Anda di halaman 1dari 30

BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM) MAKALAH KEPERAWATAN PENYAKIT TROPIS I MALARIA PLASMODIUM VIVAX

KELOMPOK III

SRI UNTARI RESVIA ARWINDA MUHAMMAD ALFIAN CITRA IRAWAN FITRI AYATUL AZLINA NOR AZIZAH DWI SUBEKTI FIRYAL AFIFAH JUANDA M. REZA PAHLEVI TITY RIEZKA RIANTHI

I1B110004 I1B110014 I1B110033 I1B110040 I1B110201 I1B110202 I1BII0203 I1B110204 I1B110214

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2011/2012

Page 0

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA ANGGOTA :

SRI UNTARI RESVIA ARWINDA MUHAMMAD ALFIAN CITRA IRAWAN FITRI AYATUL AZLINA NOR AZIZAH DWI SUBEKTI FIRYAL AFIFAH JUANDA M. REZA PAHLEVI TITY RIEZKA RIANTHI

I1B110004 I1B110014 I1B110033 I1B110040 I1B110201 I1B110202 I1BII0203 I1B110204 I1B110214

JUDUL

: MALARIA

Banjarbaru, 20 Maret 2012

Dosen Pengampu/Tutor

Rismia Agustina S.Kep, Ners M.Kep

Page 1

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ................... 1 DAFTAR ISI .................. 2 BAB I. PENDAHULUAN ..................... 3 SKENARIO (LBM).................... 3 ANALISA KASUS ..................... 3

1. LANGKAH 1 ..................... 3 2. LANGKAH 2 ............................................................................................................. 5 3. LANGKAH 3 ............................................................................................................. 5 4. LANGKAH 4 ............................................................................................................. 6 5. LANGKAH 5 ............................................................................................................. 7 BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 8 BAB III. PENUTUP ............................................................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................29

Page 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1. SKENARIO (LBM II)

Tn Danu (20 tahun) dirawat di RS dengan riwayat pekerjaan sebagai penambang emas di

dice. Klien mengatakan sakit kepala dan nyeri di daerah persendian seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5. Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari. Klien tidur mulai 24.00-04.00 wita.

1.2. ANALISA KASUS

1.

LANGKAH 1 Klasifikasi Istilah a. Jaundice b. Plasmodium vivax c. Analgesic-antipiretik d. Persendian e. Skala nyeri 5 f. Anti malaria g. Pemeriksaan laboratorium darah h. Nyeri Identifikasi istilah a. Jaundice : ikhterik, keadaan perubahan kulit dan sclera menjadi kuning akibat beberapa factor yaitu pigmen empedu dalam darah penyakit kuning akibat lebihnya bilirubin kerusakan hati yang di ekskresi oleh empedu sehingga bilirubin banyak

Page 3

terjadi sebagian pada bayi yang baru lahir

b. Plasmodium vivax : filum sporozoa, tidak mempunyai alat gerak, bulat, panjang parasit penyebab malaria tertian benikna yang ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi dengan demam selama 48 jam c. Analgesic-antipiretik : Analgetik adalah obat pengurang nyeri sedangkan antipiretik adalah obat mengurangi demam Adalah obat yang bersifat atau berguna untuk pengurang nyeri serta menurunkan suhu. 90% analgetik memiliki efek antipiretik d. Persendian : tempat menyatu atau berhubungannya antara tulang dengan tulang sehingga bisa digerakkan yang bersifat system dan fungsional e. Skala nyeri 5 : nyeri sedang, dimana pasien dapat menunjukkan letak nyerinya dan bisa mendeskripsikannya. f. Anti malaria : Obat yang diberikan untuk pencegahan maupun pengobatan malaria. Contohnya klorokuin, primakuin, kuinin. Pencegahan : klorokuin Pengobatan : kuinin

g. Pemeriksaan laboratorium darah : Pemeriksaan yang dilakukan dengan specimen darah dan dikerjakan di laboratorium Specimen darah terbagi 2 yaitu : Specimen darah tipis : dapat mengidentifikasi gambar parasit lebih baik Specimen darah tebal : dapat mengidentifikasi parasit tetapi gambar yang dihaasikan kurang baik dan dapat digunakan untuk menghitung jumlah parasit yang ada dalam darah h. Nyeri : perasaan tidak menyenangkan, emosional, baik ringan atau berat, baik actual maupun potensial yang dirasakan secara subyektif atau yang hanya dapat dirasakan oleh yang mengalami nyeri

Page 4

2.

