menjadikan karbon elektrofilik Nukleofil akan menggantikan posisi halida pada ikatan C-X dari berbagai alkil halida( reaksi sebagai basa Lewis) Nukleofil yang basa Brnsted menghasilkan eliminasi
disebabkan basa adalah reaksi yang banyak terjadi pada berbagai reaksi senyawa organik Reaksi akan diuji untuk mengetahui : - Bagaimana terjadinya reaksi - Apa karakteristik reaksi - Bagaimana dapat digunakan
dapat dirubah menjadi asam (+)-malat melalui tahapan reaksi kimia dengan pereaksi a-kiral Penemuan ini yang mengaitkan hubungan langsung putaran optik dengan kekiralan dan perubahannya melalui alterasi kimia
Reaksi asam (-)-malat dengan PCl5 menghasilkan asam (+)-klorosuksinat Reaksi lebih lanjut dengan perak oksida dalam air menghasilkan asam (+)-malat Tahapan reaksi diawali dengan asam (+) malat menghasilkan asam (-)-malat
konfigurasi pada pusat kiral Adanya gugus karboksil pada asam malat menimbulkan perdebatan mengenai sifat reaksi siklus Walden
Reaksi SN2
Reaksi yang melibatkan inversi pada pusat reaksi Mengikuti kinetika reaksi orde kedua Tatanama Ingold menerangkan tahapan reaksi:
S=substitusi N (subscript) = nukleofilik 2 = keduanya nukleofil dan substrat berada dalam tahapan yang karakteristik (bimolekular)
terhadap waktu Tergantung pada konsentrasi, suhu, sifat reaksi (penghalang pada energi permukaan) Hukum kecepatan menerangkan hubungan antara konsentrasi reaktan dan konversi terhadap produk Konstanta kecepatan (k) adalah faktor proporsionalitas antara konsentrasi dan kecepatan Example: for S converting to P V = d[S]/dt = k [S]
8
Kinetika Reaksi
Kajian kinetika reaksi disebut kinetika Kecepatan berkurang dengan menurunnya
konsentrasi tetapi konstanta kecepatan tidak Satuan kecepatan: [konsentrasi]/waktu sebagai L/ (mol x s) Hukum kecepatan adalah mekanisme reaksi Orde raksi adalah jumlah eksponen konsentrasi dalam hukum kecepatan misalnya orde kedua
Proses SN2
Reaksi melibatkan keadaan transisi dimana kedua
10
11
paling reaktif Alkil halida sekunder masih dapat bereaksi Yang tersier tidak reaktif Tidak terjadi reaksi pada C=C (vinyl halida)
12
Pengaruh reaktan dan tingkat energi keadaan transisi terhadap kecepatan reaksi
Makin tinggi tingkat energi reaktan (kurva merah) = reaksi makin cepat (G lebih kecil). Makin tinggi tingkat energi keadaan transisi (kurva merah) = reaksi makin lambat (G lebih besar)
13
Atom karbon pada (a) bromometana siap diakses untuk menghasilkan reaksi SN2 yang cepat. Atom karbon pada (b) bromoetana (primer), (c) 2-bromopropana (sekunder), dan (d) 2-bromo-2-metilpropana (tersier) adalah lebih sesak, sehingga reaksi SN2 lebih lambat.
