Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sudah lebih dari enam bulan Haniya bertugas sebagai dokter kepala puskesmas di des Pertiwi kecamatan Cuku Balak kabupaten Tanggamus. Ia prihatin, selama bekerja di sana tidak lebih dari sepuluh orang ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya untuk ante natal care, itu pun tidak rutin. Sebagai dokter yang berkompetensi budaya, dr haniya berpikir apakah aspek antropologi medis berpengaruh besar pada perilaku ibu hamil di daerah ini. Untuk itu ia melakukan penelitian kecil berdasarkan konsep Precede-Procede dari Lawrence Green, umtuk mengidentifikasi factor penyebab masyarakat berprilaku demikian. Dr Haniya menyadari bahwa tidak mudah merubah perilaku seseorang, apalagi individu tersebut belum merasa membutuhkan terhadap kesehatan seperti teori fungsi menurut Katz. Belum banyak aspek budaya dan kebiasaan masyarakat setempat yang diketahui dr haniya, dr. Haniya hanya perlu merancang upaya promosi kesehatan untuk mengatasi masalah ini, jangan sampai metode komunikasi kesehatan yang dipilihnya tidak tepat dan berakibat pada tidak tercapainya tujuan promosi kesehatan. Selain itu, ia juga menganggap sangat penting melakukan advokasi dan kemitraan dengan pihak-pihak terkait agar upaya promosi kesehatan dapat berhasil.
STEP 1
1. Advokasi Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan ( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
2. Kemitraan Hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih berdasarkan kesetaraan, manfaat). keterbukaan dan saling menguntungkan (memberi
3. Antropologi medis Studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
STEP 2
1. Apakah definisi dari promosi kesehatan? Bagaimana prinsip dan sasarannya? 2. Bagaimanakah metode dan media komunikasi pada promosi kesehatan? 3. Bagaimanakah konsep Precede-Procede dari Lawrence Green dan langkah-langkah perencanaan promosi kesehatan? 4. Apasaja teori perilaku? 5. Apasaja teori perubahan perilaku? 6. Bagaimana konsep antropologi medis? 7. Apa yang dimaksud dengan advokasi dan kemitraan?
STEP 3
1. Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
2. Prinsip Promosi Kesehatan di Lingkungan Pelayanan Kesehatan 3. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah 4. Prinsip Promosi Kesehatan di Lingkungan kerja 5. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum Sasaran : Sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier.
2. Metode Komunikasi beradasarkan subyek yang mendapat promosi kesehatan terbagi menjadi 3 yaitu metode komunikasi untuk individual, metode komunikasi untuk kelompok, dan metode komunikasi untuk massa.
Media Komunikasi tergolong menjadi media komunikasi beradarkan bentuk umum, cara produksi, dan sifatnya.
a. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan b. Mengembangkan komponen promosi kesehatan c. Menyusun rencana evaluaasi d. Menyusun jadwal kegiatan
4. Teori perilaku a. Teori ABC b. Teori Reaaction Action c. Teori Precede-Proceed d. Teori Behavior Intention e. Teori WHO ( Thought-Feeling)
a. Teori SOR b. Teori Dissonance c. Teori fungsi Katz d. Teori Kurt Lewin
6. Antropologi medis
Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia Peranan penyakit dalam evolusi manusia Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)
Pokok perhatian kutub sosial-budaya : Sistem medis tradisional (etnomedisin) Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka Tingkah laku sakit Hubungan antara dokter pasien
7. Advokasi
Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil kebijakan agar dapat memberikan dukungan masksimal, kemudahan perlindungan pada upaya kesehatan.
Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni: a) b) c) Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati bersama ) Saling menanggung resiko dan keuntungan
STEP 4
1. DEFINISI Promosi Kesehatan (Health Promotion) yaitu suatu rroses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their health), lebih luas dari pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi Kesehatan.
Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif
(peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support). Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services). Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor. Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain.