LANGKAH 2 Membuat Daftar Masalah 1. Jelaskan patogenesis, patofisiologi dan etiologi dari malaria serta sebab terjadinya nyeri! 2. Bagaimana penanganan pertama pada penyakit malaria? 3. Bagaimana gejala dan manifestasi malaria? 4. Sebutkan jenis jenis malaria beserta gejala dan manifestasi klinisnya! 5. Mengapa bisa terjadi jaundice pada penyakit malaria? 6. Kapan analgetik-antipiretik diberikan pada penderita malaria? 7. Apa hubungan pekerjaan pasien sebagai penambang emas dengan malaria? 8. Apakah malaria dapat menular selain dari gigitan nyamuk? 9. Bagaimana sistem penularan malaria? 10. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari malaria! 11. Jelaskan epidemiologi malaria! 12. Pendidikan kesehatan dan pencegahan seperti apa yang dapat di berikan pada masyarakat dengan penderita malaria? 13. Adakah batasan umur untuk penyakit malaria? 14. Asuhan keperawatan seperti apa yang dapat diberikan pada klien?

3. LANGKAH 3 Analisis Masalah 1. Sasaran belajar 2. Sasaran belajar 3. Demam, kejang, menggigil, muntah, mual, flu, diare, anemia, berkeringat, nyeri, jaundice, tidak nafsu makan Dingin :kedinginan, menggigil, dan berusaha untuk menutupi seluruh tubuh, nadi cepat dan lemah. Berlangsung selama 15-60 menit Demam : hipertermi, suhu tubuh > 400 C, nadi kuat, pasien merasa panas seluruh tubuh dan muka memerah 2-6 jam Berkeringat :berkeringat, serta pengurangan suhu secara drastic bahkan normal 24 jam. 4. Plasmodium vivax : malaria tertian, pernisiosa Plasmodium malariae : malaria quartana

Page 5

Plasmodium ovale : malaria tertiana, ovale Plasmodium falciparum : malaria serebral, topika, tertian maligna Plasmodium knowlesi : terjadi pada kera ekor panjang dan kuncir 5. Sasaran belajar 6. Sasaran belajar 7. Berkembang di hutan karena hutan merupakan tempat berkembangnya nyamuk anopheles 8. Sasaran belajar 9. Sasaran belajar 10. Sasaran belajar 11. Sasaran belajar 12. 3M, kelambu, anti nyamuk, lotion, insektisida, biologi (pelihara ikan), pemberantasan nyamuk, memberesakan baju bergelantungan, pendidikan untuk tidak keluar senja dan malam hari, jangan pakai pakaian gelap dan jauhkan kandang ternak 13. Tidak ada, malaria untuk semua umur 14. Sasaran belajar

15. LANGKAH 4 Problem Tree

Manifestasi Klinis

Malaria Vivax (Malaria Tertiana)

Patofisiologis

Pencegahan

Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan

Kolaborasi

Page 6

16. LANGKAH 5 Sasaran Belajar Menjelaskan pathogenesis, patofisiologis, etiologi, dan penyebab Menjelaskan penanganan pertama penyakit malaria Menjelaskan terjadinya jaundice pada malaria Menjelaskan pemberian analgesic dan antipiretik pada malaria Menjelaskan epidimeologi malaria Menjelaskan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada pasien DBD Merencanakan asuhan keperawatan

