Anda di halaman 1dari 5

Air tanah Air tanah merupakan pergerakan air yang ada pada butiran tanah atau retakan massa

batuan. Untuk mengetahui kondisi air tanah harus diketahui kondisi resapan air tanah dan akuifernya, karena air tanah merupakan daerah tangkapan yang memasok akuifer tempat lapisan dimana terdapat air tanah (Wedehanto, 2004) Sumber utama air tanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah mengikuti suatu poses yang disebut daur hidrologi. Daur hidrologi adalah perjalanan air dari laut ke udara, sungai, danau, dan kembali ke laut dengan melalui berbagai proses, tahapan dan perubahan wujud seperti gambar 1. Proses yang terpenting adalah evaporasi, transpirasi, hujan dan limpasan permukaan. Tahap pertama dari siklus hidrologi adalah penguapan air dari lautan. Uap ini dibawa ke atas daratan oleh massa udara yang bergerak. Bila mengalami pendinginan hingga titik embunnya, maka uap tersebut membeku menjadi butiran air yang membentuk awan atau kabut. Dalam kondisi meteorologist yang sesuai, butiran-butiran air kecil itu akan berkembang cukup besar untuk dapat jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Tekanan angin juga menyebabkan benturan butir-butir uap air yang akhirnya jatuh ke tanah sebagai hujan. Air hujan yang jatuh di permukaan tanah mengalir sebagai limpasan (run off) yang akhirnya mengalir kembali ke laut. Sebagian air hujan meresap ke dalam tanah dan bergerak lurus ke bawah menuju mintakat jenuh dan menjadi air tanah. Air tanah bergerak perlahan-lahan melalui akuifer dan masuk ke sungai dalam bentuk aliran dasar (base flow) ataupun mengalir langsung ke laut (Purnama, 2010) [gambar] Berdasarkan sebarannya di permukaan bumi, ketersediaan air tanah di suatu daerah tidak selalu sama. Ada daerah yang potensi air tanahnya tinggim tetapi ada pula daerah yang potensi air tanahnya rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya potensi air tanah di suatu daerah adalah besar kecilnya curah hujan, banyak sedikitnya vegetasi, kemiringan lereng serta derajat porositas dan permeabilitas (Purnama, 2010).

Pengertian akuifer Air tanah terdapat dalam berbagai formasi geologi, teutama pada akuifer. Akuifer adalah formasi batuan yang dapat menyimpan dan meloloskan air. Akuifer sering pula disebut reservoir air tanah atau formasi air. Contoh material yang dapat berfungsi sebagai akuifer adalah akuiklud. Akuiklud adalah formasi batuan yang dapat menyimpan air, tetapi tidak

dapat melalukannya dalam jumlah yang berarti, misalnya lempung, tuff halus dan batuan lain yang butirannya berukuran lempung (Purnama, 2010) Sifat batuan yang lain selain akuifer dan akuiklud adalah akuifug dan akuitard. Akuifug adalah formasi batuan yang tidak dapat menyimpan dan melalukan air. Contoh akuifug adalah granit, sedangkan akuitard adalah formasi batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air tetapi hanya dapat melalukannya dalam jumlah yang terbatas, misalnya tampak pada rembesan dan kebocoran-kebocoran (Purnama, 2010)

Tipe akuifer Pada umumnya akuifer meliputi wilayah luas dan dapat dilihat sebagai waduk air di bawah tanah (underground storage reservoir). Air yang masuk ke waduk ini sebagai imbuhan alami ataupun buatan, dan mengalir keluar secara gravitasi ataupun melalui sumur buatan. Volume air tahunan yang mausk dan keluar hanya merupakan bagian kecildari kapasitas total simpanan (Purnama, 2010) Akuifer bebas Akuifer ini sering disebut akuifer tidak tertekan. Muka airnya disebut water table atau muka freatik. Air tanah yang berasal dari akuifer ini umumnya ditemukan pada kedalaman yang relatif dangkal, yaitu kurang dari 40 meter. Tinggi permukaan air tanah bervariasi, demikian pula kemiringannya (gradient hydraulic), tergantung pada luas daerah imbuh (recharge) dan luah (discharge), laju pemompaan sumur dangkal dan permeabilitas akuifernya. Naik turunnya muka air tanah berhubungan erat dengan volume air dalam akuifer (Purnama, 2010) [gambar]