PRINSIP
Promosi kesehatan mempunyai prinsip yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup promosi kesehatan atau setting. Misalnya, promosi kesehatan di keluarga, fasilitas layanan kesehatan, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum. a. Prinsip Promosi Kesehatan di Keluarga Dalam lingkup ini penerapan yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Keluarga merupakan lingkup terkecil dalam suatu kelompok
masyarakat, sehingga promosi kesehatan yang dilakukan harus bias lebih spesifik juga. Pendidikan kesehatan yang diberikan pun diharapkan akan lebih efektif karena fokus pada satu keluarga sebagai satu sasaran. 2) Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan
satu sama lain, yaitu ayah, ibu, dan anak. Sehingga apabila promosi kesehatan yang dilakukan sudah baik akan sangat berpengaruh pada perubahan perilaku pada masing-masing anggota keluarga tersebut, dan nantinya perilaku itu akan terbawa ke lingkungan diluarnya. 3) Setiap keluarga tentu memiliki nilai dan aturan tersendiri dalam
lingkungannya, yang masing-masing anggota keluarga sudah anut sejak lama, biasanya berupa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Dalam hal ini maka pemberi promosi kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bisa lebih terbuka dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan. b. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan
Promosi kesehatan di fasilitas layanan kesehatan mempunyai prinsipprinsip dasar yaitu: 1) Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau
perawatan, pengunjung, keluarga pasien, 2) Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah
3) 4)
Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan, Menerapkan proses belajar di fasilitas pelayanan kesehatan.
c.
Promosi kesehatan di tempat kerja hendaknya dikembangkan dengan melibatkan kerja sama dengan berbagai sektor yang terkait, dan melibatkan beberapa kelompok organisasi masyarakat yang ada sehingga lebih mantap serta berkesinambungan. Dalam ruang lingkup tempat kerja, promosi kesehatan juga mempunyai prinsip-prinsip, diantaranya : 1) Komprehensif.
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman sehingga dengan lingkungan kerja yang mendukung tersebut diharapkan terjadi perubahan perilaku individu dan kelompok kearah yang positif sehingga dapat menjaga lingkungan agar tetap sehat. 2) Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif mengindetifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja yang sehat. Partisipasi para pengambil keputusan di tempat kerja merupakan hal yang sangat mendukung bagi para pekerja untuk lebih percaya diri dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam merubah gaya hidup dan mengembangkan kemampuan pencegahan dan peningkatan terhadap penyakit. 3) Keterlibatan berbagai sektor terkait.
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan. 4) Kelompok organisasi masyarakat.
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan pekerja, termasuk kelompok organisasi wanita dan laki-laki yang ada, termasuk juga tenaga honorer dan tenaga kontrak. Kebutuhan melibatkan dengan berbagai organisasi masyarakat yang mempunyai pengalaman atau tenaga ahli dalam membantu mengembangkan Promosi kesehatan Di Tempat kerja hendaknya di perhitungkan dalam mengembangkan program sebelumnya 5) Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Promosi kesehatan di tempat kerja yang berhubungan erat dengan kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai arti penting pada lingkungan tempat kerja dan aktivitas manajemen sehari-hari. Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan tujuannya jangka panjang. Apabila pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja ingin lebih mentap, program hendaknya sesuai dan responsif terhadap kebutuhan pekerja dan masalah yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja. d. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah
Sedangkan dalam ruang lingkup atau setting sekolah, promosi kesehatan juga memiliki prinsip, diantara yaitu : 1) Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat 2) Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua 3) Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di l
aksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu : Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan
sederhana Kerjasama dengan Puskesmas setempat Adanya program-program makanan bergizi dengan
e.
Sebagai lingkup yang sangat luas dan tidak tentu maka hal yang perlu diperhatikan dalam penerapannya antara lain: Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, sehingga dapat dikatakan bahwa sasaran dari tindakan promosi kesehatan ini juga tidak tetap. Misalnya di tempat-tempat umum seperti halte, stasiun, dll maka penerapan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dll. Dengan ini maka orangorang yang saat itu berada di tempat itu akan membaca dan mencoba memahami apa isi pesan yang ada.
SASARAN
Sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat yang sangat heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, latar belakang etnis dan sosio-budaya, latar belakang ekonomi, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi 3, yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.
a. Sasaran primer Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya. Masyarakat umum,yang mempunyai latar belakang yang heterogen seperti disebutkan di atas, merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Akan tetapi dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum, dan sebagainya. b. Sasaran sekunder Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya. c. Sasaran tertier Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak
mampu. Untuk itu perlu dukungan dari penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupati atau pejabat pemerintah setempat. Misalnya di daerah yang sangat kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh sebab itu kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat setempat ini sebagai sasaran tertier. Caranya misalnya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui APBD untuk pembangunan sarana air bersih tersebut.
