesia 3. Bagaimana proses terbentuknya hukum adat?

BAB II PEMBAHASAN

1. Hukum Adat Di Dalam Dimensi Kebudayaan di Indonesia Kebudayaan menurut Herskovits sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lainlain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.[1] Dari uraian diatas maka dapat diambil pengertian bahwa Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan adalah Hukum Adat yang dilihat dari sudut pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat. Jika hukum adat dilihat dari segi wujud kebudayaan maka hukum adat termasuk dalam kebudayaan yang berwujud sebagai kompleks dari ide yang fungsinya untuk mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia dalam berkehidupan di masyarakat, dengan demikian hukum adat merupakan aspek dalam kehidupan masyarakat sebagai kebudayaan bangsa Indonesia.[2]
1.

http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html diakses pada 29 Desember 2012

Hukum Adat merupakan hukum tradisional masyrakat yang merupakan perwujudan dari suatu kebutuhan hidup yang nyata serta merupakan salah satu cara pandangan hidup yang secara keseluruhannya merupakan kebudayaan masyarakat tempat hukum adat tersebut berlaku.[3] Apabila kita melakukan studi tentang hukum adat maka kita harus berusaha memahami cara hidup dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan refleksi dari cara berpikir dan struktur kejiwaan bangsa Indonesia.[4] Maka jelas dikatakan bahwa memang hukum adat adalah sebagai aspek kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir bangsa Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri. 1.1 Cara Berpikir Masyarakat Indonesia Menurut Prof. Soepomo dilihat dari aspek struktur kejiwaan dan cara berpikir masyarakat Indonesia mewujudkan corak-corak atau pola tertentu dalam hukum adat yaitu :[5] a. Mempuyai Sifat Kebersamaan (Communal) Manusia menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa kebersamaan, meliputi segala lapangan hukum adat. b. Mempunyai Corak Magis-Religius Corak Magis-Religius yang berhubungan dengan aspek kehidupan didalam masyarakat Indonesia. c. Sistem Hukum Adat diliputi oleh Pikiran Penataan Serba Konkret

2. 3. 4. 5.

Sri Warjiyati. Memahami Hukum Adat. (IAIN Surabaya, 2006)hlm.15 Ibid. hlm 16 Dewi Wulansari. Hukum Adat di Indonesia. (Bandung : PT Refika Aditama, 2010)hlm 13

Soepomo. Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II . (Jakarta : Pradnya Paramita, 2004) hlm. 140141

Misalnya : Perhubungan perkawinan antara dua suku yang eksogam, perhubungan jual (pemindahan) pada perjanjian tentang tanah dan sebagainya. d. Hukum Adat mempunyai Sifat yang Sangat Visual Hubungan hukum dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dalam suatu ikatan yang dapat dilihat. 1.2 Sifat-sifat Umum Hukum Adat F. D. Hollemen juga memberikan uraian yang menjelaskan tentang sifat-sifat Hukum Adat yaitu :
[6]

a. Sifat Commune, kepentingan indibvidu dalam hukum selalu diimbangi dengan kepentingan umum. b. Sifat Concreet, yang menjadi objek dalam hukum adat itu harus konkret atau harus jelas c. Sifat Constant, penyerahan masalah transaksi harus dilakukan dengan konstan d. Sifat Magisch, hukum adat mengandung hal-hal yang gaib yang apabila dilanggar akan menimbulkan bencana terhadap masyarakat.

2. Proses Terbentuknya Hukum 2.1 Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir Hukum adat pada umumnya memang belum/ tidak tertulis. Oleh karena itu dilihat dari mata seorang ahli hukum memperdalam pengetahuan hukum adatnya dengan pikiran juga dengan perasaan pula. Jika dibuka dan dikaji lebih lanjut maka 4akan ditemukan peraturan-peraturan dalam hukum adat yang mempunyai sanksi dimana ada kaidah yang tidak boleh dilanggar dan apabila dilanggar maka akan dapat dituntut dan kemudian dihukum.

6.

op.cit, hlm.15

2.2

Hukum Adat Tidak Statis Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup karena dia menjelmakan perasaan

hukum yang nyata dari rakyat sesuai dengan fitrahnya sendiri, hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri. [7] Van Vollen Hoven juga mengungkapkan dalam bukunya Adatrecht sebagai berikut : Hukum adat pada waktu yang telah lampau agak beda isinya, hukum adat menunjukkan perkembangan selanjutnya dia menambahkan Hukum adat

berkembang dan maju terus, keputusan-keputusan adat menimbulkan hukum adat 2.3 Unsur-unsur dalam Hukum Adat

a. Unsur Kenyataan b. Adat dalam keadaan yang sama selalu diindahkan oleh rakyat dan secara berulang-ulang serta berkesinambungan dan rakyat mentaati serta

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Unsur Psikologis d. Setelah hukum adat ini ajeg atau berulang-ulang yang dilakukan selanjutnya terdapat keyakinan pada masyarakat bahwa adat yang dimaksud mempunyai kekuatan hukum, dan menimbulkan kewajiban hukum (opinion yuris necessitatis)[8]

2.4
7.