Page 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori Definisi Malaria Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Daur Hidup Parasit Malaria Parasit malaria pada manusia memiliki siklus hidup kompleks yang membutuhkan sejumlah manusia dan serangga sebagai host. Dalam nyamuk Anopheles, Plasmodium bereproduksi seksual (dengan menggabungkan seks parasit sel). Pada manusia, parasit bereproduksi secara aseksual (dengan pembelahan sel), pertama dalam sel hati dan kemudian, berulang kali, dalam sel darah merah (sel darah merah). Ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi menggigit manusia, dibutuhkan dalam darah. Pada saat yang sama, nyamuk tersebut menyuntikkan air liur yang berisi bentuk infeksi dari parasit malaria yaitu sporozoit ke aliran darah seseorang. Sporozoit kemudian menyerang sel hati. Di sana, pada minggu pertama atau kedua (tergantung pada spesies Plasmodium), sporozoite berkembang menjadi skizon, struktur yang berisi ribuan merozoit bulat kecil (tahap lain dari parasit). Ketika skizon matang, maka pecah dan melepaskan merozoit ke dalam aliran darah. Pada beberapa P. vivax dan ovale P. sporozoit berubah menjadi hypnozoites, suatu bentuk yang bisa tetap tertidur di hati selama berbulan-bulan atau tahun. Jika mereka menjadi aktif lagi, hypnozoites berkembang menjadi schizon yang kemudian menyebabkan relaps pada orang yang terinfeksi. Merozoit dilepaskan dari hati atas pecahnya schizon dan dengan cepat menyerang sel darah merah, di mana mereka tumbuh dengan memakan hemoglobin. Dalam RBC (Red

Page 8

Blood Cell), merozoit mengalami satu putaran reproduksi aseksual, sekali lagi membentuk schizon namun diisi dengan merozoit yang lebih banyak. Ketika skizon matang, sel pecah dan merozoit keluar. Merozoit yang baru dirilis menyerang sel darah merah lain, dan terbentuk siklus infeksi terus menerus sampai berada di bawah kontrol, baik dengan obat atau pertahanan kekebalan tubuh sistem. Parasit Plasmodium melengkapi siklus hidupnya melalui nyamuk ketika beberapa merozoit yang menembus sel darah merah tidak berkembang secara aseksual ke schizon, tapi malah berubah menjadi bentuk seksual pria dan wanita yang dikenal sebagai gametosit. Ini beredar dalam aliran darah seseorang, menunggu kedatangan nyamuk Anopheles betina mencari darah. Ketika nyamuk betina yang menggigit orang yang terinfeksi dan mengisap gametosit bersama dengan darah. Setelah di perut nyamuk, gametosit yang berkembang menjadi sperma seperti gamet jantan atau Makrogametosit dan gamet betina atau Mikrogametosit. Pembuahan menghasilkan ookista yg diisi dengan sporozoit yang bersifat menular. Bila ookista matang, maka pecah dan ribuan benang sporozoit bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk (yang memproduksi air liur). Siklus dimulai lagi ketika nyamuk menggigit korban berikutnya. Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan plasmodium vivax atau P. malariae.

Page 9

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut : a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum) Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever). b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae) Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi. c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale) Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang

Page 10

terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari. d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi. A. Patogenesis, Patofisiologi, Etiologi dan penularan Malaria Patogenesis Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anophles betina (2). 1. Siklus pada manusia. Pada waktu nyamuk anophles infektif menghisap darah manusia, sporozit yg berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama lebih kurang 1/2 jam. Setelah itu sporozit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yg terdiri dari 10.000-30.000 merozit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritroser yg berlangsung selama lebih dari 2 minggu. Pada P.vivax dan P.ovale, sebahagian tropozit hati tdk langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yg menjadi bentuk dorman yg disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulanbulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yg berasal dari skizon hati yg pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah ,parasit tersebut berkembang dari stadium tropozit sampai skizon. Proses

Page 11

perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritosit yg terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yg keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritroser. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah,sebahagian merozoit yg menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). 2. Siklus pada nyamuk anophles betina. Apabila nyamuk anophles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, didalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozit. Sporozit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia (2). Patofisiologi Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endothelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni ekso-eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik. Patofisiologi malaria adalah multifaktoral dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut (2): a. Penghancuran eritrosit. Eritrosit dihancurkan tidak saja oleh pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosis yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intravaskular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal. b. Mediator endotoksin makrofag. Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang rupanya menyebabkan perubahan patofisiologi yang berhubungan dengan malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin asalnya dari rongga saluran pencernaan dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglikemia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = Adult

