Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DI RUANG NURI RUMAH SAKIT UMUM HERNA MEDAN TAHUN 2011

O L E H ROMA ULI WINA VIQA SARI YOHANNA SIREGAR

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN 2011

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan anemia di Rumah Sakit Umum Herna Medan Tahun 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami penyakit anemia di Rumah Sakit Umum Herna Medan . b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami anemia di Rumah Sakit Umum Herna Medan. c. Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien yang mengalami anemia di Rumah Sakit Umum herna Medan. d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami anemia di Rumah Sakit Umum Herna Medan. e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami anemia di Rumah Sakit Umum Herna Medan

BAB II DASAR TEORI


A. Definisi Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (Arif Mansjoer,dkk. 2001) Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997) Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas 2 (dua) bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma. Volume darah secara keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan. Susunan darah Serum darah atau plasma terdiri atas: Air Protein Mineral : 91 % : 8 % (albumin, globulin, protrombin dan fbrinogen) : 0.9 % (Natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,

fosfor, magnesium dan besi, dan lain-lain) Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kholesterol dan asam amino. Plasma juga berisi: gas oksigen dan karbon dioksida, hormon-hormon, enzim, dan antigen. Sel darah terdiri atas 3 (tiga) jenis: Eritrosit atau sel darah merah Lekosit atau sel darah putih Trombosit atau butir pembeku B. Anatomi Fisiologi Sel darah merah Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik (mm3) darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satupersatu warnanya kuning tua pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi

warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Darah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diit seimbang yang berisi zat besi. Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang belakang, sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum (Evelyn Pearce, 2006. Perkembangan sel darah merah dalam sumsum tulang melalui berbagai tahap: mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada hemoglobin; kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah. Kira-kira panjang hidup darah merah adalah 115 hari. Sel darah menjadi usang, dan dihancurkan dalam sistem retikulo-endotelial, terutama dalam limpa dan hati. Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40 % atau dibawahnya, maka diperlukan transfusi darah. Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan fungsi-fungsi ini oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan jaringan. Jumlah haemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setial 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut 100 %. Sel darah putih Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000 10. 000 (rata-rata) 8.000) sel darah putih. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 % dari seluruh darah putih. Granulosit terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Sel darah putih dikenal menurut sifatnya dalam pewarnaan (setetes darah diletakkan dalam kaca objek dan ditambah dua macam pewarna): sel netrofil. Sel ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral, atau campuran pewarna asam dan basa, dan tampak berwarna ungu. Sel eosinofil, sel golongan ini hanya sedikit dijumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Sel basofil menyerap pewarna basa dan menjadi biru. Limfosit membentuk 25 % dari seluruh jumlah sel darah putih. Sel ini dibentuk didalam kelenjar limfe dan juga dalam sumsum tulang. Sel ini non granuler dan tidak memiliki kemampuan bergerak seperti amuba. Sel ini dibagi lagi dalam sel limfosit besar dan kecil. Selain itu ada sejumlah kecil 4

sel-sel yanag berukuran lebih besar (kira-kira 5 %) yang disebut monosit. Sel ini mampu mengadakan gerakan amuboid dan mempunyai sifat fagosit (pemakan). Fungsi sel darah putih Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago saya makan), merka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk kedalam peredaran darah. Sebutir granulosit dapat menelan 1020 mikroorganisme. Saat menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit, dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalam mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini ia dapat: mengepung daerah yang terinfeksi atau cedera; menangkap organisme hidup dan menghancurkannya; menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan (catgut), dan lain-lain. Selain itu granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat terbuang dan penyembuhan dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dalpat terbentuk nanah. Nanah berisi jenazah dari kawan lawan (jenazah granulosit + kuman + sejumlah besar jaringan yang mencair). Trobosit Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap mm3 darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah. Fungsi darah: 1. Bekerja sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan korban dioksida dan hasil buangan lain 2. Sel darah merah menghantarkan oksigen kejaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida 3. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung tubuh terhadap serangan bakteri 4. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan: menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kenderaan untuk mengangkut bahan buangan keberbagai organ ekskresi untuk dibuang. 5

5. Mengantarkan hormon, dan enzim dari organ ke organ.

C.

