Anda di halaman 1dari 14

Sumber : Sea Level Variations Over Geologic Time by M. A. Kominz, Western Michigan University, Kalamazoo, MI, USA 2001.

Pengantar Perubahan permukaan air laut telah terjadi sepanjang sejarah Bumi. Perubahan tersebut seiring dengan waktu sangat bervariasi. Permukaan laut memberikan kita cukup banyak wawasan mengenai sejarah tektonik dan iklim Bumi, namun tetap hal itu tetap sulit untuk menentukannya secara tepat. Permukaan laut, membelah benua hampir tidak seragam.

Permukaan laut berubah biasa dikarenakan dua kemungkinan: (1) Perubahan volume air di lautan atau (2) Perubahan volume cekungan (basin) laut. Perubahan Permukaan Laut Yang Disebabkan Perubahan Volume Air Pada Cekungan Laut ( Ocean Basin) Dibumi terdapat dua reservoir air yakni lautan (97% dari keseluruhan air) dan glacier ( sekitar 2,7%). Tidak mengherankan, jika tiga miliar tahun lalu, faktor utama yang mengendalikan volume air di laut berasal dari jumlah air yang berasal dari gletser di benua. Misalnya, sekitar 20 000 tahun lalu, bongkahan es yang menutupi bagian utara dari amerika utara dan eropa ini mencair lalu menjadi air di lautan dan mengekspos continental shelf. Sejak saat itu permukaan air laut terus mengalami kenaikan (tepatnya sekitar 20.000 sampai dengan 1.000 tahun yang lalu) yakni sekitar 120 meter. Sejumlah metode telah digunakan untuk mengkonstruksi besar dan waktu perubahan permukaan laut. Penggalian yang dilakukan di continental shelf mengungkapkan keberadaan kehidupan manusia pada batas slope benua saat waktu silam. Data ini menunjukkan bahwa permukaan laut saat itu relatif jauh lebih rendah. Studi pada fosil karang menunjukkan bahwa spesies karang yang saat ini hanya hidup di perairan yang sangat dangkal yang sekarang kedalamannya lebih dari 100m. Fosil karbonat karang, yang pernah berkembang di perairan dangkal tropis, memberikan gambar rinci pada saat proses kenaikan permukaan air laut, dan demikian pula dengan mencairnya gletser. Karbon-14, adalah sebuah isotope radioaktif yang dibentuk dari karbon-12 yang berinteraksi dengan radiasi matahari berenergi tinggi pada

atmosfer bumi (lihat Isotop Cosmogenic) isotope ini memungkinkan kita untuk menentukan usia dari material bumi, yakni sekitar 30 ribu tahun. Hal ini hanya yang sebagian dari perubahan besar permukaan laut yang disebabkan oleh gletser, (Gambar 1B). Variasi iklim dan perubahan permukaan laut berikutnya telah didominasi oleh pengaruh variasi kuasi-periodik di orbit bumi dan kemiringan sumbu putaran bumi. Catatan mengenai perubahan permukaan laut dapat diperkirakan dengan mengamati isotop stabil, oksigen-18 pada tes (cangkang) dari organisme mati (lihat Iklim Kenozoikum - Bukti Isotop Oksigen). Ketika mikroorganisme laut membangun rangka mereka dari kalsium, karbon, dan oksigen di dalam laut saat ini, mereka menggabungkan isotope oksigen-16 dan isotop oksigen18. Air di atmosfer umumnya memiliki rasio isotope oksigen-18 hingga oksigen-16 tetapi karena penguapan isotop yang lebih ringan membutuhkan sedikit energi. Maka, salju yang dasarnya membentuk gletser berubah menjadi oksigen-18, dan membuat proporsi laut kaya akan oksigen-18. Ketika mikroorganisme mati, tes mereka tenggelam menjadi sedimen di laut dan tercatat dalam record sedimen laut.

