Anda di halaman 1dari 100

7

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan lingkungan yang menimbulkan stress atau gangguan fisik. Sedangkan keselamatan kerja merupakan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan dan kerusakan atau kerugian ditempat kerja berupa peggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan dan proses pengolahan, lantai tempat bekerja dan lingkungan kerja, serta metode kerja. Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan kesehatan karyawan agar dapat bekerja secara aktif dan produktif. Ruang lingkup kesehatan kerja mencakup pengobatan preventif untuk menjaga kesehatan dan pengobatan atau penyembuhan untuk meningkatkan kesehatan dan melindungi dari resiko akibat proses produksi yang dapat mempengaruhi pada produktivitas kerja. Sedangkan keselamatan kerja bertujuan untuk meningkatkan usaha-usaha keselamatan dan pencegahan kecelakaan kerja, penyakit kerja, cacat dan kematian.

2.1.1. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Higiene perusahaan dan kesehatan kerja ini mulai ada di Indonesia sejak adanya cara-cara kedokteran kuno dan pengobatan Indonesia asli sudah dipergunakan untuk menolong korban-korban peperangan, penyakit-penyakit dan kecelakaan yang diakibatkan adanya pekerjaan dalam bidang industri rakyat pada saat itu. Kemudian pada abad ke-17 Belanda datang ke Indonesia dengan pendaratan V.O.C di Jakarta.Dinas kesehatan yang diadakan oleh Belanda pada permulaannya adalah Dinas Kesehatan Militer, yang kemudian beralih menjadi Dinas Sipil. Higene perusahan dan kesehatan Belanda ini ditujukan untuk memberikan kesehatan sekedarnya pada para pekerja Indonesia agar para pekerja Indonesia tersebut cukup sehat dan mampu untuk memproduksi bahan-bahan yang diperlukan oleh Belanda. Dan pada abad ke-20 dibuatlah undang-undang mengenai kebersihan, keselamatan serta kesehatan yang isinya sangat sederhana, karena disesuaikan dengan keprluan pada saat itu. Pada zaman Perang Dunia II sedang berlangsung Jepang sama sekali tidak memberikan dorongan atau pemikiran-pemikiran tentang higene perusahaan dan kesehatan kerja. Setelah Indonesia merdeka higiene perusahaan dan kesehatan kerja dapat diwujudkan yaitu dimulai beberapa tahun sejak proklamasi kemerdekaan dengan munculnya undang-undang kerja dan undangundang kecelakaan yang kemudian dipraktekkan diperusahaan

-perusahaan. Setelah itu dimasukkan pelaksanaan undang-undang tersebut kedalam tubuh Departemen Perburuhan yaitu berisikan tentang undang-undang pengawasan perburuhan dan pengawasan keselamatan kerja.Kemudian pada tahun 1957 Departemen Perburuhan mendirikan Lembaga Kesehatan Buruh yang fungsinya sebagai penasehat dan alat meninggikan mutu ilmiah kesehatan buruh, dan pada tahun 1965 Lembaga Kesehatan Buruh ini dirubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Buruh yang berfungsi sebagai: Pusat pendidikan yang ditujukan kepada calon-calon dokter, dimana dokter-dokter ini akan bekerja di perusahan, sebagai pengawas perburuhan dan lain-lain Untuk memberikan jasa dan nasehat kepada perusahaan Pusat riset untuk mempertinggi mutu keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja Sebagai pusat publikasi, baik itu majalah, buku-buku pedoman maupun tentang hal yang lain mengenai keselamatan dan kesehatan kerja Sebagai penghubung dan melakukan krja sama dengan dunia internasional dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja. Ditahun yang sama buku pertama tentang Ilmu Kesehatan Buruh diterbitkan. Pada tahun 1966 dengan reorganisasi Kabinet Ampera, Higiene Perusahaan dan Kesehatan kerja ini diresmikan yaitu dengan didirikannya Dinas Higiene Perusahan Sanitasi Umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan dan Lembaga

10

Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja dan selain itu dibentuk pula Yayasan Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Surabaya. Dan setahun kemudian pada tahun 1967 berdiri di Bandung, Badan Pembina dan konsultasi Higiene Perusahaan yang sekaligus juga merupakan suatu Badan Usaha serta didterbitkannya buku yang kedua dengan judul Ilmu Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Pada tahun 1698 diterbitkannya majalah triwulanan Higiene Perusahaan, Kesehatan atau Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial. Pada tahun ini juga merupakan tahun pertama perintisan fungsi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja kearah pendidikan, pelayanan, dan lain sebagainya. Para ahli dari WHO dan ILO pun mulai menjalin hubungan dengan Indonesia dalam lapangan kesehatan yang berintegrasi dengan produksi. Pada tahun 1969 banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu diantaranya: Diselenggarakannya seminar tentang Kesehatan dan Produktivitas Kerja di Jakarta dengan diikuti oleh 300 dokter, pengusaha, cendikiawan dan lain-lain. Seminar ini merumuskan secara jelas ruang lingkup dan tujuan dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pembangunan diIndonesia. Dimasukkannya suatu Proyek Pembinaan Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja dalam Pelita 1, untuk pertama

11

kalinya diadakan latihan kepada 27 personil mengenai higene perusahaan dan kesehatan kerja Konvensi ILO nomor 120 tentang Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dikantor-kantor dan perniagaan. Disahkannya undang-undang tentang Poko-Pokok tenaga Kerja yang memuat pasal-pasal tentang Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja. Pada tahun 1970 disahkannya Undang-undang tentang Keselamatan Kerja, Dan pada bulan Juli tahun 1971 didirikan Ikatan higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja oleh Dr. Sumamur P.K., Dr. Sutidjo, Dr. Siddharta, Dr. Marwoto. Dan pada tahun ini pula di Jakarta untuk pertama kalinya dilakukan training terhadap 30 dokter perusahaan serta diangkatnya Dr. Sumamur P.K menjadi Presiden dari Ikatan higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja Asia, dan ditunjuk sebagai sekertaris untuk komisi Negara berkembang dari komisi tetap Ikatan Inetrnasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Seminar Nasional II Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja serta Kongres ke-1 Ikatan Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatn Kerja berlangsung di Jakarta pada tahun 1972 dengan tema Akselerasi Pertumbuhan Profesi dalam Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja untuk Menunjang Modernisasi. Pada seminar ini juga ditetapkan program untuk 3 tahun Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dan dalam Kongres ditetapkan Anggaran dasar dan

12

Anggaran Rumah Tangga Ikatan serta ditetapkan pula Dr. H. Ibnu Sutowo sebagai Ketua Kehormatan Ikatan dan di tahun 1972 ini pula Dr. Sumamur P.K diangkat menjadi anggota Pannel Advisory Expert, WHO. Geneva. Dan untuk tahun 1973 merupakan usaha pembinaan laboratorium Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Jakarta, bandung, Medan dan Ujung Pandang. 2.1.2. Pengertian Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran. Hasil dari pengukuran ini dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pemecahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya. Sasaran dari higiene perusahaan adalah lingkungan kerja dan higene perusahan juga bersifat teknik. Kesehatan kerja adalah spesialis dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehataan setinggi-

13

tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan melakukan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum lainnya. Sasaran dari adanya kesehatan adalah manusia dan sifatnya medis. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan pengertian adalah terjemahan dari Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh dari seorang tenaga kerja. Menyeluruh disini berarti melakukan usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor manusiawai terhadap pekerjaan, higene dan lain-lain. Menurut Undang-undang No.14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga Kerja pasal 9 dan 10 Higiene perusahaan dan kesehatan kerja ini adalah lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma higiene perusahan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.

14

Hakikat dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut: Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik itu buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pun pekerja-pekerja bebas, dengan maksud untuk kesejahteraan tenaga kerja. Sebagai berlandaskan alat untuk meningkatkan produksi, dan yang daya kepada meningginya effisiensi

produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja ini adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan ini dapat tercapai jika ada suatu korelasi antara derajat kesehatan dengan produktivitas kerja atau perusahaan yang didasarkan pada kenyataan sebagai berikut: Untuk efisiensi kerja yang optimal, maka sebaiknya pekerjaan harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan kerja yang dimaksud yaitu tekanan panas, penerangan ditempat kerja, udara, sikap badan, penserasian manusia dan mesin, dan pengekonomisan upaya. Lingkungan kerja inipun perlu disesuaikan dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan. Biaya kecelakan dan penyakit yang ditimbulkan akibat kerja, serta penyakit umum lainnya oleh karena pengaruh yang memburukan keadaan sangat mahal harganya dibandingkan

15

dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi pengobatan, perawatan, rehabilitasi, kerusakan mesin, peralatan dan bahan akibat kecelakan, terganggunya pekerjaan dan cacat. Kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang itu tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminil diluar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Ada beberapa pengertian dasar tentang kecelakaan, yaitu; Kong Hu Chu Suatu kecelakaan adalah suatu statistik bila menimpa orang lain, akan tetapi merupakan suatu tragedi/musibah yang menyedihkan bila menimpa diri sendiri atau keluarganya. H.H Bhormaa & H.W Mc. Crone Suatu kecelakaan adalah suatu kejadian yang timbul tiba-tiba dan yang menghalangi suatu kegiatan atau suatu pekerjaan. Dr. L.P. Alford Suatu kecelakaan dalam industri merupakan suatu bukti adanya kesalahan dalam pengendalian/pengawasan dari kondisi kerja dan tenaga kerja (industri ini bisa manufaktur atau jasa).

16

Kecelakan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu; 1.Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau 2.Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan Terkadang kecelakaan ini akibat dari ruang lingkup kerja yang diperluas, sehingga meliputi juga kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan dirumah atau waktu rekreasi ataupun cuti, dan lain sebagainya adalah diluar makna kecelakaan akibat kerja, sekalipun pencegahannya sering dimasukkan program keselamatan perusahaan. Kecelakaan demikian termasuk kepada kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja diluar pekerjaannya. Atau faktor manusia yang tidak siap untuk menggunakan peralatan kerja dengan baik atau tidak mamatuhi petunjuk kerja, maka kecelakan atau penyakit akibat kerja masih besar kemungkinannya untuk terjadi, dimana salah satu faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi rendahnya kesadaran tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah persepsi, dimana persepsi ini merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kognitif dimana individu menyeleksi, mengorganisasikan, dan

17

enginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui alat sensoris menjadi gambaran mental yang representatif tentang dunia yang bermakna serta bagaimana cara individu memandang dunia atau segala sesuatu yang ada disekitarnya, sehingga dengan adanya persepsi ini individu tersebut dapat menetukan reaksi atau tindakan yang akan dilakukan. Urutan proses kognitif yang membentuk persepsi, yaitu; 1. Seleksi Proses seleksi yang terjadi ketika individu melihat beberapa stimulus dan memilih stimulus mana yang akan diberi perhatian. Seleksi ini dipengaruhi oleh faktor fisiologis (kemampuan otak dan visual), faktor stimulus (intensitas, baru, kontras, dan diulang-ulang), dan faktor psikologis (motivasi dan kebutuhan personal, kepribadian dan minat). 2.Informasi dan Prinsip Informasi yang diperoleh akan diorganisasikan menjadi pola dan prinsip-prinsip yang akan membantu memahami stimulus.Ada 4 prinsip, yaitu bentuk, konstan, kedalaman dan warna. Setelah diorganisasikan informasi ini pun digunakan untuk menjelaskan dan membuat judgement tentang dunia luar, dimana seseorang dapat mengiterpretasikan dekat dengan realitas tergantung pada kejelasan stimulus, pengalaman, harapan, kultur, motivasi, minat, dan frame of reference (Huffman, Vernoy dan Vernon, 1997).

18

Sekalipun kecelakaan akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan disini, melainkan pada ruang lingkup higene perusahaan dan kesehatan kerja. Terdapat tiga kelompok kecelakaan, yaitu; 1.kecelakaan akibat kerja diperusahaan 2.Kecelakaan lalu lintas 3.kecelakaan dirumah. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan peekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakan telah terjadi, maka bahaya terebut sebagai bahaya nyata. Ada beberapa kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja, yaitu; 1.Kerusakan 2.Kekacauan Organisasi 3.Keluhan dan kesedihan 4.Kelainan dan cacat 5.Kematian Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi kedalam biaya langsung dan biaya tersembunyi, dimana biaya langsung meliputi biaya pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tidak masuk kerja, kompesasi cacat, dan

19

biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakaan bahanbahan, sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini mencakup berhentinya proses produksi oleh karena pekerja-pekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu. 2.1.3. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut; 1. a. b. c. d. e. f. g. h. radiasi Klasifikasi menurut jenis kecelakaan Terjatuh Tertimpa benda jatuh Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh Terjepit oleh benda Gerakan-gerakanmelebihi kemampuan Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau

i.

Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

20

2. a.

Klasifikasi menurut penyebab Mesin Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik Mesin penyalur (transmisi) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam Mesin-mesin pengolah kayu Mesin-mesin pertanian Mesin-mesin pertambangan Mesin-mesin klasifikasi tersebut b. kereta api c. Alat angkutan udara Alat angkutan air Alat-alat angkutan lain Alat angkut dan alat angkat Mesin angkat dan peralatannya Alat angkutan diatas rel Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali yang tidak termasuk

Peralatan lain Bejana bertekanan Dapur pembakar dan pemanas

21

Instalasi dan pendingin Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan) Alat-alat listrik (tangan) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik Tangga Perancah (Steger) Peralatan lain yang belum termasuk kedalam klasifikasi tersebut

d.

Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi Bahan peledak Debu, gas, cairan, dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak Benda-benda melayang Radiasi Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut

e.

Lingkungan kerja Diluar bangunan Didalam bangunan Dibawah tanah

22

f. Hewan

Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut

Penyebab lain g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk

golongan tersebut atau data tak memaadai 3. Klasifikasi menurut luka atau kelainan Patah tulang Dislokasi/keseleo Regang otot/urat Memar dan luka dalam yang lain Amputasi Luka-luka lain Luka dipermukaan Gegar dan remuk Luka baker Keracunan-keracunan mendadak (akut) Akibat cuaca dan lain-lain Mati lemas Pengaruh arus listrik Pengaruh radiasi

23

4. tersebut

Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya Lain-lain

Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh Kepala Leher Badan Anggota atas Anggota bawah Banyak tempat Kelainan umum Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi

Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu hal, melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut pandang dapat dipakai untuk menggolonggolongkan penyebab menurut kelainan atau luka-luka akibat kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam usaha pencegahaan

24

kecelakaan, tetapi klasifikasi yang disebut terakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat dan letak luka atau kelainan tubuh berguna bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci. 2.1.4. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan

Sebelum kita melakukan pencegahan terhadap keelakaan, tentulah kita terlebih dulu harus mengetuhi apa yang menjadi penyebab adanya kecelakan kerja. Upaya yang dilakukan untuk mengetahui sebab kecelakaan kerja disebut analisis kecelakaan kerja. Berapa pendapat mengenai faktor penyebab kecelakaan kerja adalah sebagai berikut; Bennet Silalahi Menjelaskan bahwa penyebab kecelakan kerja adalah adanya gejala yaitu perbuatan atau kondisi tidak selamat. Dimana gejala tersebut berakar pada kebijakan manajemen jika ditelusuri, maka sebab musabab dapat ditemukan dan kemungkinan adanya kerusakan atau luka-luka dapat diramalkan atau analisis resiko (Risk Analisis) dapat dilakukan dengan baik secara skematik dapat digambarkan sebagai berikut

25

Gambar 2.1 Sebab terjadi Kecelakaan

Perilaku tidak aman menurut Silalahi disebabkan oleh tiga hal yaitu; 1. 2. 3. Tidak tahu tata cara kerja yang aman atau tidak tahu perilaku yang berbahaya Tidak mampu memenuhi persyaratan kerja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan Tahu seluruh peraturan dan persyaratan kerja, namun tidak mau memenuhi atau mematuhinya. Perilaku ini kemungkian disebabkan oleh adanya persepsi resiko dan atau persepsi terhadap kualitas pelaksanaan program kesehatan keselamatan kerja yang kurang tepat, sehingga cenderung mengabaikan petunjuk kesehatan dan keselamatan kerja yang telah diberikan oleh pihak manajemen. Suatu kecelakan kerja yang terjadi disuatu lokasi kerja terlebih dahulu diawali oleh beberapa kali kejadian nyaris kecelakaan kerja. Kecadian nyaris tersebut disebabkan oleh penyebab langsung (immediate causes) berupa banyaknya kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition) dan banyaknya perilaku karyawan yang tidak aman (unsafe act) dilokasi kerja tersebut (Tjondro.1999). Kondisi yang tidak aman meliputi kondisi lingkungan yang fisik tempat kerja berupa pengaturan sirkulasi udara, pengaturan penerangan, peralatan

26

kerja dan pemakaian peralatan pengamanan kerja, sedangkan perilaku tidak aman meliputi; 1. Kondisi fisik karyawan yang kurang baik misalnya gangguan atau kerusakan alat indera dan stamina tubuh yang tidak stabil 2. Kondisi psikis karyawan berupa emosi yang tidak stabil, kepribadian rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi kurang baik, motivasi kerja kurang, sikap yang ceroboh atau kurang cermat serta kurang pengetahuan dalam menggunakan fasilitas kerja terutama yang membawa resiko. Bambang B. Hantoro Menerangkan bahwa umumnya penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu; 1. Tindakan manusia dalam bekerja yang menimbulkan bahaya-bahaya kecelakan. Sifat manusia yang lalai, malas, lupa, khilaf dan sembrono dapat mendatangkan akibat yang patal. 2. Lingkungan, failitas dan peralatan kerja yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Kurangnya fasilitas, rusaknya peralatan atau tidak tersedianya peralatan, atau tidak tersedianya peralatan yang memadai diertai lingkungan yang tidak memenuhi syarat, sadar atau tidak sadar akan mengundang kecelakan. 3. Hal-hal yang tidak terjangkau oleh manusia pada saat itu. Hal tersebut dinamakan faktor x yang perlu pula diperhatikan.

27

1.

Kartu pertama Manajemen Salah satu fungsi manajemen dalam semua tingkatan organisasi perusahaan adalah melakukan kontrol.Fungsi kontrol dalam suatu system manajemen sangat penting peranannya, yang berguna untuk melakukan koreksi terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi didalam proses pelaksanaan program keselamatan kerja jika fungsi kontrol itu menjadi system tersendiri. Maka antara system antara sistem kontrol mempunyai hubungan timbal balik.

2.

Kartu Kedua (Asal Mula) Asal mula taua penyebab yang sebenarnya dari peristiwa kecelakaan kerja, dibagi menjadi dua kelompok yaitu: a. Faktor Manusia Faktor ini antara lain karena keadaan manusia yang tidak tahu, tidak terampil, kurang motivasi, atau adanya gangguan fisik maupun mental. b. Faktor Pekerjaan Faktor ini antara lain terdiri dari standar kerja, perawatan yang kurang tepat, atau alat-alat yang sudah aus karena pemakaian yang tidak wajar.

3.

Kartu Ketiga (Gejala Atau Penyebab Semu) Untuk menentukan suatu perbuatan atau kondisi tidak aman adalah sukar, oleh karean itu Bird menyarankan agar

28

tindakan aman dan kondisi tidak aman diganti dengan istilah sub standard. 4. Kartu Keempat Kontak Kontak antara sumber bahaya dengan satu atau lebih anggota badan dapt menimbulkan kecelakaan yang timbul akibat kontak antara sumber bahaya dengan anggota badan, dapat berupa terbentur pada suatu benda, tergelincir pada permukaan licin, tersayat benda tajam, terjepit atau terlilit, jatuh ketingkat yang lebih rendah, jatuh pada tingkat yang sama, kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun, kebisingan dan lain-lain. 5. Kartu Kelima Kerugian Kecelakaan dapat menimbulkan kerugian, baik itu kerugian yang bersifat fisik pada pekerja dapat berupa luka, patah tulang dan lain-lain, sedangkan kerugian non fisik berupa gangguan mental psikologi pada pekerja yang terlibat kecelakaan. Disamping itu kecelakaan juga dapat menimbulkan kerugian karena adanya kerusakan pada mesin, peralatan atau bahan. Studi yang telah dilakukan untuk mengetahui situasi apa saja yang dapat mengakibatkan kecelakaan, maka hasilnya memperlihatkan bahwa frekuensi kecelakaan bervariasi berdasarkan pada faktor pekerja, jadwal kerja, situasi sosial, faktor pekerjaan lainnya.

29

Sehingga factor-faktor penyebab kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu; 1. Faktor Manusia Tenaga kerja manusia merupakan alat produksi yang rumit serta membutuhkan penanganan yang khusus ditinjau dari aspek tenaga, keluwesan, ketahanan, fisik dan mental, serta aspek psikologis dan aspek sosial serta mora. Faktor manusia dalam kecelakan kerja merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa pendekatan yaitu; a. Berkaitan dengan ciri-ciri psikologis, fisik, dan kelainan-kelainan b. c. d. faal perseoranagn yang cenderung mempunyai pengaruh terhadap kecelakaan. Berhubungan dengan factor rasa atau emosi Bersangkutan dengan faktor-faktor manusiawi yang dikaitkan terhadap situasi pekerjaan Cenderung untuk menilai bagaimana tingkat keserasian tenaga kerja terhadap proses pekerjaan. 2. Faktor Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan kerja serta lingkungan yang kurang nyaman pun dapat menyebabkan manusia mengalami eksploitasi yang berlebihan, serta dapat menimbulkan akses negatif, dan dapat pula menimbulkan penyakit.

30

Tubuh manusia merupakan sesuatau yang sangat peka terhadap rangsangan, setiap alat, suhu, warna, atau cahaya, udara, musik dan getaran, dapat memberikan kesan yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih dapat dibandingkan dengan kesan yang diberikan oleh warna biru.

3.

Faktor Mesin dan Peralatan System kerja mesin dan peralatan merupakan pusat perhatian dalam menghasilkan tingkat kerja yang diinginkan.Dalam operasinya tidak jarang mesin dan peralatan merupakan potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan. Potensinya yang besar dalam menciptakan kecelakan mengharuskan perancang mesin dan peralatan mendesain suatu keadaan mesin yang aman bagi operator. Informasi dari prosedur pengoperasian dan perawatan mesin atau peralatan agar kehandalannya terjamin sangat penting diikuti dalam usaha mencegah terjadinya kecelakaan. Keamaan dimulai dengan keamanan alat, keamanan mesin, keamanan proses dan keamanan lingkungan bukanlah suatu hal yang menjadi salah satu dari pertimbangan, tetapi pengamanan mekanik dan perbaikan rekayasa teknik adalah merupakan factor penting dalam pencegahan banyak kecelakaan.

4.

Faktor Bahan

31

Dalam suatu tempat kerja bahan merupakan benda yang menjadi pusat pengerjaan atau pengelolaan. Dalam setiap industri maka bahan yang harus diolah dalam beraneka ragam dalam sifat fisik dan kimia. Untuk jenis bahan yang berbeda memerlukan penangan yang berbeda pula.Dalam hal ini diperlukan perancangan alat material handling (penanganan material) yang sesuai dengan sifat fisik dan kimianya. Disampaing penangan hal diatas maka kualitas bahan yang diperlukan juga harus diperhatikan, tidak jarang bahwa barang yang berkualitas baik akan merangsang pekerja untuk bekerja dengan teliti dan bersemangat, dan sebaliknya jika yang jelek maka akan membuat pekerja menjadi jengkel dan ini dapat mengakibatkan pekerja melakukan kerjanya secara asal-asalan.Jika pekerja melakukan pekerjaan dengan rasa tidak enak.Ini merupakan suatu penyebab kecelakaan yang potensial. Urutan terjadinya kecelakaan digambarkan sebagai hubungan sebab akibat dengan urutan sebagai berikut; 1. Fitrah Manusia. Manusia memiliki fitrah serba ingin tahu, serba tergesa-gesa atau terburu-buru, Fitrah ini jika tidak dikendalikan akan merupakan sebab pertama dari seluruh urutan terjadinya kecelakan, yang mungkin saja akan mengakibatkan cedera, luka, peralatan rusak, produksi terhenti dan lain-lain. 2. Kekeliruan Manusia

32

Kekelirun merupakan sebab madya yang diakibatkan oleh sebab utama yaitu fitrah manusia. Hal ini dapat mengakibatkan lingkungan yang berbahaya atau penampilan diri yang membahayakan. Kesalahan ini disebut sub-penyebab atau kesalahan yang ada dalam diri manusia. Faktor ini tergan tung pada keadaan ego dari orang yang bersangkutan, seperti tempraremen, pengalaman, pengetahuan, keputusan akal, ide atau gagasan. 3. Lingkungan dan Perbuatan Yang Berbahaya Lingkungan dan perbuatan yang berbahaya ini merupakan akibat dari ulah atau kekeliruan manusia yang dapat menyebabkana kecelakaan, yaitu lingkungan; a. b. c. d. e. f. g. h. i. Mesin berjalan kurang sempurna, tidak berpelindung Mesin kurang terawatt, licin, tajam, rebut Model bangunan tidak cocok Lingkungan tidak bersih, banyak sampah, minyak, geram tercecer Cahaya tidak baik Pakaian sempit, kurang pas, terlalu longgar mudah tertarik oleh putaran mesin Ventilasi tidak baik Prosedur kerja kurang baik Cara menjalankan mesin atau kendaraan sembrono tidak ada ijin atau menggunakan pelindung diri 4. Peristiwa Diri

33

Rentetan peristiwa dari fitrah manusia sampai lingkungan dan perbuatan yang berbahaya menimbulkan kecelakaan yang tidak direncanakan atau dikehendaki.Kecelakan menimbulkan kerusakan baik itu fisik manusia seperti luka atau cacat maupun pada perusahan seperti kegiatan produksi terhenti.

