Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Latar Belakang Boiler atau ketel uap merupakan salah satu penentu kualitas minyak kelapa sawit. Ia hampir menjadi sentra dalam berbagai tingkatan proses ekstraksi buah kelapa sawit (tandan buah segar) menjadi CPO dan produk turunannya. Boiler merupakan peralatan utama pada industri pengolahan minyak sawit dan turunannya. Pabrik-pabrik kelapa sawit memakai boiler untuk merebus tandan buah segar (TBS) yang baru saja dipanen. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap yang dihasilkan dari boiler pada temperatur 130 derajat celsius. Tujuan dari perebusan ini adalah memudahkan pemipilan brondolan dari tandannya, menghentikan perkembangan asam lemak bebas (free fatty acid) dan akan menyebabkan TBS melunak sehingga proses ekstraksi minyak menjadi lebih gampang. Dalam proses pengolahaan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit uap menjadi kebutuhan yang utama sebagai fluida kerja. Dimana uap dibutuhkan untuk merebus, mengaduk dan memanaskan buah kelapa sawit dan untuk pembangkit tenaga. Sebagai peralatan penghasil uap, ketel uap memiliki peranan penting pada proses pengolahan kelapa sawit dan untuk pembangkit tenaga. Sebagai peralatan penghasil ketel uap memiliki peranan penting pada proses pengolahan kelapa sawit. Uap yang dihasilkan pada ketel uap digunakan untuk memutar turbin sebagai penghasil energi listrik untuk kebutuhan pabrik dan uap keluaran turbin digunakan untuk proses pengolahan. Pada ketel perlu dipelajari dan dievaluasi kembali untuk mengetahui tingkat optimasi perpindahan kalornya. Pada kesempatan ini penulis menganalisa ketel uap pipa air tipe sirkulasi konveksi. Uap yang dihasilkan dari ketel uap merupakan gas yang timbul akibat perubahan fase cairan menjadi uap atau gas melalui cara pendidihan yang memerlukan sejumlah energi dalam pembentukannya. Zat cair yang dipanaskan akan menyebabkan pergerakan molekul-molekul air menjadi cepat sehingga melepaskan diri dari lingkungannya dan berubah menjadi uap. Air yang yang berdekatan dengan bidang pemanas akan memilki temperatur lebih tinggi (berat
jenis yang lebih rendah) dibandingkan dengan air yang bertemperatur rendah, sehingga air yang bertemperatur tinggi akan naik kepermukaan sedangkan yang bertemperatur rendah akan turun peristiwa ini akan terjadi terus menerus (sirkulasi) sehingga berbentuk uap. Kualitas air pengisi ketel yang buruk (air sadah kualitas air ketel yang tinggi/rendah) akan menghambat aliran kalor. Zat-zat yang yang terbawa oleh aliran fluida ini lama-kelamaan akan mengendap dan menempel di dinding ketel. 1.2. Tujuan Perancangan Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam karya ilmiah ini adalah : 1. Perancangan ketel uap untuk pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 20 ton TBS/jam 2. Perhitungan kebutuhan uap untuk proses pengolahan dan bakar ketel uap 3. Perancangan komponen-komponen utama dari ketel uap. 1.3. Batasan Masalah Dalam perancangan ini akan dirancang sebuah ketel uap untuk sebuah pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas olah 20 ton TBS/jam. Pembahasan akan difokuskan pada komponen-komponen utama ketel uap, yang meliputi : 1. Untuk mengetahui sistem kerja dari suatu ketel uap yang memproduksi uap yang digunakan untuk pengolahan kelapa sawit dan penggerak turbin. 2. Untuk memperoleh ukuran-ukuran turbin uap 3. Untuk mengetahui jumlah neraca kalor 4. Untuk mengetahui jumlah bahan bakar yang digunakan 1.4. Metodologi Penulisan Metodologi penulisan yang digunakan dalam tugas sarjana ini adalah sebagai berikut: 1. Survei lapangan, yakni berupa peninjauan langsung ke lokasi tempat alat penukar kalor yang berada di PTPN III 2. Studi literatur, yakni berupa studi kepustakaan dan tulisan-tulisan yang terkait dengan Turbin Uap.
3. Diskusi, yakni berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing. 1.5. Sistematika Penulisan Penulisan ini disusun dalam lima bab. Secara garis besar masing masing bab akan membahas hal hal sebagai berikut : Bab I Pendahuluan berisi penjelasan secara ringkas mengenai latar belakang permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pembatasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika penulisan Bab II Tinjauan Pustaka berisi penjelasan mengenai sejarah turbin, klasifikasi turbin air, turbin air cross flow, energi air, daya listrik, daya turbin, dan efisiensi turbin. Bab III Instalasi dan Peralatan Pengujian berisi penjelasan mengenai instalasi turbin aliran silang yang diuji, instalasi pengujian turbin aliran silang dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pengujian. BAB IV Pelaksanaan dan Hasil Pengujian berisi penjelasan tentang pelaksanaan pengujiam, besaran besaran yang didapatkan, analisis hasil pengujian, dan grafik hasil pengujian. BAB V Kesimpulan berisi kesimpulan dari hasil pengujian.
2.1. Definisi Ketel Uap Dewasa ini instlasi tenaga uap sekurang-kurangnya terdiri dari pembangkit uap atau yang dikenal dengan sebutan ketel uap yang berfundasi sebagai sarana untuk mengubah air menjadi uap bertekanan. Ketel uap dalam bahasa inggris disebut dengan nama boiler berasal dari kata boil yang berarti mendidihkan atau menguapkan, sehingga boiler dapat diartikan sebagai alat pembentukan uap yang mampu mengkonversi energi kimia dari bahan bakar padat (padat cair dan gas) yang menjadi energi panas (Syamsir, 1998). Uap yang dihasilkan dari ketel uap merupakan gas yang timbul akibat perubahan fase cairan menjadi uap atau gas melalui cara pendidihan yang memerlukan sejumlah energi dalam pembentukannya. Zat cair yang dipanaskan akan mengakibatkan pergerakan molekul-molekul menjadi cepat, sehingga melepas diri dari lingkungannya dan berubah menjadi uap. Air yang berdekatan dengan bidang pemanas akan memiliki temperatur yang lebih tinggi (berat jenis yang lebih rendah) dibandingkan dengan air yang bertemperatur rendah, sehingga air yang bertemperatur tinggi akan naik ke permukaan dan air yang bertemperatur rendah akan turun. Peristiwa ini akan terjadi secara terus menerus (sirkulasi) hingga berbentuk uap. Uap yang dihasikan oleh ketel uap dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain: Utilitas suatu daya pembangkit tenaga listrik dan industri. 2.2. Klasifikasi Ketel Uap Secara Umum ketel uap dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa bagian, yaitu berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa, pemakaian, jumlah lorong, letak dapur, bentuk dan letak pipa, sistem peredaran air bahan bakar, tekanan kerja ketel dan kapasitas uap (Syamsir, 1998).
2.2.1. Berdasarkan Fluida yang Mengalir dalam Pipa Berdasarkan fluida kerja yang mengalir didalam dapur, maka ketel dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Ketel Pipa Api (fire tube boiler) Pada ketel pipa api fluida yang mengalir pada pipa adalah api dan gas nyala (hasil pembakaran) yang menjadi energi panas, dimana panas tersebut diserap secara konduksi melalui dinding pipa. Contoh ketel pipa api: Ketel Scocth, Ketel Cochan dan Corn Wall. b. Ketel Pipa Air (water tube boiler) Pada ketel pipa air fluida yang mengalir melalui pipa adalah air. Energi panas (pembakaran bahan bakar) ditransfer dari luar pipa air ketel. Contoh ketel pipa air: Ketel Babcock and Wilcock, Ketel La mont, Ketel Benson, Ketel Takuma. 2.2.2. Berdasarkan Pemakaian Berdasarkan pemakaian ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ketel Stasioner (stasionary boiler) Ketel stasioner adalah ketel yang berada pada pondasi yang tetap, seperti untuk tenaga, untuk industri dan lain-lain. b. Ketel bergerak (mobile boiler) Ketel bergerak adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang bergerak atau berpindah- pindah, contohnya ketel lokomotif. 2.2.3. Klasifikasi Ketel Uap Pipa Air Berdasarkan Susunan Pipa, Drum Burner Ketel Klasifikasi Ketel Uap Pipa Air berdasarkan susunan Pipa, Drum dan Burner Ketel, Jenis tersebut dibedakan menjadi tipe D, tipe O dan tipe A. Penyusunan pipa pipa ketel ini sering dibuat menjadi nama Ketel tersebut. Misalnya Ketel uap tipe D, Ketel uap type A dan Type O. Ketel uap jenis ini sering disebut dengan Ketel industri (Industrial Boiler) atau Ketel Paket (Package Boiler). Hal ini karena dan
Ketel ini sering digunakan pada industri sebagai penghasil uap untuk proses prodeksi pabrik atau pembakit daya dengan kapasista kecil dan pendistribusiannya sering dalam bentuk paket. a. Ketel Uap Type D Pada Ketel uap Type D
b. Ketel Uap Type O Ketel uap tipe O terdiri dari 2 Drum yaitu Drum uap dan Drum Header air. Susunan Pipa-pipa Downcomer dan Pipa Evaporator Membentuk Huruf O. Burner (Pembakar) ditempatkan pada tengah antara pipa pipa Downcomer dan Evaporator (1). Seperti Gambar berikut ini.