Timbulnya Hukum Adat

op cit, hlm 3 op cit, hlm.22

8.

Hukum adat lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para warga masyarakat hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan keperntingan dan keputusan para hakim mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, senafas, seirama, dengan kesadaran tersebut diterima atau ditoleransi. Ajaran ini dikemukakan oleh Ter Haar yang dikenal sebagai Teori Keputusan.

3. Sumber Pengenal Hukum Adat 3.1 Corak Hukum Adat

Corak dalam hukum adat : a. Tradisional b. Keagamaan c. Kebersamaan d. Konkret dan Visual e. Terbuka dan Sederhana f. Dapat berubah dan menyesuaikan g. Tidak dikodifikasi h. Musyawarah Mufakat[9] 3.2 Sistem Hukum Adat Sistem hukum adat pada dasarnya bersendikan pada alam fikiran bangsa Indonesia yang tidak sama dengan alam pikiran masyarakat Barat. Oleh karena itu sistem hukum adat dan sistem hukum Barat terdapat beberapa perbedaan diantaranya :

9. Sri Warjiyati. Memahami Hukum Adat. (IAIN Surabaya, 2006)hlm.23-24

Hukum Barat Mengenal hak suatu barang dan hak -

Hukum Adat Tidak mengenal dua pembagian hak

orang seorang atas sesuatu objek yang tersebut, perlindungan hak ditangan hanya berlaku terhadap sesuatu orang hakim lain yang tertentu Mengenal Hukum Privat Hukum Umum dan Berlainan daripada batas antara lapangan public dan lapangan privat pada Hukum Barat Ada Hakim Pidana dan Hakim Perdata Pembetulan hukum kembali kepada hakim (kepala adat) dan upaya adat (adat reaksi)

3.3

Kekuatan Materiil Hukum Adat Menurut Soepomo kekuatan materiil Hukum Adat bergantung pada beberapa

factor, antara lain : a. Lebih atau kurang banyaknya penetapan yang serupa yang memberikan stabilitas pada peraturan hukum yang diwujudkan oleh penetapan itu b. Seberapa jauh keadaan sosial di dalam masyarakat yang bersangkutan mengalami perubahan c. Seberapa jauh peraturan yang diwujudkan itu selaras dengan sistem hukum adat yang berlaku d. Seberapa jauh peraturan itu selaras dengan syarat-syarat kemanusiaan dan rasa keadilan[10]

10.

ibid, hlm.29

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 1. Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan Hukum Adat sebagai Aspek Kebudayaan adalah Hukum Adat yang dilihat dari sudut pandang nilai, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial religious yang didapat seseorang dengan eksistensinya sebagai anggota masyarakat. Hukum adat adalah sebagai aspek kehidupan dan budaya bangsa Indonesia karena struktur kejiwaan dan cara berfikir bangsa Indonesia tercermin lewat hukum adat itu sendiri. 2. Cara Berpikir Masyarakat Indonesia a. Mempuyai Sifat Kebersamaan (Communal) b. Mempunyai Corak Magis-Religius c. Sistem Hukum Adat diliputi oleh Pikiran Penataan Serba Konkret d. Hukum Adat mempunyai Sifat yang Sangat Visual 3. Proses Terbentuknya Hukum Hukum Adat adalah Hukum Non Statuir , hukum adat juga sebagai hukum yang berkembang dan hidup di masyarakat, sehingga unsure-unsur yang ada dalam hukum adat dapat menjadi asumsi atas eksistensi hukum adat , hukum adat tersebut lahir dan dipelihara oleh putusan-putusan para warga masyarakat hukum terutama keputusan kepala rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan hukum itu atau dalam hal bertentangan keperntingan dan keputusan para hakim mengadili sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat, senafas, seirama, dengan kesadaran tersebut diterima atau ditoleransi.

DAFTAR PUSTAKA

Soepomo. 2002. Hukum dan Adat . (Jakarta : PT Pradnya Paramita) Soepomo. 2004. Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia II. (Jakarta : Pradnya Paramita) Warjiyati, Sri. 2006. Memahami Hukum Adat. (Surabaya IAIN Surabaya) Wulansari, Dewi.2010. Hukum Adat di Indonesia. (Bandung : PT Refika Aditama) http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html diakses pada 29 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai