Anda di halaman 1dari 13

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

PROSES PRODUKSI SONGKET PANDAI SIKEK DITINJAU DARI

PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DI BUKIT TINGGI SUMATRA BARAT (Studi Analisis Home Industri)

Hj. D. M. Dharmawati, MM Abstrak Proses Produksi Songket Pandai Sikek ditinjau dari Pemberdayaan Perempuan merupakan pengrajin yang ulet dan penuh kesabaran secara turun temurun oleh seniman pekria Sumatera Barat. Tidak ditemukan bukti tertulis tentang awal dimulainya kegiatan menyongket. Yang pasti, bahwa proses menyongket identik dengan bertenun. Dimulainya kegiatan bertenun hampir bersamaan dengan awal keberadaan manusia, telah ada semenjak manusia mengenal peradaban menutup bagian tubuh. Berbagai pengaruh luar yang masuk ke wilayah Sumatera Barat (terutama dilihat pada tenunan, serta ditambah dengan budaya tradisi setempat telah berakulturasi membentuk budaya tradisional yang dikenal dengan istilah songket (menyongket). Latar-terbentuknya jenis budaya tradisional ukiran kayu (pada dinding rumah gadang) tidak jauh berbeda dengan proses menyongket yang telah dibicarakan di atas. Kalau pada tenunan awal pembuatannya untuk maksud melindungi tubuh dan kemudian beralih fungsi sebagai media yang bernilai estetis, pada ukiran fungsi estetisnya adalah menghiasi rumah. Maksud dibuatnya sebuah hiasan tidak saja sekedar memperindah penampilan benda yang dihias. Namun, hiasan pun mampu dijadikan sebagai media komunikasi; yang rnenyampaikan pesan-pesan tertentu kepada pengamat atau masyarakat di sekitamya. Melalui motif hias yang ada pada songket dan ukiran kayu suatu rumah gadang dapat diketahui status keluarga pemilik/pemakai kedua jenis barang tersebut; bahwa pada dasarnya songket dan ukiran hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu saja dan bukan untuk sembarangan pakai, yang bisa dimiliki oleh segala lapisan masyarakat dimana ia mampu untuk memperolehnya. Perkembangan fungsi ini dapat dilihat dari munculnya berbagai bentuk songket dan ukiran di Minangkabau selain dari pada struktur songket pada pakaian manusia dan struktur ukiran pada eksterior/interior rumah gadang. Daerah-daerah pada awalnya dikenal sebagai pusat kerajinan songket dan ukiran adalah Pitalah, Pandai Sikek dan Sungayang untuk wilayah luhak (kabupaten) Tanah Datar; Koto Gadang untuk luhak Agam; Koto nan Ampek dan Kubang untuk wilayah luhak 50 Koto. Daerah yang sampai saat ini dinyatakan produktif dalam kegiatan menyongket serta sekaligus dijadikan sebagai daerah pemangku budaya tradisional ini adalah Pandai Sikek, Silungkang dan Kubang. Ketiga daerah di atas merupakan wilayah obyek wisata alam, disamping daerah lain sebagai pembanding perolehan data penelitian. Beberapa hasil penelitian telah memberikan gambaran mengenai; (1) Para pengrajin songket rata-rata wanita, dengan pendidikan terakhir dari lulusan SD sampai dengan sarjana S1, pekerjaan ini adalah pekerjaan sampingan dari mengasuh anak, kegiatan rumah tangga dan sebagainya. (2) Motif-motif 1

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

yang ada dalam desain songket dan ukiran di suatu daerah. Gambaran yang dimaksudkan menunjukkan terdapatnya kesamaan dalam beberapa nama motif bias. (3) Penelitian ini merupakan permasalahan yang memerlukan kajian secara deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan (menggambarkan) kenyataan yang ada dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan produktivitas pemberdayaan wanita. (4) Etos kerja para pengrajin wanita, yang berorientasi kepada permintaan pasar hendaknya tidak

