Anda di halaman 1dari 5

Komplikasi yang dapat terjadi pada glaukoma akut Secara umum trauma kimia dapat menyebabkan glaukoma akut

TRAUMA ASAM Simblefaron Fish eye diberi obat anti glaukoma TRAUMA BASA Kornea keruh Katarak Ptisis bulbi Simblefaron *Simblefaron : perlengketan antara konjunctiva bulbi dan palpebra Korpus alienum dapat menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu : Ptisis bulbi Endoftalmitis Panoftalmitis Perdarahan intra-okuler

Prognosis ad vitam ad funcionam OD : dubia ad malam bonam OS : dubia ad bonam bonam Ad sanasionam

Ad kosmetikum : - OD : dubia ad malam - OS : dubia ad malam

TRAUMA KIMIA Trauma kimiawi adalah sangat mengkhawatirkan karena berkemampuan untuk menyerang berbagai struktur ocular dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Bahan kimia basa adalah yang paling merusak karena bahan kimia ini memiliki sifar baik hydrophilic dan lipophilic dan mampu menembus membran sel denan cepat. Bahkan mungkin mampu untuk enembus bilik mata depan. Kerusakan okular terjadi akibat saponificasi membran sel dan kematian sel bersamaan dengan hancurnya matriks ekstraselular. Chemical Burn Bahan kimia asam pada umumnya menyebabkan kerusakan lebih ringan daripada basa karena kebanyakan protein di kornea akan mengikat asam dan dapat berfngsi sebagai chemical buffer. Jaringan yang terkoagulasi karenanya, akan berperan sebagai penghambat terhadap penetrasi lebih lanjut dari asam. Kerusakan okular karena asam disebabkan oleh karena pengerutan serabut kolagen.

PATOFISIOLOGI Bahan kimia baik asam (pH<4) dan basa (pH>10) mampu untuk menyebabkan luka bakar kimia. Asam cendering berikatan dengan protein dan menyebabkan koagulasi pada permukaan epitel. Hal ini akan menghambat penetasi lebih lanjut sehingga uka bakar asam pada umumnya terbatas pada permukaan luar saja. Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida. Bahan ini merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat menembus membran sel dimana senyawa ini tetap tidak terionisasi. Dengan cara ini, asam hidroflorida bekerja seperti asam, menyebabkan nekrosis liquefactive. Tambahan lagi, ion fluorida dilepaskan kedalam sel. Ion Fluoride ini dapat menghambat enzim-enzim glikolitik dan dapat bersama-sama dengan kalsium dan magnesium membentuk suatu senyawa komplek yang tidak larut. Nyeri lokal yang amat berat diduga disebabkan oleh karena immobilisasi kalsium, yang menyebabkan stimulasi saraf dengan mengganti ion kalium. Fluorinosis akut dapat terjadi ketika ion fluorida memasuki sirkulasi sistemik, menyebabkan gejala-gejala kardiak, respiratori, gastrointestinal, dan neurologis. Hipokalsemia yang parah, dimana resisten terhadap pemberian dosis besar kalsium, dapat terjadi. Yang paling sering terjadi, trauma asam pada mata disebabkan oleh baterai (ACCU) mobil yang meledak, yang didalamnya mengandung asam sulfat. PENATALAKSANAAN Pengobatan untuk semua trauma kimiawi harus dimulai sesegera mungkin. Ini adalah satusatunya cara untuk dapat mempertahankan kemempuan pengelihatan, adalah untuk memluai irigasi sesegera mungkin dan memperahankannya sedikitnya sekitar 30 menit. Tujuan dari pengobatan pada luka bakar kimiawi adalah untuk mengurangi peradangan, nyeri, dan resiko infeksi. Jika pasien datang ke tepat praktek atau ke unit gawat darurat, larutan garam fisiologis adalah yang terpilih, akan tetapi, jika tidak tersedia, air ledeng