Position)
sebagai berikut : a. Ketel dengan pembakaran dalam (internal fired steam boiler) Ketel pada bagian jenis ini memiliki dapur dibagian dalam ketel. b. Ketel dengan pembakaran diluar (external fired steam boiler). Ketel pada jenis ini memilki dapur pembakaran dibagian luar ketel. 2.2.5. Berdasarkan Jumlah Lorong (Boiler Tubes) Berdasarkan jumlah lorong ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ketel lorong tunggal (single tubes steam boiler). b. Ketel dengan lorong ganda (multi tubes steam boiler) . 2.2.6. Berdasarkan Bentuk dan Letak Pipa Berdasarkan bentuk dan letak pipa ketel uap dapat diklasifiksikan sebagai berikut : a. Ketel dengan pipa lurus, bengkok dan lekak-lekuk ( stragiht, bent, and sinous tubuler heating surface). b. Ketel deng pipa miring datar dan pipa miring tegak ( horizontal inclined or tubuler heating surface) 2.2.7. Berdasarkan Sistem Peredaran Air (Water Circulation) Berdasarkan sistem peredaran airnya ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Ketel dengan peredaran alami (natural circulation boiler) Peredaran air dalam pada ketel terjadi secara alami akibat dari perbedaan berat jenis air pada saat dipanaskan sehingga terjadi aliran konveksi alami. b. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler) Pada ketel jenis ini peredaran air terjadi karena adanya suatu alat bantu yaitu pompa sentrifugal yang digerakkan dengan motor listrik. 2.2.8. Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan maka ketel uap dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ketel uap dengan bahan bakar padat (batubara, cangkang, serabut, kayu dan lain-lain) b. Ketel uap dengan bahan bakar cair (minyak bumi, bensin, solar) c. Ketel uap dengan bahan bakar gas (gas alam, gas bumi dan lain-lain) d. Ketel uap dengan bahan bakar nuklir (uranium) 2.2.9. Berdasarkan Tekanan Kerja Ketel Berdasarkan tekanan kerjanya ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ketel uap tekanan rendah, dibawah 5 kg/cm2 b. Ketel uap tekanan menengah, antara 5-30 kg /cm2 c. Ketel uap tekanan tinggi, antara 30-325 kg/cm2 2.2.10. Berdasarkan Kapasitas Uap Berdasarkan uap yang dihasilkan ketel uap dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Ketel uap dengan kapasitas uap rendah (dibawah 10 ton uap/jam) b. Ketel uap dengan kapasitas uap sedang (10- 60 ton uap /jam) c. Ketel uap dengan kapasitas uap besar (di atas 60 ton uap/jam) 2.3. Bagian-Bagian Utama Ketel Uap Pipa Air 2.3.1. Ruang bakar Ruang bakar berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar. Bahan bakar dan udara dimasukkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran. Dari pembakaran bahan bakar dihasilkan sejumlah panas dan nyala api/gas asap. Dinding ruang bakar umumnya dilapisi dengan pipa-pipa yang berisi air ketel (waterwall). Air dalam pipa-pipa ini senantiasa bersirkulasi untuk mendinginkan dinding pipa dan sekaligus berfungsi sebagai pipa penguap. Dari drum atas air turun melalui pipa downcomer dan pada pipa-pipa waterwall air naik kembali menuju drum atas. Semakin cepat laju peredaran air, pendinginan dinding pipa bertambah baik dan kapasitas uap yang dihasilkan bertambah besar. Kebersihan dinding pipa waterwall sangat mempengaruhi besarnya laju
perpindahan panas. Pengotoran dinding pipa dapat terjadi pada permukaan luar akibat jelaga atau dapat terjadi pada permukaan dalam akibat kerak ketel. Kotoran yang melekat pada dinding pipa waterwall akan memperkecil kapasitas yang dihasilkan ketel. Lapisan kerak pada dinding pipa sebelah dalam dapat pula menyebabkan naiknya tekanan ketel. Secara umum bentuk ruang bakar terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Berbentuk silinder 2. Berbentuk kotak 2.3.2. Drum Ketel Uap Drum ketel berfungsi sebagai tempat penampungan air dan uap. Dalam drum terjadi pemisahan antar air dan gelembung-gelembung uap. Gelembung uap akan pecah dan menimbulkan percikan bintik-bintik air. Akibat perbedaan massa jenis, uap naik kebagian atas drum, sedangkan air sebelah bawah. 2.3.3. Pipa Waterwall Pada ruang bakar ketel uap komponen yang paling penting adalah pipa waterwall, dimana panas yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar diserap waterwall, sehingga air yang terdapat pada pipa waterwall mengalami penaikan temperatur sampai berubah menjadi uap. 2.3.4. Pipa Backpass Suatu komponen ketel uap yang berfungsi untuk mengalirkan uap jenuh dari drum bawah ke drum atas akibat adanya perbedaan temperatur. Pipa backpass juga berfungsi untuk mentransfer panas. Pipa ini diletakkan antara drum atas dan drum bawah. 2.3.5. Cerobong Asap Cerobong asap berfungsi untuk membuang das asap yang tidak dipakai lagi ke udara bebas, untuk mengurangi polusi disekitar instlasi ketel, Sehingga proses pembakaran dapat berlangsung dengan baik. Dengan cerobong asap pengeluaran gas asap dapat lebih sempurna.
