Judul ANALISA KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA TANDUNG MAYANG DI PT. KITADIN KALIMANTAN TIMUR
B.
Alasan Pemilihan Judul Masalah kemantapan lereng pada batuan merupakan suatu hal yang
menarik, karena sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lerang pada tanah. Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah yang disebut dengan bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya dengan lereng-lereng pada tanah. Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat menyebabkan lereng tersebut longsor. Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian sehingga dapat memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis. Stabilitas dari lereng individual biasanya menjadi masalah yang
membutuhkan perhatian yang lebih bagi kelangsungan operasi penambangan setiap harinya. Longsornya lereng pada suatu jenjang, dimana terdapat jalan angkut utama atau berdekatan dengan batas properti atau instalasi penting, dapat menyebabkan bermacam gangguan pada program penambangan. Walaupun longsoran yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-tanda yang tidak begitu kentara, tetap saja dapat membahayakan jiwa dan merusak peralatan yang ada.
C.
Dasar Teori Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil. Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara
gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor. dinyatakan sebagai berikut : F = R / Fp Dimana : F R = faktor kestabilan lereng = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil Secara matematis faktor kestabilan lereng
Fp
Pada keadaan : -F -F -F > 1,0 = lereng dalam keadaan stabil = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor) < 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng. Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor, antara lain : a. Geometri lereng Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan semakin berkurang. b. Struktur batuan Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor. c. Sifat fisik dan mekanik batuan Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah : bobot isi (density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik batuan antara lain kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan juga sudut geser dalam batuan.
1. Bobot isi batuan Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka gaya penggerak yang menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Dengan demikian kestabilan lereng semakin berkurang. 2. Porositas batuan Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang akan memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah longsor. Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut : = C + ( - ) tan dimana : = kuat geser batuan (ton/m2)
C = kohesi (ton/m2) = tegangan normal (ton/m2) = sudut geser dalam (angle of internal friction) 3. Kandungan air dalam batuan Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya berkurang.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan Kekuatan batuan biasanya dinyatakan dengan kuat tekan (confined and unconfined compressive strength), kuat tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength). Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor). 5. Sudut geser dalam (angle of internal friction) Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil. d. Gaya dari luar Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan suatu lereng adalah : 1. Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian alat-alat mekanis yang berat didekat lereng. 2. Pemotongan dasar (toe) lereng 3. Penebangan pohon-pohon pelindung lereng 2. Klasifikasi longsoran batuan Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : a. Longsoran Bidang Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa sesar, rekahan (hoint) maupun bidang perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah : 1. Terdapatnya bidang luncur bebas (daylight), berarti kemiringan bidang luncur harus lebih kecil daripada kemiringan lereng. 2. Arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng (maksimum berbeda 20o) 3. Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya. 4. Terdapat bidang bebas (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran. b. Longsoran baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat beupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. c. Longsoran busur Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa busur disebut longsoran busur. Longsoran busur hanya terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. terikat satu sama lain. Antara partikel tanah tidak
terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan (timbunan) batuan hancur.