mengecewakan konsumen. Semakin meningkatnya jumlah permintaan pasar semakin produktivitas para pekerja, begitupula laba semakin bertambah. Peningkatan mutu produk perlu penanggulangan, seperti disain tekstil, ornamen sulaman dan warna. (5) Dari segi harga, harga songket sangat tinggi mulai yang termurah Rp. 700.000,- sampai dengan termahal Rp. 15.000.000,- (6) Pembeli dari kalangan ekonomi kelas menengah ke atas, (6) Saluran pemasaran dalam dan luar negeri. Pendahuluan Terletak 10 Kilometer dari Bukit Tinggi Pandai Sikek merupakan pusat kerajinan Songket, dan Ukiran Kayu. Desa ini menghasilkan tenunan Songket yang merupakan salah satu tenunan terbaik di Indonesia yang pembuatannya rata-rata membutuhkan waktu relatif cukup lama dan ukiran-ukiran kayu dengan motif-motif alam banyak dijumpai pada ukiran-ukiran yang terdapat di Rumah-rumah Gadang tradisional Tenunan Songket adalah kain tradisional Minangkabau yang biasanya digunakan sebagai pakaian adat yang dipakai pada acara-acara tradisional. Kain tenunan Songket biasanya dikenakan pada saat acara-acara perkawinan dan acara-acara pertemuan adat. Tenunan ini dibuat dengan menggunakan metode tradisional dengan motif-motif yang biasanya diambil dari alam dan lingkungan dan sering menampilkan motif-motif tanaman. Ukiran kayu biasanya ditemukan di banyak desa di Propinsi ini karena Rumah-rumah adat memerlukan kayu-kayu yang telah diukir untuk dindingnya. Pandai Sikek merupakan salah satu tempat yang terkenal dengan kerajinan ukiran kayu. Saat ini banyak pengukir kayu yang menciptakan kerajinankerajinan yang dapat dijadikan cendramata untuk dibawa oleh wisatawan sebagai oleh-oleh ke negaranya Menurut Mira pemilik Pandai Sikek Art Center, kain songket terdiri dari tiga jenis yaitu benang satu, dua dan empat, harganya pun jauh berbeda. Benang satu itu jauh lebih mahal dibanding benang dua dan empat. Waktu yang diperlukan untuk menenunnnya lebih lama tutur Mira. Tak hanya itu, membuat songket jenis benang satu ini diperlukan ketelitian yang tinggi karena dalam proses menenunnya benang harus helai demi helai dimasukkan. Kira-kira diperlukan waktu satu bulanlah untuk menyelesaikan sehelai selendang, belum dengan kain bawahannya jelas Mira. Sedangkan untuk benang dua kira-kira perlu tiga minggu proses penenunannya dan benang empat hanya dua minggu saja.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Adyan Anwar dari Rumah Tenun Pusako produsen kain songket lainnya menjelaskan, motif kain disebut juga cukie bagi penenun di Pandai Sikek. Artinya, sebuah pola yang mengisi bagian-bagian dari kain. Misalnya, cukie tertentu dipilih untuk badan kain, cukie lainnya untuk kepala kain dan beberapa motif yang lazim dipergunakan untuk tapi atau pola pinggir kain, dan beberapa motif lainnya lazim digunakan untuk membatasi antara beberapa motif. Sedang kalau disebut motif Sungayang, yang dimaksud adalah corak keseluruhan kain. (musfi) Industri produksi songket pandai sikek merupakan industri kecil home industri yang dilakukan rakyat dalam lingkungan rumah tangga pemilik perusahaan. Pandai Sikek berasal dari kata; Pandai artinya pinter Sikek artinya sisir, (sisir alat dalam produksi kain songket tenun) kalau diartikan dalam kalimat pandai sikek adalah alat yang dipakai dalam menenun benang songket. Berkembangnya industri kecil biasanya berawal dari industri tradisional (home industry) dan merupakan gabungan dari beberapa kelompok yang menggunakan sumber kerja dan materi dasar lokal yang belum terkenal. Industri kecil pada saat itu dijalankan oleh perusahaan keluarga dalam skala kecil. Lambat laun industri kecil itu mengalami perkembangan sehingga hasilnya dapat mencapai pasaran lokal, wilayah regional, bahkan internasional (Kozuke Mizuno, 1996). Soeri Soeroto (1983) mengemukakan bahwa pada jaman kolonial industri kerajinan tumbuh di daerah pertanian sebagai kegiatan sampingan. Setelah Politik Etis diresmikan, industri kerajinan mulai mendapat perhatian dari pemerintah kolonial sebagai alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena menyempitnya lahan pertanian. Kegiatan sampingan seperti kerajinan rakyat berkembang sebagai kerajinan alternatif. Pada masa krisis pertanian, industri kerajinan banyak tumbuh dan berkembang walaupun kemudian menyurut lagi seiring dengan meredanya krisis. Kegiatan ini mulamula muncul untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun sejak awal abad ke-20 sektor kerajinan menjadi aspek ekonomi yang penting Sebagai salah satu industri yang terkait dengan kerajinan dan pariwisata, telah lama tersedia berbagai industri kerajinan (home industri) di bukit tingki, banyak terdapat kerajinan yang menghasilkan dari budi daya rakyat bukit tinggki. Di antara kerajinan-kerajinan songket tersebut, makanan, pakaian muslim dan sebagainya, merupakan hasil kerajinan yang paling terkenal sejak dahulu bahkan sebelum merdeka, dan merupakan hasil kerajinan yang paling terkenal sejak dahulu bahkan sebelum merdeka dan merupakan salah satu warisan budaya pandai sikek yang tetap dipertahankan (Sekar Jagad, 2001) Home Industri yang dipasarkan ke berbagai daerah dan kota adalah semua kegiatan yang terkait dengan pariwisata (keindahan/keadaan alam yang mempengaruhi kreatifitas seseorang), termasuk kerajinan cinderamata, transportasi, biro jasa perjalanan, tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dll (Suwantoro, 2001). Di antara usaha kegiatan-kegiatan tersebut yang banyak menyerap tenaga kerja adalah 3