2.3.6. Header Header merupakan suatu media penampung air dan uap yang disirkulasi ke pipa-pipa waterwall. Header pada ketel uap terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu : Header Depan (Front Header) Header Belakang (Rear Header) Header Samping kiri (Division Wall side header) Header Samping kanan (Furnace Side header) 2.4. Proses Pengolahan Kelapa Sawit 2.4.1. Unit Rebusan (Sterilizer) Kegunaan dari perebusan buah kelapa sawit antara lain untuk menghambat kadar kenaikan asam bebas, mempermudah proses pemipilan, melunakkan daging, mempersiapkan biji agar tidak mudah pecah dan menguapkan air yang terdapat dalam tandan buah segar. Kalor yang dibutuhkan untuk proses rebusan adalah :
2.4.2. Unit Pengaduk (Digester) Unit pengaduk (Digester) berfungsi untuk melepaskan daging buah dari biji kelapa sawit dengan pengaduk yang terdiri dari beberapa pisau pengaduk. Unit pengaduk berbentuk silinder vertical, mempunyai poros yang dilengkapi dengan pisau pengaduk yang digerakkan oleh electromotor. Besarnya kalor yang dibutuhkan oleh Digester adalah
2.4.3. Unit Pemecah (Cake Braker Conveyor) Serabut (fibre) dan biji (nut) yang dihasilkan dari proses pengempaan (Screw Press) masuk ke unit gorengan (Cake Breaker Conveyor). Untuk mengeringkan serabut dan biji yang masih mengandung air dan sekaligus membawa serabut dan biji ke unit pemisah serabut dan biji. Uap dimasukkan pada bagian bawah gorengan dengan sistem pemantelan. Serabut dan biji yang sudah
10
kering akan dimasukkan ke unit pemisah serabut dan biji (fibre/nut separating coloum). Kalor yang dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah:
2.4.4.Tanki Minyak Mentah (Crude Oil Tank) Pada tanki minyak mentah akan dilakukan pemanasan minyak mentah yang bercampur dengan air dan lumpur. Tujuan pemansan adalah untuk mempermudah proses pemompaan minyak mentah ke unit tanki pisah (Continuos Setling Tank). Besar kalor yang dibutuhkan untuk pemanasan adalah:
2.4.5. Tanki Pemisah (Continous Settling Tank) Pemberian uap pada tanki pemisah akan mempercepat proses pemisahan. Pemberian uap dilakukan dengan dua cara yaitu: pemberian uap dengan cara semprotan (injeksi) bersamaan dengan masuknya minyak sebanyak 75% dari jumlah uap yang diberikan:
2.4.6. Unit Pengeringan Biji (Nut Silo Dryer) Uap yang masuk ke (Nut Silo Dryer) dimanfaatkan untuk memanaskan udara. Dimana udara panas untuk mengeringkan biji agar inti tidak melekat pada cangkang. Kalor yang dibutuhkan unit pengeringan biji adalah :
2.4.7. Unit Pengeringan Inti Semua ini akan dikeringkan pada unit pengeringan inti sebelum dimasukkan kedalam storage kernel tempat penyimpanan sementara. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan udara panas. besarnya kalor yang dibutuhkan adalah :
11
2.4.8. Tanki Masakan Minyak (Clear Oil Tank) Minyak yang masuk ke Clear Oil Tank juga masih mengandung air dan lumpur, sehingga proses pengendapan kembali dilakukan. Pemberian uap pada tanki masakan minyak akan membantu proses pengendapan kembali dilakukan. Pemberian uap pada tanki masakan minyak akan membantu proses pengendapan. Besarnya kalor yang dibutuhkan adalah:
2.4.9.Tanki Minyak Lumpur (Sludge Oil Tank) Pada Sludge Oil Tank juga dilakukan pengendapan proses pengendapan, karena lumpurnya masih mengandung minyak. Minyak yang dihasilkan akan di proses kembali pada unit decanting dan self strainer (penyaringan sendiri) sebelum dimasukkan kembali ke unit tanki pemisah. Untuk memperlancar proses pengendapan sejumlah air akan disuplai ke Sludge Oil Tank. Besarnya kalor untuk tanki minyak lumpur:
2.4.10. Tanki Minyak Timbun (Storage Oil Tank) Tanki minyak timbun tempat penyimpanan minyak yang telah diolah sebelum didistribusikan. Temperatur minyak dipertahanankan untuk menjaga kualitas minyak hasil olahan. Kalor yang dibutuhkan sebesar :
2.4.11. Unit Decanter Lumpur hasil olahan dari tanki minyak lumpur, akan diolah kembali di unit decanter karena masih mengandung minyak. Minyak yang dihasilkan dari unit decanter akan dipompakan kembali keunit tanki pemisah. Untuk memperlancar proses pengendapan sejumlah air akan di suplai ke Sludge Oil Tank. Besarnya kalor untuk tanki minyak lumpur:
12
2.4.12.Tanki Air Panas (Hot Water Tank) Tanki air panas adalah tempat penyediaan air panas yang dibutuhkan dalam proses pengolahan kelapa sawit. Pemanasan air panas pada unit Hot Water Tank sampai pada temperatur 950C. Uap masuk Hot Water Tank pada tekanan 3 kg/cm2. Besarnya kalor yang dibutuhkan Hot Water Tank dapat dihitunh dengan persamaan:
2.4.13. Unit Air Umpan (Dearator) Unit air umpan adalah tempat pengolahan air sebelum dimasukkan kedrum ketel bagian atas. Temperatur air yang dimasukkan ke bagian ketel adalah 95 0 C besarnya kalor yang dibutuhkan oleh air umpan adalah
2.5. Bahan Bakar Ketel Uap Bahan bakar yang digunakan didalam ketel uap pada umumnya diklasifikasikan sebagai berikut: a. Bahan bakar padat b. Bahan bakar cair c. Bahan bakar gas 2.5.1. Bahan Bakar Padat Bahan bakar yang terdapat dibumi kita berasal dari zat -zat organik. Bahan bakar padat mengandung unsur-unsur antara lain zat arang atau karbon (C), hidrogen (H), zat asam atau oksigen O, zat lemas atau nitrogen (N), belereng (S), abu dan air yang ke semuannya itu terikat dalam suatu persenyawaan kimia. 2.5.2. Bahan Bakar Cair Bahan bakar berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam 13
tanah dengan cara mengebornya di ladang-ladang minyak dan memompanya ketas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis minyak bakar. Minyak bumi yang berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman, terdiri dari campuran persenyawaan zat cair arang (C dan H) yang terbagi menjadi jenis-jenis : a. Bersifat parafinis (parafinic base), yaitu persenyawan zat cair arang yang membentuk rantaian yang panjang sering disebut sebagai persenyawan alifatis, yang terdiri dari alkana. b. Bersifat nephtenis (nepttenic base), ialah persenyawaan zat cair arang yang berbentuk siklis atau aromat Cn H2n+6 atau cyclan Cn H2n. 2.5.3. Bahan Bakar Gas Bahan bakar gas di golongkan dalam dua golongan yaitu : a. Gas alam Bahan bakar ini sering ditemukan pada pengeboran minyak tanah diantaranya gas metena (CH4) bersama dengan gas etana (C2H6), karbon monoksida (CO), Liqiud Natural Gas (LNG), Liquid Petrolum Gas (LPG). b. Gas Buatan Gas buatan diantaranya adalah : Coal gas Produser gas Water gas Mond gas Gas dapur tinggi Coke oven Gas
Pada umumnya ketel uap pada pabrik kelapa sawit menggunakan bahan bakar padat buatan yang mudah diperoleh, dan ekonomis yaitu sebagai serabut dan cangkang kelapa sawit, bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya (lihat lampiran 2).
14
Dalam pemakaian kedua bahan bakar tersebut, ada beberapa pertimbangan yang menentukan kedua nilai bahan bakar tersebut, yaitu: Serabut murni Bila digunakan tersendiri maka bahan bakar tersebut akan cepat habis terbakar, sedangkan nilai kalor yang dihasilkan belum mencukupi uap pada ketel tersebut. Cangkang Murni Pemakaian cangkang yang terlalu banyak akan menghasilkan arang yang cukup banyak pada saluran udara pembakaran, sehingga proses pembakaran menjadi kurang sempurna. Jumlah bahan bakar yang dibutuhkan oleh ketel uap ditentukan oleh jumlah uap diperlukan dan nilai kalor pembakaran dari bahan bakar. 2.6. Nilai Kalor (Heating Value) Nilai kalor merupakan energi kalor yang dilepaskan bahan bakar pada waktu terjadinya oksidasi unsur-unsur kimia yang ada pada bahan bakar tersebut. Nilai kalor pada bahan bakar dapat dibagi menjadi dua menurut yaitu : 1. Nilai Kalor Bahan Bakar Tertinggi (HHV) Nilai kalor bahan bakar tertinggi atau high heating value (HHV), uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu sehingga panas pengembunannya turut dihitung sebagai panas pembakaran yang terbentuk. (Djokosetyardjo, 1999). Besarnya nilai kalor bahan bakar tertinggi (HHV) adalah
2. Nilai Kalor Bahan Bakar Terendah (LHV) Nilai kalor bahan bakar terendah atau lowest heating value (LHV), uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas pengembunnanya tidak ikut serta dihitung dengan panas pembakaran bahan bakar tersebut (Djoko setyardjo, 1999).
15
Besarnya nilai kalor bahan bakar terendah atau lowest heating value (LHV) adalah: LHV = HHV-2400 (H2O+9H2) kJ/kg 2.7. Perpindahan Panas pada Ketel Uap Panas yang dihasilkan karena pembakaran bahan bakar dan udara, yang berupa api (yang menyala) dan gas asap (yang tidak menyala) dipindahkan kepada air ataupun udara, melalui bidang yang dipanaskan atau heating surface, pada suatu instalasi ketel uap dengan tiga cara : a. Dengan cara pancaran atau radiasi b. Dengan cara aliran atau konveksi c. Dengan cara perambatan atau konduksi 2.7.1. Perpindahan Panas Secara Pancaran atau Radiasi Pemindahan panas secara pancaran atau radiasi adalah perpindahan panas antara suatu benda dengan benda yang lain dengan jalan melalui gelombanggelombang elektromagnetik tanpa tergantung pada ada atau tidak media zat diantara media yang menerima pancaran tersebut. Adapun banyaknya panas yang diterima secara pancaran atau Qp berdasarkan rumus dari Stephan - Boltzman adalah sebesar:
2.7.2. Perpindahan Panas Secara Aliran atau Konveksi Perpindahan panas secara aliran atau konveksi adalah perpindahan panas yang dilakukan oleh molekul-molekul suatu fluida. Molekul-molekul fluida tersebut melayang-layang secara bolak-balik membawa sejumlah panas masingmasing q Joule. Pada saat molekul fluida tersebut menyentuh dinding ketel maka panasnya dibagikan sebagian, yaitu q1 joule kepada dinding ketel, selebihnya yaitu q2 = q-q1 Joule di bawanya pergi. Bila gerakan yang dibawa oleh molekulmolekul tersebut adalah akibat dari kekuatan mekanis (karena dipompa atau dihembus dengan fan) maka perpindahan panas tersebut konveksi paksa (forced convection). Dalam gerakannya molekul-molekul api tersebut tidak perlu melalui
16
lintasan yang lurus untuk mencapai dinding ketel atau bidang yang dipanasi. Jumlah panas yang diserahkan secara konveksi (Qk)
Dimana: hc = koefisien konveksi Akonv = luas bidang yang dipanasi, m2 2.7.3. Perpindahan Panas Secara Konduksi Perpindahan panas secara perambatan atau konduksi adalah perpindahan panas dari suatu bagian benda padat ke bagian lain dari benda padat yang sama karena terjadinya persinggungan fisik tanpa terjadinya perpindahan molekul-molekul dari benda padat itu sendiri Didalam dinding tersebut, panas akan dirambatkan oleh molekul- molekul dinding ketel sebelah dalam yang berbatasan dengan air, uap ataupun udara. Jumlah panas yang dirambatkan Qkond melalui dinding ketel adalah sebesar.
Dimana: K = koefisien konduksi bahan, W/m K A = luas permukaan yang dipanasi, m2 = gradien temperatur, K
17
3.1. Analisa Kebutuhan Uap pada Pabrik Kelapa Sawit Kebutuhan uap pabrik kelapa sawit terdiri dari kebutuhan uap untuk proses pengolahan dan kebutuhan uap untuk pembangkit uap. Pada perencanaan ini kapasitas olah pabrik pengolahan kelapa sawit adalah 20 ton TBS/jam. Uap yang dihasilkan pada ketel uap digunakan untuk memutar turbin uap dengan tekanan uap masuk turbin 20 kg/cm2, suhu 260 oC dan uap keluar pada tekanan 3 kg/cm2. Sisa uap turbin dimasukan ke dalam Back Pressure Vessel (BPV) dengan tekanan yang harus dijaga sebesar 3 kg/cm 2, suhu 132,88 oC. Apabila tekanan kurang dari 3 kg/cm2 maka uap akan dithrotting melalui katup throttle. Uap dari BPV inilah selanjutnya digunakan untuk proses. Selama proses pengolahan buah sawit berlangsung kestabilan tidak mungkin terjadi terus menerus oleh sebab itu beramsumsi tekanan boiler 20 kg/jam, turbin uap mampu beroperasi pada tekanan 15 - 16 kg/jam. Dengan demikian turbin uap yang hemat komsumsi uap tidak direkomendasikan karena kebutuhan uap untuk proses pengolahan pasti akan kurang. Jika konsumsi turbin uap boros juga tidak dianjurkan karena pada kondisi fluktuasi terendah turbin tidak mampu menopang seluruh kebutuhan energi listrik proses pengolahan sehingga diasumsikan tekanan boiler 20 kg/cm2.
18
3.1.1. Kebutuhan Uap pada Sterilizer Kondisi-kondisi pada unit Sterillizer ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Sterillizer = 27 oC Temperatur TBS keluar Sterillizer = 125 oC Temperatur uap masuk Sterillizer = 132,88 oC Tekanan uap masuk Sterillizer = 3 kg/cm2
TBS yang akan direbus pada unit Sterilizer dapat dilihat pada tabel: Tabel 3.1 Kandungan TBS pada Sterillizer Kandungan Air Cangkang Inti Lumpur Minyak Serat Tandan kosong Jumlah Massa pada Sterilizer Maka kalor jenis rata-rata adalah Persentase (%) 11 8 7 16 23 12 23 100 Massa, m (kg/jam) 2200 1600 1400 3200 4600 2400 4600 20.000 Panas jenis, cp (kkal/kg o C) 1,0 0,45 0,38 0,35 0,53 0,43 0,43 m.cp (kkal/kg oC) 2200 720 532 1120 2438 1032 1973 10.015
Pada Sterilizer kandungan air pada TBS 70% akan diuapkan, maka kalor laten yang dibutuhkan untuk menguapkan air tersebut adalah:
Dimana: ma = massa air yang diuapkan = 0,7 x 2200 x 1,5 kg/jam = 2.310 kg/jam la = panas laten penguapan pada tekanan 3 kg/cm2 = 517,3 kkal/kg maka: 19
Uap terkondesasi dengan kualitas uap (x) = 25% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 Panas yang diberikan uap:
Dimana: mu = massa uap yang dibutuhkan Sterilizer pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
3.1.2. Kebutuhan Uap pada Digester Kondisi-kondisi pada unit Digester ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Digester = 30 oC Temperatur TBS keluar Digester = 90 oC Temperatur uap masuk Digester = 132,88 oC Tekanan uap masuk Digester = 3 kg/cm2 TBS yang akan direbus pada unit Digester dapat dilihat pada tabel Tabel 3.2. Kandungan TBS pada Digester Kandungan Air Cangkang Inti Massa, m (kg/jam) 660 1.600 1.400 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,45 0,38 m.cp (kkal/kg oC) 660 720 532
20
Dimana: hg = entalpi uap jenuh pada tekanan 3 kg/cm2 = 650,8 kkal/kg hf = entalpi cair jenuh pada temperatur 90 0C = 90 kkal/kg maka
Uap terkondensasi pada (x) = 0,20 0,30, diambil (x) = 0,25 Dimana : Pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
Maka: 21
97,04 mu kkal/kg
517,1287 mu = 409521,42 mu = 791,914 kg/jam Pada unit Digester jumlah air yang terbentuk dari kondesasi uap adalah 0,75 % x 791,914 = 593,936 kg/jam, maka air yang keluar dari unit Digester adalah: 593,939 kg/jam. Kemudian 15 % air ini akan masuk ke uni Cake Breaker Conveyor. 3.1.3. Kebutuhan Uap pada unit Cake Breaker Conveyor Kondisi-kondisi pada unit Cake Breaker Conveyor ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Cake Breaker Conveyor = 70 oC Temperatur TBS keluar Cake Breaker Conveyor = 90 oC Temperatur uap masuk Cake Breaker Conveyor = 132,88 oC Tekanan uap masuk Cake Breaker Conveyor = 3 kg/cm2
TBS yang akan direbus pada unit Cake Breaker Conveyor dapat dilihat pada tabel Tabel 3.3. Kandungan TBS pada Cake Breaker Conveyor Kandungan Air Cangkang Inti Sabut Jumlah Massa, m (kg/jam) 89,09 1.600,00 1.400,00 2.400,00 5.489,09 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,45 0,38 0,43 m.cp (kkal/kg oC) 89,09 720,00 532,00 1.032,00 2.373,09 22
Pada cake braker conveyor kandungan air 70 % pada serabut dan biji diuapkan.
Dimana: ma = massa air yang diuapkan = 0,75 x 89,09 kg/jam = 66,817 kg/jam la = panas laten penguapan pada tekanan 3 kg/cm2 = 34.564,432 kkal/kg maka:
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi dengan kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
Temperatur TBS masuk Nut Silo = 30 oC Temperatur TBS keluar Nut Silo = 80 oC Temperatur uap masuk Nut Silo Tekanan uap masuk Nut Silo = 132,88 oC = 3 kg/cm2
Kandungan air yang masuk ke unit Nut silo adalah 25 % dari air yang ada pada Cake Breaker Conveyor, yaitu: 0,25 x 89,09 = 22,273 kg/jam
TBS yang akan direbus pada unit Nut Silo dapat dilihat pada tabel Tabel 3.4. Kandungan TBS pada Nut Silo Kandungan Air Cangkang Inti Jumlah Massa, m (kg/jam) 22,273 1.600,000 1.400,000 3.022,273 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,45 0,38 m.cp (kkal/kg oC) 22,273 720,000 532,000 1.274,273
Pada cake braker conveyor kandungan air 8 % dari jumlah kandungan air pada cake breaker conveyor yaitu: 0,08 x 89,09 kg/jam = 7,127 kg/jam.