Gambar 1 (A) Perkiraan perubahan permukaan laut selama 20 000 tahun terakhir. Amplitudo sekitar 120 m. (B) Gletser kutub utara selama jutaan tahun terakhir atau lebih yang diperoleh dari fluktuasi permukaan laut utama,

dengan amplitudo setinggi 125 m. (C) Record

jangka panjang isotop oksigen menunjukkan pembentukkan

bongkahan es yang cepat di Antartika dan Greenland (ditandai dengan bar abu-abu) seperti iklim bumi didinginkan. (D) Perubahan jangka panjang permukaan laut seperti yang ditunjukkan dari variasi volume lautan dalam. Efek dominan termasuk tingkat sebaran dan panjang mid ocean ridge, emplacement batuan magma (paling besar, bibir laut ditunjukkan dengan garis abu-abu, break up superkontinen, dan subduksi dari benua India. The Berggren et al. (1995) skala waktu chronostratigraphic digunakan dalam (C) dan (D).

Kembali pada periode Kenozoikum (0 tahun sampai dengan 65 Ma), data paleoceanographic tetap excellent untuk digunakan disebabkan sedimentasi yang relatif kontinu pada dasar laut (dibandingkan dengan laut dangkal dan sedimentasi terestrial). Oksigen-18 pada fosil kerang menunjukkan telah terjadi pendinginan global sekitar 50 juta tahun terakhir. Pada gambar 1C selama 12.5Ma hingga 28 mA telah terjadi dua peningkatan pesat antara rasio oksigen-18 dengan oksigen-16. Formasi bongkahan es di Greenland dan Antartika diasumsikan terjadi cepat disebabkan perubahan isotope yang cepat ini. Berdasarkan data oksigen-18 yang diperoleh kurang dari 20.000 tahun lalu menunjukkan variasi yang tinggi dari perubahan

temperatur dengan pembentukkan glacier dan peluruhan. Oleh karena itu, Kami berhipotesis bahwa besaran dari frekuensi permukaan laut ini mengalami perubahan permukaan laut yang jauh lebih sedikit pada awal Kenozoikum daripada yang diamati selama juta tahun terakhir. Hal ini disebabkan es saat itu kurang cukup. Meskipun kontinen gletser yang besar merupakan sesuatu yang tidak lazim dalam sejarah bumi tetapi gletser diketahui telah hadir selama beberapa periode yang lama ('ice house', hingga ' green house/ rumah kaca 'atau kondisi iklim yang hangat). Banyak bukti mengenai adanya periode glaciation, hal ini dapat dibuktikan dari record sedimen benua. Secara khusus, ada bukti telah terjadi proses glaciation yakni sekitar 2,7 hingga 2.1 milyar tahun yang lalu. Selain itu, periode panjang glasiasi terjadi sebelum fosil organisme multiseluler, sekitar 1 miliar hingga 540 juta tahun yang lalu. Beberapa ilmuwan sekarang percaya bahwa selama glaciation ini, seluruh bumi membeku, membentuk 'bola salju bumi'. Kondisi tersebut menyebabkan permukaan laut surut. Bukti adanya kontinen gletser yang besar juga terlihat pada massa

Ordovician hingga Silurian rocks ( sekitar -420 - 450 Ma), Devonian rocks (- 380-390 Ma), dan Karboniferous hingga Permian rocks (- 350-270 Ma).

Jika glasiasi ini

terjadi disebabkan oleh mekanisme serupa dengan

Plio-Pleistosen

(Gambar 1B), maka diperkirakan, tinggi frekuensi, periode pembentukkan dan pencairan gletser dapat diamati dalam tingkatan pembentukkan geologi. Hal ini tentunya untuk kasus

Karboniferous selama glaciation Permian. Batuan sedimen di tengah Amerika serikat, Inggris, dan Eropa memiliki karakter siklik. Siklus batuan ini berulang secara vertikal dari deposit laut, deposit dekat pantai, juga sering termasuk batubara, menjadi sedimen batuan fluvial. Pengendapan batuan laut pada daerah yang luas seolah-olah bukan laut, menunjukkan perubahan permukaan air laut skala besar telah terjadi. Setelah seluruh record durasi dijumlahkan, maka periodisitas dari perubahan permukaan laut yang luas telah terjadi selama rentang waktu 100 dan 400 ribu tahun. Hal ini sesuai dengan responnya tehadap perubahan eksentrisitas dari Orbit Bumi. Siklus yang tinggi frekuensinya berhubungan dengan kemiringan sumbu putar. Hal ini bisa dikatakan untuk perubahan skala besar (10 sampai 100 m), relatif dengan frekuensi yang tinggi (20 000 400000) tahun; skala ini sering disebut ' skala Milankovitch') yang terjadi selama interval waktu ketika benua gletser hadir di Bumi (Ice house climate). Hal ini menunjukkan bahwa variasi Orbit Bumi dan kemiringan sumbu spinnya memainkan peran utama dalam mengendalikan iklim. Selama sisa sejarah Bumi, dimana saat itu glaciation tidak menjadi iklim yang dominan (green house

