Anda di halaman 1dari 42

PENGERTIAN

GADAI

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya, dan memberikan kekuasaan kepada si berpiutang untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk lelang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya, setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan (ps. 1150 KUHPerdata).

HAK-HAK PEMEGANG GADAI


1. Hak untuk menahan barang gadai (hak retentie) 2. Hak untuk mendapat pelunasan dari pendapatan penjualan barang yang digadaikan.

3. Hak untuk memperhitungkan biaya-biaya yang perlu guna mempertahankan barang gadai.
4. Hak untuk menagih utang. 5. Hak untuk didahulukan menerima pembayaran utangnya dari para berpiutang lainnya.

TERJADINYA GADAI
1. Perjanjian gadai: - lisan - tertulis; akta notaris atau akta bawah tangan
2. Inbezit steling Yaitu penyerahan barang yang digadaikan dari pemberi gadai kepada penerima gadai. Jadi barang yang digadaikan itu harus dilepaskan dari kekuasaan pemberi gadai atau pihak ketiga yang disetujui oleh kreditur dan debitur.

SIFAT GADAI
1. Perjanjian accesoir 2. Tidak dapat dibagi-bagi 3. Mengikuti bendanya

OBYEK GADAI
Semua barang bergerak baik: Bertubuh tidak bertubuh, seperti piutang atas nama, piutang, wesel, deposito, saham, dsb.

SUBYEK GADAI
1.

Pihak yang memberikan gadai (pemberi gadai)

jaminan gadai

2. Pihak yang menerima (penerima gadai) 3. Pihak ketiga

KEWAJIBAN PEMEGANG GADAI


1. Merawat benda gadai yang ada dalam tangannya. 2. Bertanggungjawab atas kehilangan atau kemerosotan nilai benda gadai akibat kesalahannya

3. Mengembalikan barang yang dijadikan jaminan dalam hal hutang pokoknya lunas

1. Dengan hapusnya perjanjian pokok yang dijamin dengan gadai 2. Dengan terlepasnya penerima gadai benda gadai dari kekuasaan

HAPUSNYA GADAI

3. Dengan musnahnya benda gadai 4. Dengan dilepaskannya benda gadai secara sukarela 5. Dengan percampuran (penerima gadai menjadi pemilik benda gadai)

EKSEKUSI GADAI
Pasal 1155 KUHPerdata menentukan :
Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain maka siberpiutang adalah berhak jika siberhutang atau sipemberi gadai bercidera janji setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu setelah dilakukannya suatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka umum menurut kebiasan-kebiasaan setempat serta atau syarat-syarat yang lazim berlaku dengan maksud mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut.

Jika barang gadainya terdiri atas barangbarang dagangan atau efek-efek yang dapat diperdagangkan dipasar atau dibursa, maka penjualannya dapat dilakukan ditempattempat tersebut asal dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam perdagangan barang-barang itu.

Jadi eksekusi terhadap barang jaminan gadai adalah sangat mudah karena kreditor pemegang gadai oleh UU (Ps. 1155 KUHPerdata) diberi kekuasaan untuk melakukan parate eksekusi yaitu eksekusi secara serta-merta yang dapat dilakukan tanpa Perantaraan/ bantuan Pengadilan. Hanya dalam hal para pihak yaitu kreditor dan debitor telah membuat perjanjian bahwa kreditor tidak boleh melakukan hak parate eksekusinya, maka kreditor dalam hal debitor cidera janji tidak dapat melaksanakan parate eksekusi.

Pasal 1156 KUHPerdata menentukan : Bagaimanapun, apabila siberhutang atau sipemberi gadai cidera janji, siberpiutang dapat menuntut/minta dimuka Hakim supaya barang gadainya dijual menurut cara yang ditentukan oleh Hakim untuk melunasi hutang beserta bunga dan biaya atau Hakim atas tuntutan siberpiutang untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan hingga sebesar utangnya beserta bunga dan biaya, dst.