14
15
Nukleofil
Basa Lewis netral atau bermuatan negatif Koordinasi reaksi meningkat pada nukleofil
16
golongan dalam sistem berkala Anion biasanya lebih reaktif dari nukleofil netral
17
Gugus lepas
Gugus lepas yang baik mengurangi halangan reaksi Anion stabil adalah basa lemah yang biasanya gugus
18
19
Pelarut
Pelarut yang dapat mendonasikan ikatan hidrogen (-
OH atau NH) memperlambat reaksi SN2 melalui asosiasi dengan reaktan Energi dibutuhkan untuk memecah interaksi antara reaktan dan pelarut Pelarut polar aprotik (bukan NH, OH, SH) membentuk interaksi lebih lemah dengan substrat dan mengizinkan reaksi lebih cepat
20
Reaksi SN1
Alkil halida tersier bereaksi cepat dalam pelarut protik
melalui mekanisme yang melibatkan pembebasan gugus lepas sebelum terjadi addisi nukleofil Disebut reaksi SN1 terjadi dalam dua tahap sedangkan SN2 terjadi dua tahapan dalam waktu yang sama Jika nukleofil ada dalam konsentrasi yang wajar (atau itu adalah pelarut), maka ionisasi adalah langkah paling lambat
21
V = k[RX]
karbokation
22
langkah paling lambat Laju reaksi tergantung pada konsentrasi spesies dan konstanta laju pada setiap langkah Energi keadaan transisi tertinggi pada diagram adalah yang langkah penentu laju (yang tidak selalu berpenghalang tertinggi)
23
Karbokation bebas adalah akiral Produk reaksi adalah rasemat atau beberapa ada yang mengalami inversi
24
Realitas SN1
Karbokation bias bereaksi pada sisi yang berlawanan
dengan sisi gugus lepas Reaksi yang terjadi disarankan dengan karbokation yang berjarak dengan gugus pergi selama terjadi adisi nukleofilik Alternatif bahwa terjadi SN2 tidak mungkin
25
cendrung inversi dari retensi Produk hanya rasemat parsial dengan cendrung inversi dari retensi Assosiasi karbokation dan gugus lepas adalah pasangan ion
26
27
delokalisasi muatan Allylik dan benzylik primer lebih reaktif pada mekanisme SN2
28
Kereaktifan: ion halida yang lebih besar merupakan gugus lepas yang lebih baik Dalam asam, OH alkohol diprotonasi dan gugus lepas adalah H2O, yang masih kurang reaktif dibandingkan halida p-Toluensulfonat (TosO-) adalah gugus lepas yang baik
29
pembentukan karbokation, laju reaksi biasanya tidak dipengaruhi oleh konsentrasi nukleofil
30
keadaan transisi dan kontrol jalu reaksi Efek pelarut pada reaksi SN1 sebagian besar untuk menstabilkan atau mendestabilkan keadaan transisi
31
memudahkan terbentuknya R+ Kepolaran pelarut diukur sebagai polarisasi dielectrik (P) Pelarut nonpolar mempunyai P rendah Pelarut polar mempunyai P tinggi
32
biologikal Tidak seperti yang di laboatorium, substrat pada substitusi biologikal sering berupa organodifosfat dari pada alkil halida
33
34
35
suatu basa abstrak proton dari karbokation E2: Transfer terpadi proton ke suatu basa dan perginya gugus lepas
36
basa sebagai gugus lepas awal Keadaan transisi terjadina lepasnya X dan transfer H Alkana yang dihasilkan stereospesifik
37
Geometri Eliminasi E2
Antiperiplanar memungkinkan orbital bertumpang-
38
Stereokimia E2
Tumpang tindih orbital pada keadaan transisi
39
Prediksi Produk
E2 adalah stereospesifik Meso-1,2-dibromo-1,2-difeniletana dengan basa
40
menyesuaikan trans-diaksial menjadi anti periplanar (app) mendekati keadaan transisi Gugus equatorial tidak benar-benar sejajar
41
42
Perbandingan E1 dan E2
Basa kuat dibutuhkan untuk E2 tapi tidak untuk E1 E2 stereospesifik, E1 tidak E1 menghasilkan orientasi Zaitsev
43
Reaksi E1cB
Berlangsung melalui intermediet karbanion
44
hidup E1cB sangat umum Contoh spesifik terjadi pada biosintesis lemak bila 3-hidroksi butiril thioester di dehidrasi menghasilkan thioester nya
45
berkompetisi, tergantig pada reaksi molekul dan kondisi Berdasarkan polanya, dapat diprediksi produknya
46