climate), terjadi perubahan permukaan laut sesuai dengan orbit Bumi. Dalam kasus ini, mekanisme perubahan volume air di ocean basin jauh lebih sedikit jelas. Periode dimana tidak ada lagi sisa rekaman geologi mengenai keberadaan benua es dalam sejarah bumi disebut sebagai green house climate. Namun, masih terdapat banyak bukti variasi dari skala Milankovitch selama periode ini. Pada sedimen laut dangkal, menunjukkan bukti bahwa orbital bumi mengendalikan perubahan permukaan laut ini diperlihatkan dengan umur sedimen Cambrian dan cretaceous. Perubahan permukaan laut yang diperlukan (mungkin 5- 20 m) jauh lebih kurang dari yang telah diamati selama iklim glasial. Sumber yang mungkin ini bisa membuat variasi suhu rata-rata di laut. Saat air dipanaskan maka air akan mengembang. Jika sumber air bawah laut berada di khatulistiwa bukannya di kutub, maka hari ini, suhu bawah air sekitar 20C mungkin sudah menjadi sekitar 160C di masa lalu. Ini akan menghasilkan perubahan muka air laut setinggi 11 m.

Penyebab lain perubahan permukaan laut selama periode green house climate disebabkan variasi jumlah air yang terperangkap di danau dan di laut , dan variasi dari volume gletser alpine. Sedimen laut dalam pada zaman cretaceous juga menunjukkan fluktuasi antara terkandungnya oksigen dan kondisi anoxic. Ada kemungkinan bahwa variasi ini dihasilkan ketika perubahan permukaan laut global membatasi aliran lautan menuju basin yang baru terbentuk. Sebagai contoh, tektonik menyebabkan batas pada Selat Gibraltar. Dalam hal ini, penguapan menyebabkan perubahan permukaan laut yang ekstrem dan membatasinya masuk ke dalam wilayah Mediterania.

Perubahan Permukaan Laut Yang Disebabkan Perubahan Volume (cekungan laut) Ocean Basin Tektonik diperkirakan telah mengendalikan perubahan permukaan laut dalam kurun waktu yang lama (550 juta tahun). Lempeng tektonik mengubah bentuk dan / atau luasan cekungan laut. Lempeng tektonik terus merekronstruksi kembali fitur permukaan bumi ketika sejumlah air hadir setelah stabil sekitar selama empat miliar tahun yang lalu. Ketika superkontinen terbentuk, subduksi dari kedua lempeng menyebabkan berkurangnya rasio

lempeng continental terhadap lempeng oseanik inilah yang menyebabkan permukaan laut surut. Contoh saat ini adalah lempeng benua India yang tenggelam di bawah Asia dan menghasilkan dataran tinggi Tibet dan pegunungan Himalayan. Hal ini mungkin telah menyebabkan permukaan laut surut sekitar 70m selama lebih dari 50 juta tahun lalu. Kontinen benua yang bergerak ini menghasilkan margin pasif dan meningkatkan rasio dari lempeng continental terhadap daerah lempeng oseanik dalam skala global ( gambar 2A). Hal ini menghasilkan kenaikan permukaan laut. Kenaikan bertahap dari permukaan laut akibat proses subduksi selama lebih dari 200 juta tahun terakhir sekitar 100 m dari kenaikan permukaan laut. Beberapa fitur batimetri dalam lautan seperti perubahan bentuk dan ukuran dapat

mengakibatkan perubahan permukaan laut yang signifikan. Fitur fisiografi terbesar di Bumi adalah mid-ocean ridge, Dengan panjang sekitar 60 000 km dan lebar 500- 2000 km. Di sepanjang pecahan tengah bubungan (ridge) ini kerak samudera baru dan litosfer dihasilkan. Fitur panas yang keluar dari formasi litosfer oseanik seiring dengan waktu akan terus semakin tua, dingin, dan memadat (rifting). Sehingga proses ini dapat membentuk bubungan (ridge) yang