d. Longsoran guling Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang acak kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan diatas sebuah bidang miring. Berdasarkan bentuk dan proses
menggulingnya, maka longsoran guling dibedakan menjadi tiga, yaitu : a. Longsoran guling setelah mengalami benturan (flexural toppling) b. Longsoran guling yang berupa blok (balok-balok) c. Gambaran kedua longsoran diatas (block-flexural) D. Data Sebagai Dasar Analisa Data utama sebagai dasar analisa kestabilan suatu lereng batuan adalah geometri lereng, struktur batuan serta sifat fisik dan mekanik batuan. 1. Data yang diperlukan 1. Geometri Lereng Geometeri lereng yang perlu diketahui adalah : a. orientasi (jurus dan kemiringan) lereng b. tinggi dan kemiringan lereng baik jenjang maupun total. c. lebar jenjang (berm) 2. Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah adanya bidang-bidang lemah, yaitu bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. 3. Sifat fisik dan mekanik batuan Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisa kestabilan lereng adalah : a. bobot isi batuan b. porositas batuan c. kandungan air dalam batuan d. kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan e. sudut geser dalam 4. Kondisi geologi Data geologi yang perlu diketahui : a. orientasi struktur bidang lemah. Dari orientasi ini yang terpenting
diketahui adalah arah dan besar kemiringan spasi, isian dalam rekahan. b. Tinggi permukaan air tanah c. Litologi dan penyebaran batuan d. Tingkat pelapukan e. Morfologi 2. Cara pengumpulan data Data yang diperlukan diperoleh dari peyelidikan dilapangan dan percobaan di laboratorium. a. Penyelidikan di lapangan meliputi : 1. Pengukuran jurus dan kemirngan bidang lemah
2. Pemboran inti dan pembuatan sumuran untuk memperoleh data geologi, penyebaran batuan dan untuk mendapatkan contoh tanah. 3. Pengamatan dengan piezometer untuk mengetahui tinggi permukaan air tanah. Khusus untuk cara pengumpulan data pada poin 2 dan 3 dapat menggunakan data yang telah ada pada perusahaan (kalau diperusahaan sudah tersedia). b. Percobaan dilaboratorium 1. Penguian triaksial 2. Pengujian geser langsung 3. Pengujian kuat tekan uniaksial 4. Percobaan untuk menentukan berat isi, kadar air dan berat jenis dari contoh tanah yang didapat dilapangan. Percobaan dilaboratorium dapat juga tidak dilaksanakan bila data untuk ini sudah tersedia dilapangan. E. Metode Analisa Kestabilan Lereng Yang Digunakan Kestabilan suatu lereng dapat dianalisa dengan Metode Hoek dan Bray, analisa vektor dan metode grafis. Tetapi yang mungkin akan digunakan adalah metode Hoek dan Bray. Metode Hoek dan Bray dapat digunakan untuk menganalisa keempat macam longsoran pada lereng batuan. 1. Longsoran bidang
Dalam menganalisa, maka suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan anggapan sebagai berikut : a. semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi b. terdapat regangan tarik tegak yang terisi air sampai kedalaman tertentu (Zw), regangan tarik ini dapat terjadi pada muka lereng maupun di atas lereng. c. Tekanan air pori pada regangan tarik sepanjang bidang luncur tersebar secara linier d. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan yang akan longsor, sehingga tidak terjadi rotasi. Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan persamaan : Gaya-gaya penahan F = ---------------------------------Gaya-gaya penggerak C.A + (W cos p U V sin p) tan F = ------------------------------------------------------W sin p + V cos p Dimana : F = faktor kestabilan lereng C = kohesi pada bidang luncur A = panjang bidang luncur (A) p = sudut kemiringan bidang luncur (o) = sudut geser dalam batuan (o) W = berat massa batuan yang akan longsor (ton)
= gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air disepanjang bidang luncur (ton) = (1/2) w. Zw. (H Z) cosec p
V = gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada regangan tarik (ton) = (1/2) w. Zw2 w= bobot isi air (ton/m3) Zw= tinggi kolom iar yang mengisi regangan tarik (m) Z = kedalaman regangan tarik (m) H = tinggi lereng (m) Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun aktifitas manusia laninnya, maka persamaan diatas menjadi : C.A + W (cos p- sin p ) U V sin p) tan F = ---------------------------------------------------------------------W (sin p + V cos p) + V cos p Dimana : = percepatan getaran pada arah mendatar 2. Longsoran baji Dalam analisa menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dapat dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah. Faktor keamanan lereng dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : 3