5.

Luka, Cidera, cacat, sakit, Kerusakan

Keadaan ini adalah kondisi yang merugikan karena menderita kehilangan baik fisik maupun jam produktif, dan dalam beberapa hal luka ini dapat menimbulkan kematian. 2.1.5. Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja pada umumnya sama tua dengan kehidupan manusia, demikian juga dengan keselamatan kerja dimulai sejak manusia bekerja kecelakan industri mulai terjadi secara besar-besaran kira-kira 150 tahun yang lalu, ketika kemajuan pesat teknologi mulai diterapkan untuk produksi secara besarbesaran dengan mesin. Teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dari dua aspek yaitu aspek perangkat keras yang meliputi peralatan, perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya, dan perangkat lunak yang meliputi manusia dan segala unsure yang berkaitan. Sistem pencegahan bahaya kebakaran

34

Sistem pencegahan bahaya kebakaran terdiri dari; a. Sistem isyarat bahaya kebakaran dan alarm dan sebagainya Merupakan system yang mampu menggantikan tenaga manusia untuk mengawasi bahaya kebakaran dalam suatu bangunan gedung gardu listrik, gudang dan lain sebagainya, terutama pada waktu luar jam kerja. Komponen isyarat bahaya kebakaran; 1. 2. 3. 4. Panel pengawas dengan pembagian daerah yang diawasi Detektor yang meliputi panas, asap, dan manual break glass call points isyarat yang diantaranya yaitu bel alarm. Horn instalasi penegendalian untuk menghubungi berbagai komponen yang menjadi satu sistem. b. Sistem pemadaman Alat pemadam kebakaran diantaranya yaitu; 1. Alat pemadam kebakaran merupakan alat pencegah atau pemadam pertama bila terjadi kebakaran. Pada mulainya pai sangat kecil. 2. 3. Jenis-jenis alat pemadam kebakaran yang terdiri dari BCF, Dry Chemical, Air, Super busa, CO2. Jenis jenis kebakaran yaitu kelas A meliputi kertas, kayu, kain dan sejenisnya, Kelas B meliputi bensin, minyak, pelimas, zat cair, dan lain-lain, sedangkan kelas C meliputi listrik, motor, kontak, arus pendek, dan sebagainya.

35

Sistem pencegahan bahaya ledakan

Ledakan dapat terjadi bilamana terjadi pencampuran gas yang cepat menguap dengan gas O2. Peledakan akan terjadi bila tabung O2 yang didapat bercampur dengan gas volatile lainnya dengan tidak sengaja. Untuk menghindari peledakan hal berikut harus dipatuhi; 1. Lembaran buku petunjuk tentang pesawat las karbid, boiler dan hal lain yang sejenis harus dibaca dan dipahami sebelum dipergunakan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. tabung baja tempat gas atau apapun harus kuat dari tekanan Dram bahan baker harus dilengkapi dengan safety valve(sejenis alat pengaman) tabung kosong atau bekas jangan dijadikan pengisian gas atau bahan yang lain dari aslinya tabung gas harus terhindar dari suhu yang tinggi atau sinar matahari Setiap tabung atau drum yang berisi harus dilengkapi dengan alat pencegah tabung atau drum berguling Pemindahan tabung gas harus mempergunakan alat pemindah khusus, dan hindarkan menggulingkan atau jatuh Tabung baja dilarang untuk diletakkan terbaring Setiap tabung atau drum harus diberi tanda yang dpaat dilihat, dibaca, dikenal oleh banyak orang. Sistem produksi pencegahan bahaya dalam proses

36

Kegiatan pencegahan kecelakaan dari pemeliharaan tempat kerja yang selamat merupakan satu kesatuan dalam ruang lingkup atau tempat proses produksi. Arus barang dalam proses produksi harus berjalan dengan lancer dan peralatan produksi serta kesehatan dan keselamatan kerja harus berada dalam kondisi prima. Keselamatan dalam proses dapat ditingkatkan dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penanganan dan pengangkutan material harus minimal setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin Letak mesin dan peralatan lainnya harus cukup luas Setiap kegiatan perawatan dan perbaikan harus selamat Fasilitas pengungsian jika terjadi kebakaran harus disediakan sejak semula Setiap proses yang berbahaya dan riskan harus terisolasi pelaksanaannya Setiap peralatan dan mesin sudah dilengkapi dengan aklat-alat pencegah kebakaran. Serta dalam keselamatan proses juga sangat terganatung pada tata ruang yang rapih dan bersih, setiap barang disimpan pada tempatnya, ruang gerak, lorong, tangga, pintu, dan sebagainya harue dijaga dengan rapid an kebersihannya pun harus terjaga. Bahaya-bahaya kecelakan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. karbit Bahaya kebakaran sebagai akibat dari adanya penggunaan bahan katun. Minyak, solar, bensin dan gas

37

2. arus listrik 3. pesawat karbid 4. berputar 5.

Bahaya maut sebagai akibat dari pemakaian bahaya peledakan sebagai akibat

penggunaan bejana-bejana bertekanan seperti botol zat asam dan Bahaya akibat bagian-bagian mesin yang Bahaya petir

Bahaya kebakaran dapat dicegah dengan melakukan tindakan sebai berikut: 1. Pada pintu dari ruangan diberikan tulisan atau poster dilarang merokok, membawa api, dan dilarang masuk bagi orang yang tidak berkepentingan 2. 3. Perawatan dan penggunaan alat-alat pemedam api sebaiknya mendapatkan perhatian sepenuhnya. Adanya dalam setiap giliran kerja terdapat satu atau beberapa pekerja yang benar-benar mengetahui dan dapat menggunakan alat pemadam kebakaran 4. 5. Adanya aturan dalam melakukan pekerjan Oleh karena petir juga menyebabkan kebakaran, maka bagian-bagioan penting dari bangunan perusahaan harus dilengkapi dengan alat-alat penyangkal dan penyalur petir.

38

Tentang peralatan mekanik terutama mesin yang bergerak dan berputar dapat dilakukan beberapa pencegahan yaitu dengan melakukan perawatan dan pengawasan dari tenaga ahli. Dan untuk dibagian listrik perusahaan dapat melakukan tindakan seperti pintupintu dari aliran penghubung dan trafo harus terkunci dan bisa dibuka oleh pekerja ahli dan dilarang untung menggantungkan pakaian kerja didalamnya. Untuk P3K sewajarnya tersedia perlengkapan-perlengkapan dan diantara pekerja yang bergiliran bekerja harus ada yang mengetahui cara kerjanya. Kelelahan Pekerjaan dalam industri pertekstilan terkenal sebagai pekerjaan yang sangat melelahkan. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kelelahan dalam bekerja yaitu: 1. 2. 3. 4. Pekerjaan dalam industri tekstil banyak dilakukan dengan berdiri Pekerjaannya sendiri sering menjemukan Suhu dan kelemban tinggi Kadar debu yang kadang bisa mengakibatkan tidak nyamannya dalam bekerja

Adapun penyakit yang ditimbulkan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; 1. 2. Faktor Biologis Faktor Kimia

39

3. 4. 5.

Faktor fisik termasuk kebisingan atau getaran, radiasi, penerangan, suhu dan kelembaban Faktor Fisiologis Faktor Tekanan Mental/stress

Pencegahan kecelakaan adalah suatu bagian utama dari fungsi pemeliharaan karyawan, tetapi hanya merupakan satu bagian dari suatu yang menyeluruh.Kondisi fisik karyawan dapat diganggu melalui penyakit, ketegangan, dan tekanan seperti halnya melalui kecelakaan, adalah penting bagi perusahan untuk memperhatikan kesehatan umum karyawan, yaitu fisik dan mental, demi alasan ekonomi dan kemanusiaan. Banyak undang-undang kompensasi pekerja negara bagian memberikan kompensasi bagi penyakit yang diakibatkan jenis kerja tertentu. Sebagian besar usaha OSHA sedang diareahkan pada pencegahan penyakit yang timbul dari lingkungan tempat kerja, terlebih lagi kesehatan karyawan yang jelek mengakibatkan suatu tingakat ketidakhadiran yang tinggi dan tingkat produktivitas yang rendah. 1. Kesehatan jasmani Balai kesehatan kerja akan menambahkan syarat-syarat pada pemeriksaan jasmani dalam penempatan tenaga kerja sehingga program kerja tersebut diorganisasikan dengan tepat. Syaratsyarat tersebut diantaranya, yaitu; Suatu ketentuan tentang kebijakan kesehatan dan pengobatan Pelaksanaan pemeriksaan jasmani secara berkala untuk semua keryawan yang tidak terlindung dari bahaya-bahaya kesehatan

40

Tersedianya fasilitas-fasilitas untuk pemeriksaan jasmani suka rela secara bekala bagi semua karyawan Suatu staf konsultasi medis yang (kompeten) Perhatian yang sistematik pada sanitasi, tindakan pencegahan demi keselamatan,dan hygiene industri Seorang pejabat kesehatan kepala yang melapor kepada seoerang anggota manajemen yang bertanggung jawab Suatu klinik yang diperlengkapi dengan baik untuk kasuskasus dalurat dan pemeriksaan jasmani Personalia medis dan perawatan yang memenuhi syarat dengan tepat 2. Kesehatan mental Beberapa tahun belakangan ini, kesehatan mental industrial sudah semakin mendapat perhatian besar. Dasar pemikiran bagi suatu program kesehatan mental perusahaan sama halnya dengan program pemeliharaan kesehatan jasmani. Salah satunya yaitu penyakit mental yang mengambil korbannya melalui aklkoholisme. Prosedur yang disarankan untuk menangani karyawan yang kecanduan alcohol itu adalah sebagai berikut : Penyelia menyimpan catan-catan yang teliti tentang prestasi karyawan, seperti produktivitas, ketidak hadiran, keterlambatan, peninggalan tempat kerja, peringatanperingatan, alasan-alasan yang inovatif dan segainya.

41

Walaupun mencurigai alcohol sebagai sumbernya, penyelia hanya berbicara dengan karyawan tersebut tentang catatan prestasinya yang obyektif

Jika prestasi tidak berubah, disarankan agar karyawan itu diminta menyertai penyelia dalam pertemua dengan seorang penyuluh dalam unit personalia

Selama tahap-tahap permulaan pertemuan ini.penyelia menyajikan catatan prestasi yang obyektif dan kemudian meninggalkan pertemuan itu .

Penyuluh itu memberi pengarahan dan mengungkapkan bahwa suatu pemberhentian akan segera terjadi jika prestasi tidak diperbaiki.

Jika karyawan itu menunjukan bahwa alkohol merupakan sumber dari kesulitan-kesulitan prestasi itu,maka dia dipertahankan dalam daftar upah dan di kirim kepada suatu balai penanggulangan alkoholisme yang sesuai,seperti misalnya alkoholiscs Anonymous ,seorang ahli psikologi ,atau suatu rumah sakit yang berspesialisasi dalam perawatana alkoholisme.

Penyuluh mengikuti kasus tersebut selama 1tahun sesudah ditangan pihak luar guna menentukan tingkat pemulihan yang dicapai.

2.1.6. Hubungan Ergonomi dan Kesehatan Kerja Ergonomi adalah pusat dari konsep kegiatan kerja sama tim dalam satu unit kerja. Anggota yang terlibat adalah pakar yang memelihara

42

suatu kesehatan sumber daya manusia dan pakar lingkungan kerja, yaitu yang menyangkut tempat, ukuran dan penataan alat, alur kerja dan manajemennya, serta keadaan tempat bekerja seperti cahaya, temperatur, kelembaban, tingkat kebisingan, dan pengotoran udara dan bahan kimia.