baru, menambah proporsi dasar laut yang muda dan dangkal, terhadap dasar laut yang lebih tua dan lebih dalam (Gambar 2B). Selain itu, lebar ridge adalah fungsi dalam menentukan pergerakan lempeng yang bergerak satu sama lain. Ridges yang menyebar cepat (mis. Di continental rise timur pacifik ) akan sangat luas, sedangkan ridge yang menyebar lambat (mis. Di Ridge Atlantik Utara) akan menjadi cukup sempit. Jika tingkat rata-rata sebaran seluruh bubungan (ridge) berkurang, maka volume rata-rata laut pada bubungan (ridge) juga akan berkurang. Dalam hal ini, volume cekungan laut (ocean basin) akan bertambah dan permukaan laut akan menjadi surut. Akhirnya, seluruh bubungan (ridge) dapat lenyap dalam proses subduksi, dan menyebabkan permukaan laut surut dengan cepat. Para ilmuwan telah membuat perkiraan kuantitatif mengenai perubahan permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan volume bubungan laut (ridge). Karena volume ridge tergantung pada usia dasar laut, dimana usia dasar laut telah diketahui, maka volume bubungan (ridge) dapat diperkirakan. Anomali magnetik dasar laut digunakan untuk memperkirakan umur dari dasar laut, dan dengan demikian, sejarah dari lautan (lihat Magnetic) dapat diuraikan. Lempeng laut tertua berusia sekitar 200 juta tahun. Selama itu, lempeng laut telah mengalami subduksi. Dengan demikian, tidaklah mengherankan perkiraan kuantitatif mengenai perubahan permukaan laut akibat volume dari bubungan (ridge) semakin tidak menentu dan tidak bisa dihitung sebelum sekitar 90 juta tahun. Perubahan permukaan laut diperkirakan telah surut sekitar 230 m, ( 120 m) disebabkan oleh perubahan volume bubungan (ridge) selama 80 juta tahun terakhir. Large igneous provinces (LIPs) terkadang sering didorong masuk ke dalam lautan, sehingga membentuk dataran samudera yang lebih tinggi (lihat LIPs). Proses vulkanik ini cenderung terjadi selama waktu yang relative singkat, sehingga menyebabkan kenaikan permukaan laut yang cepat. Akan tetapi, proses ini hanya terjadi sementara karena litosfer perlahan mulai mendingin, dan memperlambat kenaikan volume laut. LIP laut terbesar yakni Ontong Java Plateau ditemukan telah ada di samudra Pacifik antara 120 dan 115 juta tahun lalu (Gambar 1D). Selama selang waktu itu mungkin telah dihasilkan kenaikan permukaan laut sekitar 50 m.

Gambar 2 Diagram menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi volume laut. (A) Awal dari break up menambah area continental benua/ lempeng benua dengan dihasilkannya margin pasif, sehingga menyebabkan permukaan laut naik (B) Tidak lama setelah proses break up, maka lautan baru dibentuk oleh lempeng samudra yang paling muda. lempeng yang muda ini akan menggantikan lempeng yang relatif lama usianya melalui proses subduksi, sehingga menyebabkan permukaan laut bertambah naik. (C) Rata- rata usia lautan antara lempeng tua dan muda, lempeng laut yang dangkal diganti dengan lempeng yang lebih tua, sehingga lempeng yang lebih dalam menyebabkan permukaan laut surut. (D) tingkat spreading yang cepat yang dihubungkan dengan perubahan permukaan laut yang relatif tinggi. (E) spreading ridges (bubungan) yang relatif lambat (digambarkan dengan garis tebal di laut) lebih hal ini menyebabkan permukaan laut menjadi relatif rendah. (F) emplacement dari Large igneous

provinces (LIPs) menghasilkan dataran tinggi samudera, pergantian air laut, dan menyebabkan kenaikan permukaan laut.