Gadai/kuliah/data 2006

Jadi dalam hal kreditor pemegang gadai tidak mau atau tidak dapat/tidak boleh menggunakan/melaksanakan hak parate eksekusinya, kreditor pemegang gadai selalu dapat meminta/menuntut kepada Pengadilan untuk menentukan cara penjualan obyek gadai atau menentukan obyek gadai dimiliki oleh kreditor pemegang gadai sebagai pelunasan sebagian atau seluruh piutangnya.

CESSIE
PENGATURAN DALAM KUHPERDATA - Buku II Sebagai bagian dari Hukum Benda merupakan cara untuk peralihan hak milik - Buku III Sebagai lembaga perikatan merupakan lembaga penggantian kualitas kreditur

PARA PIHAK DALAM CESSIE


Terdapat tiga pihak dalam tiga hubungan hukum: 1. Hubungan antara kreditur semula (cedent) dan debitur (cessus)

2. Hubungan antara kreditur semula (cedent) dan kreditur baru (cessionaris)


3. Hubungan antara kreditur baru (cessionaris) dan debitur (cessus)

HUBUNGAN ANTARA CEDENT DAN CESSIONARIS


Syarat umum dalam cessie: Adanya suatu rechstitel atau peristiwa menimbulkan kewajiban penyerahan Dilakukan oleh orang yang mempunyai beschikking (mengambil tindakan pemilikan) perdata yang

kewenangan

Syarat khusus dalam cessie:


Dilakukan dengan membuat suatu akta yang disebut akta cessie

Cessie/kuliah/data 2006

HUBUNGAN ANTARA CESSIONARIS DAN CESSUS


1. Pemberitahuan Akta cessie baru berlaku terhadap cessus, kalau terhadapnya sudah diberitahukan adanya cessie atau secara tertulis telah disetujui atau diakui olehnya (pasal 613 ayat 2 KUH Perdata) 2. Cessie dan pembayaran dengan itikad baik Pada prinsipnya pembayaran harus diterima oleh kreditur atau kuasanya (atau orang yang oleh undangundang atau hakim ditunjuk sebagai orang yang dikuasakan untuk menerimanya). Dengan perkataan lain kepada kreditur yang sebenarnya. Dalam Pasal 1386 KUH Perdata dikatakan, bahwa pembayaran yang dilakukan dengan itikad baik kepada orang yang memegang surat tagihannya adalah sah.

3. Cessie sebagai jaminan Dalam praktek perbankan, bank menuntut adanya cessie atas tagihan atas nama yang dipunyai oleh debitur sebagai jaminan kreditnya, jadi cessie di sini bukan dimaksudkan agar kreditur menjadi pemilik dari tagihan tersebut tetapi hanya untuk jaminan saja.

CESSIE SEBAGAI JAMINAN HUTANG


Piutang Dagang A

A
CEDENT (Debitur Bank)
Akad Kredit Dialihkan sebagai Jaminan hutang

B
CESSUS (Debitur)

(Kreditur)
Persyaratan : 1. 2. 3. 4.

Bank Cessionaris

Pengalihan harus dengan Akta Otentik atau dibawah tangan Cessus harus diberitahu, atau diakui oleh yang bersangkutan dan disetujui secara tertulis Cessie dapat dilakukan antara 2 (dua) pihak CEDENT dan CESSIONARIS dengan memperhatikan butir persyaratan ke 2 di atas atau idealnya Cessie dibuat antara tiga pihak CEDENT, CESSUS, dan CESSIONARIS dalam satu Akta

(Gadai, Fidusia, Cessie sebagai Jaminan Hutang)


GADAI 1. Obyek
Bergerak

CATATAN BEBERAPA PERBANDINGAN


FIDUSIA
Bergerak, Tidak bergerak (tertentu)

CESSIE
Tagihan

2. Pihak-pihak

Pemberi/ Pemegang

Pemberi Fidusia, Penerima Fidusia

Cedent/Cessus/ Cessionaris a. Pasal 613 Buku II Bab III tentang Hak Milik/tentang Cara memperoleh Hak Milik Bgn II b. Pasal 1386 Buku III Bab IV tentang Hapusnya Perikatan Bag. I tentang Pembayaran Pemberitahuan ke/disetujui cessus Tertulis (Akta)