Gambar 2.2. Bagan hubungan ergonomi dengan cabang ilmu lainnya, bekerja secara multi disipliner

Adapun beberapa hubungan yang akan terjadi adalah sebagai berikut; Hubungan antara pakar biomekanik manusia, pakar faal kerja tunuh dan psikolog terlihat saat memendang SDM sebagai model objek operator, ekspertis kegiatannya, pengukuran jenis problem, dan penelitiannya. Hubungan kerja sama tim antara pakar kedokteran atau dokter, ergonomi dan engineering adalah dalam menilai objek SDM seperti dokter akan menilai darisegi pencegahan dan penyembuhan penyakit, ergonomi dari segi mempertahankan kesehatan dan efisiensi kerja, engineering dari segi membuat

43

alat yang sesuai dengan kebutuhan manusia dan mendukung fungsinya Hubungan lainnya adalah hubungan dari segi kepakaran (aplikasi spesialis), dimana kedokteran membahas kesehatan kerja, ergonomi membahas design kerja dan engineering akan membahas design alat atau mesin Cabang ilmu spesialistik yang dimiliki adalah sebagai berikut; 1. Bagi dokter adalah ilmu pengetahuan faal tubuh manisia dan hambatan fungsi atau disfungsi atau malfungsi sehingga dapat menimbulkan disabilitas. 2. 3. Bagi pakar ergonomi adalah ilmu pengetahuan tentang keuntungan fungsi manusia dan keterbatasannya. Bagi engineering adalah ilmu pengetahuan sifat fisik material dan kemampuan untuk membuat alat atau mesin. Oleh karena itu kita dapat simpulkan bahwa ada hubungan yang terjadi antara ergonomi dan kesehatan yang dapat terlihat dengan jelas jika dipandang dari segi objek SDM, aplikasi spesialis atau kepakaran yang semuanya mendukung kepada peranan kesehatan, fungsi tubuh dan pendukung fungsi tubuh manusia, dimana caranya yaitu dengan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produk. . 2.1.7. Kondisi Lingkungan Fisik Kerja Yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja Manusia.

44

Manusia sebagai makhluk yang tidak luput dari kekurangan, dalam arti kata bahwa kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (internal) atau pun dari lingkungan luar (eksternal). Salah satu faktor yang berasal dari lingkungan luar adalah lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja antara lain: a. Temperatur

Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh sehingga dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri mempunyai keterbatasan kemampuan. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuan untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya. Menurut penyelidikan apabila temperatur udara lebih rendah dari 17 0 c berarti temperatur udara

45

ini ini ada di bawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri. (35% di bawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga sebagian kecil akibat penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlampau panas dibandingkan temperatur normal tubuh, maka akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendiginkan dirinya melalui sistem penguapan. Ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan tingginya temperatur udara.Sebagaimana kita ketahui da rasakan bahwa temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja menurun. Sedangkan temperatur udara yang lebih panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan.Menurut penyelidikan, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yan berbeda-beda. Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda seperti bagian mulut sekitar 37 0 C, bagian dada sekitar 35 0 C, dan bagain kaki sekitar 28 0 C. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan. Menurut penyelidikan untuk membagi tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

46

49 0 C

Temperatur yang dapat ditahan

sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30 derajat aktivitas mental dan daya tanggap menurun dan cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.

30 0 C Aktivitas mental dan daya tanggap


mulai menurun dan cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.

muncul.

24 0 C Kondisi Optimum. 10 0 C Kelakuan fisik yang ekstre mulai

Harga di atas tidak mutlak berlaku untk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbeda, tergantung di daerah bagaimana dia bisa hidup.Orang yang bisa hidup di daerah panas berbeda kemampuan adaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah dingin atau sedang.Tichauer telah menyelidiki pengaruh temperatur terhadap produktivitas para pekerja penenun kapas, yang menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur antara 240 C 27 0 C . Suhu tubuh manusia diprtahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem pengatur suhu (thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran

47

panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Produksi panas didalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, pengaruh dari berbagai bahan kimiawi dan gangguan pada sistem pengatur panas, misalnya pada keadaan demam. Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas diantara tubuh dengan sekitarnya adalah konduksi, konveksi, radiasi dan penguapan. Konduksi ialah pertukaran panas diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih dingin suhunya, dan dapat menambah panas kepads tubuh apabila benda-benda tersebut lebih panas dari badan manusia. Konveksi ialah pertukaran panas dari badan dengan likungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang baik, tetapi kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan peranan dalam pertukaran panas. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh manusia. Tergantung dari benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan lewat mekanisme radiasi. Selain itu dan penting sekali manusia dapat berkeringat yang dengan penguapan di permukaan kulit atau melaui paru-paru tubuh kehilanagn panas untuk penguapan. Untuk mempertahankan suhu tubuh, maka :

M K ond K onvR E = 0.
Dimana :

2.1.

48

M Kond Konv R E

: Panas dari metebolisme : Pertukartan panas secara konduksi. : Pertukaran panas secara konveksi : Panas radiasi : Panas oleh evaporasi

Panas yang diakibatkan metebolisme sangat tergantung dari kegiatan tubuh. Tabel 2.1. menyajikan hubungan di antara panas yang dihasilkan oleh metabolisme dan kegiatan tubuh. Tingkat pekerjaan Kegiatan Tidur. Duduk tenang Duduk, gerakan-gerakan tubuh dan tangan sedang (misalnya mengetik.) Duduk, gerakan-gerakan kaki dan tangan sedang (misalnya main piano, menyetir mobil) Berdiri, kerja ringan pada mesin atau bongkar, terutama lengan. Duduk, gerakan-gerakan kuat tangan dan kaki Berdiri, kerja ringan pada mesin atau bongkar, kadang-kadang jalan Berdiri, kerja ringan pada mesin atau bongkar, kadang-kadang jalan Jalan-jalan denagan mengangkat atau mendorong beban yang sedang beratnya Mengangkat, mendorong, dan menaikkan benda-benda berat secara terputus-putus (misalnya kerja menyekop) Berat terus menerus
Tabel 2.1. Tingkat Pekerjaan dan Kalori

BTU/jam 250 400 450-550 550-650 550-650 650-800 650-750 750-1.000 1.000-1.400 1.500-2.000

Ringan

Sedang

Berat

2.000-2.400

49

Suhu kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Dari kombinasi keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas yang oleh tubuh disebut tekanan panas. Suhu udara dapat diukur dengan menggunakan termometer dan disebut dengan suhu kering. Kelembaban udara diukur dengan menggunakan hygrometer. Sedangkan suhu dan kelembaban dapat diukur bersama-sama dengan misalnya sling psychometer atau Arsmann psychometer yang sekaligus menunjukkan suhu basah. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer yang dibasahidan ditiupkan udara kepadanya, dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembaban relative. Kecepatan udara yang besar dapat diukur dengan anemometer, sedangkan kecepatan kecil diukur dengan memakai termometer kata. Suhu radiasi diukur dengan termometer bola, dan panas radiasi adalah tenaga elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari. Gelombang-gelombang demikian dapat melalui udara tanpa diabsorbsi energinya, tetapi menimbulkan panas pada benda yang dikenainya. Sumber-sumber dari panas radiasi adalah permukaan yang panas dan sinar matahari. Beberapa suhu tinggi yang ditimbulkan oleh benda-benda panas diantaranya, yaitu terlihat oleh tabel 2.2. Benda 1. Permukaan luar tanur 2. Permukaan dalam tanur atau metal panas 3. Logam pijar Suhu dalam derajat celcius 500 1.200 1.850

50

4. Nyala busur las

2.000
Tabel 2.2. Suhu Beberapa Permukaan

Terdapat beberapa cara untuk menetapkan besarnya tekanan panas sebagai berikut: Suhu effektif Yaitu indeks sensoris yang dialami dari tingkat panas yang dialami seseorang tanpa baju dan bekerja ringan dalm berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara . Kelemahan menggunakan suhu effektif adalah tidak

memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh sendiri. Untuk penyempurnaan pemakaian suhu effektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuatlah skala suhu effektif dikoreksi, tetapi masih saja terdapat kekurangan yaitu tidak memperhitungkan panas hasil metabolisme. Indeks suhu basah dan bola I.S.B.B = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering. (untuk bekerja dengan sinar matahari). I.S.B.B = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi pekerjaan tanpa penyinaran sinar matahari). Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam Yaitu banyaknya keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan gerakan udara serta (untuk

51

panas radiasi. Dapat pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan. Indeks Belding-Hacth Indeks ini dihubungkan dengan kemampuan berkeringat dan standar orang yaitu seseorang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas. Dalam lingkungan panas, effek pendinginan dari penguapan keringat adalah terpenting untuk keseimbangan termis. Maka dari itu BeldingHacth mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat. Untuk menentukan indeks tersebut, diperlukan pengukuran-pengukuran suhu kering dan basah, suhu globetermometer, kecepatan aliran udara, produksi panas akibat kegiatan dalam pekerjaan. Adapun kelemahan Belding-Hacth adalah: 1. 2. Dalam perusahaan dan bagi bangsa-bangsa yang berbeda, pengertian orang standar tidak bisa berlaku untuk keseluruhan. Indeks didasarkan atas percobaan orang tanpa pakaian, sedangkan tenaga kerja dalam pekerjaannya selalu dengan berpakaian. Untuk itu perlu koreksi sekitar 40% terhadap penggunaan indeks bagi orang-orang bekerja. Untuk orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-30 0C dengan kelembaban sekitar 8595%. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian

52

yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama ditempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas. Pengaruh dari suhu kerja digambarkan pada bagan sebagai berikut

Gambar 2.3. Tekanan Panas dan Kelainan-kelainan Akibat Panas

Untuk menilai hubungan suhu kerja dan efek yang dapat ditimbulkan terhadap perorangan ataupun kelompok tenaga kerja, perlu memperhaikan seluruh faktor yang meliputi lingkungan, faktor manusia dan pekerjaan. Suhu nikmat untuk bekerja sekitar 24-26 0C, dan nilai ambang batas untuk suhu kerja adalah 21-300C.

Faktor Lingkungan
Suhu Kelembaban

Faktor Manusia
Usia Jenis kelamin

Pekerjaan
Kompleksnya tugas

53

Angin Radiasi panas Sinar matahari Debu Aerosol Gas Fume Tekanan Barometris Pakaian

Kesegaran jasmani Ukuran tubuh Kesehatan Aklimatisasi Gizi Motivasi Pendidikan Kemampuan fisik Kemampuan mental Kemampuan emosi Sifat-sifat kebangsaan

Lamanya tugas Beban fisik Beban mental Beban sendiri Keterampilan

Tabel 2.3. Hubungan suhu kerja dan faktor lingkungan, faktor manusia dan pekerjaan.

b.

Kelembaban (Humidity)

Yang dimaksud dengan kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dengan presentasi. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya, dan memang secara bersama-sama antara temperatur,kelembaban,kecepatan gerak udara dan radiasi dari udara tersebut akan dipengaruhi keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuh. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabanya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan; dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen.Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseibangan antara panas tubuhnya dengan suhu sekitarnya. Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus:

54

M+R+C-E=O Dimana :

2.2.