Singkatnya, selama 200 juta tahun terakhir, telah terjadi perubahan permukaan laut (Gambar 1D) yang sebagian besar disebabkan tektonik. Keberadaan superkontinen Gondwana dan Laurasia telah memperluas dan membentuk lempeng benua kita saat ini. Proses ini dimulai sekitar 200 juta tahun lalu saat Amerika Utara terpisah dari Afrika dan berlanjut dengan system rift Afrika Timur dan formasi Laut Merah. Era lautan besar telah terjadi pada awal periode ini dan kenaikan permukaan laut global terjadi sekitar 200 sampai 90 juta tahun lalu. Lempeng baru benua, Mid ocean ridge, dan tingkat spreading yang cepat mengakibatkan kenaikan dalam jangka waktu yang panjang (Gambar 1D). Selanjutnya, penurunan signifikan dari tingkat spreading, pengurangan panjang total mid ocean ridge dan tubrukan antar benua ditambah dengan peningkatan glasial es (Gambar 1C) telah mengakibatkan permukaan laut surut secara global (Gambar 1D). Vulkanisme Java Ontong Plateau, (LIPs ), pada era cretaceous akhir telah mengakibatkan kenaikan permukaan laut yang signifikan, sementara itu proses pendinginan selama 90 juta tahun telah menyebabkan permukaan laut surut. Oleh karena itu, perkiraan perubahan permukaan laut berdasarkan perubahan bentuk laut masih belum pasti. Walaupun data mengenai besaran dan waktu pergerakan lempeng saat break up, perkiraan pemendekkan lempeng, volume LiPs, dan volume dari mid ocean ridge digabungkan. Akan tetapi, konfigurasi yang tepat mengenai benua dan lautan pada masa lalu hanya menjadi misteri karena karakter perputaran dari lempeng tektonik. Estimasi perubahan permukaan Laut berdasarkan pengamatan pada Benua Perubahan permukaan laut dalam jangka waktu lama Estimasi perubahan permukaan laut juga dapat dibuat berdasarkan strata endapan sedimen pada benua. Hal ini sebenarnya merupakan solusi yang tepat untuk mengamati

perubahan permukaan laut tidak hanya berdasarkan pada perubahan permukaan yang jauh lebih besar pada masa silam, namun juga karena di banyak tempat di benua saat ini telah mengalami pengangkatan. Artinya, di masa lalu ada bagian benua yang berada di bawah permukaan laut,

akan tetapi saat ini telah jauh naik ke atas atau terangkat. Sebagai contoh, studi mengenai batuan sedimen yang berusia 500 - 400 juta tahun yang saat ini terangkat di pegunungan Rocky dan pegunungan Appalachian mengindikasikan bahwa telah terjadinya kenaikan dan penurunan permukaan laut dengan perkiraan 200 -400 m. Contoh ini juga menunjukkan bahwa permasalahan mengenai perubahan permukaan laut dapat dipecahkan dengan record lempeng/ continental sedimen. Bentuk benua/continental tidaklah tetap dan akan terus bergerak secara vertikal sesuai dengan responnya terhadap kekuatan dorongan tektonik. Dengan demikian, setiap indikator perubahan permukaan laut pada benua merupakan indikator perubahan relatif permukaan laut. Akan tetapi untuk mendapatkan record sedimen dari pengamatan ini tetap saja sangat terkendala. Selain itu, karena record sedimen berisikan periode panjang tanpa proses deposisi yang menghasilkan record sejarah bumi yang tidak lengkap. Meskipun demikian banyak informasi mengenai perubahan permukaan laut telah diperoleh dan dirangkum di sini. Sumber yang paling sederhana dari informasi tentang masa perubahan permukaan laut adalah bersumber dari lokasi strand line (pantai) pada craton benua yang stabil (bagian dari benua, yang tidak terlibat dalam tektonik lokal). Idealnya, ketinggiannya sekarang adalah pada level permukaan laut selama deposisi. Ada dua masalah yang dihadapi dengan pendekatan ini. Yakni interaksi sedimen daratan-lautan sangat jarang terjaga. Di mana ketika diamati, terjadi ketidak sesuaian dengan elemen yang telah dipindahkan oleh benua atau laut. Namun, data dari masa 100 juta tahun lalu cenderung konsisten dengan perhitungan dari perkiraan perubahan volume laut. Hal ini tidak menjelaskan banyak karena ketidakpastian yang sangat besar (lihat di atas). Kontinental hypsography (kumulatif daerah dibandingkan dengan ketinggian) ditambah dengan luas area sedimen laut yang terjaga telah digunakan untuk memperkirakan permukaan laut masa lalu. Dalam hal ini hanya hasil dari rata-rata yang dapat diperoleh, karena sedimen laut yang digunakan mencakup interval waktu (umumnya 5 - 10 juta tahun) . Sekali lagi, ketidakpastian yang besar, akan tetapi hasil yang diperoleh konsisten dengan perhitungan yang berasal dari perkiraan dari perubahan volume laut. Backstripping merupakan alat analisis, yang telah digunakan untuk memperkirakan