biasa dapat digunakan. Mata dapat diberikan anestetik bilamana perlu untuk memfasilitasi irigasi yang baik. periksa pH dari air mata dengan kertas litmus jika tersedia setiap 5 menit dan lanjutkan sampai pH menjadi netral (warna kertas akan berubah menjadi biru jika terkena basa dan menjadi merah jika terkena asam). Larutan steril dengan osmolaritas tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat) merupakan pembilas ideal. Jika tidak tersedia, larutan garam isotonis steril merupakan pembilas yang cocok. Larutan hipotonik, seperti airbiasa, dapat menyebabkan penetrasi lebih dalam dari larutan korosif kedalam struktur kornea karena kornea memiliki gradien osmotik yang lebih tingi (420 mOs/L). Lamanya dan banyaknya cairan pembilas dientukan oleh pH mata. Irigasi diteruskan sampai pH menjadi normal dalam 30 minutes. Pengunaan lensa Morgan atau sistem irigasi mata lainnya dapat meminimalisir interfensi akibat blepharospasme, yang seringkali dapat sedemikian parahnya. Jika hal-hal ini tidak tersedia, kelopak dapa ditarik secara manual dengan suatu Desmarres retractor, speculum kelopak, atau paperclip yang dibengkokkan. Bagian ujung dari selang intravena dapat mengarahkan aliran cairan steril kedalam mata. Sebagai tambahan, gunakan kapas lidi untuk mengangkat setiab benda yang mungkin tertahan di fornik. Kapas lididapat dicelip kedalam larutan ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) 1% jika bahan kimia penyebabnya mengandung kalsium oksida. Setelah irigasi, pemeriksaan oftalmologik menyeluruh adalah wajib. Jika cederanya ringan, pasien dapat dipulangkan dengan diberikan antibiotik tetes mata, analgesik oral, dan perban mata. Pemeriksaan lanjutan harus dilakukan dalam 24 jam. Luka bakar kimiawi ringan sampai sedang harus diberikan sikloplegia dengan menggunakan antagonis kolinergik sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan kontriksi pembuluh darah lebih lanjut. Pemberian salep antibiotik harus diberikan tiap 1 sampai 2 jam bersamaan dengan sejumlah besar air mata buatan dan pemberian obat anti nyeri per oral bilamana perlu. Pemberian steroid topikal adalah penting untuk mencegah infiltrasi sel-sel netrofil sehingga akan mencegah pengumpulan kolagenase, namun penggunaan steroid tidak boleh digunakan untuk lebih dari satu minggu karena adanya resiko melelehnya corneoscleral. Sebagai tambahan, beberapa ahli mengajkan penggunaan vitamin C oral (sampai dengan 2-g QID) karena telah terbukti meningkatkan produksi kolagen oleh fibroblas.

Peninggian tekanan intrakranial harus diterapi dengan Diamox jka perlu, namun pemberian beta-blocker topikal dapat digunakan sendirian maupun sebagai tambahan. Pemberian perban tekan dapat dipertimbangkan, dan pasien perlu diperiksa ulang setiap hari sampai terjadi reepitelisasi sempurna. Luka bakar sedang sampai berat harus dirujuk ke spesialis mata, bila perlu ke sub spesialis kornea, jika tersedia, dan rawat inap sangat perlu. Amniotic membranes (AM) telah terbukti

memfasilitasi migrasi sel-sel epitel, menguatkan adhesi sel eitel bagan basal, mencegah apoptosis epitel, dan meningkatkan diferensiasi epitel. Cangkok AM (AM grafts) telah digunakan untuk membantu mengurangi jaringan parut, peradangan, dan neovascularisasi dari mata yang terkena trauma; lensa kontak AM saat ini masih dalam penelitian untuk tujuan tersebut diatas.