M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme. R = perubahan panas karena radiasi C = perubahan panas karena konveksi E = hilangnya tenaga akibat penguapan R dan C berharga ( + ) jika temperatur di luar tubuh lebih panas dibanding suhu tubuh, berarti tubuh menerima panas dari lingkungan;dan sebaliknya, R dan C berharga ( - ) apabila suhu tubuh lebih panas dibandingkan temperatur luar. Jika temperatur udara panas daan kelembabannya tinggi, maka rumus keseimbangan akan menjadi : M+R+C-E= O. ini menunjukkan suatu keadaan dimana tubuh kehilangan tenaga akibat penguapan, dan ini harus diimbangi terutama pada proses metabolisme yang untuk berlangsungnya memerlukan banyak oksigen; artinya , makin panas dan makin lembab lingkungan, makin banyak oksigen yang diperlukan untuk metabolisme, dan makin cepat peredaran darah sehingga makin cepat pula denyut jantung. Keadaan ini sangat berbahaya bagi orang tua atau mereka yang lemah jantung. c. Sirkulasi Udara (Ventilation)

Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21% o2 , 78% N2 ,0,03% Co2 dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen

55

dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita, dan tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Untuk menjaga agar udara di sekitar tempat kerja tetap sehat yakni cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih yang bisanya dilakukan dengan melalui ventilasi. Contoh ventilasi sederhana ialah jendela rumah dimana melalui jendela inilah udara bersih dan segar da dalam rumah bisa dijamin ada selamanya karena akan terjadi sirkulasi udara dengan sendirinya. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Pada siang hari,dimana biasanya melakukan sebagian besar kegiatannya, pohon-pohon merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernapasan kita.Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman-tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. d. Pencahayaan (Lighting)

56

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat dan tanpa menimbulkan kesalahan. kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental; lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan. Kemampuan mata unutk dapat melihat obyek dengan jelas ditentukaan oleh: ukuraan obyek, derajaat kontras di antara obyek dan sekelilingnya, luminensi ( brightness ) dan lamanya melihat. Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara obyek yang sekelilingnya, sedangkan luminensi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Salah satu contoh yang sederhana, apabila kita membaca buku atau meletakkan benda-benda putih, maka warna alas untuk buku sebaiknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut agar huruf-huruf dari buku mempunyai deajat kontras yang tinggi dibandingkan buku dan alasnya;begitu pula dengan benda-benda putih, agar derajatnya tinggi harus diletakkan pada alas yang berwarna gelap

57

Berikut ini adalah salah satu kemungkinan mata akan menjadi silau karena letak dari sumber cahaya. Dari gambar tersebut terlihat bahwa efektifitas mata untuk bisa melihat obyeknya adalah salah satunya ditentukan oleh letak sumber cahaya tersebut. Sebaliknya mata mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya, tetapi cahaya tersebut harus mengenal obyek yang akan dilihat, yang kemudian dipantulkan oleh obyek tersebut ke mata kita, sehingga obyek tersebut dapat dilihat. e. Kebisingan (Noise)

Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah seperti diantaranya yang dikatakan sebagai polusi, dimana keadaan ini tidak terjadi di masa lalu, salah satu polusi yang sekarang menyibukkan para ahli untuk mmengatasinya ialah kebisingan, yaitu bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehandaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyianbunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan keamtian. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas sutu bunyi yan bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lama, intensitas dan frekwensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin kurang. Intensitas biasaanya diukur dengan kebisingan yang serius bisa menyebabkan

58

satuan desibel (dB), yang menunjukkan besarnya arus energi persatuan luas. Frekwensi menunjukkan jumlah gelombanggelombangt suara yang sampai ke telinga kita setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Herz (Hz). Lamanya telinga kita menerima kebisingan akan mempengaruhi tingkat pendengaran kita. Tiffin, telah meneliti hal tersebut dan menyimpulkan dalam bentuk Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan apabila bunyi-bunyi tersebut tidak dikegendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu: Frekuensi Intensitas

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau disebut Herz (Hz), yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai ditelinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang ada. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0.0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Dalam rumus:

59

dB = 2010 log

p po

2.3.

Dimana: P Po Tabel : Tegangan suara yang bersangkutan : Tegangan suara standard (0.0002 dyne/cm2) 2.3. menunjukkan tangga intensitas dari kebisingan.

Kebisingan dalam perusahaan dengan intensitas 60 dB berarti 106 x Intensitas kebisingan standard. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi diantara 16-20.000 Hz, sedangkan sensitivitas terhadap frekuensi tersebut berbeda-beda.

Tabel 2.4. Skala intensitas Kebisingan Sumber: Teknik Tata Cara Kerja, 1979

60

Pengukuran Kebisingan

Maksud dari pengukuran kebisingan adalah Memperoleh data kebisingan diperusahaan atau dimana saja, dan Mengurangi tingkat kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan. Pemilihan alat-alat khusus ditentukan oleh type dan kebisingan yang diukur. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan: Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (steady, state, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angina, dapur pijar, dan lain-lain. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara. Kebisngan Impulsif (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil dan meriam. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan

61

Tipe kebisingan ini memerlukan alat. Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Soundlevel Meter. Alat ini dilengkapi oleh sistem kalibrasi dan dapat mengukur kebisingan diantara 30 130 dB dan frekuensi dari 20 20.000 Hz.

Gambar 2.4. Garis Kekuatan Suara Yang Sama Menurut Oktaf (Soundlevel Meter)

Analisa frekuensi dari suatu kebisingan biasanya diperlukan, dan biasanya dilakukan dengan alat-alat Octave Band Analyzer, yang memiliki sejumlah filter-filter menurut oktaf. Jika spektrumnya sangat curam dan berbeda banyak, dapat dipakai skala 1/3 oktaf. Untuk filter-filter oktaf disukai frekuensi tengah 31.5: 63: 125: 250: 500: 1000: 2000: 4000: 8000: 16.000 dan 31.500 Hz. Untuk analisa lebih lanjut, dapat dipakai Narrow Band Analyzers (alat analisa spectrum sempit), baik latar spektrumnya tetap misalnya 2200 Hz atau melebar dengan lebih banyaknya frekuensi. Yang terakhir ini lebih sering dipakai dilapangan, mengingat komponen kebisingan berbeda-beda sesuai dengan muatan mesin.

62

Kebisingan terputus-putus biasanya ditemukan pada Tape. Suatu Taperecorder dengan kualitas tinggi diperlukan. Tapi dengan demikian harus mampu mencatat frekuensi dari 2020.000 Kilo Hz. Suatu alat kalibrasi diperlukan. Alat itu harus mempunyai sifat perbandingan signal/kebisingan tinggi, dan kecepatan tetap. Untuk kebisingan impulsive digunakan Impact Noise Analyzer. Bagi survey pendahuluan masalah kebisingan kontinu biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB(A), menggunakan jaringan A. Jaringan ini berarti sesuai dengan garis kepekaan 40, sehingga memberi huruf reaksi kepada frekuensi rendah dan memungkinkan diukurnya intensitas yang berbahaya kepada pendengaran. Kebanyakan lat-alat pengukur kebisingan, hanya mengukur intensitas pada suatu waktu dan suatu tempat dan tidak menunjukkan dosis kumulatif kepada seorang tenaga kerja meliputi waktu-waktu kerjanya.

Gambar 2.5. Soundlevel Meter Dengan Pengukuran Skala A

63

Gangguan Kebisingan Pada Kesehatan

Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera pendengaran, yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Pertama-tama efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara, pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising, tetapi untuk kerja secara terus menerus ditempat bising, maka akan berakibat patal terhadap alat pendengaran, yaitu dapat mengakibatkan ketulian, biasanya ini dapat terjadi pada frekuensi sekitar 4.000 Hz dan kemudian meningkat percakapan. Di Indonesia, NAB kebisingan adalah 85 dB (A) yang secara terus menerus dinilai oleh Panitia Teknik Nasional NAB. dengan frekuensi disekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan untuk

Gambar 2.6. Hilang Daya Dengar Sementara Dan Pemulihan Sumber: Teknik Tata Cara Kerja, 1979

Banyak ahli mengususlkan criteria resiko kerusakan pendengaran (Hearing Damage Risk Criteria) dan kesatuan pendapat tentang

64

intensitas tertentu, tentang hal itu secara internasional belum dapat dicapai secara bulat. Terdapat kesamaan pendapat, bahwa selain ditempat kerja intensitas adalah boleh lebih dari 90dB (A) atau intensitas dari spectrum aktif seperti diperlihatkan dalam gambar 2.5.1d. Manakala kebisingan terputus, waktu kerja dan istirahat mempengaruhi besarnya intensitas yang diperbolehkan.

Gambar 2.7. Kriteria Resiko Kerusakan Pendengaran

65

f.

Getaran Mekanis

Sesuai dengan namanya, getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh kita dan menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekwensi getarnya (getar/detik); getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Sedangkan alat-alat yang ada dalam tubuh kita pun mempunyai frekwensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekwensi alaminya dengan alat lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi terjadi apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal: Mempengaruhi konsentrasi dalam bekerja Mempercepat datangnya kelelahan Menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap mata, saraf, perearan darah, otot-otot , tulang-tulang dan lain-lain.

66

g.

Bau-bauan

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalgi kalau bau-bauan tersebut dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan yang cukup berbahaya bahwa bau-bauan yang terus menerus dapat mempengaruhi terhadap penciuman . Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor yang

mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh karena itu penggunaan AC ( Air Conditioner) yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja. h. bekerja. Warna Dimana warna akan sangat berpengaruh terhadap

Yang dimaksud di sisni adalah warna tembok ruangan tempat kemampuan mata untuk melihat object dan berpengaruh terhadap psikologis pekerja. Menurut penyelidikan bahwa warna itu sangat berpengaruh secara psikologi yang berbeda terhadap manusia. Diantaranya warna merah bersifat merangsang, warna kuning berkesan luas dan lega, warna hijau dan biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan, warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan luas. Warna yang berkesan sempit akan berpengaruh terhadap psikologis yang cenderung menimbulkan kesan ketegangan.

67

Kondisi lingkungan fisik seperti yang telah dijelaskan secara umum diatas pada hakikatnya diharapkan mampu meningkatkan aspek kenyamanan kerja. Hal tersebut akan sangat penting dalam rangka meningkatkan aspek-aspek yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan motivasi manusia dalam rangka peningkatan produktivitas manusia dalam bekerja. 2.1.8. Sistem Kerja Untuk mendapatkan sistem kerja yang lebih baik dari sistem kerja yang ada atau memiliki satu sistem kerja yang diajukan merupakan salah satu hal yang ingin dicapai dengan mempelajari teknik dalam bekerja. Untuk dapat merancang sistem kerja yang baik, seorang perancang harus dapat menguasai dan mengendalikan faktor-faktor yang membentuk suatu sistem kerja. Faktor-faktor tersebut terdiri dari pekerja, mesin dan peralatan, serta lingkungannya. Dalam merancang sistem kerja yang baik seorang perancang harus menguasai dan memahami dari cara bekerja, diantaranya adalah adanya gerakan-gerakan yang baik ketika bekerja. Yaitu gerakan yang memberikan hasil kerja yang baik atau dengan kata lain ekonomi gerakan, misalnya gerakan yang dapat memberikan waktu kerja yang singkat. Prinsip dari ekonomi gerakan adalah adanya kenyamanan dalam bekerja, tetapi dalam produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mempelajari kemampuan dan keterbatasan manusia dalam bekerja.

68

2.1.9. Beban Fisik Kerja Permasalahan ergonomi industri seperti endurance dan strength seringkali menyebabkan kecelakaan atau sakit yang diderita oleh operator. Salah satu penyebab terjadinya masalah ini adalah karena beban kerja fisik yang terlalu berat atau karena metode kerja yang tidak tepat. Manual Material Handling (MMH) salah satu contoh beban kerja fisik yang sering menimbulkan kecelakaan. Untuk mengatasi masalah Manual Material Handling (MMH), The Nastional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mempublikasikan panduan praktek kerja untuk manual lifting. Pandun ini pertamakali dipublikasikan pada tahun 1981 sebagai panduan untuk mencegah kecelakaan pada saat melakukan lifting serta sebagai alat bantu dalam menidentifikasi adanya situasi yang berbahaya dan membantu mengevaluasi pekerjaan. Asumsi yang digunakan pada NIOSH adalah : Pengangkatan dilakukan dengan dua tangan dari suatu container yang memiliki handle. Pengangkatan dilakukan simetris di bagian depan tubuh Tidak ada twisting (perputaran) saat pengangkatan Pengangkatan dilakukan dngan lancer Beban tidak lebih dari 30 inchi Beban tidak berubah pada saat pengangkatan Tidak ada gangguan terhadap postur pengangkatan Permukaan lantai baik

69

2.1.10.