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

usaha kerajinan cinderamata, kerajinan songket, kerajinan tas, sendal, dan perlengkapan pelaminan adat padang, dimana para pekerjanya kebanyakan para wanita. Pesatnya pembangunan di negara Indonesia berkorelasi positif terhadap peningkatan peranan wanita. Ini dapat dilihat dari meningkatnya partisipasi angkatan kerja (TPAK) wanita produktif serta meningkatnya jumlah wanita yang bekerja di berbagai bidang kegiatan. Namun, masih banyak ditemui masalah mengenai kualitas kerja wanita adalah masalah yang lebih penting untuk kemudian dapat menyimpulkan apakah wanita sudah maju atau seberapa maju perlu di analisis kualitas kerjanya. Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan tentang pemberdayaan perempuan dan kualitas tenaga kerja pada proses industri songket pandai sikek, dalam tulisan ini diungkap tentang karakteristik demografis tenaga kerja, pekerjaan dan pendapatan, mobilitas pekerjaan dan kualitas tenaga kerja. Dalam kualitas tenaga kerja akan disajikan tentang bagaimana penyiapannya, tingkat pendidikan dan keterampilan serta teknologi yang digunakan, bidang dan kesesuaian dengan pekerjaan serta proses produksinya yang terkait dengan kondisi demografisnya. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam laporan penelitian ini memakai metode kualitatif dengan mengamati langsung proses produksinya, mulai dari ; Product, Price, Place, Promotion, Proces, Phisicel Evidence, dan Cutomer Service (6P + 1C) sampai pada saluran pemasarannya, sumber data yang diperoleh dalam proses penelitian ini adalah data dilapangan dan data literatur. Data literatur dikumpulkan menggunakan metode : a. Studi Pustaka : digunakan untuk mendapatkan landasan teori yang dapat digunakan sebagai acuan b. Studi Lapangan : dengan melakukan survey atau pengamatan dan pengenalan langsung, ada

beberapa cara yang dilakukan : Observasi, melihat dan mengamati keadaan ruang yang ada dilapangan. Mengamati permasalahan yang mungkin ada di lapangan untuk diperoleh datanya Survei, melakukan pengukuran dan pengamatan secara langsung pada ruang yang ada dilapangan Wawancara, melakukan tanya-jawab secara langsung dengan karyawan pengrajin atau manajernya dengan penggunaan tempat ruangannya. Dokumen, melakukan dokumen dengan keadaan ruang dalam yang ada dilapangan dengan cara memotret atau mengamati produktivitas kerjanya. c. Studi Banding; yaitu dengan melakukan kegiatan pengamatan dibeberapa tempat pengrajin lainnya, ataupun tempat-tempat yang ada kaitanya dengan proyek kerajinan untuk mendapatkan data pembanding dan masukan yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah desain (Hadi, Sutrisno, 1984) Hasil dan Pembahasan 4

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

A.