Tersedia
banyak
metode
untuk
menyampaikan
informasi
dalam
pelaksanaan promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masingmasing metode memiliki keunggulan metode dan kelemahan, sehingga untuk
penggunaan
gabungan
beberapa
sering
dilakukan
mamaksimalkan hasil. Pemberdayaan dapat dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/resolusi, dan lainlain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lainlain. 1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan) Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Setiap orang memiliki
masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya : a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling) Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya. b. Wawancara (interview) Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (prubahan perilaku ynag diharapkan). 2. Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan
formalnya. Besarnya kelompok sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan. a. 1) Kelompok besar Ceramah Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah.
Penceramah harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media. Metode dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan saecara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. 2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. 1)
Kelompok kecil Diskusi kelompok Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama. Kelemahan metode diskusi sebagai berikut : a. b. c. d. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) 2) Curah pendapat (Brain storming) Diskusi dimana pada awal diskusi diberi kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta. 3) Bola salju (snow balling)
Metode dimana kesepakatan akan di dapat dari pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar. 4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group) Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk
mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan. 5) Memainkan peranan (role play) Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan. 6) Permainan simulasi (simulation game) Merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
3.
Metode Pendidikan Massa Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesanpesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung. a. b. Ceramah umum (public speaking) Pidato/diskusi
c. d. e. f.
Simulasi Menggunakan media televise Menggunakan media surat kabar Bill board
Tujuan Metode yang Digunakan o Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan ceramah, kerja kelompok, mass media, seminar, kampanye. o Menambah pengetahuan o Menyediakan informasi One-to-one teaching, seminar, media masa, kampanye, group teaching. o Self-empowering o Meningkatkan kesadaran diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training), simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method. o Mengubah kebiasaan o Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan
keterampilan, training, metode debat. o Mengubah lingkungan Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan dengan kesehatan.
Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari banyak metode lainnya. Metode-metode tersebutdapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi kesehatan disesuaikan dengan penerima pean dan sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari promosi kesehatan yang dilaksanakan.
MEDIA PROMOSI KESEHATAN Definisi Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar . Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini, beberapa definisi tentang media pembelajaran ini adalah sebagai berikut : Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969) Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970) Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977) Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itumelaluimedia cetak, elektronika
danmedia luar ruang, sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan. (Soekidjo:2005).
Tujuan Media Promosi Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Tujuan media promosi kesehatan: Media dapat mempermudah penyampaian informasi Media dapat menghindari kesalahan persepsi Dapat memperjelas informasi Media dapat mempermudah pengertian Mengurangi komunikasi yang verbalistik Dapatmenampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap mata Memperlancar komunikasi
Teori Media Promosi Untuk lebih memahami peran dan kedudukan media dalam proses pembelajaran, terutama dalam perannya membantu siswa untuk
memberikan pengalaman, maka Edgar Dale (1969) melukiskan berbagai pengalaman belajar itu dalam suatu kerucut yang dinamakan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan
tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi
Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Edgar Dale ini memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui proses pengamatan dan
mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui proses mendengarkan melalui bahasa. Jika pengalaman belajar melalui
pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang kongkret. Jika hal demikian tidak mungkin terjadi dalam kelas, seperti misalnya proses persalinan pada binatang, maka guru dapat menggunakan model, dengan demikian siswa akan tetap mendapatkan pengalaman yang mendekati kongkret. Begitu seterusnya, semakin keatas dari kerucut pengalaman Edgar Dale ini, maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin abstrak. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, diperolehnya. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Media pembelajaran berperan sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama. maka semakin banyaklah pengalaman belajar yang
Penggolongan Media Promosi Kesehatan 1. Berdasarakan bentuk umum penggunaan a. Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid dll b. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film dll 2. Berdasarkan cara produksi a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan visual. Pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Contoh : Poster, Leaflet, Brosur, Majalah, Surat Kabar, Lembar Balik, Stiker, Pamflet. Fungsi Utama : Memberi Informasi dan Menghibur. Kelebihan: Tahan lama, Mencakup banyak orang, Biaya tidak terlalu tinggi, Tidak perlu energi listrik, Dapat dibawa, Mempermudah pemahaman, Meningkatkan gairah belajar. Kelemahan : Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak, Mudah terlipat b. Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contoh : Televisi, Radio, Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide Show, CD Interactive, dan lain-lain. Kelebihan: Sudah dikenal masyarakat, Melibatkan semua panca indra, Lebihmudah dipahami, Lebihmenarik karena ada suara & gambar, Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih besar / luas, Sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.
Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Memerlukan energi listrik, Diperlukan alat canggih dalamproses produksi, Perlu persiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang& berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan, Perlu ketrampilan dalam pengoperasian. c. Media luar ruang yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umummelalui media cetak dan elektronik secara statis . Contoh : Papan Reklame, Spanduk, Pameran, Banner, TV Layar Lebar, dan lain-lain. Kelebihan: Sebagai informasi umumdan hiburan, Melibatkan semua panca indra, Lebihmenarik karena ada suara dan gambar, Adanya tatapmuka, Penyajian dapat dikendalikan, Jangkauan relatif lebih luas Kelemahan: Biaya lebih tinggi, Sedikit rumit, Ada yang memerlukan listrik dan atau alat canggih, Perlu kesiapan yang matang, Peralatan yang selalu berkembang dan berubah, Perlu ketrampilan penyimpanan
3.
Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam a. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
c.
unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
Definisi Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Dalam membuat perencanaan promosi kesehatan , perencanaan harus terdiri dari masyarakat, Profesional kesehatan dan promotor kesehatan.
Batasan Perencanaan Promosi Kesehatan: Di bidan Promosi kesehatan, perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah mencapai tujuan perubahan perilaku sasaran yang mendukung untuk hidup sehat. Perencanaan promosi kesehatan merupakan keterpaduan dengan program kesehatan lain seperti KIA, Gizi, kesehatan lingkungan dan program yang lainnya.
Model Perencanaan: 1. Model Umum Perencanaan Model ini menunjukkan bahwa perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis dan berkesinambungan: Meliputi proses merumuskan rencana (analisis situasi, penentuan prioritas, perencanaan strategi, perencanaan operasional), dan proses melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan , sampai evaluasi (penilaian) 2. Model Perencanaan Sistem Model ini merupakan perencanaan yang menggunakan pendekatan system manajemen. Alur system sebagai tahapan proses perencanaan dimulai dari masukan, dilanjutkan dengan proses, keluaran, efek, dan dampak dari rencana.
A. 1.
Menentukan kebutuhan promosi kesehatan Diagnosis masalah/ identifikasi kebutuhan promosi kesehatan.
Dalam mengidentifikasi masalah perlu adanya kajian sehingga masalah tersebut sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu kebutuhan perlu dibedakan menjadi 4 yaitu; - Kebutuhan Normatif, yaitu kebutuhan yang ditetapkan oleh professional - Kebutuhan yang dirasakan, yaitu kebutuhan yang diidentifikasi oleh orang-orang terhadap keinginan mereka.
- Kebutuhan yang dinyatakan, yaitu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat yang dinyatakan oleh demand/permintaan. - Kebutuhan komparatif yaitu, dengan membandingkan kelompok yang sama, dimana kelompok yang belum mendapat promosi kesehatan ditetapkan sebagai kelompok yang memiliki kebutuhan.
2.
Terbatasnya sumber daya dan kemampuan organisasi ,serta kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mengharuskan manajer untuk menetapkan prioritas masalah yang perlu dipecahkan.
B.
1. Menetapkan Tujuan. Tujuan utama promosi kesehatan adalah mencapai: a. b. c. meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat peningkatan perilaku masyarakat peningkatan status kesehatan masyarakat
2. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan. Ada 3 kelompok sasaran dalam promosi kesehatan yaitu; - Sasaran primer, yaitu kepala keluarga untuk kesehatan keluarga secara umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja. - Sasaran skunder, yaitu Tokoh masyarakat, agama ,adapt. Disebut sasaran skunder karena dengan memberikan pendidika kesehatan kepada
kelompok ini diharapkan selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakatnya. - Sasaran Tersier, yaitu para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah. Dengan kebijakan yang diambil oleh kelompok ini dihatrapkan mempunyai dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat. 3. Menentukan Isi Promosi Kesehatan. Isi harus dibuat sesederhana mungkin, sehingga mudah dipahami kelompok sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat. 1. Menentukan Metode. Banyak metode yang yang digunakan dalam promosi kesehatan diantaranya melalui pendidikan individual/perorangan, ceramah, seminar, yang harus disesuaikan dengan besarnya audiens dan pendidikan formal sasaran.
2.
Menentukan Media yang akan digunakan. Bila mencakup aspek pengetahuan dapat dilakukan melalui penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran lefleat . Bila ingin mencapai aspek sikap, maka dapat dilakukan dengan pemberian contoh konkret yang menggugah emosi, perasaan, sikap sasaran melalui pemutaran film dan video. Bila ingin mencapai kertampilan tertentu, maka pelatihan dan pemberian kesempatan untuk mencoba ketrampilan baru perlu dilakukan.