Akuifer tertekan Pada akuifer ini air tanah terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan

lebih besar daripada tekanan atmosfir. Muka air disebut muka piezometrik. Akuifer jenis ini sering juga disebut sebagai akuifer artesis. Air tanah dalam akuifer ini bagian atasnya ditekan oleh lapisan batuan kedap air, sehingga tekanannya menjadi lebih besar daripada tekanan

atmosfir. Jika sumur menembus lapisan akuifer ini, air tanah akan naik melebihi lapisan penekannya atau bahkan muncul ke permukaan tanah. Bila air tanah di sumur dapat mengalir ke permukaan disebut sumur mengalir (flowing well) atau sumur artesis dan bila air tanah di sumur kenaikannya tidak mencapai permukaan tanah disebut sumur tidak mengalir (non flowing well). Daerah imbuhan akuifer tertekan yaitu tempat peresapan air hujan yang mengalir ke akuifer, biasanya terletak dalam jarak yang cukup jauh dari akuifernya (Purnama, 2010) [gambar]

Akuifer bocor Akuifer di alam jarang sekali yang seluruhnya tertekan atau seluruhnya bebas, karena

adanya kebocoran. Akuifer jenis ini disebut akuifer bocor (leaky akuifer) atau akuifer semi tertekan. Akuifer ini umumnya dijumpai di daerah lembah alluvial dan daratan, yang air tanahnya terletak di bawah lapisan yang setengah kedap air atau akuitard. Pemompaan yang dilakukan pada akuifer bocor akan mendapatkan air dari aliran horizontal dalam akuifer dan aliran vertikal di dalam lapisan setengah kedap air. Sebagai catatan, untuk kepentingan perhitungan-perhitungan air tanah, akuifer sering diasumsikan sebagai akuifer ideal. Akuifer ideal adalah akuifer yang materialnya dianggap homogeny dan kelulusannya sama ke segala arah (isotropis)(Purnama, 2010). [gambar]

Material batuan pembentukan akuifer Endapan aluvial Sekitar 90% air tanah terdapat pada material lepas, yaitu kerikil dan pasir. Berdasarkan cara terbentuknya, akuifer di daerah endapan alluvial dapat dibagi menjadi empat kategori: 1. Daerah aliran air (water courses) Daerah ini tersusun oleh endapan alluvial yang terletak di kanan kiri sungai. Apabila muka air sungai lebih tinggi daripada muka air tanah, potensi air tanahnya maka cukup besar. Factor yang menyebabkan daerah ini mempunyai kandungan air tanah tinggi adalah karena ini tersusun oleh material lepas dan sungai yang mensuplai air ke akuifer.

2. Lembah yang tertimbun (abandoned or buried valleys) Lembah ini dahulu merupakan sungai. Namun karena terjadi perubahan lintasan sungai, daerah ini menjadi suatu lembah bekas sungai yang mempunyai potensi air tanah tinggi. Akuifer di daerah ini merupakan akuifer yang baik dan mengandung banyak air terutama di musim penghujan. Sifat dari daerah ini mirip dengan daerah aliran air, hanya saja imbuh airnya lebih kecil.

3. Daerah daratan (extensive plain) Merupakan suatu daerah luas dengan material endapan yang belum mengalami penempatan. Kerikil dan pasir merupakan bahan pembentukan akuifer yang dominan. Imbuh air tanah biasanya diperoleh dari perlokasi air hujan. 4. Lembah antar gunung (intermountain valleys) Letak lembah ini dikelilingi gunung. Materialnya berupa kerikil dan pasir dalam jumlah yang sangat banyak yang berasal dari pegunungan di sekitarnya. Daerah ini umumnya berupa lembah-lembah tersendirinya yang terpisah oleh gunung dan menerima imbuh air dari resapan di gunung tersebut. Di daerah ini kemungkinan akan dapat dijumpai air tanah tertekan (Purnama, 2010)

Sifat listrik batuan dan mineral Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik (Telford at all, 1990). 1. Konduksi secara elektronik. Konduksi secara elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak electron, sehingga arus listrik yang mengalir dalam batuan/mineral dialirkan oleh electron bebas. 2. Konduksi secara elektrolitik. Konduksi secara elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori tersebut terisi cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit. Konduktivitas dan resistivitas batuan porous bergantung pada volume dan susunan pori-

porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang. 3. Konduksi secara dielektrik. Konduksi secara dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik artinya batuan tersebut mempunyai elektron bebas sedikit bahkan tidak sama sekali. Namun karena adanya pengaruh dari medan listrik dari luar, elektron dalam bahan akan mengalami polarisasi.

Anda mungkin juga menyukai