3. Dasar Hukum

Sebagai Hak Jaminan/Kebendaan Pasal 1150-1160 BW Buku Ke-II Bab XX Tentang Gadai

Sebagai Hak Jaminan/Kebendaan UU No. 42/1999

4. Terjadinya

- Penyerahan Obyek oleh Pemberi ke Pemegang - Lisan/Tertulis (akta) Accesoris/Droit de Suite Ondeelbaar/ Preferent - Lunas/Obyek lepas dari kekuasaan pemegang gadai - Musnah

- Penyerahan Hak Milik secara Kepercayaan - Harus Akta Otentik Accesoris/Droit de suite/preferent

5. Sifatnya

Accesoris sebagai jaminan/ tidak preferent

6. Hapusnya

-Lunas -Barang musnah -Dibebaskan

Lunas/dikembalikan ke Cedent/ pembayaran oleh cessus

FIDUSIA
Dalam hukum romawi Lembaga Jaminan dikenal dengan nama FIDUCIA CUM CREDITORE CONTRACTA (artinya, janji kepercayaan yang dibuat dengan Kreditor). Isi janji yang dibuat oleh Debitor dengan Kreditornya adalah bahwa Debitor akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada Kreditornya sebagai jaminan untuk utangnya dengan kesepakatan bahwa Kreditor akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada Debitor bilamana utangnya sudah dibayar lunas.

Hukum Romawi juga mengenal suatu lembaga titipan yang dikenal dengan nama FIDUCIA CUM AMICO CONTRACTA (artinya, janji kepercayaan yang dibuat dengan teman). Lembaga Fiducia ini sering digunakan dalam hal seorang pemilik benda harus mengadakan perjalanan ke luar kota dan sehubungan dengan ini menitipkan kepada temannya kepemilikan benda dimaksud dengan janji bahwa teman tersebut akan mengembalikan kepemilikan benda tersebut bilamana si pemilik benda sudah kembali dari perjalanannya.

Pada dasarnya Lembaga FIDUCIA CUM AMICO sama dengan Lembaga TRUST sebagaimana itu dikenal dalam sistem hukum Anglo-Amerika (Common Law). Lembaga Jaminan Fidusia sebagaimana yang kita kenal sekarang dalam bentuk FIDUCIARE EIGENDOMSOVERDRACHT atau FEO (Pengalihan Hak Milik secara Kepercayaan) timbul berkenaan dengan adanya ketentuan dalam Pasal 1152 ayat 2 KUHPerdata tentang gadai yang mensyaratkan bahwa kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh berada pada Pemberi Gadai.

Larangan tersebut mengakibatkan bahwa Pemberi Gadai tidak dapat mempergunakan benda yang digadaikan untuk keperluan usahanya. Hambatan tersebut diatasi dengan mempergunakan Lembaga FEO yang kemudian diakui oleh Yurisprudensi Belanda dalam ARREST HOGE RAAD tanggal 25 Januari 1929 yang dikenal dengan nama BIERBROUWERIJ-ARREST. Di Ihdonesia Lembaga FEO tersebut diakui oleh Jurisprudensi berdasarkan ARREST HOOGGERECHTSHOF tanggal 18 Agustus 1932 (BPM vs CLYNETT).

Pengalihan Hak Kepemilikan dalam hal Jaminan Fidusia adalah pengalihan Hak Kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan janji bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap berada dalam penguasaan Pemberi Jaminan Fidusia (PEMBERI FIDUSIA). Pengalihan Hak Kepemilikan atas benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia seperti tersebu diatas dilakukan dengan cara CONSTITUTUM POSSESSORIUM (= VERKLARING VAN HOUDERSCHAP, artinya, Pengalihan Hak Kepemilikan atas suatu benda dengan melanjutkan penguasaan atas benda tersebut yang berakibat bahwa Pemberi Fidusia seterusnya akan menguasai benda dimaksud untuk kepentingan Penerima Jaminan Fidusia (PENERIMA FIDUSIA).