Dimana: ma = massa air yang diuapkan = 22,273 7,127 = 15,146 kg/jam la = panas laten penguapan pada tekanan 3 kg/cm2 = 517,3 kkal/kg maka:
24
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi dengan kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 Pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
3.1.5. Kebutuhan Uap pada Unit Kernel Silo Kondisi-kondisi pada unit Kernel Silo ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Kernel Silo = 30 oC Temperatur TBS keluar Kernel Silo = 90 oC Temperatur uap masuk Kernel Silo = 132,88 oC Tekanan uap masuk Kernel Silo = 3 kg/cm2
TBS yang akan direbus pada unit Kernel Silo dapat dilihat pada tabel Tabel 3.5. Kandungan TBS pada Kernel Silo Kandungan Air Inti Massa, m (kg/jam) 7,127 1.400,000 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,38 m.cp (kkal/kg oC) 7,127 532,000
25
Jumlah
1.400,127
539,127
Sebagian air yang masuk akan diuapkan, sehingga jumlah kandungan air keluar dari unit Kernel Silo tinggal 7 % dari jumlah kandungan air pada unit Cake yaitu: 0,07 x 89,09 kg/jam = 6,236 kg/jam, jadi jumlah air yang air yang akan diuapkan ma = massa air yang diuapkan = 7,127 6,236 = 0,891 kg/jam la = panas laten penguapan pada tekanan 3 kg/cm2 = 517,3 kkal/kg maka:
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi pada kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
26
3.1.6. Kebutuhan Uap pada Unit Crude Oil Tank Kondisi-kondisi pada unit Crude Oil Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Crude Oil Tank = 40 oC Temperatur TBS keluar Crude Oil Tank = 90 o C Temperatur uap masuk Crude Oil Tank Tekanan uap masuk Crude Oil Tank 593,936 = 504.845 kg/jam TBS yang akan direbus pada unit Crude Oil Tank dapat dilihat pada tabel Tabel 3.6. Kandungan TBS pada Crude Oil Tank Kandungan Air Lumpur Minyak Jumlah Massa, m (kg/jam) 504,845 3.200,000 4.600,000 8.304,845 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,35 0,53 m.cp (kkal/kg oC) 504,845 1.120,000 2.438,000 4.062,845 = 132,88 oC = 3 kg/cm2
Massa air masuk unit Crude Oil Tank 85 % dari Digester, yaitu: 0,85 x
27
Uap terkondesasi pada kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
3.1.7. Analisa Kebutuhan Uap pada Unit Contionous Tank Kondisi-kondisi pada unit Unit Contionous Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Contionous Tank = 70 oC Temperatur TBS keluar Unit Contionous Tank = 95 oC Temperatur uap masuk Unit Contionous Tank = 132,88 oC Tekanan uap masuk Unit Contionous Tank = 3 kg/cm2
TBS yang akan direbus pada Unit Contionous Tank dapat dilihat pada tabel Tabel 3.7. Kandungan TBS pada Unit Contionous Tank Kandungan Air Lumpur Minyak Jumlah Massa, m (kg/jam) 504,845 3.200,000 4.600,000 8.304,845 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,00 0,35 0,53 m.cp (kkal/kg oC) 504,845 1.120,000 2.438,000 4.062,845
28
Kalor yang digunakan untuk merebus TBS pada Continous Tank adalah:
Dimana: hg = entalpi uap jenuh pada tekanan 3 kg/cm2 = 650,8 kkal/kg hf = entalpi cair jenuh pada temperatur 70 0C = 70 kkal/kg maka
Uap terkondensasi pada (x) = 0,20 0,30, diambil (x) = 0,25 Dimana : Pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf =133,5 kkal/kg
Maka:
97,043 mu kkal/kg
29
532,64 mu = 101.526,73 mu = 190,61 kg/jam 3.1.8. Kebutuhan Uap pada Unit Oil Tank Sebelum masuk ke oil tank dan diharapkan kandungan air turun hingga 0,24 % - 0,3 % dan kotoran sampai dengan 0,006 % - 0,012 %. Kondisi-kondisi pada unit Unit Oil Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Oil Tank = 80oC Temperatur TBS keluar Unit Oil Tank = 110oC Temperatur uap masuk Unit Oil Tank = 132,88oC Tekanan uap masuk Unit Oil Tank = 3 kg/cm2 Pada unit Continous Tank uap yang akan dibutuhkan adalah 200,333 kg/jam
dan 85 % uap tersebut terkondesasi menjadi air yaitu: 0,85 x 200,333 kg/jam = 170,283 kg/jam dan kandungan air masuk ke oir furifier sebesar 504,845 + 170,283 = 675,128 kg/jam. Maka total massa yang masuk ke oil furifier adalah: Air = 675,128 kg/jam Lumpur = 3.200 kg/jam Minyak = 4.600 kg/jam Keluar dari oil purifier kandungan air menjadi 0,3 % yaitu : 0,003 x 675,128 = 2,025 kg/jam dan kandungan lumpur sebesar 0,012 % x 3.200 = 0,38 kg/jam. Jumlah inilah yang masuk ke oil tank dan keluar dari oil tank menjadi 0,1 % dari jumlah air yang ada pada oil purifier berarti ada 0,2 % air yang diuapkan yaitu sebesar 0,002 x 675,128 = 1.350 kg/jam. TBS yang akan direbus pada Unit Oil Tank dapat dilihat pada tabel Tabel 3.8. Kandungan TBS pada Unit Oil Tank Kandungan Massa, m Panas jenis, cp m.cp
30
ma = massa air yang diuapkan = 1.350 kg/jam la = panas laten penguapan pada tekanan 3 kg/cm2 = 517,3 kkal/kg maka:
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi pada kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
31
3.1.9. Kebutuhan Uap pada Unit Stroage Tank Kondisi-kondisi pada unit Unit Stroage Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Stroage Tank = 45oC Temperatur TBS keluar Unit Stroage Tank = 95oC Temperatur uap masuk Unit Stroage Tank = 132,88oC Tekanan uap masuk Unit Stroage Tank = 3 kg/cm2
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi pada kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
32
Maka:
Qu = Qst Qu = 121.900
3.1.10. Kebutuhan Uap pada Unit Sludge Oil Tank Kondisi-kondisi pada Unit Sludge Oil Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Sludge Oil Tank = 80 oC Temperatur TBS keluar Unit Sludge Oil Tank = 110 oC Temperatur uap masuk Unit Sludge Oil Tank = 132,88 oC Tekanan uap masuk Unit Sludge Oil Tank = 3 kg/cm2
Pada oil furifier kandungan air sebesar 675,128 kg/jam dan keluar dari oil furifier kandungan air berkurang menjadi 2,025 kg/jam serta kandungan lumpur 0,384 kg/jam, sehingga sisa air dan lumpur adalah: Air = 675,128 2,025 = 673,103 kg/jam Lumpur = 3.200 0,384 = 3.199,616 kg/jam
Sisa air lumpur tersebut masuk ke tangki lumpur. Kemudian air panas diperkirakan sebanyak 17% dari total kapasitas TBS disuplai dari Hot Water Tank, maka: 0,17 x 20.000 = 3.400 kg/jam. TBS yang akan direbus pada Unit Sludge Oil Tank dapat dilihat pada tabel Tabel 3.9. Kandungan TBS pada Unit Sludge Oil Tank Kandungan Air Lumpur Jumlah Massa, m (kg/jam) 673,103 3.119,616 3.872,719 Panas jenis, cp (kkal/kg oC) 1,0 0,35 m.cp (kkal/kg oC) 673,103 1.119,870 1.792,973
33
Panas yang diberikan uap: Uap terkondesasi pada kualitas uap (x) = 20% - 30%, diambil kualitas uap (x) = 0,25 pada tekanan 3 kg/cm2 : hg = 650,8 kkal/kg hf = 133,5 kkal/kg
Maka:
Qu = Qst Qu = 53.792,066