Sejarah Tenun Songket Pandai Sikek Tidak ada sejarah yang pasti kapan tenunan songket mulai dikembangkan di Minangkabau khususnya di Nagari Pandai Sikek Akan tetapi keahlian dalam menenun merupakan warisan nenek moyang kita bangsa Austronesia atau lebih populer disebut dengan bangsa Malayo-Polynesia, Ketika terjadi migrasi besar-besaran penduduk dari daratan Asia ke arah selatan dan timur beberapa ribu tahun yang lalu, bersamaan dengan segala kepandaian yang esensial untuk kehidupan, seperti kepandaian bercocok tanam, kepandaian membuat dan menggunakan alat-alat pertanian, pertukangan dan senjata. Sesuai dengan fitrah manusia, kepandaian dasar pertukangan tentu mengalami pengkayaan estetika sehingga menjadi apa yang sekarang dikenal dengan istilah kerajinan, dan kemudian menjadi seni. Hal ini sejalan dengan perkembangan di bidang ekpresi lainnya seperti seni gerak, seni suara dan seni pementasan. Sebagai warisan budaya, tenun bisa dikatakan sama umurnya dengan stelsel matrilinial orang Minang, permukaan sawah di Luhak nan Tigo, dan budaya lisan Kato Pusako pepatah petitih. Diantara kemajuan yang dialami adalah dalam bidang pakaian dan teknik bertenun, beserta pengkayaan corak motif dan bahan-bahan yang dapat dipergunakan. Kalau sebelumnya, sesuai dengan perkembangan masyarakat, orang membuat pakaian dari benang yang dibuat dari bahan-bahan yang tersedia di tempat pemukiman mereka, seperti serat kulit pohon. Dengan perkembangan perdagangan orang-orang India memperkenalkan bahan dari serat kapas dan linen, juga benang yang disalut dengan lempengan emas tipis. Pedagang Cina membawa benang sutra yang berasal dari kepompong ulat sutra, juga benang yang dibungkus dengan emas kertas kemudian dikenal dengan nama emas prada. Sehingga bisa diperkirakan bahwa pedangang India pun banyak memperdagangkan bahan tersebut. Pada tahun 1347 Adityawarman memindahkan pusat kerajaan dan kebudayaan Melayu dari Darmasyraya ke Pagaruyung, dan kawasan di sekitar gunung Merapi dan Gunung Singgalang yang pada waktu itu terdiri dari Luhak nan Tigo dan Rantaunya yang Tujuh Jurai, menjadi terkenal sebagai Alam Minangkabau. Dengan beberapa pusat pemerintahan yang tersebar di Pariangan, Sungai Tarok, Limo Kaum, Pagaruyuang, Batipuah, Sumanik, Saruaso, Buo , Biaro, Payokumbuah, dan lain-lain. Alam Minangkabau dengan falsafah alam yang dianut masyrakatnya, alur dan patut serta alam takambang jadi guru, sangat memberi peluang bagi tumbuh dan berkembangya kebudayaan dan kesenian dengan pengkayaan dari unsur-unsur budaya asing.

B.

Perpaduan Songket dengan Ukiran Songket dan ukiran merupakan dua produk terkemuka yang direkayasa secara tradisional (turun temurun) oleh seniman pekria Sumatera Barat. Tidak ditemukan bukti tertulis tentang awal 5

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dimulainya kegiatan menyongket. Yang pasti, bahwa proses menyongket identik dengan bertenun. serta ditambah dengan budaya tradisi setempat telah berakulturasi membentuk budaya tradisional yang dikenal dengan istilah songket (menyongket). Latar-terbentuknya jenis budaya tradisional ukiran kayu (pada dinding rumah gadang) tidak jauh berbeda dengan proses menyongket yang telah dibicarakan di atas. Kalau pada tenunan awal pembuatannya untuk maksud melindungi tubuh dan kemudian beralih fungsi sebagai media yang bernilai estetis, pada ukiran fungsi estetisnya adalah menghiasi rumah. Berbagai pengaruh luar yang masuk ke wilayah Sumatera Barat (tetutama dilihat pada tenunan, Melalui motif bias yang ada pada songket dan ukiran kayu suatu rumah gadang dapat diketahui status keluarga pemilik/pemakai kedua jenis barang tersebut; bahwa pada dasarnya songket dan ukiran hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu saja dan bukan untuk sembarangan pakai. Jadi, fungsi dari kedua jenis produk ini bersifat sakral. Perkembangan fungsi ini dapat dilihat dari rnunculnya berbagai bentuk songket dan ukiran di Minangkabau selain dari pada struktur songket pada pakaian manusia dan struktur ukiran pada eksterior/interior rumah gadang. Daerah-daerah pada awalnya dikenal sebagai pusat kerajinan songket dan ukiran adalah Pitalah, Pandai Sikek dan Sungayang untuk wilayah luhak (kabupaten) Tanah Datar; Koto Gadang untuk luhak Agam; Koto nan Ampek dan Kubang untuk wilayah luhak 50 Koto.

C.

Produktivitas Pengrajin Songket Pandai sikek merupakan tempat home industri tenun yang telah diuraikan diatas, yaitu

pengrajin songket yang di olah dari tangan manusia dengan memakai alat tenun. Dengan berbagai kerajinan kain tenun antik dengan ukiran kayu wood carving dengan berbagai kerajinan lainnya disamping tenunan, Weaving Souvenir Sulaman dan berbagai macam Bordiran Di sepanjang jalan Baruan Pandai Sikek telah berkembang usaha kecil Home Industri pekerjaan sambilan dalam rumah yaitu membuat kain tenun dengan tangan Para pengrajin songket rata-rata wanita, dengan pendidikan terakhir dari lulusan SD sampai dengan sarjana S1, pekerjaan ini adalah pekerjaan sampingan dari mengasuh anak, kegiatan rumah tangga dan sebagainya.