Page 12

Respiratory Disease Sindrom) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan P. falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endothelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit. c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi dengan stadium lanjut P. falciparum dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung P. falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam organ tubuh, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi organ tubuh, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam organ tubuh. Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi lebih permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut. Etiologi dan penularan Pada Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar di daerah tropis dan subtropics seperti di Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika. Di Indonesia, malaria ditemukan hamper di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive rate (SPR) : 9215, annualparacitic index (API) 0,08 0/00. CFR di rumah sakit sebesar 1050%. Menurut laporan, di provinsi Jawa Tengan tahun 1999; API sebanyak 0,35 0/00, sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak di temukan di Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT. Plasmodium falciparum yang paling bertanggung jawab atas kematian pada kasus malaria, terutama di Afrika. Infeksi dapat terjadi tiba-tiba dan menghasilkan beberapa komplikasi yang mengancam jiwa. Namun, dengan pengobatan yang efektif dan cepat semuanya hampir selalu dapat disembuhkan.

Page 13

Menurut WHO, derajat endemisitas malaria berdasar atas indeks limpa dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, yaitu: 1. Daerah malaria hipoendemik, yaitu daerah endemik dengan malaria dimana indeks limpa pada anak berumur antara 2 9 tahun berkisar antara 0% sampai 10% 2. Daerah malaria mesoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek limpa pada anak berumur antara 2 9 tahun berkisar antara 11% sampai 50% 3. Daerah malaria hiperendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek limpa pada anak berumur antara 2 9 tahun selalu berada di atas 75%, disertai juga dengan tingginya indek limpa pada orang dewasa. 4. Daerah malaria holoendemik adalah daerah endemik dengan malaria dimana indek limpa pada anak berumur antara 2 9 tahun selalu berada di atas 75%, tetapi indek limpa pada orang dewasa adalah rendah. Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni( terjadi pada nyamuk. Siklus seksual dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selput luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar keseluruh organ nyamuk> pada kelenjar inilahb sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrosit dengan masuk kesel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit bentuk cincin trofozoit merozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang

Page 14

bermanisfestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada daerah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria. Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor setempat, seperti pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut. Beberapa daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap sepanjang tahun Negara tersebut " berhubungan dengan musim hujan. Epidemik yang luas dan berbahaya dapat terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik. Masa inkubasi malaria sekitar 7-30 hari tergantung spesiesnya P. falcifarum memerlukan waktu 7-14 hari, P. vivax dan P.ovale8-14 hari, sedangkan P. malariae memerlukan waktu 7-30 hari. Masa inkubasi ini dapat memanjang karena berbagai faktor seperti pengobatan dan pemberian profilaksis dengan dosis yang tidak adekuat. Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang di sebabkan karena kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertical. Metode penularan lainnya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui transfuse darah. Disebut dalam literature bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati. B. Diagnosis Malaria Manifestasi Klinis Malaria Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan olehPlasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. "

Page 15

Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut : 1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjang untuk P. malariae). Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, masa inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari, pada Plasmodium falciparum antara 8 sampai 12 hari dan pada infeksi dengan Plasmodium malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 sampai 40 hari., beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual). 2. Keluhan-keluhan prodromal Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas. Gejala-gejala umum a. Demam Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik. Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym),secara berurutan :

Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok.

Page 16

Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. b. Splenomegali Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah. Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra. c. Anemia Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang. d. Ikterus Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain : 1) Ikterus hemolitik Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. 2) Ikterus hepatoseluler Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler. 3) Ikterus Obstruktif Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif. Tanda dan gejala :

Page 17

1. Malaria Vivax & Ovale. Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diiukuti berkeringat dan demam yang hilang-timbul. Serangan pertama dimulai dengan sindrom prodormal berupa: sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Dalam 1 minggu, akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul. Suatu periode sakita kepala atau rasa tidak enak badan akan diikuti oleh menggigil. Demam berlangsung selama 1-8 jam. Setelah demam reda, penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya. Pada malaria vivax, serangan berikutnya cenderung terjadi setiap 48 jam. 2. Malaria falciparum Suatu serangan bisa diawali dengan menggigil. Suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba turun. Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam. Penderita tampak lebih sakit dibandingkan dengan malaria vivax dan sakit kepalanya hebat. Diantara serangan (dengan selang waktu 36-72 jam), penderita biasanya merasa tidak enak badan dan mengalami demam ringan. 3. Malaria malariae Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar. Disebabkan oleh plasmodium malariae. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Serangannya menyerupai malaria vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam. C. Komplikasi pada Malaria 1) Malaria serebral (malaria otak) adalah ) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan Skala Koma Glasgow (GCS, G w Sc ) P Sc 3 w G S 5 >3 ah serangan kejang