Pengalihan Hak Kepemilikan tersebut berada Dari Pengalihan Hak Milik Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 584 jo. Pasal 612 ayat 1 KUHPerdata. Dalam hal Jaminan Fidusia Pengalihan Hak Kepemilikan dimaksudkan semata-mata sebagai Jaminan/Agunan bagi pelunasan utang, bukan untuk seterusnya dimiliki oleh Penerima Fidusia.

Undang-undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia; Catatan dan Komentarnya Pokok-pokok materi yang diatur dalam Undang-undang tentang Jaminan Fidusia adalah: Pertama : Ciri-ciri Jaminan Fidusia : a. Kreditur penerima Fidusia mempunyai kedudukan yang diutamakan terhadap kreditur lainnnya. b. Jaminan Fidusia menjamin utang, baik yang telah ada maupun yang masih akan ada. c. Jaminan Fidusia wajib didaftarkan. d. Sertipikat Jaminan Fidusia berkekuatan eksekutorial.

INTISARI

e. Pembebanan Jaminan Fidusia tidak dapat dilakukan pembebanan ulang.


f. Jaminan Fidusia mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun berada.

Kedua :

Pembebanan Jaminan Fidusia merupakan Perjanjian Ikutan dan pembebanan Jaminan Fidusia harus dibuat dengan akta Notaris.
Larangan bagi Pemberi Fidusia : a. Melakukan Fidusia ulang.

Ketiga :

b. Mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda obyek jaminan Fidusia yang bukan benda persediaan, tanpa persetujuan tertulis dari Penerima Fidusia. c. Memberi kewenangan kepada Penerima Fidusia untuk memiliki benda obyek jaminan Fidusia apabila debitur cidera janji.
d. Memalsu, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan

Keempat : Ketentuan Pidana :


Adapun ketentuan pidana dalam Undangundang ini selain sebagai upaya preventif dan represif serta berfungsi sebagai jaminan untuk memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu dan sosial juga dimaksudkan untuk memberi kejelasan dan kepastian hukum bagi para pihak dalam perjanjian baik orang perseorangan maupun korporasi.

SISTEM RESI GUDANG (Warehouse Receipt System)


1. Definisi Sistem Resi Gudang adalah Kegiatan yang berkaitan dengan Penerbitan, Pengalihan, Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi Resi Gudang. Resi Gudang adalah Dokumen Bukti Kepemilikan atas barang yang disimpan di gudang yang diterbitkan oleh pengelola gudang. Barang adalah Setiap benda bergerak yang dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu

Pemegang Resi Gudang adalah Pemilik barang atau pihak yang menerima pengalihan dari pemilik barang atau pihak lain yang menerima pengalihan lebih lanjut. Pengelola Gudang adalah Pihak yang melakukan usaha pergudangan, baik gudang milik sendiri maupun milik orang lain, yang melakukan penyimpanan, pemeliharaan dan pengawasan barang yang disimpan oleh pemilik barang serta berhak menerbitkan Resi Gudang.

2. Pengertian Hak Jaminan Atas Resi Gudang Hak Jaminan atas Resi Gudang adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada Resi Gudang untuk pelunasan utang yang memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi penerima hak jaminan terhadap kreditur yang lain (Pasal 1 angka (9) UU SRG). Hak Jaminan dalam undang-undang ini meliputi klaim asuransi dalam hal barang sebagaimana tersebut dalam Resi Gudang diasuransikan (Penjelasan Pasal 12 ayat (1) UU SRG)

3. Para Pihak Dalam Jaminan Resi Gudang 1. Kreditur yang menerima jaminan dan akan menyimpan Resi Gudang sebagai jaminan dari Debitur 2. Debitur yang menyerahkan Resi Gudang sebagai dokumen bukti kepemilikan atas barang yang disimpan di dalam gudang. 3. Pengelola Gudang yang mengelola barangbarang debitur yang ditaruh di dalam gudang.