F = ---------- (Ca.X +Cb.Y) + (A (w/2).X) tan a + (B (w/2).Y) tan b . H dimana : Ca = kohesi bidang lemah I (ton/m3) Cb = kohesi bidang lemah II (ton/m3) a = sudut geser dalam, bidang lemah I (o) b = sudut geser dalam, bidang lemah II (o) = bobot isi batuan (ton/m3)
w = bobot isi air (ton/m3) Sin 24 = -------------------------------------Sin 45. Cos 2na Sin 13 = -------------------------------------Sin 35. Cos 1nb Cos a cos b. cos na.nb = ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb Cos b cos a. cos na.nb = ------------------------------------------------Sin 5. Sin2na.nb
Dimana a dan b adalah kemiringan (dip) dari bidang-bidang I dan II serta 5 adalah sudut penunjaman perpotongan bidang lemah I dan II. Jika pada bidang I dan II tidak terdapat kohesi, serta kondisi lereng kering, maka persamaan diatas menjadi :
F = A tan a + B tan b Dimana A dan B adalah suatu faktor tanpa satuan yang besarnya tergantung pada jurus (strike) dan kemiringan (dip) kedua bidang lemahnya. Bidang
lemah yang mempunyai kemiringan lebih kecil selalu dinamakan bidang lemah I sedangkan bidang lemah yang satunya lagi dinamakan bidang lemah II. 3. Longsoran guling Dengan metode Hoek dan Bray terjadinya longsoran guling dapat dianalisa dengan menggunakan model yang sederhana. Dengan menggunakan model ini digunakan untuk menganalisa kasus-kasus yang sederhana. Sedangkan untuk menganalisa lereng yang sebenarnya dilakukan analogi dengan mempertimbangkan variabel-variabel yang ada dilapangan. 4. Longsoran busur Khusus untuk longsoran ini tidak ditampilkan disini, karena batuan yang akan dianalisa diharapkan dalam keadaan segar. F. Pembahasan Masalah Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design lereng. Hal ini meliputi : 1. Penentuan metode analisis kestabilan lereng. 2. Alternatif sudut dan tinggi lereng Ini dilakukan perhitungan faktor kestabilan lereng dengan metode Hoek dan Bray. Perhitungan ini dilakukan untuk : a. Lereng individual.
Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat dalam grafik hubungan antara faktor keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng.
b. Lereng total Dari hasil perhitungan, kemudian dibuat grafik hubungan antara faktor keamanan dengan sudut lereng atau antara tinggi lereng dengan sudut lereng. c. Perhitungan dengan metode Hoek dan Bray. Sebagai pembanding perhitungan dengan metode Bishop 3. Pemilihan Geometri lereng 4. Pemantauan lereng 5. Usaha untuk menstabilkan lereng G. Rencana Kegiatan BULAN MINGGU Studi Literatur Observasi Lapangan Pengambilan data Pengolahan data Penyusunan draft AGUSTUS 2001 III IV SEPTEMBER 2001 I II III IV OKTOBER 2002 I II III IV
G. RENCANA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN Bab. I. II. PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM A. Lokasi dan Kesampaian Daerah. B. Keadaan Topografi dan Geologi. C. Iklim. D. Penambangan Batubara. III. TEORI KESTABILAN LERENG PADA BATUAN. A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng Batuan 1. Struktur Geologi. 2. Air bawah permukaan tanah. 3. Sifat fisik batuan. 4. Sifat mekanik batuan. 5. Pengaruh gaya-gaya luar. 6. Geometri lereng. B. Menghitung Faktor Kestabilan Lereng Batuan 1. Longsoran busur. 2. Longsoran bidang.
3. Longsoran baji. 4. Longsoran guling. IV. ANALISA KESTABILAN LERENG. A. Metode Analisa Yang Dipilih B. Hasil Analisis Kestabilan Lereng V. PEMBAHASAN A. Kekuatan batuan. B. Struktur Geologi. C. Geometri Lereng. D. Air tanah. E. Pengaruh getaran. F. Usaha untuk menstabilkan lereng. VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 8. Daftar Pustaka 1. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3 rd Ed., The Institution Of Mining and Metallurgy London, !981. 2. Made Astawa Rai, Dr. Ir .Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis dan Metode Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang Terbuka, 1993. 3. Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir Kemantapan Lereng Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993. 4. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam, Brookfield, 1992.
ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA TANDUNG MAYANG DI PT. KITADIN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
2001
ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG BATUBARA TANDUNG MAYANG DI PT. KITADIN KALIMANTAN TIMUR
Proposal Tugas Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Melaksanakan Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Menyetujui Pembimbing