3.1.11. Kebutuhan Uap pada Unit Vat Fit Kondisi-kondisi pada unit Unit Vat Fit ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Vat Fit = 70oC Temperatur TBS keluar Unit Vat Fit = 90oC Temperatur uap masuk Unit Vat Fit = 132,88oC Tekanan uap masuk Unit Vat Fit = 3 kg/cm2
34
Maka:
Maka kebutuhan uap total pada Oil Tank adalah 143,44 kkal/jam 3.1.12. Kebutuhan Uap pada Unit Hot Water Tank Kondisi-kondisi pada Unit Hot Water Tank ini adalah: -
Temperatur TBS masuk Unit Hot Water Tank = 27oC Temperatur TBS keluar Unit Hot Water Tank = 95oC Temperatur uap masuk Unit Hot Water Tank = 132,88oC Tekanan uap masuk Unit Hot Water Tank = 3 kg/cm2
Maka:
Qu =
35
= = Qu = Qht 555,8 mu = 408.000 mu = 734,077 kkal/jam Maka kebutuhan uap total pada Hot Water Tank adalah 734,077 kkal/jam Tabel 3.10. Jumlah massa keseluruhan uap yang dibutuhkan untuk proses No. Nama Peralatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Sterilizer Digester Cake Braker Conveyor Nut Silo Kernel Silo Crude Oil Tank Continous Tank Oil Tank Strorage Tank Sludge Oil Tank Vat Vit Hot Water Tank Jumlah Uap yang Dibutuhkan (kg/jam) 6.865,350 791,914 211,220 184,470 84,490 523,097 190,610 190,320 314,033 138,570 143,570 734,077 10.371,72
3.1.13. Analisa Kebutuhan Uap pada Daerator Daerator merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk mengeluarkan oksigen, karbon dioksida, nitrogen dan gas-gas lainnya dari air pengisi ketel sekaligus untuk menaikkan temperatur, pengeluaran gas-gas bertujuan untuk mengurangi efek korosif terhadap pipa-pipa ketel. Air yang telah melewati proses pemurnian masuk ke daerator melalui sistem pengolahan dan bercampur dalam uap. Jadi jumlah air pengisian ketel
36
adalah jumlah air dari water treatment ditambah uap yang masuk Daerator dari BPV. Daerator yang digunkan adalah jenis Feed Water Heater terbuka. Kondisi-kondisi pada daerator adalah: Temperatur air masuk Daerator = 27 oC Temperatur uap masuk Daerator = 132,88 oC Tekanan uap masuk Daerator = 3 kg/cm2
Dengan mempertimbangkan kehilangan dan kerugian uap sebesar 5% - 15% sepanjang jalur pendistribusian uap dan blowdown, jika diambil kerugian sebesar 15 % maka kebutuhan uap pada daerator adalah: mau
ma
Daerator
mu
Gambar 3.1. Kesetimbangan Massa pada Daerator Persamaan keseimbangan kalor pada daerator adalah:
mau
mu
BPV
mup
Gambar 3.2. Kesetimbangan Massa pada BPV Persamaan kesetimbangan kalor pada BVP adalah:
37
Dimana: ma = massa aliran pengisian ketel hf27 = entalpi air pengisi ketel pada temepratur 27oC = 27 kkal/kg mup = massa aliran uap untuk pengolahan = 10.371,72 kg/jam mau = massa lairan uap dan air (ma +mu) Hf95 = entalpi air keluar daerator = entalpi air jenuh pada temperatur 95 oC = 95 kkal/kg Maka kebutuhan uap pada daerator adalah: Dari persamaan kesetimbangan kalor daerator diperoleh:
= 95 ma + 95 mu = 63,95 ma ma = 10,2 mu
Maka kebutuhan air untuk proses adalah: ma = 10,2 mu =10,2 x 1.146,05kg/jam = 11.689,67 kg/jam Jadi total kebutuhan uap untuk pengolahan 20 Ton TBS/jam adalah:
Dari survey diketahui untuk pemakaian uap pada proses pengolahan kelapa sawit setiap 1 ton TBS/jam dibutuhkan uap sebesar 300 650 kg uap/ jam. Jadi untuk 20 Ton TBS/jam dibutuhkan uap sebanyak 6.000 13.000 kguap/ jam.
38
Dengan berdasarkan kebutuhan uap diatas maka direncanakan kapasitas ketel uap adalah 13.000 kguap/jam. 3.2. Penentuan Daya pada Turbin Di dalam turbin uap ini akan berekspansi yaitu proses penurunan tekanan dan meanglir secara kontinu dengan kandungan panas h2. Dengan diketahuinya total jumlah uap untuk proses pengolahan maka daya turbin dapat ditentukan dengan persamaan:
Dimana: Nt = daya turbin (hp) Mu = massa uap masuk turbin = 13.000 kg/jam = 3,61 kg/det = selisih entalpi masuk dan keluar turbin H1 = entalpi uap masuk turbin dengan tekanan 20 kg/cm2 dan temperatur 260 oC = 699,57 kkal/kg H2 = entalpi uap keluar turbin uap pada tekanan 3 kg/cm2 dan temperatur 132,88oC = 262,625 kkal/kg
h
p1 = 20 kg/cm2 h1 =699,57 kkal/kg p2 = 3 kg/cm2
h2 =262,625 kkal/kg
39
Daya turbin dikonversikan dalam hp sehingga, Konversi satuan 1 hp 1 watt maka: = 745,7 watt = 0,00134102209 hp
3.3. Analisa Pembakaran Bahan Bakar Dalam perencanaan ketel uap yang digunakan untuk proses pegolahan kelapa sawit maka alternatif pemilihan bahan bakar cendrrung untuk memilih cangkang dan serabut dan juga didasarkan pada: a. Nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut memenuhi syarat b. Cangkang dan serabut bila tidak digunakan akan menajdi limbah dan mengakibatkan pencemaran lingkungkan c. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman kelapa sawit d. Cangkang dan serabut cukup tersedia di lokasi sekitar pabrik Tabel 3.11 Komposisi Kimia Cangkang dan Serabut Komposisi Bahan Bakar Hidrogen (H2) Carbon (C) Sulfur (S) Nitrogen (N) Oksigen (O2) Abu (ash) Air Jumlah Cangkang (%) 5,8 50,4 0,2 0,6 34,2 2,8 6 100 Serabut (%) 5,2 42,6 0,3 1,4 32,1 6,4 12 100
3.3.1. Nilai Kalor Bahan Bakar Dari rumus Dulong dan Petit diperoleh:
40
dimana: C, H2, S dan O2 adalah persentase masing-masing unsur dalam berat carbon, hidrogen, sulfur dan oksigen dalam bahan bakar. M (moisture) adalah persentase kandungan air dalam bahan bakar yang disebut dengan kelembaban Untuk mengetahui nilai kalor bahan bakar pembakran sempurna 1 kg bahan bakar, maka perbandingan bahan bakar cangkang dan serabut yang diambil 1: 3 yaitu 25 % cangkang dan 75 % serabut maka komposisi kimia yang terkandung dari bahan bakar campuran tersebut adalah: H2 C S N O2 Abu Air = (0,25 . 0,058) + (0,75 . 0,052) = 0,0535 = (0,25 . 0,054) + (0,75 . 0,426) = 0,4455 = (0,25 . 0,006) + (0,75 . 0,014) = 0,012 = (0,25 . 0,028) + (0,75 . 0,064) = 0,055 = (0,25 . 0,060) + (0,75 . 0,120) = 0,105 Total sehingga diperoleh: = 1,0 kg = 5,35 % = 44,55 % = 1,2 % = 5,5 % = 1.05 % = 100 %
= (0,25 . 0,002) + (0,75 . 0,003) = 0,00275 = 0,275 % = (0,25 . 0,342) + (0,75 . 0,321) = 0,32625 = 32,625 %
= 15.577.018 kJ/kg = 3.719,78 kkal/kg 3.3.2. Kebutuhan Bahan Bakar Kebutuhan bakan bakar pada hakekatnya tergantung LHV, entalpi pembentukan uap, serta efisiensi ketel uap. banyaknya bahan bakar (mbb) yang dibutuhkan ketel uap adalah:
41
dimana: mu hkk hmk = massa uap yang dihasilkan ketel = 13.000 kg/jam = entalpi uap keluar ketel pada tekanan 20 kg/cm2 dan temperatur 260 oC = 698,70 kkal/kg = entalpi uap masuk ketel melalui daerator dengan suhu 95 oC = cp.t = 95 . 1 = 95 kkal/kg LHV = 3.719,78 kkal/kg = efisiensi ketel (0,7 - 0,9) = direncanakan 80 %
maka:
= 2.637,29 kg/jam 3.3.3. Kebutuhan Udara Pembakaran Unsur-unsur yang terkadung pada bahan bakar yang dapat dibakar yaitu: C, H2, dan S. berikut ini adalah reaksi pembakaran 1 kg bahan bakar yang mengandung 0,4455 kg C, 0,0535 kg H2 dan 0,0275 kg S. 1. Pembakaran 0,4455 kg C C 12 kg C 1 kg C + O2 + 32 kg O2 + 32/12 kg O2 CO2 44 kg CO2 44/12 kg CO2 1,6335 kg CO2