D. Pola Kerja Home Industri Tenun Kain Songket Pekerja pada industri kerajinan tenun kain songket berusia sekitar 12- 50 tahun. Dari usia kerja ini mereka tergolong usia kerja produktif, sehingga sangat memungkinkan untuk meningkatkan produktifitasnya. Tidak ada pekerja laki-laki. Semua pekerja dari perempuan dan wanita lajang dibandingkan yang sudah kawin. Hampir tidak ada pekerja laki/wanita pekerja yang buta aksara. 6

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sebagian dari mereka berpendidikan SD, SMP, maupun SMA, bahkan ada diantaranya yang berpendidikan sampai akademi dan tamatan S1. Perbedaan tingkat pendidikan, status perkawinan, dan perbedaan sex, tidak berpengaruh langsung baik terhadap jenis pekerjaan maupun tingkat upah yang diterima para pekerja. Pekerja tenun songket rata-rata wanita dari daerah setempat, yaitu pandai singkek koto bukit tinggi. Biasanya pekerja wanita bekerja pada pengusaha yang masih ada hubungan kerabat dengannya. Walaupun ada juga yang bekerja dengan orang lain namun hal ini sangat jarang ditemui. Jam kerja sudah dibakukan yaitu mulai pk. 08.00- pk.17.00 dengan istirahat siang pk. 12.00-13.00. Pekerja disini khususnya tenun pandai sikek mempunyai kebebasan untuk menggunakan waktunya. Ada perbedaan jam atau waktu kerja antara pekerja wanita yang belum menikah dengan wanita yang sudah menikah. Pada umumnya wanita lajang dapat menggunakan waktu kerjanya seharian penuh mulai pk.08.00-pk.17.00. Tidak demikian halnya dengan wanita yang bestatus kawin. Wanita yang sudah kawin baru dapat memulai aktivitas menenun kira-kira pk. 10.00. Pada sore harinya mereka sudah beristirahat kira-kira pk.16.00. Jumlah jam kerja mereka berkisar 6-7 jam setiap harinya. Dari sini dapat dipetik suatu hal yang sangat penting, yaitu wanita mempunyai etos kerja yang sangat tinggi. Mereka tidak pernah mengenal lelah setelah selesai melakukan pekerjaan domestik, mereka kemudian melakukan kerja nafkah. Kondisi sosial budaya seperti masih kuatnya hubungan kekerabatan juga menguntungkan para wanita sehingga sangat memungkinkan bagi mereka untuk dapat bekerja menjadi tukang tenun.

E. Etos Kerja Etos kerja yang berorientasi kepada permintaan pasar hendaknya pluktuasi produktivitas tidak seimbang, berdasarkan permintaan pasar, semakin tinggi permintaan pasar semakin tinggi tingkat produktivitas kerja maka kesempatan peluang kerja semakin meningkat, laba semakin bertambah. Tetapi antara produktivitas tingkat pekerja tidak bisa dipisahkan dengan kualitas produk dan jasa (service). Menurunkan mutu produk secara tajam, karena dengan keadaan kemerosotan mutu tersebut berarti memudarnya budaya tradisional. Oleh karena itu sudah sepatutnya semua pihak yang terkait langsung dan berwenang dalam usaha peningkatan mutu produk bersama-sama memikirkan penanggulangannya. Kekhasan corak dan karakteristik songket dan ukiran di masing-masing daerah tetap dipertahankan. Minangkabau secara umum dan daerah secara khusus. Disamping itu, peningkatan kualitas kedua jenis produk dapat dilakukan dengan jalan mengadakan pengembangan dalam bentuk dan fungsi kearah peningkatan SDM. Kegiatan menyongket yang dinyatakan terhenti adalah di daerah 7