yang tidak disebabkan oleh penyakit lain. 2) Anemia berat (Hb <5gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/L. bila anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau hemoglobinopati lainnya. 3) Gagal ginjal akut (urin <400mL/24 jam pada orang dewasa atau <1mL/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3mg%) 4) Edema paru atau acute respiratory distress syndrome 5) Hipoglikemia : gula darah <40mg/% 6) Gagal si : <7 H (

mmHg) disertai keringat dingin

Page 18

7) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan/atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular 8) Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia 9) Asidemia (pH<7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mmol/L) 10) Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat antimalaaria pada seseorang dengan defisiensi G6-PD) Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat yaitu : 1) Gangguan kesadaran ringan (GCS<15) 2) Kelemahan otot (tidak bias duduk atau berjalan tanpa kelainan neurologic) 3) Hiperparasitemia >5% 4) Ikterus (kadar bilirubin >3mg%) 5) Hiperpireksia (temperature rectal >400C pada orang dewasa >410C pada anak) Pilihan utama derivate artemisin parenteral adalah artesunat intravena atau intramuscular dan artemeter intramuscular. D. Pencegahan pada Malaria a. Berbasis Masyarakat 1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk

(pemberantasan sarang nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengerinkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang. 2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah penularan. 3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomedik anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida. b. Berbasis pribadi 1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain (1)tidak keluar rumah pada senja dan malam hari,bila terpaksa keluar,sebaiknya mengenakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna gelap,(2) menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalatatau zat anti nyamuk lainny, (3) membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk pada

Page 19

ventilasi pintu dan jendela,(4) menggunakan kelambu yang mengandung insektisisda(insecticide-treated mosquito net, ITN), (5) menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat anti nyamuk bakar. 2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik, meliputi : a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitife terhadap klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut. b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgNN/minggu atau doksisiklin 100 mg/hati atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (Suldox), 3 tablet sekali minum. 3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi : a. Klorokuin, bukan kontraindikasi. b. Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3

mg/kgBB/minggu di berikan pada bulan keempat kehamilan untuk daerah di mana plasmodiumnya resisten terhadap klorokuin. c. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan. 4. Informasi tentang donor darah Calon donor darah yang datang ke daerah endemic dan berasal daerah non endemic serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak ia datang. Alon donor tersebut, apabila telah di beri pengobatan profilaksis malaria dan telah menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukkan gejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemik malaria merupakan sumber infeksi. E. Obat Anti malaria, Analgesik dan Antipiretik pada Pasien Malaria 1. Pengobatan malaria Vivax ; obat anti malaria (1): - Lini pertama a) Klorokuin + primakuin. b) Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan seksual. c) Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoid di sel hati dan parasit aseksual di eritrosit

Page 20

d) Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150 mg basa, diberikan 1 kali per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa/kgBB. e) Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari diberikan bersama klorokuin. Klorokuin tidak boleh deberikan kepada ibu hamil, bayi berusia <1 tahun, dan pasien dengan defisiensi G6-PD. f) Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan gejala lainnya) berkurang (sejak H4) dan parasit malaria stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7). g) Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya memburuk dan parasit aseksual masih ditemukan (positif) atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum H14 (kemungkinan resisten) atau gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten, relaps, atau terjadi infeksi baru). h) Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif. 1. Pengobatan malaria vivax yang resisten klorokuin Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur 0-1 bulan H1-7 H1-14 Klorokuin Primakuin *) 2-11 1-4 5-9 tahun 3x1 1/2 10-11 tahun 3x1 3/4 5 tahun 3x4 1

bulan tahun *) 3x1 1/4

2. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kampus) Hari Jenis Obat Jumlah Taplet per Hari Menurut Kelompok Umur 0-1 bulan H1 Klorokuin Primakuin H2 Klorokuin Primakuin H3 Klorokuin Primakuin Primakuin 1/8 2-11 bulan 1/2 1/2 1/4 1-4 tahun 1 1 1/2 5-9 tahun 2 1 2 1 1 1 1 10-11 tahun 3 1 3 1 1 1 1 5 tahun 3-4 2 3-4 2 2 2 2