Pada pengobatan luka akibat asam hidrofluorida, belum ada pengobatan optimal yang tersedia. Beberapa penelitian telah menggunakan 1% calcium gluconate sebagai bahan pembilas atau sebagai tetes pata untuk luka semacam ini. Senyawa Magnesium juga telah digunakan secara anekdotal untuk luka akibat asam hidrofluorida; namun demikian, sedikit penelitian yang mendukung keberhasilannya. Irigasi dengan magnesium chlorida telah terbukti nontoksik pada mata. Keuntungan dengan pendekatan semacam ini telah dilaporkan secara anekdotal bahkan 24 jam dari cedera keika pengobata yang lain tidak berhasil. Beberapa penulis merekomendasikan penetesan tiap 2-3 jam karena menggunakannya sebagai pembilas dapat menyebabkan iritasi dan lebh lanjut dapat menyebabkan ulserasi kornea. Pemberian pelumas mungkin juga diperlukan. Lubrikasi yang adekuat membantu mencegah terjadinya symblepharon. Beberapa penuli merekomendasikan penggunaan steroid topikal pada beberapa pasien, terutama pada trauma basa dan akibat asam hidrofluorida. Mereka percaya steroid dapat membatasi peradangan intraocular dan menurunkan pembentukan fibroblasts pada korne. Beberapa yang lain mempermasalahkan resiko potensi infeksi dan ulserasi melebihi keuntungan yang didapatkan. Cycloplegic mydriatics Membantu dalam pencegahan spasme siliar. Ditambah lagi, bahan ini dipercaya menstabilisasi ppermeailitas pembuluh darah yang oleh karenanya, mengurangi peradangan. Homatropine 5% sering direkomendasikan karena memiliki masa kerja rata-rata 12-24 jam, waktu dimana pasien harus menemui ahli mata untuk pemeriksaan lanjutan. Sikloplegik jangka panjang, seperti scopolamine dan atropine, lebih jarang digunakan. Antibiotics (ophthalmic) Pasien dengan trauma pada kornea, conjunctiva, dan sclera adalah biasa unutk memberikan antibiotik tetes mata atau salep mata topikal profilaksis, spektrum luas, (cth, tobramycin, gentamicin, ciprofloxacin, norfloxacin, bacitracin). Neomycin dan golongan sulfa lebih jarang digunakan karena banyaknya kasus alergi. Analgesics Beberapa ahli mata menganjurkan pengunaan diclofenac tetes mata. Terapi ini mungkin terbukti merupakan terapi alternatif selain perban pada pasien dengan trauma pada cornea, membuat pasien tetap dapat menggunakan kedua mata selama pengobatan.

Terapi pembedahan tambahan jika terdapat gangguan penyembuhan luka setelah trauma kimiawi yang amat parah: Suatu transplantasi conjunctival dan limbal (stem cell transfer) dapa mengganti sel induk yang hilang yang penting untuk penyembuhan kornea. Sehingga akan menyebabkan re-epitelisasi. Jika kornea tidak mengalami penyembuhan, suatu lem cyanoacrylate dapat digunakan untuk melekatkan suatu hard contact lens (epitel buatan) untuk membantu penyembuhan. Prosedur Tenons capsuloplasty (mobilisasi dan penarikan maju suatu flap [lembaran/sayap] dari jaringan subconjunctival ke kapsula Tenons untuk menutupi defek yang ada) dapat membantu menghilangkan defek pada conjunctiva dan sclera.

Penatalaksanaan bedah lanjutan setelah mata stabil: Lisis dari symblepharon untuk meningkatkan motilitas okuler dan palpebra. Bedah plastik pada palpebra untuk memebaskan bola mata. (ini hanya boleh dilakukan sekitar 12 sampai 18 bulan setelah cedera). Jika terdapat kehilangan total dari sel goblet, transplantasi dari mukosa nasal biasanya menghilangkan nyerinya. Penetrating keratoplasty dapat dilakukan untuk mengembalikan pengelihatan. Karena kornea yang rusak sangat banyak mendapatkan vaskularisasi (gbr. 18.10), prosedur ini diwarnai oleh banyaknya insidensi penolakan cangkokan. Korena yang jernih jarang bsa didapatkan pada mata yang mengalami trauma parah bahkan dengan suatu cangkok kornea dengan tipe HLA yang sama dan terapi imunosupresif.

Anda mungkin juga menyukai