Kondisi lingkungan baik. Hambatan terhadap peranan ergonomi dalam

pelaksanaan kesehatan kerja Hambatan realisasi peranan ergonomic dalam pelaksanaan kesehatan kerja berasal dari ; 1. Kebijakan pemegang birokrasi unit kerja (industri dan perkantoran) Kebijakan dari birokrat masih belum sesuai dengan ketentuan dari HIPERKES dan DEPNAKER. Kendala utama diantaranya adalah menyangkut biaya oerasional yang akan mempengaruhi harga barang atau produk yang akan diproduksi, atu mereka belum sadar bahwa kompensasi dari sakit kecelakaan kerja itu sangat besar, atau mereka berlindung dibalik biaya ASTEK atau ASKES yang masih rendah, atau dibalik asuransi asing dengan prosedur realisasinya yang berbelit-belit. Dengan berbagai alasan tersebut, maka dapat menyebabkan kurang bersahabatnya mereka dengan kebijakan kesehatan berdasarkan ergonomi. Sebagai contoh, menurut The Berou Of Labour Statistik di Amerika, tahun 1992 saja penderita nyeri tulang belakang (NTB) adalah sekitar 6.8 juta orang atau 80% karyawan dan biaya kompensasinya pertahun adalah $55 milyar. Dalam kenyataannya 90% orang yang bekerja pernah menderita tulang belakang. Suatu hal yang menyedihkan, di Indonesia khususnya di NTB menurut DEPNAKER, belum termasuk factor sakit yang perelu diperhatikan. Hal ini terbukti dari data laporan

70

kesehatan hanya berisi laporan kasus insfeksi, keracunan dan cidera kecelakan saja, tetapi yang sebenarnya NTB merupakan parameter atau tolak ukur kegiatan kerja yang tidak memenuhi sarat kesehatan kerja yang ergonomic. Hal ini berlaku bagi seluruh level kerja, dari mulai buruh, karyawan hingga para pejabat teras atau pemimpin unit kerja pemegang birokrasi kebijakan. 2. Kesadarsn tenaga keselamatan yang bertugas Tenaga kesehatan bertugas berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh HIPERKES dan DEPNAKER. Pola kebijakan kesehatan ini pelaksanaannya sering kurang didukung oleh birokrat pemegang kebijakan. Sebagai sontoh, karyawan yang mendapat cidera tuli akibat lingkungan perkerjaan yang tidak ergonomic, belum mendapat kompensasi yang sesuai. Para birokrat menyerahkan masalah tersebut ke ASTEK dan AKSES yang belum jelas aturan serta jaminannya atau tidak ada jaminan nya sama sekali, upaya untuk pencegahan tuli juga masih belum sempurna. Tenaga kesehatan mungkin masih belum menyadari perlunya catatan medik yang memperhatikan aspek ergonomi dan kesehatan. Menurut informasi dari DEPNAKER data dari NTB belum ada, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangannya secara ergonomi masih perlu penyempurnaan. Bila ada data NTB tetapi dokter yang memeriksa masih ragu dalm

71

menyampaikannya kepada pasen atau pasen sendiri tidak berterus terang, sebab jika NTB memang benar ada, mereka takut dikeluarkan dari pekerjaannya, apalagi apabila sampai kelihatan mereka itu cidera sehingga fungsinya berkurang atau disabilitas dan mereka mengalami hambatan psikososial yang berat sehingga perlu kompensasi yang besar dan jelas akan memberatkan perusahaan. Jika NTB ada, maka penyelesaiannya belum begitu sempurna sebab tidak melalui upaya pemulihan fungsi yang melibatkan rehabilitasi atau upaya pemulihan fungsi berdasarkan analisis ergonomi kesehatan kerja secara tim. 3. Kesadaran mereka yang bekerja terhadap jaminan kesehatan yang sebenarnya Pekerjaan kecil atau buruh bulanan serring tidak memperlihatkan keluhan sakit atau NTB dan keluhan terhadap pelayanan sering dirasakan tidak memuaskan, sebab belum mampu mengemukakannya karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaannya. Para dokterpun sering tidak membantu tuntutan mereka yang bekerja diunit kerja tersebut, karena dianggap belum pahamkebijakan perusahaan dan dianggap memihak karyawa. Mungkin tenaga kesehatan yang bekerja belum paham pula dengan cara mengelola kesehatan secara ergonomi, akibat cara ini masih belum memasyarakat, selain itu keluhannya sering disembunyikan sebab takut dipecat dari pekerjaannya. Bahkan mereka yang bekkerja pada level tinggi pun, jaminan kesehatannya terikat oleh aturan asuransi local

72

yang tidak menguntungkan, bahkan menjadi alat pemegang kebijakan unit kerja untuk menekan biaya operasional kesehatan. Upaya memasyarakatkan pentingnya peranan ergonomi dalam pelaksanaan kesehatan kerja harus melalui beberapa jalur seperti; 1. Melalui jalur birokrasi lintas program antar departemen: DEPNAKER, DEPKES, DEPDAGRI, DEPERINDAG dan DEPDIKNAS. Tujuannya adalah untuk membahas pentingnya kerja tim, dimana ergonomi menangani secara tim kerja multidisipliner realisasi pelaksanaan kesehatan

berdasarkan konsep ergonomi 2. Pendekatan melalui birokrat perusahaan, bekerja sama dalam pelaksanaan program HIPERKES dan DEPNAKER. Masalah yang dibahas adalah tentang pentingnya peranan tim ergonomi yaitu sebagai tempat tim multidisipliner terpadu antara pakar tim medis klinik dan non klinik dengan pakar non medik termasuk manajer saat menghadapi calon SDM, atau SDM mengalami cidera fisik dan mental, serta upaya pencegahan cidera kerja. TUgasnya adalah memberikan penilaian SDM secara tim saat pemilihan, pelatihan atau training, penempatan kerja, dan program pencegahan cidera. Selain itu tugas tim adalah menangani SDM yang cidera sehingga mengalami disabilitas melalui proram upaya pemulihan fungsi dan

73

rehabilitasi sehingga SDM tersebut dapat kembali bekerja sesuai dengan sisa kemampuan yang ada atau Job Plocement Programs. 3. Pendekatan secara tim dengan tenaga kesehatan yang melaksanakan kesehatan yang melaksanakan pengobatan dan pengawasan lingkungan kerja dikaitkan dengan dampak negatif dari polusi lingkungan. Data catatan medik harus disempurnakandan perlu dibahas bersama dengan tim ergonomi terutama dengan tim ergonomi kesehatan kerja, baik itu medik maupun non medik. Data yang ada harus memuat pula catatan medik angka kejadian NTB seluruh level pekerjaan mulai dari buruh, karyawan dan para pemegang birokrat unit kerja perusahaan. 4. Penelaahan data harus diolah atau dianalisis secara tim ergonomi yang bekerja secara multidisipliner yang melibatkan tim medik dan non medik dan berasal dari institusi kependidikan DEPDIKNAS, DEPNAKER, DEPKES, DEPDAGRI. Tim ini bertempat dipussat penelahaan data ergonomic unit kerja nasional atau cabangnya ditiap propinsi yang memungkinkan ada data yang telah diolah merupakan sumber informasi yang menjadi pegangan menyusun program untuk meningkatkan produktivitas kerja unit kerja tersebut. 5. Pelaksanaan dari informasi ini tidak lepas dari koordinasi tim ergonomi nasional baik dalam upaya pengembangan

74

perusahaan atau rehabilitasi perusahaan yang akan menjamin keselamatan, kesehatan dan kenyamanan seluruh orang yang bekerja diunit kerja tersebut. Yang akan menjadi focus perhatian adalah masalah kualitas SDM dari segi fungsi secara ergonomi, kualitas lingkungan kerja secara ergonomi yang dapat menjamin mutu kesehatan dan dapat mengurangi sakit dan disabilitas. Selain itu informasi harus dapat menjelaskan kondisi kualitas alat dan cara penataannya yang menguntungkan secara ergonomi dan menjamin keehatan yang optimal. 6. Manajemen unit kegiatan kerja secara ergonomi harus dapat menjamin berkurangnya dampak psikososial yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Kegiatannya harus bekerja secara tim yang mampu bekerja sama dengan tim ergonomi. Dengan memperhatikan fasilitas yang menunjang kegiatan dari tim ergonomi dan kesehatan. 7. Koordinasi kegiatan ergonomi dan kesehatan harus memperhatikan fasilitas penjaringan SDM secara ergonomi. Kesehatan yang berada ditiap propinsi dibawah pengawasan dan tanggungjawab tim ergonomi kesehatan. 2.1.11. Analisis kecelakaan Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan dan harus di analisi dari segi biaya dan sebab-sebabnya, dinataranya yaitu biaya tidak langsung, biaya tidak langsung ini adalah sebagai berikut :

75

undang.

Biaya kerusakan peralatan, bahan-bahan dan pabrik Biaya upah yang dibayarkan untuk waktu yang hilang oleh para pekerja yang tidak cidera Biaya upah yang dibayarkan kepada para pekerja yang cidera yang melebihi kompensasi yang diharuskan oleh undangBiaya para penyelia dan staf dalam menyelidiki, mencatat dan malaporkan Biaya tenaga pengganti untuk karyawan yang cidera itu Biaya lain-lain termasuk setiap lembur yang disebabkan oleh kecelakaan itu, hilangnya penghasilan karena tidak terpenuhinya tanggal-tanggal penyerahan,dan biaya penyimpanan persediaan obat-obatan untuk pertolongan pertama bagi kecelakaan yang secara teknis tidak mengakibatkan hilangnya waktu kerja.

2.1.12. Tujuan Kesehatan Dan Keselamatn Kerja (K3) Kesehatan dan keselamatan kerja mempunyai sasaran terinci sebagai berikut; 1. 2. 3. 4. Mencegah terjadinya kecelakaan Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan Mencegah dan mengurangi resiko kematian Mencegah dan mengurangi resiko cacat tetap

76

5.

Mengamankan material, kontruksi, pemakaian alat-alat kerja, mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi dan pemeliharaan bangunan.

6. 7. 8.

Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga dan menjamin kehidupan produktifnya Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-sumber produksi lainnya sewaktu bekerja Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan dan semangat kerja

9.

Mempelancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta pembangunan

2.1.13. Toksikologi Industri Toksikologi berarti ilmu tentang racun-racun. Toksikologi industri bisa diartikan sebagai ilmu tentang racun yang dipergunakan, diolah, dihasilkan atau diproduksi dalam perusahan. Racun adalah bahan kimia yang jumlahnya relative sedikit berbahaya bagi kesehatan, bahkan jiwa manusia. Bahan kimia sebagai faktor penyebab penyakit akibat kerja Toksikologi industri dalam higiene perusahaan dan keehatan kerja sangat penting perannannya dalam meninjau penyebab penyakit yang bersifat bahan kimia. Sifat dan racun bahan kimia yang dipergunakan dalam industri tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut:

77

1. a.

Sifat-sifat fisik bahan kimia, yaitu: Gas Yaitu bentuk wujud zat, yang tidak mempunyai bagian sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada tekanan dan suhu normal. Sifat gas pada umumnya tidak terlihat, dalam konsentrasi rendah tidak terlihat, tidak bebau dan berdifusi mengisi seluruh ruangan. b. Uap Yaitu bentuk zat yang dalam keadaan biasa berbentuk zat padat atau zat cair dan dapat dikembalikan kepada tingkat wujud semula, baik hanya dengan meninggikan tekanan, maupun hanya dengan menurunkan suhu saja. Sifat uap umumnya tidak terlihat dan berdifusi mengisi seluruh ruangan. c. Debu Yaitu partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan, baik organic maupun anorganik, misalnya bara, kayu, bijih, logam, batu arang, buti-butir zat dan sebagainya. Contohnya yaitu; debu batu, debu kapas, debu asbes dan lain-lain. Sifat debu ini tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak

78

berdifusi, dan akan turun oleh gaya tarikan gaya tarik bumi.

d.

Kabut Yaitu titik cairan halus dalam udara yang terjadi dari kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi tingkat dispersi dengan cara splashing, foaming dan lain-lain.

e.

Fume Yaitu partekel zat padat yang terjadi oleh karena kondensasi dari bentuk gas yang biasanya sesudah dari penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya juga disertai dengan oksidasi kimiawi, sehingga terjadi zat-zat seperti ZnO, PbO dan lain-lain.

f.

Awan Yaitu partikel cair sebagai hasil kondensasi dari fase gas. Sifat fume dan awan adalah berflokulasi, kadangkadang bergumpal.

g.

Asap

79

Biasanya dianggap partikel zat karbon yang ukurannya kurang dari 0.5 mikron, sebagai akibat dari pembakaran tak sempurna bahan-bahan dan mengandung karbon.