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sungayang, Balai Cacang dan Koto Gadang. Di sisi lain peningkatan produksi songket terjadi di daerah Pandai Sikek, Kubang dan Silungkang. Untuk menumbuhkembangkan kembali menyongket di daerah Sungayang , maka faktor utama adalah peningkatan SDM, perbaikan strategi pemasaran, adanya inovasi secara terus menerus supaya konsumen tidak mengalami kejenuhan, untuk itu perlu motivasi dari autonomi pariwisata setempat. Adanya pola pikir dari para pengrajin secara berkesinambungan. Tingkatkan saluran pemasaran serta melakukan promosi- promosi melalui media massa maupun media elektronik. F. Sentra Songket Sepanjang jalan pandai sikek ini adalah toko-toko songket dan para pengrajin. Di sentra kerajinan songket Pandai Sikek menyediakan aneka suvenir khas Padang dan diversifikasi produk berbahan kain khas Minang demi mengejar omzet. Hampir seluruh perajin juga menerima pembayaran via kartu kredit. Selain songket, para perajin di sentra kerajinan songket yang terletak di Pandai Sikek itu juga memproduksi aneka produk turunan kain tradisional khas Minang tersebut. Semua aneka kerajinan tersebut dijual dengan kisaran harga mulai Rp 200.000 sampai Rp 500.000. Selain songket, Desa Pandai Sikek juga telah lama terkenal sebagai sentra ukiran kayu (woodcarving ). Kerajinan ini dikerjakan oleh para pria di kampung itu. Sebab, ada semacam pamali adat bagi lelaki untuk menenun, sehingga kaum Adam akhirnya mengerjakan ukiran kayu tersebut. Contoh, miniatur jam gadang yang dilapisi kain songket atau rumah gadang yang dijual dengan harga Rp 50.000 sampai Rp 150.000 tergantung ukuran. Ada juga ukiran berupa kap lampu meja yang dibanderol Rp 75.000. Ukiran bermotif khas Minang untuk hiasan dinding juga ada, harganya Rp 200.000. Demi menggenjot pendapatan, kebanyakan perajin yang membuka toko di sentra Pandai Sikek juga menjual aneka produk tenunan yang terbuat dari tangan dan pernak-pernik sebagai padanan songket penunjang penampilan. Harga yang ditawarkan perajin satu dengan yang lainnya di sentra kerajinan songket Pandai Sikek cukup bersaing. Artinya, jenis produk yang sama, di toko yang satu dengan yang lainnya, harganya tidak berbeda jauh. Ya, paling banter hanya Rp 10.000. untuk produk selain kain songket tenunan, untuk kain tenun kain songket berkisar Rp. 7.000.000,- sampai dengan 10.000.000,- dan 15.000.000,per lembar

G. Peralatan dan Bahan Peralatan tenun songket Silungkang sama dengan tenun Pandai Sikek. Peralatan itu pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu 8

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dan bambu. Bahan dasar kain tenun songket adalah benang tenun yang disebut benang lusi atau lungsin. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Sedangkan, hiasannya (songketnya) menggunakan benang makao atau benang pakan. Benang tersebut satuan ukurannya disebutpak. Benang lusi dan makaoitu pada dasarnya berbeda, baik warna, ukuran maupun bahan seratnya. Perbedaan inilah yang menyebabkan ragam hias kain songket terlihat menonjol dan dapat segera terlihat karena berbeda dengan tenun latarnya. Di Silungkang dan Pandai Sikek tenunan dasar atau latar biasanya berwarna merah tua (merah vermillion), hijau tua, atau biru tua. Tenun Songket Silungkang (Sumatera Barat). Motif ragam hias Songket Silungkang selain dibentuk dengan benang mas, juga dengan benang berwarna lainnya. Oleh sebab itu, terdapat dua macam kain songket yaitu: (1) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk oleh benang mas; dan (2) kain songket dengan ragam hias yang dibentuk bukan dari benang yang berwarna emas.

H. Tahap Pembuatan Tenun Songket Pembuatan tenun songket pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos. Tahap kedua adalah menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai inlayweavingsystem. Pada tahap pertama benang-benang yang akan dijadikan kain dasar dihubungkan ke paso. Posisi benang yang membujur ini oleh masyarakat Silungkang disebut benang tagak. Tahap kedua adalah pembuatan ragam hias dengan benang makao (benang masatau benang yang berwarna lain). Ragam hias tenun diciptakan dengan teknik menenun yang dikenal dengan teknik pakan tambahan atau suplementaryweft. Sebenarnya lama dan tidaknya pembuatan suatu tenun songket, selain bergantung pada jenis tenunan yang dibuat dan ukurannya, juga kehalusan dan kerumitan motif songketnya. Semakin halus dan rumit motif songketnya, akan semakin lama pengerjaannya. Tenun Songket Silungkang

(Sumatera Barat) macam-macam motif songket silungkang Pandai Sikek; Motif Itik Pulang Petang, Saik wajik, Pucuk Rebung, Lapiet ampek, Kunang-kunang, Melati-melati, atur hada, batang pinang, rantai putil, sirangkak, dan masih banyak lagi. Pusat Inovasi Pengembangan Tenun Pandai Sikek, Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Tanah Datar, Sumbar telah mengembangkan tenun pandai sikek hingga menjadi 17 motif. Ke-17 motif itu ialah kaluak paku (pakis), pucuak rabuang (pucuk rebung, red), balah kacang, batang pinang, buah palo bapatah, tampuak manggih, aka cina, daun siriah, bunga antimun, bijo bayam,