perubahan permukaan laut. Dalam teknik ini, suksesi vertikal lapisan sedimen secara progresif dipadapkan dan dibongkar (Gambar 3A, B). Lubang yang dihasilkan adalah kombinasi dari

penurunan akibat tektonik dan oleh perubahan permukaan laut (Gambar 3B, C). Jika bagian tektonik dapat dibentuk maka perkiraan perubahan permukaan laut bisa ditentukan (Gambar 3C, D). Metode ini umumnya digunakan pada cekungan (basin) yang dihasilkan oleh pendinginan anomali termal (misalnya margin pasif). Pada basin ini, bukti/ tanda tektonik dapat diprediksi (Peluruhan eksponensial) dan dapat dikalibrasi untuk yang mengetahui subsiden/ penurunan area pada mid-ocean ridge. Metode backstripping telah diterapkan untuk strata galian sedimen pada margin pasif pantai timur Amerika Utara dan pantai barat Afrika. Sekali lagi, untuk memperkirakan perubahan permukaan yang terjadi pada selang waktu 200 -110 juta tahun lalu menunjukkan kenaikan sekitar 100- 300 m diikuti dengan penurunan ke level sekarang (Gambar 1D). Interior basin muda, seperti Paris Basin, menunjukkan hasil yang sama. Yang lebih tua, yang dikendalikan oleh termal basin juga telah dianalisis. Ini adalah metode yang digunakan untuk menentukan permukaan laut (sekitar 200m) yang naik dan turun/surut terkait dengan pecahnya (break up) superkontinen Pre -Cambrian di awal periode Phanerozoic

Gambar 3 Diagram yang menggambarkan metode backstripping untuk mendapatkan perkiraan permukaan laut pada termal basin subsiding. (A) Bagian stratigrafi yang diukur baik dari yang terkena batuan sedimen atau dari pengeboran. Data ini meliputi satuan batuan (lithology), usia, dan porositas. Perhatikan bahwa strata tertua selalu di dasar bagian (T0). (B) Data porositas digunakan untuk memperkirakan ketebalan setiap bagian sedimen yang telah mengalami proses deposisi (S *). Porositas juga digunakan untuk mengetahui densitas sedimen sehingga sedimen dapat diuraikan untuk menentukan seberapa dalam basin tanpa beban sedimen (R1). Perhitungan ini juga memerlukan estimasi kedalaman paleo-air (kedalaman air pada saat deposisi). (C) Plot R1 berbanding terhadap waktu (dengan fit kuadrat) untuk penurunan tektonik teoritis dalam pengaturan termal. (D) Perbedaan antara R1 dan

penurunan termal menghasilkan perkiraan kuantitatif perubahan permukaan laut jika yang lainnya, seperti tektonik nonthermal, tidak terjadi di lokasi ini.

Gambar 4 Contoh dari pendekatan dengan rangkaian stratigraphy untuk memperkirakan perubahan permukaan laut. (A) Data seismik Multichannel (abu-abu) dari palung Baltimore Canyon , lepas pantai New Jersey, Amerika Serikat (Miller et al., 1998). Garis hitam adalah interpretasi yang ditelusuri pada data seismik. Garis-garis gelap tebal menunjukkan rentetan batas pada orde ketiga periode Miosen (5- 23 juta tahun yang lalu). Batas ini diidentifikasi dengan garis hitam yang tipis. Delta yang terbalik posisinya menunjukkan break (pecahan) yang signifikan pada slope yang terkait dengan setiap rentetan batas yang diidentifikasi. Garis vertikal bertandakan (1071- 1073) menunjukkan lokasi Ocean Drilling Project wells (Metodologi pengeboran dasar laut), yang digunakan untuk membantu dalam mengurutkan waktu. Persegi panjang di tengah adalah analisis yang lebih rinci. (B) interpretasi urutan Detil tunggal orde ketiga dari (A). Delta yang terbalik menunjukkan break yang signifikan pada slope yang terkait dengan masing-masing rinci dari paket sedimen. Tanda dari deretan titik menunjukkan sistem saluran pada bidang rendah (LST) yang terkait dengan urutan ini. Paket abu-abu adalah sistem saluran transgresif (TST), dan sedimen diatasnya adalah system saluran pada bidang yang tinggi (HST). (C) Hubungan yang lebih rinci antara paket sedimen (di B) yang digunakan untuk membangun chronostratigraphy (kerangka waktu). Sedimen termuda terdapat di bagian atas. Setiap refleksi seismic yang diamati ditafsirkan sebagai horizon waktu, dan masing-masing diberikan durasi yang sama. Jarak horizontal (A) dan (B) adalah sama. Perubahan jenis sedimen ditunjukkan pada break (pecahan) pada slope dari sedimen kasar dekat pantai (pola stippled) sampai halus, sedimen lepas pantai