Bahan-bahan kimia yang terdapat diudara dpat digolongkan menjadi: Bahan-bahan bersifat partikel Bahan-bahan bersifat partikel yang berada diudara dapat digolongkan menurut sifatnya sebagai berikut: a. b. lain-lain c. d. e. dan lain-lain f. lain Bahan-bahan tak bersifat partikel Inert, misalnya aluminium, kapur, dan lainMenyebabkan fibrosis, misalnya debu kwarts, asbes, dan lain-lain Menyebabkan allergi, misalnya tepung sari, kapas, dan lain-lain Menimbulkan demam, misalnya fume, ZnO, Perangsang misalnya kapas, sabun, bubuk beras, dan lain-lain Toksis, misalnya partikel Pb, As, Mn, dan

80

Bahan-bahan tak bersifat partikel yaitu gas dan uap dapat digolongkan menurut sifatnya sebagai berikut: a. b. lain-lain c. d. berikut: o o o o 2. a. b. c. d. 3. a. Bereffek anestesi, misalnya trichloretilin Yang merusak alat-alat dalm tubuh, misalnya CCl4. Yang merusak susunan darah, misalnya benzene Yang merusak susunan saraf, misalnya parathion Sifat-sifat menyangkut: Jenis pesenyawaan Besar molekul Konsentrasi Derajat larut dan jenis pelarut Jalan masuk bahan tersebut kedalam tubuh manusia yang umumnya melalui tiga pintu yaitu: Pernafasan, untuk bahan kimia diudara kimia dari bahan-bahan itu, yang Racun anorganik atau organic, misalnya AsH3, TEL, Nikelcarbonyl, dan lain-lain, Bahan-bahan kimia yang mudah menguap, yang dibagi menurut pengaruhnya kepada pekerja, sebagai Asphyziants, misalnya methan, N2CO2, Helium, dan lain-lain Perangsang, misalnya ammoniak, HCL, H2S, dan

81

b. dan padat c.

Pencernaan, untuk bahan dari udara yang melekat ditenggorokan, ditelan atau untuk bahan-bahan cair Kulit, untuk bahan-bahan cair, atau bahan-bahan diudara yang mengendap dipermukaan kulit

4. a. b. c. d.

Faktor-faktor pada tenaga kerja sendiri: Usia Habitasi Daya menahan (toleransi) Derajat kesehatan tubuh

Nilai ambang batas dan kadar tertinggi diperkenankan Nilai ambang batas adalah jalan keluar dari kenyataan bahwa ditempat kerja tidak mungkin diusahakan tidak adanya bahan-bahan kimia sama sekali, dan NAB ini merupakan bimbingan praktek higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Kegunaan dari NAB adalah: a.Sebagai standar untuk perbandingan b. Pedoman pengendalian peralatan c.Subsitusi bahan-bahan yang lebih dengan yang kurang beracun d.Membantu menentukan gangguan kesehatan tau penyakit akibat faktor kimiawai. N.A.B 01 1 10 F.E 3 2 KTD untuk waktu pendek 3 1 20 untuk perencanaan dan design

82

10 100 100 1.000 C

1,5 1,25

15 150 1,25 C

Tabel 2.5. N.A.B dan Faktor Ekskursi

Zat-zat yang ditandai dengan C dalam tabel N.A.B menunjukan nilai tertinggi, maka N.A.B tersebut adalah KTD. Suati zat ditandai C, apabila dalam 15 menit terjadi: a. b. c. Perangsangan yang tak tertahankan Perubahan jaringan kronis atau tak dapat sembuh lagi Effek narkotis yang dapat berakibat terjadinya kecelakaan, mengganggu penyelamatan diri sendiri dari kecelakaan dan gangguan effisiensi kerja yang nyata Partikel yang dapat mengganggu kenikmatan dalam bekerja adalah:

a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Alundum (Al2O3) Kalsium karbonat Sellulosa Semen Portland Korundum (Al2O3) Emery Kabut gliserin Grafit (sintetis) Gips Kabutminyak k. l. n. o. p. q.

tumbuhtumbuhan Kaolin Batu kapur Marmer Pentaeritritol Plaster Paris Silikon Karbida

m. Magnesit

83

N.A.B diperoleh dengan berbagai cara, yaitu: a. b. c. d. e. Penelitian dilapangan dengan supervise medis Penelitian dilapangan, tanpa supervise medis, tetapi dengan laporan angka sakit dan kematian Percobaan hewan Analogi dan similaritas, seperti benzen Percobaan pada manusia, jika derajat keselamatannya cukup dijamin Pertimbangan-pertimbangan untuk pemilihan N.A.B dari suatu zat adalah: a. b. c. d. e. f. g. Tidak terjadi penyakit akibat zat yang bersangkutan sesudah lama bekerja Tidak ada perubahan supseptibilitas dan tidak terjadi pemburukan penyakit umum Tidak terganggu daya kerja Tidak terdapat gangguan keselamatan kerja kepada bagian terbesar masyarakat tenaga kerja Tidak melebihi 3x kadar dari bahan yang aman untuk orang-orang pada umumnya Tidak melebihi 1/10x kadar yang berbahaya pada kontak diantara - 1 jam Tidak lebih dari 1/5x kadar yang aman bagi binatang percobaan

84

N.A.B tidak boleh digunakan untuk: a. b. c. d. e. Indeks relative dari bahaya atau toksisitas Evaluasi atau pengendalian pencemaran kepada masyarakat Penaksiran bahaya kontak secara terus menerus Pembuktian suatu penyakit Pemakain oleh Negara lain, tanpa penyesuaian

Satuan yang dipakai untuk menyatakan N.A.B adalah mg/m3. Bagian dalam sejuta disingkat bds (parts permillion atau ppm) dan jumlah partikel perkaki kubik (jppkk). Bds adalah satu bagian volume dari sejuta bagian volume udara. Rumus yang dapat dipergunakan untuk konversi bds terhadap mg/L adalah: 2.4. mg / L 273 + t 0C 760 x 22.400 x x M 273 p

bds =
Dimana:

M : Berat molekul t : Suhu yang bersangkutan p : Tekanan dalam mm/Hg Konversi dari jppkk menjadi jppmk adalah: Jppmk = 35,5 x jppkk

85

2.2.14. Pengertian Tentang Keselamatn Kerja, Kecelakaan, Resiko Bahaya, Bahaya, Kerusakan, Keamanan dan Resiko Menurut PT. Omedata Electonics a. Keselamatn Kerja (safety procedure) Keselamatan kerja adalah supaya perlindungan yang ditujukan agar semua karyawan di perusahaan selalu dalam keadaan aman, serta agar setiap sumber produksi digunakan secara aman dan effisien. b. Kecelakaan (Accident) Kecelakaan adalah peristiwa-peristiwa yang bisa menyebabkan terjadinya luka, sakit, membahayakan jiwa dan kesehatan. c. Resiko Bahaya (Hazard) Resiko bahaya ialah suatu keadaan yang berpotensi untuk menyebabkan luka pada orang, kerusakan pada peralatan atau bangunan, hilangnya material atau berkurangnya kemampuan untuk mengerjakan instruksi yang diperintahkan. d. Bahaya (Danger) Bahaya memperlihatkan eksposure terhadap suatu resiko e. Kerusakan (Damage) Kerusakan ialah beratnya luka atau kerugian secara fisik, fungsi atau uang akibat hilangnya control terhadap resiko bahaya.

86

f.

Keamanan (safety) Keamanan merupakan bagaian dari perlindungan terhadap resiko yang mengandung bahaya.

g.

Resiko (Risk) Resiko ialah suatu ungkapan mengenai kemungkinan terjadinya kerugian selama periode tertentu atau siklus kerja. Bisa juga ditentukan berdasarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan dikalikan jumlah kerugian dalam uang, nyawa, atau operting unit.

2.2. Pengenalan Kualitas Kebanyakan sistem dirancang dan kemudian beroperasi dalam suatu lingkungan yang berubah-ubah sepanjang waktu. Kecuali untuk sistem statik, suatu perubahan dilakukan. Tindakan lingkungan dapat mengakibatkan dapat membantu ketidakstabilan sistem dinamik apabila tindakan pengendalian tidak pengendalian mempertahankan kinerja sistem dalam batas-batas toleransi yang dispesifikasikan, atau meningkatkan output sistem. Pengendalian merupakan proses pengaturan atau pengarahan suatu aktivitas untuk mengetahui kesesuaian dengan standar dan mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan. Pengendalian Kualitas adalah proses pengaturan aktivitas-aktivitas dengan mengukur spesifikasi/ dimensi produk, membandingkan dengan

87

standar yang tersedia, dan menentukan tindakan perbaikan jika terdapat suatu aktivitas yang tidak sesuai. Dale H. Besterfield, Ph.D. (1979;1) mengemukakan bahwa pengendalian kualitas statistik merupakan bagian dari pengendalian yang merupakan kumpulan, analisa, dan penafsiran data-data untuk memecahkan suatu permasalahan. Sasaran dari pengendalian kualitas adalah untuk menyediakan produk yang terbaik dengan ongkos yang minimum bagi konsumen. Sasaran ini dipenuhi dengan peningkatan desain produk, konsistensi dalam pembuatan produk, menurunkan ongkos produksi, dan meningkatkan moral pegawai. 2.2.1. Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya masalah kualitas produk luar negeri yang relatife lebih baik daripada kualitas dalam negeri. Apa sesungguhnya kualitas itu? Kualitas sendiri memiliki banyak kriteria yang berubah secara terus menerus yang disesuaikan dengan kondisi konsumen pada masa itu.orang yang berbeda akan menilai dengan kriteria yang berlainan pula. Namun secara sederhana kualitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

88

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, tetapi ada beberapa kesamaan yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut: Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan Kualitas mencakup produk, jasa, manusia proses dan lingkungan Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah

Secara umum kualitas memiliki dua aspek utama, yaitu: a. ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. b. bebas dari kekurangan Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahaan, mengurangi pekerjaan kembali dan tingkat keborosan, mengurangi biaya garansi, mengurangi ketidak puasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja penyampian produk atau jasa.

89

2.2.2. Dimensi Kualitas Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan : 1.kinerja (performance) karakteristik pokok dari produk inti. 2.ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3.Kehandalan 4. (reliability), yautu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau kegagalan pakai. kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification) , yaitu sejauh mana kaarakteristik desain dan operasi memnuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. 6. 7. 8. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus menerus digunakan. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi dan penanganan keluhan yang memuaskan. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Pendekatan dalam kualitas pada era modern di bagi dalam empat era kualitas , yaitu insspeksi, pengendalian kualitas statistikal, jaminan kualitas, dan manajemen kualitas strategik. sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut adalah

90

Inspeksi Pendekatan ini mulai diterapkan pada permulaan abad ke -19, pengendalian kualitas mencakup beberapa model yang seragam dari suatu produk untuk mengukur kinerja sesungguhnya. Keseragaman seperti itu dimungkinkan pada pemanufakturan yang dilengkapi dengan pengembangan peralatan yang dirancang untuk menjamin operasi-operasi mesin agar dihasilkan bagian-bagian yang identik sehingga dapat saling menggantikan. Inspeksi terhadap output dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga dengan menggunakan alat bantu tertentu, yang dirancang untuk mengukur output fisik dibandingkan dengan standar yang seragam. Sejak awal abad ke-20, kegiatan inspeksi dikaitkan secara lebih formal dengan pengendaliaan kualitas dan kualitas itu sendiri dipandang sebagai fungsi manajeman yang berbeda. 2.2.3. Pengendalain Kualitas Statistikal Gerakan kualitas dengan menggunakan pendekatan ilmiah pertamakali pada tahun 1931 dengan dipublikasikannya hasil karya W.A.Shewhart, seorang peneliti kualitas dari Bell Telephone Laboratories. Ia menyatakan bahwa variabilitas merupakan suatu kenyataan dalam industri dan hal ini dapat dipahami dengan menggunakan prinsip probabilitas dan statistik. Kontribusi utamanya adalah bagan pengandalaian proses untuk merencanakan nilai produksi guna untuk menentukan apakah nilai tersebut masuk dalam range yang dikehendaki.