Dalam melakukan evaluasi perlu dijabarkan kapan dilakukan evaluasi, dimana dilakukan evaluasi, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi, dan siapa yang melakukan evaluasi.
D. Menyusun Jadwal Kegiatan Penjabaran waktu, tempat dan pelaksanaan biasanya disajikan dalam bentuk bagan chart.
4. TEORI PERILAKU
1) TEORI ABC (Sulzer, Azaroff, Mayer : 1977 ) Menurut teori ini perilau manusia merupakan sutu proses sekaligus hasil interaksi antara : Antecedent Behavior Consequences Antecedent Behavior : trigger, bisa alamiah ataupun man made : reaksi terhadap antecedent
Consequences : bisa positif( menerima), atau negatif ( menolak ) Contoh: Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak, salah satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat tampilan makanan semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C )
2) TEORIREATION ACTION (FESBEIN &AJZEN :1980 ) Teori ini menekankan pentingnya intention/niat sebagai faktor penentu perilaku Niat itu sendiri ditentukan oleh : sikap norma subjektif pengendalian perilaku
Contoh : Seorang ibu yang mau mengimunisasikan anaknya niat, dimana niat itu ditentukan oleh sikap ibu yang setuju dengan imunisasi, keyakinan ibu akan perilaku yang diambil dan sudah siap bila anaknya panas setelah diimunisasi.
3) TEORI PRECED-PROCEED
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak 1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor prilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE : Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and evaluation. Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede merupakan fase diagnosis masalah sedangkan PROCEED : Policy, Regulatory, Organizational Construc in Educational and
Environmantal, Development, dan evaluasi pendidikan kesehatan. Apabila Precede merupakan fase diagnosis masalah maka proceed merupakan pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan .
Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni : a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-fakor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitasfasilitas atau sarrana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Model ini secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut: PRECEDE MODEL (GREEN, 1990) B= f(PF, EF, RF)
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disampin itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku Contoh : Seorang bapak mau membangun WC yang sebelumnya masih BAB di sungai karena : Ia tahu BAB di jamban lebih sehat( Pf) Ia punya bahan bangunan untuk memebangun WC( Ef ) Ada surat edaran dari Pak Lurah agar setiap kelurga mempunyai WC ( Rf)
4) TEORI BEHAVIOR INTENTION ( Snehendu Kar : 1980 ) Menurut teori ini, perilaku kesehatan merupakan fungsi dari : o Behavior intention o Social support o Accessibility to information o Personal autonomy o Action situation
Seorang ibu melahirkan di dukun yang belum mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal, bukan di tenaga medis terlatih, mungkin dikarenakan : Tidak ada niat melahirkan di bidan(BI) Tidak ada tetangganya yang melahirkan di bidan(SC) Tidak mendapat informasi persalinan yang sehat(AI) Tidak bebas menentukan, takut mertua(PA) Kondisi jauh dari puskemas(AS)
5) TEORITHOUGHT AND FEELING ( WHO:1984) Menurut teori ini perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh : Thoughts and feeling Personal reference Resources Culture
B = f ( TF, PR, R, C )
Contoh : Seorang ibu habis melahirkan tidak mau menyusui anaknya, karena dia punya keyakinan kalau payudaranya akan hilang keindahannya bila menyusui (TF), atau karena artis yang diidolakannya tidak menyusui sehingga dia mengikuti (PR), atau karena harus bekerja, tidak ada waktu untuk menyusui (R), atau karena kebudayaan di daerah ibu
tersebut lebih keren kalau memberi susu formula daripada ASI, makin mahal harga susu maka status sosial makin naik (C).
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR) Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku
seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : 1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). 4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
b. Teori Festinger (Dissonance Theory) Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance
(keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance. Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance Dissonance = -------------------------------------------------------Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut. Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anakanaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia kuatir terhadap perawatan terhadap anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik. Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali ini
menunjukkan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
c. Teori Fungsi Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang
dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa : 1) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya. 2) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya. 3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain. 4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab
itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
d. Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni : a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahanperubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain. Kekuatan Pendorong - Meningkat Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru Kekuatan Penahan
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak
adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.
Kekuatan Pendorong Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru Kekuatan Penahan Menurun
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
Kekuatan Pendorong - Meningkat Perilaku Semula -----------------------------------------> Perilaku Baru Kekuatan Penahan Menurun
6. ANTROPOLOGI MEDIS
----------LO----------
-----------LO----------