Sampai Detik Tahun Ini

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 1

Sampai detik tahun ini;2012, bulan ini; Februari, hari Senin tanggal 6 jam 07.

45, pikiranku masih belum bisa berhenti untuk tidak mengingatnya, sekedar membayangkan wajahnya yang dibalut kerudung ( biasanya warna biru ), mengenakan jaket berwarna biru pula. Tidak ada maksud untuk terus mengenangnya karena ia berada jauh disana, di tempat yang sama sekali belum pernah ku kunjungi. Pikiran ini masih sulit untuk ku kendalikan agar tidak selalu mengingatnya. dan ketika ku coba ingin menghapus namanya, tetap saja masih belum bisa. Kenangan ketika dulu disetiap harinya aku selalu ingin mengamatinya, mau melihat senyumannya yang menurutku berbeda dengan kebanyakan teman wanita yang ku kenal. Ia sosok yang apa adanya, memang kata kebanyakan teman- teman yang lain ia agak tomboy dan rada cuek, tapi itulah yang unik darinya yang sampai saat ini membuat ku senantiasa mengingatnya. Ketika sehari saja saya tak melihatnya duduk dengan teman- temannya Di pesantren yang sama kami menuntut ilmu agama, tidak seperti kebanyakan teman- teman yang lain di waktu SMA nya ngekost di dekat Sekolah (mungkin dipikirannya buat apa cape- cape mondok di pesantren, itu kira- kira pendapat yang terpikir di benakku). Dan yang serba kebetulan kami pun bersekolah di tempat yang sama SMA I yang bisa di kata terpaforit di kota rantauanku. Setahun lamanya menuntut ilmu Agama dan umum di tempat yang sama tidak lantas membuat kami dekat, malah ketika di sekolah pun rasanya jarang kami bertegur sapa apalagi di pesantren. Sebenarnya dulu ketika kelas X tidak ada perasaan apapun yang istimewa padanya, perasaan sebagai teman biasalah yang tercipta. Dan, seiring frekuensi pertemuan yang bisa dibilang sering membuat secuil perasaan aneh mulai tumbuh, dan akupun tidak mampu menahannya. Manusiawi sebagai seorang remaja merasakan hal tersebut. *** Di pesantren

Anda mungkin juga menyukai