4. Asas-Asas Hak Jaminan atas Resi Gudang


1). Asas-asas Hak Kebendaan a. Asas Absolut b. Asas Droit de Suite c. Asas Droit de Preference Pasal 12 ayat (2) UU SRG :
Setiap Resi Gudang yang diterbitkan hanya dapat dibebani satu jaminan utang.

Pasal 16 ayat (2) PP. 36 Tahun 2007 Tentang Pelaksana UU No.9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang:
Hak Jaminan atas Resi Gudang memberikan kedudukan untuk diutamakan bagi kreditur Penerima Hak Jaminan terhadap kreditur lain.

2). Bersifat Accesoir Perjanjian Hak Jaminan merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian utang piutang yang menjadi perjanjian pokok. (Pasal 12 (1) UU SRG). 3). Asas Publiciteit Penerima Hak Jaminan harus memberitahukan perjanjian pengikatan Resi Gudang sebagai Hak Jaminan kepada Pusat Registrasi dan Pengelola Gudang (Pasal 13 UUSRG)

4). Asas Specialiteit Akta perjanjian Hak Jaminan harus memuat a. Identitas pihak pemberi dan penerima Hak Jaminan b. Data perjanjian pokok yang dijamin dengan Hak Jaminan c. Spesifikasi Resi Gudang yang diagunkan d. Nilai Jaminan Utang; dan e. Nilai barang berdasarkan harga pasar saat barang di masukkan ke dalam gudang.

5). Obyek Jaminan dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang Barang bergerak yang disimpan dalam jangka waktu tertentu dan diperdagangkan secara umum (Pasal 1 angka (5) UU SRG).

Peraturan Menteri Perdagangan RI No.26/MDAG/Per/6/2007. Pasal 3 : Barang dalam sistem Resi Gudang memiliki daya simpan paling sedikit 3 (tiga) bulan, memiliki standar mutu tertentu, jumlah minimum barang disimpan.

Pasal 4 (1) : Gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, dengan catatan bahwa penetapan tentang Barang ini dapat berkembang dengan rekomendasi Pemerintah Daerah, instansi terkait, asosiasi komoditas, dengan tetap memperhatikan persyaratan pada Pasal 3 (vide Pasal 4 ayat (2), Permendag No.26/MDAG/Per/6/2007.

6. Tahapan Terjadinya Hak Jaminan atas Resi Gudang

Akta Perjanjian Hak Jaminan (Pasal 14 ayat 1 dan 2 UU SRG)

Kreditur memberitahukan perjanjian pengikatan Resi Gudang Sebagai Hak Jaminan Kepada Pusat Registrasi dan Pengelola Gudang (Pasal 13 UU SRG)

Pemberitahuan disampaikan secara tertulis dengan Formulir dari Badan Pengawas dan dilengkapi dengan foto copy Perjanjian Hak Jaminan dan foto copy Resi Gudang (Pasal 17 (3) UU SRG)
Dicatat dalam buku Daftar Pembebanan Hak Jaminan oleh Pusat Registrasi Penerbitan konfirmasi pemberitahuan pembebanan Hak Jaminan secara tertulis atau elektronik kepada penerima hak jaminan, Pemberi Hak Jaminan dan Pengelola Gudang (Pasal 18 (1) dan (2) PP No.36/2007)

7). Hapusnya Hak Jaminan atas Resi Gudang a. Hapusnya utang pokok yang dijamin dengan hak jaminan dan; b. Pelepasan Hak Jaminan oleh Penerima Hak Jaminan (Pasal 15 UU SRG) 8). Eksekusi dalam Hak Jaminan atas Resi Gudang Pasal 16 UU SRG (1). Apabila pemberi hak jaminan cidera janji, penerima hak jaminan mempunyai hak untuk menjual obyek jaminan atas kekuasaan sendiri melalui lelang umum atau penjualan langsung. (2). Penerima hak jaminan memiliki hak untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah dikurangi biaya penjualan dan biaya pengelolaan. (3). Penjualan objek jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan atas sepengetahuan pihak pemberi Hak Jaminan

Anda mungkin juga menyukai