Page 21

2. Analgesik dan antipiretik Obat saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh (8). Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia (8): 1. Paracetamol/acetaminophen Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya. 2. Ibuprofen Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. 3. Asam mefenamat Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. 4. Tramadol Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari. 5. Benorylate Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang

Page 22

terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye. 6. Fentanyl Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan kanker.Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan. 7. Naproxen Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh. 8. Obat lainnya Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron,

Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil. Resistensi obat terhadap seringnya penggunaan anti malaria telah berkembang dengan cepat. Untuk mencegah kondisi ini, pengobatan sebaiknya digunakan secara kombinasi sebagai ACTs (Artemisinin-based Combination Therapies) dan bukan artemisinin monotherapy (penggunaan satu artemisinin berbeda dengan pil kombinasi yang lebih efektif). Pengobatan single-drug meningkatkan kemungkinan parasit berkembang dan menjadi kebal terhadap obat. Pengawasan intensif terhadap potensi obat penting dilakukan sebagai pencegahan perkembangan strain malaria resistan ke belahan dunia lain. WHO menyarankan dilakukannya pengawasan berkelanjutan dan saat ini sedang mendampingi beberapa negara untuk memperkuat upaya pengawasan obat. F. Asuhan Keperawatan pada Malaria

Pengkajian 1. Aktivitas/ istirahat

Page 23

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. 2. Sirkulasi Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah. 3. Eliminasi Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine Tanda : Distensi abdomen 4. Makanan dan cairan Gejala : Anoreksia mual dan muntah Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine. 5. Neuro sensori Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan. Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma. 6. Pernapasan. Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan . Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas 7. Penyuluhan/ pembelajaran Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik. Analisis Data DATA Ds : Do : suhu 400C Ds: Klien mengatakan sulit tidur pada malam hari. Do: Klien tidur mulai jam 24.00-04.00 Rencana keperawatan No DIAGNOSA . KEPERAWATAN 1. Hipertermi b.d Penyakit (malaria) TUJUAN (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan INTERVENSI (NIC) Regulasi temperature 1. monitor suhu setiap 2 jam RASIONAL MASALAH Hipertermi Insomnia ETIOLOGI Penyakit ( Malaria) Ketidaknyamanan fisik misalnya nyeri

Page 24

1x24 jam klien mampu berkompromi dengan kriteria hasil : - termoregulasi - tanda-tanda vital 1. mengurangi peningkatan suhu tubuh dr skala 5-3 2. menangani dehidrasi dr skala 5-3 3. mengetahui kekuatan denyut nadi dr skala 5-3 2. monitor dan laporkan Keterangan: Skala 1 = selalu bisa berkrompomi Skala 2 = sering bisa berkompromi Skala 3 = kadangkadang bisa berkompromi Skala 4 = jarang bisa berkompromi Skala 5 = tidak pernah bisa berkompromi TTD Perawat tanda dan gejala dari hipotermi dan hipertermi 3. pasang dan lihat perubahan suhu 4. identifikasi kemungkinan penyebab dan perubahan ttv Tanda-tanda vital 1. monitor tekanan darah,denyut jntng, suhu, status pernafasan 3. berikan pengobatan antipiretik 2. berikan cairan adekuat dan asupan nutrisi

2.

Insomnia

b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam klien mampu berkompromi dengan criteria hasil : 1.

Manajemen Nyeri Lakukan tindakan lanjutan nyeri untuk mencakup lokasi, karakteristik,onset/dura

Ketidaknyamanan Fisik mis (nyeri)

Page 25

-Level Nyeri -Tidur

si, frekuensi,kualitas,keku atan/kerasnya nyeri.

1. Melaporkan nyeri dari skala 5-3 2. Melaporkann lamanya episode nyeri dari skala 53 3. Melaporkan ekspresi wajah saat nyeri dari skala 5-3 4. Mengukur Jam tidur dari skala 5-3 5. Mengobservasi jam tidur dari skala 5-3 6. Menyatakan kenyamanan tempat tidur dan temperature di ruangan dari skala 5-3

2.

Eksplor pengetahuan px dan keyakinan tentang nyeri

3.

Yakinkan px penuh pengobatan analgesic

4.