Patifisiologi Malnutrisi Terluka/perdar ahan


Penyakit/ulkus peptikum(penyakit

kronik Perdarahan sedikit demi sedikit dan terus menerus

Hemofilia / kelainan herediter

Kebiasaan makan tak seimbang

Penurunan absorbsi

- Kekurangan zat besi - Kekurangan B12 Tidak ada mekanisme pembekuan darah bila ada luka - Penurunan produksi eritrosit - Pembuatan sel darah merah tidak sempurna - Sel darah merah tidak matang Kekurangan jumlah Hb

Hb menurun

Anemia

Masalah keperawatan yang timbul

Lemah, malaise umum

Kulit pucat, membrane mukosa kering Gangguan perfusi jaringan

Mual, muntah, BB menurun

Nyeri abdomen, peristaltic meningkat Diare

Resti infeksi

Gangguan aktivitas

Perubahan nutrisi

D. 1. 2. 3.

Etiologi Menurut Arif Mansjoer tahun 2001, bahwa penyebab anemia antara lain : Perdarahan Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll. Kelainan darah 4. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. 6

5. 1996 )

Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long,

E.

Klasifikasi Secara patofisiologi anemia terdiri dari : 1. Penurunan produksi : anemia defisiensi (kekurangan jumlah Hb), anemia aplastik (tidak ada pembentukan Hb yang baru). 2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik (anemi karena pemecahan Hb). Secara umum anemia dikelompokan menjadi : 1. Anemia mikrositik hipokrom (eritrosit yang berukuran lebih kecil dari normal dan berwarna pucat) a. Anemia defisiensi besi Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena : Diet yang tidak mencukupi

Absorpsi yang menurun Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah Hemoglobinuria

Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru. b. Anemia penyakit kronik Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses (nanah), empiema (nanah dalam suatu rongga), dll ). 2. Anemia makrositik (eritrosit berukuran lebih besar dari normal) a. Anemia Pernisiosa Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12. b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun daun yang hijau. 3. Anemia karena perdarahan a. Perdarahan akut Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian. b. Perdarahan kronik Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis. 4. Anemia hemolitik Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali. 5. Anemia aplastik (penurunan semua jumlah sel darah) Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll. F. Manifestasi Klinis Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah, keringat dingin, takikardi (jumlah denyut janting lebih dari normal), hypotensi (tekanan darah rendah), palpitasi (debaran jantung yang keras). (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001) G. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium ditemui : 1. 2. 3. 4. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl ) Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% ) Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik ) Terlihat retikulositosis (eritrosit pada taraf antara yang berinti dan yang dewasa

tak berinti dan berjala halus) dan sferositosis eritrosit yang bentuknya membundar) pada apusan darah tepi 5. Terdapat pansitopenia (penurunan jumlah semua sel darah), sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik ) 8

KEPERAWATAN ANEMIA
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PENGKAJIAN. Aktifitas / Istirahat Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi. Integritas ego Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: Eliminasi Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsobsi. Hematemesi, melana. Diare atau konstipasi Makanan / cairan Nafsu makan menurun Mual/ muntah Berat badan menurun Nyeri / kenyamanan Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala. Pernapasan Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas Seksualitas Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore Menurunnya fungsi seksual Impotent 9 penolakan tranfusi darah.

B. ke sel.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi Ditandai dengan: A. B. C. D. E. Palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat Ditandai dengan: F. G. H. I. Kelemahan dan kelelahan Mengeluh penurunan aktifitas /latihan Lebih banyak memerlukan istirahat /tidur Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah,

2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi makanan. Ditandai dengan: J. K. L. M. Penurunan berat badan normal Penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. Nafsu makan menurun, mual Kehilangan tonus otot

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.

4. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat Ditandai dengan : N. O. P. Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses Mual, muntah, penurunan nafsu makan Nyeri abdomen 10

Q.

Ganguan peristaltik

Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya

5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak adekuat. C. Ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala- gejala Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi INTERVENSI Diagnosa 1 1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku 2. Beri posisi semi fowler 3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi 4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien 5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas Kolaborasi: 1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM 2. Berikan SDM darah lengkap /pocket 3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi Diagnosa 2 1 Kaji kemampuan aktifitas pasien 2 Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas 3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan 4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi 5 Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk. Diagnosa 3. 1 Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai 2 Observasi dan catat masukan makanan pasien 3. Timbang berat badan tiap hari 4 Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering 5 Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan 6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik 11 yang membuat diagnosa actual

Kolaborasi: 1. Konsul pada ahli gizi 2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen. 3. Berikan suplemen nutrisi Diagnosa 4 1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. 2. Kaji bunyi usus 3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung 4. Hindari makan yang berbentuk gas 5. Kaji kondisi kulit perianal Kolaborasi 1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang 2. Beri laksatif 3. Beri obat anti diare Diagnosa 5. 1. Tingkatkan cuci tangan dengan baik 2. Pertahan kan tehnik aseptik ketat pada setiap tindakan 3. Bantu perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat 4. Batasi pengunjung Kolaborasi 1. Ambil spesemen untuk kultur 2. Berikan antiseptic topikak, antibiotic sistemik