0,4455 kg C + 1,188 kg O2
42
2H2 4 kg H2 1 kg H2
+ O2 + 32 kg O2 + 32/4kg O2
0,00275 kg S + 0,00275 kg O2
Dengan demikian berat udara yang dibutuhkan untuk pembakaran 1 kg bahan bakar adalah jumlah udara yang dibutuhkan untuk membakar C, H2,S adalah = 1,188 + 0,428 + 0,00275 = 1,6187 kg O2
Dalam komposisi bahan bakar terdapat 32,625 % O2 atau 0,32625 kg O2 maka udara yang dibutuhkan adalah = 1,6187 + 0,32625 = 1,2925 kg O2
untuk 1 kg udara mengandung 23,1 % O2 atau 0,231 kg O2, maka udara teoritis yang dibutuhkan adalah:
Agar unsur C, H2 dan S dapat terbakar dengan sempurna dibutuhkan udara berlebih antara 25 % - 30 %, dipilih 30 % maka udara aktual yang dibutuhkan adalah :
43
3.3.4. Analisa Gas Asap Dalam hal ini gas asap dibedakan atas gas asap yang dihasilkan oleh produk utama dan gas asap O2 berlebih. Gas asap yang dihasilkan dari produk utama yaitu gas asap yang terbentuk dari komposisi bahan bakar seperti CO2, H20 dan SO2. Gas asap produk utama = CO2 = (44/12)C = 2,1205 Karena diperhitungan axcess air, maka terdapat unsur O2 berlebih yang akan diperhitungkan dalam gas asap: Asap oleh O2 berlebih + H20 + 9 H2 + SO2 + 2S
Karena di dalam udara terdapat unsur nitrogen, maka unsur nitrogen ini akan diperhitungkan dengan gas asap: Gas asap oleh N2 dalam udara
44
sehingga: Gas asap yang terjadi = gas asap utama + gas asap O2 berlebih + gasa asap N2 = 2.1205 = 8,1138 Sehingga total gas asap yang terjadi akibat pembakaran bahan bakar sebanyak 2.637,29 kg/jam adalah: kebutuhan bahan bakar + 0,3877 + 5,6056
= 21.398,44 kg/jam 3.3.5. Panas Hasil Pembakaran Panas hasil pembakaran adalah panas yang dihasilkan bahan bakar yang terbakar di dalam ruang bakar. Banyaknya panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar adalah:
dimana: qbb = kalor hasil pembakaran mbb = massa bahan bakar = kg/jam
LHV = nilai pembakaran bawah = 3.719,78 kg/jam = efisiensi dapur (0,9 - 0,97) = direncanakan 90 %
maka:
45
3.3.6. Kelembapan Gas Asap Kelembaban gas asap adalah perbandingan antara massa uap air yang terdapat dalam gas asap dengan total massa gas asap untuk pembakaran bahan bakar adalah:
= 7,22 % 3.4. Neraca Kalor a. Kalor yang masuk Kalor yang masuk adalah jumlah panas hasil pembakaran bahan bakar kkal/jam
b. Kalor yang terpakai Kalor yang terpakai adalah kalor yang diserap air sampai berbentuk uap dalam ketel yaitu: Kalor yang dibutuhkan untuk pembentukan uap saturasi (Qsat) adalah
Dimana: mu = massa aliran uap = 12.835,72 kg/jam hsat = entalpi uap saturasi pada temperatur 212,4 oC = 668,4 kkal/kg h95 = entalpi air masuk ketel pada temperatur 95 oC = 95 kkal/kg
Kalor yang dibutuhkan untuk pembentukan uap panas lanjut (Qsup) adalah:
dimana: 46
mu = massa uap = 12.835,72 kg/jam hsup = entalpi uap superheater pada temperatur 260 oC pada tekanan 20 kg/cm2 = 698,7 kkal/kg hsat = entalpi uap saturasi pada temperatur 212,4 oC = 668,4 kkal/kg maka:
c. Kalor yang terbuang - Kalor yang terbuang adalah kalor yang terbawa asap ke cerobong asap
kkal/jam
kkal/jam
Qout = Qt =
47
maka:
3.5. Spesifikasi Ketel Uap Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh spesifikasi uap sebagai berikut: -
Jenis ketel uap Kapasitas ketel uap Tekanan kerja ketel Temperatur uap keluar ketel Bahan bakar Perbandingan HHV LHV Kebutuhan bahan bakar Panas hasil pembakaran
: ketel pipa air : 13.000 kg uap/jam : 20 kg/cm2 : 260 oC : Cangkang dan serabut :1:3 : 4.055,92 kkal/jam : 3.719,78 kkal/jam : 2.637,29 kg/jam :
BAB IV UKURAN-UKURAN UTAMA 4.1. Ruang Bakar Dalam ini dirancang ruang bakar yang berbentuk kotak atau empat persegi panjang dikelilingi oleh waterwall dengan tungu tetap (stationary grade), dimana bagian atas ruang bakar lancip dengan sudut kemiringan = 15 oC. Untuk mencari dimensi ruang bakar terlebih dahulu dicari volume ruang bakar melalui rumus:
48
dimana: Vrb = volume ruang bakar mbb = massa bahan bakar LHV = nilai pembakaran bawah = efisiensi dapur antar (0,9 - 0,97) = direncanakan 0,9 Qbs = beban spesifik ruang bakar (tipe pembakaran spreader stoker) = 35.000 BTU/ft.jam = 313.950 kkal/m3.jam Tabel 4.1 Beban Spesifik Ruang Bakar Method of firing Underfeed stoker Peak operating
Beban spesifik (BTU/ft2.jam) Chain or travelling 30.000 45.000 Underfeed stoker 30.000 45.000 Spreader stoker 35.000 45.000 Pulverized coal firing 25.000 35.000 Oil firing 30.000 60.000 Gas firing 30.000 60.000 (Sumber: Kent's, Mechanical Engineers Handbook. Edisi -12, Editor by J. Kenneth Salisbury, Jhon Wiley and Sons, Inc, New York.1962) Bahan pipa water wall dirancang dari bahan seamless carbon steel dengan A53 grade A dengan tegangan izin bahan (allowable stress) sebesar 12.000 psi nomor schedule pipa (ns) adalah:
dimana: P = tekanan kerja ketel = 20 kg/cm2 S = tegangan izin bahan pipa = 12.000 psi = 843,6 kg/cm2 maka:
49
Dalam hal ini schedul number yang diambil lebih besar dari schedul number yang terjadi (Ns = 23,7) karena tidak tercantum di dalam tabel, jadi diambil yang terdekat yaitu Ns = 40 dengan nominal 2 in maka nilai Schedul number yaitu: diameter luar (do) tebal pipa (t) = 2,735 in = 60,325 mm = 0,154 in = 3,9116 mm diameter dalam (di) = 2,067 in = 52,502 mm
Perlu diperiksa ketebalan pipa yang dipilih dengan tebal pipa minimum yang diizinkan. Tebal pipa minimum (mm) dihitung dengan rumus:
dimana: P = tekanan kerja ketel = 20 kg/cm2 Do = diameter luar = 60,325 mm Y = koefisien = 0,4 (untuk temperatur dibawah 900 oF) tm = tebal pipa minimum (cm) C = perlakuan akibat tegangan izin dan korosi 0,065 in (untuk pipa dengan diameter diatas 1 in) dan 0,055 in untuk pipa dibawah 1 in = dipilih 0,065 in = 0,1651 cm maka:
tm
4.2. Pipa Waterwall Untuk perhitungan banyakanya jumlah pipa waterwall dapat dihitung dengan persamaan:
50
dimana: K = keliling ruang bakar = 2 (p+1) = 2(1,5 + 3,34) = 9,68 m e = jarak antara pipa sehingga diperoleh: = 1,5 x do = 1,5 x 0,060325 = 0,090487 m
4.2.1. Pindahan Panas pada Pipa Waterwall 4.2.1.1. Koefisien Pindahan Panas di Luar Pipa Water wall (ho) Temperatur rata-rata di ruang bakar dievaluasi pada
Dari lampiran 2 dengan Tf = 816,7 oC = 1.089,7 K setelah diinterpolasi diperoleh: = 4,46 x 10-5 kg/m.s
51
Dengan menggunakan persamaan Nusselt mengenai pemanasan untuk pemanasan n = 0,4 dan untuk pendingan n = 0,3, maka digunakan yang pemanasan:
4.2.1.2. Koefisien Pindahan Panas di dalam Pipa (hi) Temperatur dievaluasi pada temperatur film Tf = Ts = 212,4 oC, setelah interpolasi maka diperoleh:
52