Ajarkan dasar untuk management nyeri

5.

Ajarkan tentang metode farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.

Peningkatan Tidur 1. Tentukan tidur px atau setelah aktivitas. 2. Perkirakan tidur px teratur/ tidur berjalan pada rencana perawatan. 3. Terangkan pentingnya tidur yang cukup selama kehamilan, penyakit, stress psikososial 4. Tentukan efek

Keterangan: Skala 1 = selalu bisa berkrompomi Skala 2 = sering bisa berkompromi Skala 3 = kadangkadang bisa berkompromi

pengobatan px pada pola tidur 5. Monitor pola tidur px dan jumlah jam tidur 6. Monitor pola tidur px dan catatam fisik (nyeri/kenyamanan) atau fisiologi (cemas).

Page 26

Skala 4 = jarang bisa berkompromi Skala 5 = tidak pernah bisa berkompromi

7. Setel lingkungan seperti lampu, temperature tempat tidur untuk meningkatkan tidur.

Page 27

BAB III PENUTUP Kesimpulan Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anophles betina. Spesies Plasmodium pada manusia adalah : 1. Plasmodium Falciparum 2. Plasmodium Vivax 3. Plasmodium Ovale 4. Plasmodium Malariae Gejala umumnya adalah demam, anemia, ikterik, splenomegali, mual, pusing dan nyeri punggung. Obat-obatan anti malaria yang digunakan diantaranya adalah kina/ kuinin,

pirimetamin, mefarin, sulfonamid, klorokuin, kuinolin metanol, proguanil, antibiotik, primakuin Saran Kita sebagai calon perawat diharapkan bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis masalah dari klien. Selain itu diperlukan kerjasama yang baik agar masalah tersebut dapat diselasikan secara cermat dan tepat.

Page 28

DAFTAR PUSTAKA 1. National Institutes of Health. Understanding Malaria. U.S. Department of Health and Human Services. 2007; 1-36 2. Wongsrichanalai Ch, Thimasam K, Sirichaisinthop J . Antimalarial drug combination policy: A caveat. Lancet, 2007; 355; 9222; 22458. 3. Simanjuntak CH, Arbani PR. Status Dunia Kedokteran. 2008; 55; 3-11 4. Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta : Balai Penerbit FK UI;1994. 5. Anstey NM, Russell B, Yeo TW, Price RN. The Pathophysiology of Vivax Malaria. Trends in Parasitology, 2009; 25; 5; 220-7 6. Havryliuk, T. and Ferreira, M.U. A closer look at multiple-clone Plasmodium vivax infections: detection methods, prevalence and consequences. Mem. Inst. Oswaldo Cruz. 2009; 104; 6773 7. Fernandez-Becerra, C. Plasmodium vivax and the importance of the subtelomeric multigene vir superfamily. Trends Parasitol. 2009; 25; 44-51 8. Kai, O.K. and Roberts, D.J. The pathophysiology of malarial anaemia: where have all the red cells gone?. BMC Med. 2008; 6; 24 9. Handayani, S. High deformability of Plasmodium vivax infected red blood cells undermicrofluidic conditions. J. Infect. Dis. 2009; 199;45450 10. Baird, J.K. Neglect of Plasmodium vivax malaria. Trends Parasitol. 2007; 23; 533 539 11. Kochar DK, Kaswan K, Kochar SK, Sirohi P, Pal M, Kochar A, et al. A comparative study of regression of jaundice in patients of malaria and acute viral hepatitis. J Vect Borne Dis. 2006; 43; 123-9 12. Anand AC, Puri P. Jaundice in Malaria. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 2007; 20; 1322-1332 13. Widoyo. 2008. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan, & Malaria di Indonesia. Cermin

pemberantasannya. Semarang : Erlangga. 14. Anonymous. 1998. Buku Parasitologi Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC. 15. Adhyatma M. 1983. Malaria; Pemberantasan. Jakarta: Depkes RI. 16. Soedarto. 1990. Protozoologi Kedokteran. Jakarta: Widya Medika. 17. Gilles. H.M. 1991.Management of Severe and Complicated Malaria. :WHO Geneva. 18. Depkes RI. 1995. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan Lingkungan Pemukiman : Jakarta

Page 29

Anda mungkin juga menyukai