91

Dua rekan W.A. Shewhart mengembangkan teknik statistik untuk melakukan sampling sejumlah item yag terbatas disetiap kelompok produksi. Sasarannya adalah untuk melakukan trade-off antara biaya tinggi akibat inspeksi 100% dengan resiko dari salah satu keadaan berikut: 1. 2. Menerima suatu kelompok produksi yang sesungguhnya terdiri dari item-item yang rusak dalam persentase tinggi Menolak suatu kelompok produk yang sesungguhnya memenuhi standar kualitas . perbaikan dalam skala besar terhadap teknik statistik dilakukan semasa perang dunia II untuk mempercepat produksi dan penyerahan perbekalan militer untuk menghindari inspeksi yang membuang waktu, tenaga dan biaya. 2.2.4. Jaminan Kualitas Dalam era ini terdapat empat pengembangan konsep baru yang penting, yaitu biaya kualitas, pengendalaian kualitas terpadu, reliability engeneering, dan zero defect. Biaya kualitas merupakan istilah yang diciptakan oleh joseph Juran untuk menjawab pertanyaan seberapa besar kualitas dirasakan cukup?. Menurut Juran biaya untuk mencapai tingkat kualitas tertentu dapat dibagi menjadi biaya yang dapat dihindari dan biaya yang tidak dapat dihindari. Biaya yang tidak dapat dihindari dikaitka dfengan inspeksi dan pengendalian kualitas yang dirancang uyntuk

92

mencegah terjadinya kerusakan (defects). Biaya yang dapat dihindari adalah biaya kegagalan produk yang meliputi bahan baku yang rusak, jam kerja yang dipergunakan untuk mengerjakan ulang dan perbaikan, pemrosesan keluhan dan kerugian financial akaibat pelanggan yang kecewa. Total Quality Control (TQC) merupakan pemikiran Armand Feignbaum yang dikemukakan pada tahun 1956. poendapatnya adalah bahwa pengendalian harus dimulai dari perancangan produk dan berakhir hanya jika produk telah ampai ketangan pelanggan yang puas. Reliability Engeneering muncul pada tahun 1950an, digunakan untuk mendapaatkan pekerjaan yang baik, serta menghindari kebutuhan pergantian suku cadang yang mahal. Zero Defect pertamakali di munculkan oleh Martin Company pada tahun 1961-1962. tujuan utamanya adalah untuk mengharapkan kesempurnaan pada saat pertama dan fokusnya pada identifikasi masalah a. b. c. pada sumbernya dengan perhatian khusus untuk mengkoreksi penyebab umum kesalahan karyawan seperti; Kurangnya pengetahuan Kurangnya Fasilitas yang tepat Kurangnya perhatian, kesadaran dan motivasi karyawan

2.2.5. Manajemen Kualitas Strategis Untuk mendapakan sebuah kualitas yang baik, maka diperlukan sebuah perencanaan-perencanaan yang menyangkut hal tersebut.

93

Kaitannya dengan kualitas penting melakukan pendekatan yang tepat, sistematis, serta pendekatan dengan dasar statistik memecahkan penyebab masalah kualitas yang diantaranya tanggung ada untuk yang pihak

merupakan penyebab khusus (karena operator atau mesin), dan umum (yang merupakan jawab manajemen). 2.2.6. Sumber Kualitas Paling tidak ada lima sumber kualitas yang biasa dijumpai, yaitu: 1. 2. 3. 4. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasaran kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih, dan penemuan penyimpangan secara tepat. 5. manajeman vedor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama. 2.2.7. Pengukuran Kualitas Selain melalui perhitungan biaya, kualitas juga dapat diukur melalui penelitian konsumen mengenai persefsi pelanggan terhadap kualitas suatu produk atau perusahaan. Penelitian konsumen tersebut menggunakan berbagai macam metode misalnya sistem keluhan dan

94

saran, ghost shopping, lost customer analysis, mapuan dengan survey pelanggan. Dimensi yang dapat digunakan beraneka ragam, dimensi yang dikemukakan David Garvin untuk kualitas produk dan dimensi dari parasuraman dan kawan-kawan untuk kualitas jasa. Pada hakikatnya pengukuran kualitas suatu jasa atau produk hampir sama dengan pengukuran kepuasan pelanggan yaitu ditentukan oleh variable harapan dan kinerja yang dirasakan. 2.2.8. Perspektif Terhadap Kualitas David Garvin mengidentifikasi adanya lima alternative perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: 1.Transcendental Approach Kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan tetapi sangat sulit untuk diidentifikasi dan dioperasionalkan. Perusahaan dapat mempromosikan produknya dengan pernyataan-pernyataan yang dapat menarik para konsumen 2. Product-based Approach Pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimilki oleh sebuah produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan preferensi individual.

95

3. User-based Approach Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas tergantung dari orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi. Sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan makimum yang dirasakan. 4. Manufacturing-based Approach Persefektif ini bersifat supplay-based dan terutama memperhatikan praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sama dengan persyaratannya. 5. Value-based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam persfektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetaapi yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepoat dibeli. (best-buy)

2.2.9. Keragaman Salah satu dari aksioma manufaktur adalah bahwa tidak ada dari dua objek yang dibuat benar-benar serupa. Pada kenyataanya, konsep keragaman menyatakan tidak ada bagian dari suatu kategori benarbenar sama. Keragaman mungkin sungguh besar dan dapat dengan

96

mudah dihitung, atau sangat serupa.

mungkin sangat kecil sehingga kelihatan

Keragaman dalam suatu komponen dapat dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: 1. Keragaman dalam satu unit (Within-Piece Variation), yaitu jenis keragaman yang terjadi didalam satu unit produk. Contohnya adalah tingkat kekasaran yang berbeda dalam satu unit produk hasil pembubutan. 2. Keragaman antar unit (Piece-to-Piece Variation), yaitu jenis keragaman yang terjadi antara produk yang diproduksi dalam waktu beersamaan. Contohnya perbedaan tingkat intensitas cahaya dari empat buah lampu yang diproduksi secara bersamaan. 3. Keragaman antar waktu (Time-to-Time Variation), yaitu jenis keragaman yang terjadi dalam waktu yang berbeda. Contohnya produk yang diproduksi pada pagi hari berbeda dengan produk yang diproduksi pada sore hari.
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi keragaman, yaitu proses,

material (bahan baku), pekerja, dan faktor lain. Faktor pertama adalah proses meliputi peralatan, getaran mesin, peralatan pemegang dan penempatan produk, dan fluktuasi hidrolik dan listrik. Faktor material dapat mempengaruhi hasil akhir yang dibuat. Faktor kedua adalah material, ini dapat berupa karakteristik kualitas seperti kekerasan, ketebalan, keuletan, dan lain-lain. Faktor ketiga adalah pekerja, faktor ini merupakan

97

faktor terbesar yang mempengaruhi keragaman. Faktor keempat adalah faktor lainnya, meliputi kondisi lingkungan seperti temperatur, pencahayaan, radiasi, dan lain-lain. 2.2.10. Alat-Alat Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik asalkan keputusannya berdasarkan fakta. Bila informasinya terdistorsi opini pribadi maka keputusanya tidak mungkin baik, apapun model pemecahan masalah yang digunakan. Langkah pengumpulan informasi dalam model Perry Johnson dapat lkebih efektif jika menggunakan beberapa alat kualitas.

Pakar kualitas W. Edwards Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui Statistical Process Control (SPC) yang dilandasi 7 alat (Seven Tools) statistic utama, yaitu diagram sebab akibat, check sheet, diagram paretto, run chart dan control chart, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. Alat-alat ioni berguna dalam pengumpulan informasi yang objectif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. 1. Diagram Sebab dan Akibat Diagram ini sring juga disebut diagram tulang ikan (Fishbone diagram). Alat ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas jepang, yaitu kaoru Ishikawa. Fishbone

98

Diagram digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab atau faktor yang menyebabkannnya suatu persoalan / masalah terjadi. Alat ini merupakan satusatunya alat dari 7 Tools yang tidak didasarkan pada statistika. Manfaat diagrm ini adalah dapat memisahkan penyebab dari gejala, memfokuskan perhatian pada halhal yang relevan, serta dapat diterapkan pada setiap masalah. Berikut ini adalah contoh bentuk Fishbone Diagram

Gambar 2.8. Fishbone Diagram

Analisis Sebab Akibat Walaupun ketaksesuaian telah berhasil diisolasi untuk pengkajian selanjutnya, perhatian bergeser pada penganalisisan bagaimana simpangan terhadap spesifikasi ini terjadi. Kadang-kadang alasanya cukup jelas, dan kadang-kaadang diperlukan cukup banyak penyelidikan untuk mengungkapkan sebab-sebabnya. Langkahlangkah dalam analisis Sebab Akibat adalah: 1. Definisikan permasalahannya

99

2. 3. 4. 5. ini 6. korektif.

Seleksi metode analisis Gambarkan kotak masalah dan panah utama Spesifikasikan kategori utama sumber-sumber yang mungkin menyebabkan masalah Identifikasikan kemungkinan sebab sebab masalah Analisis sebab-sebabnya dan ambillah tindakan

Bila suatu bentuk dari sumbang saran akan digunakan untuk mengungkap sebab-sebab masalah, sebaiknya disusun dahulu struktur pembahasan dengan cara menggambarkan kategori utama dari sebab-sebab munculnya masalah tersebut. apakah melalui mesin, metode, bahan, personal, pengukuran dan lingkungan. Lingkungan juga tidak hanya pada tempat material tetapi lingkungan tempat ia diharapkan berfungsi. Analisis sebab Akibat berguna untuk setiap macam analisis kemampuan proses, bukan hanyaa sebagai hasil pemeriksaan atribut dan analisis Pareto. Salah satu ciri paling menonjol adalah bahwa ia cenderung membuat orang dari berbagai bidang perusahaan menyadari persoalan produksi dan membuat mereka terlibat dalam pemecahannya. Fokusnya selalu pada pemecahan permasalahan bukan pada pemastian kesalahan. 2. Cheek Sheet

100

Cheek Sheet merupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan menyajikannya dalam bentuk yang kominikatif sehingga dapat dikonversi menjadi informasi. Berikut ini adalah contoh bentuk Cheek Sheet.

Gambar 2.9. Cheek Sheet

3. Diagram Pareto Diagram ini digunakan untuk mengklasisfikasikan masalah menurut sebab dan gejalanya. Masalah didiagramkan menurut prioritas atau tingkat kepentingannya, dengan menggunakan formal grafik batang, dimana 100% menunjukan kerugian total. Prinsip yang mendasari diagram ini adalah aturan 80-20 yang menyatakan bahwa 80% of the trouble comes from 20% of the problems

101

Berikut ini adalah contoh Diagram Pareto

Gambar 2.10. Diagram Pareto

Analisis Pareto Analisis pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe yang tak sesuai. Langkah-langkah yang digunakan untuk melaksanakan analisis tersebut adalah: 1. 2. kategori 3. 4. 5. Daftar ketaksesuaian menurut frekuensinya secara menurun. hitunglah persentase frekuensi untuk setiap kategori dan frekuensi kumulatifnya. Buatlah skala untuk diagram pareto Identifikasi tiep-tipe yang tak sesuai Tentukan frekuensi untuk berbagai

102

6.

Tebarkan balok frekuensi pareto ini dan persentase kumulatifnya.

Jika diagram pareto tersebut dibuat dengan mengikuti langkahlangkah yang ditunjukan, ia akan mengalihkan perhatian kepada ketaksesuaian yang paling tinggi frekuensinya meskipun tidak harus yang paling penting. Bila daftar ini berisi beberapa yang dapat dipandang sangat serius dan yang lainnya hanya dipandang biasabiasa saja, suatu skema pembobotan harus digunakan untuk memodifikasi hitungan dan pengurutan frekuensi ini mengikuti langkah 2 dan 3. 4. Run Chart dan Control Chart Run Chart (Trend Chart) digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) yang terjadi dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama periode waktu tertentu. Kecenderungan (trend) tersebut sangat berguna dalam memisahkan sebab dari gejala. Dalam setiap proses selalu ada dua variasi, yaitu variasi yang tidak terelakanyang timbul dalam kondisi normal dan variasi yang disebabkan oleh suatu masalah (abnormal). Control Chart berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan memperbaikinya secara terus menerus. Grafik ini mendeteksi penyimpangan abnormal dengan bantuan grafik garis. Grafik ini berbeda dari grafik standar dengan adanya garis kendali batas (limit) ditengah, atas, dan bawah.

103

Berikut ini adalah contoh Run Chat

Gambar 2.11. Run Chart dan Control Chart

5. Histogram Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau standar deviasi suatu proses. Data frekuensi yang diperolah dari pengukuran menunjukan suatu puncak pada suatu nilai tertentu. Variasi ciri khas kualitas yang dihasilkan disebut distribusi. Angka yang menggambarkan frekuensi dalam bentuk batang disebut histogram. Alat tersebut terutama digunakan untuk menentukan masalah dengan memeriksa bentuk dispersi, nilai rata-rata,m dan sifat dispersi.

104

Berikut ini adalah contoh bentuk dari histogram

Gambar 2.12. Histogram

6. Stratifikasi Stratifikasi merupakan suatu teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu, agar dapat menggambarkan permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil. Kategori-kategori yang dibentuk meliputi data relative terhadap lingkungan, sumber daya manusia yang terlibat, mesin yang digunakan dalam proses bahan baku, dan lain-lain. 7. Scatter Diagram Dua buah variable yang sesuai dipetakan dalam sebuah diagram sebar (scatter). Hubungan antara titik-titik yang dipetakan menggambarkan hubungan antara kedua variable tersebut. Alat ini

105

berguna dalam mempelajari dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh. Pada umumnya ada berbagai bentuk scatter diagram. Berikut ini adalah contoh bentuk dari Daiagram Scatter

Gambar 2.13 Scatter Diagram

106

Anda mungkin juga menyukai