cp = 4,5009 kJ/kgoC = 949,74 kg/m3] = 1,313.10-4 kg/m.s] K = 0,6595 W/moC 1/ = 0,004 Untuk harga Nusselt diperoleh dengan menggunakan rumus: Nud = C (Gr x Pr) n Untuk harga Gr.Pr diatas diperoleh dari tabel 4.3 dibawah ini Tabel 4.2 Koefisien C dan n Jenis aliran Laminar Turbulent Dari tabel diperoleh: C = 0,59 N= Maka: Nud = C (Gr x Pr) n = 0,59 (5,31 x 107)1/4 = 50,36 Sehingga diperoleh koefisien konveksi dalam pipa (hi) adalah Gr.Pr 104 -109 109-1013 C 0,59 0,10 N 1/3
Dimana: Bahan pipa waterwall adalah seamless carbon dengan k = 54 W/m2oC Maka pindahan panas menyeluruh pada pipa Waterwall adalah:
53
Dimana: mu = massa aliran uap = 10.500 kg/jam hsat = entalpi uap saturasi pada temperatur 212,4 oC = 668, 4 kkal/ kg h95 = entalpi air masuk pada ketel pada temperatur 95 oC = 95 kkal/kg maka:
54
Dimana:
4.3. Isolasi Dinding Ruang Bakar Isolasi ini berfungsi untuk mencegah kehilangan panas yang besar melalui dinding dapur ke udara luar, bahan isolasi yang diguankan dipilih yang memiliki konduktivitas panas yang rendah dan tahan terhadap panas yang tinggi maka pada perencangan ini direncankan bahan isolasi terdiri dari: 1. Fire brick (batu tahan api) - Konduktivitas (k1) = 1,04 W/moC - Tebal (x1) = 9 in = 228,6 mm
55
Tebal (x2)
= 4,5 in = 114,3 mm
3. Isolatioan board (glass wall) Konduktivitas (k3) = 1,04 W/moC Tebal (x3) = 4,5 in = 114,3 mm
4. Casing plate (pelat aluminium) Konduktivitas (k4) = 1,04 W/moC Tebal (x4) = 1/8 in = 3,175 mm
Besarnya panas yang mengalir melalui dinding isolasi ruang bakar adlaah:
Dimana: U = koefisien perpindahan panas menyeluruh Aiso = luas isolasi ruang bakar = selisih temperatur waterwall dengan udara luar
Koefisien perpindahan panas pada ruang bakar Temperatur film di ruang bakar dievakuasi pada temperatur rata-rata
Dari lampiran 2 dengan Tf = 816,7 oC =1.089,7 K setelah diinterpolasi diperoleh : =4,46 x10-5 kg.m.s
56
(aliran turbulent)
Dengan menggunakan persamaan Nusselt mengenai pemanasan untuk pemanasan n = 0,4 dan untuk pendinginan n = 0,3 digunakan untuk persamaan:
= 1646,4
Koefisien pindahan panas di luar ruang bakar adalah: Diperkirakan temperatur dinding 20 oC lebih tinggi dari pada temperatur luar maka: setelah diinterpolasikan diperoleh: v = 16,89.10-6 m2.s 57
Pada dinding luar di ruang bakar ini adalah konveksi bebas dan dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
dimana: Gr = bilangan Grashof L = dimensi karakteristik (m) v = viskositas kinematik (m2/s) = koefisien ekspansi volume = 1/Tf = 0,0032
maka:
(aliran laminar)
Tabel 4.2 Koefisien C dan n Jenis Aliran Laminar Turbulent dari tabel diperoleh: C = 0,59 n = 1/4 Gr.Pr 104 - 109 109 - 1013 C 0,59 010 n 1/4 1/4
58
maka :
Bahan pipa waterwall dari baja karbon dengan konduktivitas (k) = 54 W/m2.oC.
= 0,085 W/m2.oC
= 61,39 m2
maka:
59
maka kehilangan panas di ruang bakar sangatlah kecil sehingga tidak mempengaruhi kondisi ruang bakar.
4.4. Drum Ketel Pada drum ketel pipa air, drum ketel merupakan tempat terjadinya proses perpindahan panas dari alat-alat pemanas terhadap air yang dipanaskan sehingga berubah menjadi uap. pada pipa ini laluan dari pipa-pipa api serta air berada di dalam drum ketel. Drum ketel juga berfungsi untuk mengatur sirkulasi uap dan air. Dengan kapasitas ketel 20 ton/jam maka dibutuhkan drum dengan dimensi volume 20 m2. Karena jika dikonversikan 20.000 kg = 20.000 liter, dan 1 m 3 = 1000 liter sehingga volume ruang yang dapat menampung air 20.000 liter adalah 20 m3. Berdasarkan perhitungan diatas maka dirancang dimensi dari drum ketel tersebut. Dengan memperhatikan tinggi ruang bakar dengan panjang 5 m maka panjang dimensi drum ketel uap yang dirancang 5 m juga. setelah volume dan panjang drum ketel uap diketahui maka diameter drum ketel uap dapat dicari dengan:
60
dioksida dan gas asap karena kelebihan karbon dioksida akan mengakibatkan api pembakaran mati. Pada dasarnya cerobong asap menghasilkan tarikan gas asap yang disebabkan oleh perbedaan berat jenis gas asap terhadap udara luar. Berdasarkan grafik dibawah maka dapat mengetahui/merancang tinggi cerobong asap dan temperatur keluar cerobong asap. Dengan catatan harus mengetahui temperatur masuk cerobong asap dan menentukan diameter cerbong asap. Dalam hal ini temperatur masuk cerobong asap adalah 800 oF atau 426 oC dan diameter cerobong asap adalah 1,8 meter atau 6 ft dimana 1 ft = 0,3048 meter. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diperoleh tinggi cerbong asap dan temperatur keluar gas asap dengan menggunakan grafik dibawah dan berdasarkan grafik dibawah. berdasarkan grafik diperoleh ttinggi cerobong yaitu 40 ft = 12 meter, dan temparatur keluar gas asap adalah 720 oF = 382,2 oC
61
62
BAB V KESIMPULAN
Setelah dilakukan perhitungan maka dapat disimpulkan 1. Data-data ketel uap Jenis ketel uap Kapasitas ketel Tekanan kerja ketel Temperatur air pengisian ketel Temperatur uap jenuh Temperatur uap panas lanjut : ketel pipa air : 12.835,72 kg/jam : 20 kg/cm2 : 95 oC : 212,4 oC : 260 oC
2. Bahan bakar dan udara pembakaran Jenis bahan bakar kebutuhan bahan bakar HHV LHV Kebutuhan udara pembakaran Jumlah gas asap kelembaban udara pembakaran Temperatur pembakaran teoritis : cangkang dan serabut : 2.637,29 kg/jam : 4.055,92 kkal/jam : 3,719,78 kkal/jam : 15.494.66 kg/jam : 17.283,37 kg/jam : 7,22 % : 1.421 oC
3. Ukuran ruang bakar Panjang ruang bakar Lebar ruang bakar : 1,5 m : 3,34 m
63
:5m : 15 oC
4. Ukuran bidang pemanas water wall Bahan pipa water wall Diameter nominal pipa No. Schedule Diameter luar pipa Diamter dalam pipa Tebal pipa : seamless carbon steel A 53 : 2 in (50,9 mm) : 40 : 60,325 mm : 52,602 mm : 3,9116 mm
:171,4 m
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Holman, J.P. Heat Transfer sisxth edition, Mc. Graw Hill Book Company New York, 1991 2. Djoksetryadjo, M. J. Ketel Uap edisi tiga, P.T. Pradnya Paramita. Jakarta. 1993 3. Muin, Syamsir. A, Pesawat-pesawat Konversi EnergiI (Ketel Uap) edisi pertama, C.V Rajawali Pers. Jakarta. 1988 4. Babcock and Wilcox. Steam Its Generation and Use. Babcock and Wilcox Company, New York. 1972. 5. Skrotzki, Bernhardt G. A. Power Station Engineering and Economy. Tata McGraw Hill Publishing Company Ltd. New Delhi. 1979 6. Kents. Mechanical Engineering Hand Book edisi 12. Jhon Willey and Sons. New York. 1962 7. Shlyakhin P. Turbin Uap Teori dan Perancangan. Erlangga. Jakarta. 1993 8. Darwin Sitompul, Prinsip-prinsip Konversi Energi. Erlangga. Jakarta. 1991 9. Incropera F.P. and David P. De Witt. Fundamentals of Mass Transfer edisi 3rd. Jhon Willey and Sons. Canada. 1990 10. Raswari, Teknologi dan Perancangan Sistem Perpipaan edisi kedua. UI Press. Jakarta. 1986
65