(paralel, garis miring). Sedimentasi mungkin ada pada lepas pantai dengan tingkat yang sangat rendah. LST, TST, dan HST seperti dalam (B). (D)Perubahan relatif permukaan laut yang diperoleh dengan asumsi hubungan konsisten dari kedalaman pada perubahan kemiringan (slope) ditunjukkan pada gambar (B). age control berasal pada

chronostratigraphy yang ditunjukkan pada (C). Waktu yang lebih muda menuju ke kanan. Skala vertikal waktu tempuh dua arah, dan akan membutuhkan konversi ke kedalaman untuk memperkirakan hasil akhir dari besarnya perubahan permukaan laut. LST, TST, dan HST seperti dalam (B). Perhatikan bahwa dalam (B), (C), dan (D), siklus frekuensi yang lebih tinggi (kemungkinan orde ke empat) yang ditampilkan didalam rentetan (orde ketiga).

Perubahan Permukaan Laut Dalam Skala Jutaan Tahun Selain variasi fluktuasi permukaan laut yang berlangsung selama 50- 100 juta tahun sesuai dengan yang dibahas di atas, ternyata variasi fluktuasi dalam skala jutaan tahun lebih panjang daripada yang disebabkan oleh variasi orbital ( 0.4 juta tahun). Variasi ini tampaknya mendominasi dalam jangka waktu baik puluhan juta tahun atau setengah sampai tiga milyar tahun. Variasi permukaan laut ini secara berurut disebut perubahan permukaan laut orde kedua dan ketiga. Perubahan ini telah dikaitkan dengan tektonik dan perubahan volume basin, pertambahan dan peluruhan gletser, atau pengangkatan dan penurunan benua, dari perubahan permukaan laut global. Seperti yang disebutkan di atas, record penurunan dan pengangkatan tektonik berhubungan dengan record stratigrafi dari perubahan permukaan laut global pada benua. Sinkronisasi dari pengamatan perubahan permukaan laut di skala global akan menyebabkan sebagian geoscientists berkesimpulan bahwa tanda/ sinyal ini disebabkan oleh perubahan permukaan global air laut. Namun, saat ini, hampir tidak mungkin untuk menentukan secara global kesetaraan usia dari peristiwa yang terjadi selama interval sesingkat setengah sampai dua juta tahun. Keterbatasan data adalah alasan utama yang menyebabkan kontroversi dari perubahan level laut selama orde ketiga. Rangkaian stratigrafi merupakan metode analisis untuk menafsirkan strata sedimen yang biasa digunakan dalam menyelidiki orde kedua dan ketiga dari perubahan relative permukaan laut.

Ringkasan Perubahan permukaan air laut saling merespons terhadap perubahan volume laut atau terhadap perubahan volume air yang terkandung di laut. Waktu dari perubahan permukaan laut mengubah berkisar dari puluhan ribu tahun hingga lebih dari 100 juta tahun. Besarannya juga bervariasi secara signifikan akan tetapi mungkin bisa sebesar 200 m atau lebih dari 200 m. Perkiraan perubahan permukaan laut saat ini masih dalam rentang ketidakpastian yang signifikan, baik dalam besaran dan dalam waktu. Namun, para ilmuwan saling merujuk pada titik yang sama untuk perkiraan konsisten dari perubahan permukaan laut dengan menggunakan data yang sangat berbeda dan pendekatan analitis .

Anda mungkin juga menyukai