Anda di halaman 1dari 1

Sebuah tawaran mengagetkan tetapi menggembirakan muncul dari Korea Utara.

Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un secara mengejutkan mengungkapkan keinginannya untuk berdamai dengan Korea Selatan (Korsel). Keinginan tersebut disampaikan dalam pidato ucapan selamat tahun baru 2013 di Pyongyang, ibu kota Korut. Ucapan selamat tahun baru secara resmi dari pemimpin Korut kepada rivalnya, Korsel, terakhir kali disampaikan Kim Jong-il pada 19 tahun lalu. Bersamaan dengan ucapan selamat tahun baru, Jong-un secara terbuka juga berbicara mengenai perlunya penyatuan kembali kedua Korea. Dia bahkan memperingatkan bahwa konfrontasi kedua Korea hanya akan melahirkan kecamuk perang. Tawar-an perdamaian yang disampaikan Jong-un bisa saja ditafsirkan sebagai salah satu bentuk propaganda Korut. Namun, dalam kerangka konstruktivisme, tawaran tersebut akan lebih baik apabila direspons secara positif dan terbuka. Bukan kali pertama ini saja gagasan tentang perdamaian dua Korea muncul dari Korut, yang selama ini dipandang sebagai pihak yang tidak bersedia berdamai dengan Korsel. Pada 8 Januari 2011, Komite Penyatuan Korea Utara juga pernah melontarkan niatan perdamaian. Pada beberapa level diplomatik dan pemerintahan, Korut juga sudah menyampaikan keinginan untuk berunding untuk perdamaian. Secara teknis, kedua negara itu memang masih dalam status perang. Sejauh ini, lontaran-lontaran soal niat perdamaian itu belum mewujud dalam tindakan nyata. Beberapa program aksi untuk mendekatkan kedua Korea secara kultural dan sosial juga sudah dilakukan, seperti misalnya reuni anggota kerabat Korsel yang terpisah dengan keluarganya di Korut. Program-program tersebut juga belum berhasil membawa perubahan kebijakan Korut maupun Korsel untuk duduk bersama menyingkirkan hambatan-hambatan menuju perdamaian permanen. Tidak heran apabila kali inipun, pernyataan Kim Jong-un ditanggapi secara dingin oleh Korsel. Reaksi dingin itu disayangkan karena kegagalan program-program perdamaian di masa lalu tidak perlu menjadikan kedua belah pihak patah arang. Menyatukan dua Korea dan membangun perdamaian di Semenanjung Korea tidak semudah membalik tangan karena kawasan itu juga tidak lagi steril dari kepentingan-kepentingan negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan Barat.

Anda mungkin juga menyukai