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ilalang rabah, ulek tantadu, bada mudiak, saik galamai, sajamba makan, saluak laka, ampiang taserak, dan itiak pulang patang. Beberapa hasil penelitian ini telah memberikan gambaran mengenai motif-motif yang ada dalam desain songket dan ukiran di suatu daerah. Gambaran yang dimaksudkan menunjukkan terdapatnya kesamaan dalam beberapa nama motif bias. Penelitian ini merupakan permasalahan yang memerlukan kajian-lanjut dengan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan

(menggambarkan) kenyataan yang ada dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan produktivitas pemberdayaan wanita. Perkernbangan budaya Minangkabau tidak terlepas dari masuknya pengaruh-pengaruh budaya luar yang telah ikut mempengaruhi adat dan seni kreasi para seniman pekria Minangkabau. Asas perancangan atau pembuatan songket dan rumah gadang, terutama untuk motif biasnya didasari oleh perpaduan estetika Islam dan Minangkabau yang ditunjang oleh beberapa unsur seperti ajaran dan pandangan hidup "alam takambang jadi guru", pola pikir yang dirumuskan dalam "tigo tungku sajarangan", prinsip adat "adat basandi syara, syarak basandi Kitabullo". Beberapa nama ragam bias dari Nagari Silungkang antara lain adalah: Bungo Malur, Pucuak Ranggo Patai, Kudo-Kudo, Pucuak Jawa, Pucuak Kelapa, Tigo belah, Kain Balapak Gadang, Bungo Kunyik, Kaluak Paku, Bungo Ambacang, Barantai, Sisiak dan lain-lain. Sedangkan untuk hiasan tepi kain terdapat beberapa nama motif seperti Bungo Tanjung, Lintahu Bapatah, Itiak Pulang Patang, Bareh Diatua, Ula Gerang dan lain-lain. Melihat bentuk ragam biasnya, kelihatan bahwa ragam bias songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam bias dari Pandai Sikek. Ragam bias Pandai Sikek kelihatan lebih rumit-rumit dan bervariasi.

I. Tekhnik Pembuatannya Mungkin banyak orang lebih kenal songket palembang dari Sumatera Selatan. Tapi, sejatinya kerajinan songket juga ada di sejumlah daerah Sumatera. Salah satunya dari Padang, Sumatera Barat. Namanya tenun songket Pandai Sikek. Yang membedakan songket Pandai Sikek dari songket palembang adalah motifnya, model alat tenun, dan cara kerjanya.

J. Harga Jual Harga jual bervariasi menurut corak dan bahan bakunya, Berbeda dari menenun songket palembang, pembuatan motif dan menenun songket Pandai Sikek harus dilakukan sekaligus oleh satu orang. Ini yang membuat pengerjaan satu set songket butuh waktu sampai sebulan. Songket dari benang katun dengan harga Rp 800.000 sampai dengan Rp 2.000.000,- per set. Sedang songket bahan 10

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

sutera 100% dan full benang emas senilai Rp 5.000.000,-. Songket berbahan sutera 50% Rp 2.000.000,- hingga Rp 2,500.000,-.

K. Upah Karyawan Sistem pengupahan dalam usaha songket tergantung pada pesanan dan motifnya yang dibuat dan berdasarkan lebar dan panjang songket yang dihasilkan. Untuk upah para pekerja tidak bisa diprediksi perhari atau per bulan. Karena melihat kualitas songket dan meteran songket yang sudah mereka selesaikan. Upah Per-meter dari Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,mengerjakan cukup rumit sehingga upah berdasarkan pesanan dan coraknya. Pelatihan dilaksanakan bagi karyawan pemula, karena songket pandai sikek ini merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang terdahulu, terkecuali ada model baru sesuai dengan pesanan menyesuaikan permintaan dari berbagai negara dan budaya yang berbeda. Para pengrajin rata-rata dari kalangan petani, sebagai usaha sampingan di rumah, penghasilan petani dari hasil perkebunan sayuran-sayuran dari daerah pandai sikek daerah Bukit Tinggi Sumatra Barat. tetapi dalam

L. Pengembangan Distribusi Pengembangan Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) kain songket pandai sikek, cantik, bermutu, bermuara mulai dari daerah Padang, Jakarta, Sulawesi, Kalimantan, Jogyakarta, Surabaya. Sedangkan untuk Makro meliputi; Malaysia, Arab Saudi, Korea, Singapore dsb. Para perantau Minangkabau, Sumatra Barat (Sumbar) yang berdomisili di Jakarta - rata-rata pedagang yang mudik ke Sumatra barat itu, nyaris memborong aneka kerajinan tangan anak nagari Pandai Sikek, Silungkang, Kota Sawahlunto. Untuk saluran pemasaran yang bersifat Makro, pesanan melalui E-mail seperti yang sudah dilaksanakan oleh Ibu Hj. Erma Yulmita, dengan nomor E-mailnya: satu_karya@yahoo.co.id juga melalui via telpon, pesan antar sesuai pesanan dan corak yang diminati para konsumen, transaksi bisa dengan Visa, kartu kredit dan cast and cary

Kesimpulan Beberapa hasil penelitian telah memberikan gambaran mengenai pemberdayaan perempuan sebagai penenun songket dengan berbagai motif-motif yang ada dalam desain songket dan ukiran di suatu daerah Pandai Sikek. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan (menggambarkan) kenyataan yang ada dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan produktivitas pemberdayaan wanita. Perkembangan budaya Minangkabau tidak terlepas dari masuknya pengaruhpengaruh budaya luar yang telah ikut mempengaruhi adat dan seni kreasi para seniman pekria 11

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Minangkabau. Penyebaran, kedatangan dan kolonialisme bangsa lain memperlihatkan masing-masing pengaruhnya melalui wujud ornamentik seperti jenis tumbuhan, hewan, manusia dan geometris. Masuknya pengaruh Islam di alam ini adalah sangat dominan, dan banyak sekali dijumpai pada motif bias tekstil; dengan bentuk motif yang bersifat geometris atau dominasi bentuk tanaman. Manusia dan binatang sebagai sumber obyek motif diolah menjadi sandi-sandi yang abstrak. Dua kemungkinan fungsi motif bias songket dan ukiran adalah menghias/mempercantik menjadi indah dan

memberikan/mengkomunikasikan makna atau simbol (social expression). Tenaga kerja hampir tidak ada pekerja laki/wanita pekerja yang buta aksara. Sebagian dari mereka paling rendah berpendidikan SD, dan rata-rata tamatan SMP, maupun SMA, bahkan ada diantaranya yang berpendidikan sampai akademi dan tamatan S1. Upah yang diterima tidak berdasarkan mingguan atau bulanan karena songket dalam pekerjaannya sangat rumit dan butuh waktu sangat lama, upah yang diterima menurut meteran, jadi Permeter upahnya Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,- tetapi dalam mengerjakan cukup rumit sehingga upah berdasarkan pesanan dan coraknya. Harga jual songket bervariasi menurut corak dan bahan bakunya, Berbeda dari menenun songket palembang, tidak semua kalangan mampu membeli kain songket yang harga paling murahnya Rp 12.000.000,-.

Saran Diharapkan pula di masa mendatang kegiatan menyongket lebih ditingkatkan lagi, baik dari segi saluran pemasaran, disain motif, warna, dan kualitas pelayanan. Disamping itu sangat perlu adanya penambahan sumber daya manusia sehingga motif tersebut tidak ketinggalan atau adanya inovasi-inovasi baru dalam pengembangan motif-motif baru. Harapan kedepan, usaha yang bisa dilakukan adalah dengan tanpa pernah lupa serta senantiasa sadar akan prinsip pelestarian budaya tradisional. Kekhasan corak dan karakteristik songket dan ukiran di masing-masing daerah tetap dipertahankan, artinya pihak yang terkait dalam kaitan ini tidak terlalu gegabah dalam menerima pengaruh luar yang nantinya akan memperkabur pemahaman konsep tentang seni tradisional daerah Minangkabau secara umum dan daerah secara khusus. Disamping itu, peningkatan kualitas kedua jenis produk dapat dilakukan dengan jalan mengadakan pengembangan sumber daya manusia dengan berkelanjutan.

Daftar Pustaka International Labour Office. 2008. Skill for improved productivity, employment growth and development, Geneva ILO Japan Productivity Center. 1988. Introduction to the Roles of Productivity Facilitator. Tokyo. JPC 12

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

James A.F. Stoner, 1992. Manajemen Strategi. Gramedia Jakarta Mulyadi 2001. Manajemen Strategi. Salemba Jakarta Pearce and Robinson . 1997, Manajemen Strategi. Salemba Jakarta Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit FE. UI. 1998. -------, 1983. Produktivitas Kerja: Pengertian dan Ruang Lingkupnya, Prisma N0. 11 --------, 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE. UI Soedijoprapto (1982:73), Tenaga Kerja Wanita. Jakarta : FE. UI Torado. 2000 : 384. PBB 1997. Laporan Tentang Situasi Sosial Dunia.

13

Anda mungkin juga menyukai