12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


IDENTITAS PASIEN Nama Umur Agama Kebangsaan Alamat Ruangan Tanggal masuk Dr. Pengobatan Diagnosa masuk

: Julifer Tampubolon : 25 tahun : Kristen : Indonesia : Jl. Kartini No, 699 Perdagangan : Nuri/E/p : 18 05 2011, pukul 12.30 wib : Dr Rosminta : Anemia
Jam : 12.30 WIB

Anamnesa pada tanggal : 18 05 2011

Keluhan utama pada waktu masuk:

Aktifitas / Istirahat Data Subjektif: Tidak bisa tidur Lemas Keletihan, kelemahan, malaise umum.

GelisahData Objektif:

Sirkulasi Data subjektif: tangan dingin mulut kering 13

Data objektif: Hb. 8.8 gr/dl Ht, 26.8 % Pucat Membrane mukosa kering Rambut rontok dan rapuh Tonus otot kendor Nyeri abdomen

Integritas ego Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan. Pasien yakin bahwa penyakitnya sembuh. Pasien menerima pemberian transfusi 2 bag WB. Diberikan dengan cara pemberian infus dengan tetesan 20 x per menit. Dan dilanjutkan dengan infus NaCl 15 tetes per menit 1 fls. Eliminasi Data objektif: Diare : BAB 5 x perhari, komposisi encer berserat. Makanan / cairan Data subjektif: Nafsu makan menurun Pernapasan Napas normal Mual/ muntah Makanan yang disajikan tidak habis (1/4 porsi)

Data objektif:

Riwayat penyakit yang pernah diderita Operasi usus tahun 1997 di Rumah Sakit Vita Insani Siantar Infeksi usus dan pholyp Desember 2010 transfusi darah 3 bag

Pemeriksaan Umum TD Nadi Pernapasan : 120/70 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit

14

Suhu TB BB Kesadaran

: 37.2 Co : 165 cm : 54 kg : compos mentis

Diagnosa Medis: Anemia

ANALISA DATA

NO. 1 Ds:

DATA

ETIOLOGI Anemia (Hb rendah)

MASALAH Intoleransi aktivitas

Pasien mengatakan : badan lemah, letih, tidak semangat, lebih suka tidur Do: Malaise umum, istirahat dan tidur banyak, tidak bersemangat, Hb. 8.8 gr/ dl 2 Ds: Pasien mengatakan rambutnya rapuh, tangan dan kaki dingin, tidak suka beraktivitas Do: Kulit pucat, membrane mukosa kering, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat 3 Ds:

Penurunan suplai O2

Intoleransi aktivitas

Anemia

Gangguan perfusi jaringan

Penurunan suplai O2/Nutrisi

Gangguan perfusi jaringan

Perubahan proses pencernaan

Diare

15

Pasien mengatakan mual, muntah, tak mau makan, sakit perut Do: Frekuensi BAB 5 x per hari, karakteristik encer, mual, muntah, peristaltik meningkat, nyeri abdomen 4 DS : Pasien mengatakan dirinya tambah kurus, tidak nafsu makan, mual. Do: BB menurun dari 60 kg menjadi 54 kg, kehilangan tonus otot, nafsu makan menurun, penurunan turgor kulit 5 Ds: Do: -

(peningkatan peristaltik)

Diare

Kegagalan mencerna, kegagalan absorpsi

Perubahan nutrisi kurang

Nutrisi kurang

Pertahanan tidak adekuat

Risiko infeksi

Risiko infeksi

Diagnosa Keperawatan/ urutan prioritas

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel ditandai dengan kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat 2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, tidak bersemangat, Hb. 8.8 gr/dl Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan perubahan mukosa mulut kering, penurunan tonus otot Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan. 16 nafsu makan menurun, mual, penurunan BB,

4. Diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses pencernaan ditandai dengan frekuensi BAB 5 x per hari, penurunan nafsu makan, nyeri abdomen Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya 5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak adekuat ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual. Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi

PENUTUP
Kesimpulan Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual, dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb. Saran Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda tanda anemia dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

17

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Bandung : Ganesa. Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ). Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung. Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius Ngastiyah. 2001. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

18

Pearce Evelyn. 2006. Anatomi an Fisiologi untuk Paramedis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai