Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG MASALAH Pada tahun 2008 terdapat 76.267 unit usaha. Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Propinsi didominasi oleh usaha kecil dan menengah dengan nilai 99% atau sekitar 75.956 unit, sedangkan industri besar hanya dengan nilai sebesar 1%. Penyerapan tenaga kerja untuk usaha kecil dan menengah adalah antara 5-19 orang per unit. Kontribusi industri terhadap perekonomian wilayah mi namun cukup besar. Hal mi menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah (UKM) relative tahan terhadap krisis ekonomi yang mengguncang dunia karena fleksibilitas dan kemampuan mengantisipasi perubahan. Sektor Industri di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki peran penting dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Pada tahun 2008 mi sektor mi menyerap 273.621 pekerja, atau naik 3,50% dibandingkan pada tahun 2007 dengan
1

jumlah 264.368 tenaga kerja. Dilihat dan kiasifikasi, industri DIY didominasi oleh industri kerajinan, termasuk kayu, bambu, rotan, serta tekstil dan pakaian jadi berbahan kulit yang tersebar di 281 tempat dengan jumlah usaha 12.304 unit. Nilai investasi sektor industri adalah Rp 769.274.520.000 (setara dengan US $ 80 juta) pada tahun 2008 atau naik 4,00% dibandingkan dengan nilai investasi sektor industri pada tahun 2007 dengan jumlah Rp 739.687.038.700 (setara dengan US $ 75 juta). Nilai investasi mi merupakan investasi non-fasilitasi. Sedangkan investasi sampai dengan tahun 2008 dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat sebanyak 165 PMA dan 145 PMDN dengan total nilai investasi Rp 4,5 T dengan jumlah 34.713 tenaga kerja Indonesia dan 127 tenaga kerja asing. Saat ini, industri kreatif juga dikembangkan di Yogyakarta. Industri kreatif berpusat pada pasar kerajinan tangan, kerajinan, desain, fashion, jasa komputer dan perangkat lunak. Yogyakarta yang memiliki SDM yang memadai sesuai untuk
2

mengembangkan industri kreatif dalam skala besar. Industri kreatif perlu dikembangkan di Provinsi DIY karena industri mi memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis yang positif, membangun citra sosial yang layak.

II. RUMUSAN MASALAH A.Apa definisi dari sektor informal? B.Bagaimana Karakteristik dari sektor informal yang ada di indonesia? C.Apa yang dimaksud dengan pekerja sektor informal? D.Apa contoh dari sektor informal yang kini sudah berkembang?

III. TUJUAN PENULISAN A. B. Mengetahui definisi dari sektor informal. Mengetahui karakteristik dari sektor informal yang ada di indonesia.
3

C. Mengetahui

apa

yang

dimaksud

dengan

pekerja sektor informal. D. Mengetahui contoh dari sektor informal yang kini sudah berkembang.

BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFINISI SEKTOR INFORMAL Menurut KBBI 1. Lingkungan usaha tidak resmi; lapangan pekerjaan yg diciptakan dan diusahakan sendiri oleh pencari kerja, seperti wirausaha.Contoh: usaha yg paling menguntungkan dari sektor informal adalah membuka rumah makan di tempat-tempat yg ramai. 2. Unit usaha kecil yang melakukan kegiatan produksi dan atau distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka yg terlibat unit tersebut bekerja dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian.

Arti Secara Umum Menurut pendapat Damsar (1997: 158-159), ciri-ciri dinamis dari konsep sektor informal yang diajukan
5

Hart menjadi hilang ketika telah dilembagakan dalam birokrasi ILO. Informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor informal menunjukkan kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan dicirikan dengan : a) Mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi; dalam b) Perusahaan dan milik keluarga; c) Beroperasi pada skala kecil; d) Intentif tenaga kerja produksi menggunakan teknologi sederhana; dan e) Pasar yang tidak diatur dan berkompetitif. Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor informal oleh ILO, banyak mendapatkan kritikan tajam dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang Sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor informal merupakan suatu tanda berkembangnya dinamika 1997: kewiraswastaan masyarakat. merupakan Menurut respon Hernando de Soto dalam The Other Parh (Damsar, 159-160) informalitas masyarakat terhadap negara merkantalis yang kaku. Oleh karena itu, tidak seperti gambaran ILO yang
6

melihatnya sebagai mekanisme kelangsungan hidup dalam merespon ketidakcukupan lapangan pekerjaan modern, melainkan sebagai serbuan kekuatan pasar nyata dalam suatu ekonomi yang dikekang oleh regulasi (pengaturan) negara. Dalam Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan

Manajemen (1997: 292-293) dijelaskan bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor informal di Indonesia. Tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima definisi kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut : a) Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah; b) Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak punya akses) bantuan, meskipun pemerintah telah menyediakannya; c) Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.

B.KARAKTERISTIK INDONESIA

SEKTOR

INFORMAL

DI

Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula serangkaian ciri sektor informal di Indonesia, yang meliputi : a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedian secara formal. b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha. c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun jam kerja. d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk

membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub-sektor ke sub-sektor lain; f) Teknologi yang digunakan masih tradisional.

f. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasinya juga keciL. g. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. h. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok

one man enterprise, dan kalau ada pekerja, biasanya berasal dari keluarga sendiri. i. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri, atau dari lembaga keuangan tidak resmi. j. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat kota/desa berpenghasilan rendah atau menengah.

C.PEKERJA SEKTOR INFORMAL Perekonomian di kebanyakan negara berkembang bahkan di beberapa negara maju adalahfenomena jumlah dan tingginya peningkatan penduduk yang bekerja di sektor informal. Hal ini didorong oleh tingkat urbanisasi
9

yang tinggi dimana penawaran pasar tenaga kerja mampu direspon oleh permintaan tenaga kerja sektor informal.Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tenaga Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Definisi lainnya adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri kegiatankegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain pedagang kaki

10

lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya. Kemajuan perekonomian sebuah negara dapat pula ditandai dengan adanya transformasi ke arah penurunan pekerja kasar (blue collar) yang merepresentasikan pekerja sektor informal. Pekerja blue collar dapat dimaknai sebagai pekerja pada pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, pada kelompok lapangan usaha di Indonesia biasanya dimasukkan kedalam jenis pekerjaan di sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut dan pekerja kasar. Disisi lain, pekerja manajerial (white collar) yang merepresentasikan pekerja sektor formal terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Pada beberapa tahun terakhir tercermin adanya kecenderungan penurunan peran pekerja blue collar dan sedikit peningkatan pekerja white collar. Ini merupakan sinyal kemajuan perekonomian dan juga kemajuan pendidikan karena pekerja white collar secara umum
11

membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai. Dalam analisis pembagian pekerja menjadi pekerja sektor formal dan pekerja sektor informal sering terkendala dengan data yang tersedia. Tidak adanya keseragaman secara internasional tentang definisi sektoR informal dan ketersediaan data yang ada di Indonesia, pengertian pekerja sektor informal dalam analisis ini didekati dengan status pekerjaan. Pekerja informal adalah mereka yang berusaha sendiri, berusaha sendiri dan dibantu buruh tidak tetap.

D.CONTOH

SEKTOR

INFORMAL

YANG

BERKEMBANG

Identitas Perusahaan Nama Perusahaan Nama Pemilik Bentuk Perusahaan : Toms Silver Manufacture : Nevi Ervina Rahmawati : Perseorangan

12

Alamat Kantor pusat 55172 Telp. Website : 0274-372818 : www.tomsilver.com : Jl.Ngeksigondo No.60 Jogjakarta

Produk unggulan Produk sampingan Modal

: Perak : Furniture : Modal awal milik pribadi,

keuntungan awal untuk modal selanjutnya.

1. SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN Siapa yang tak kenal kerajinan perak dari Kotagede, Yogyakarta? Di salah satu jalan yang dahulu cuma cukup untuk jalan kuda, nama Toms Silver telah sampai mancanegara dan dicari para turis. Siapa yang menyangka kalau kerajinan perak ini berawal dari kesulitan hasil bumi yang melanda petani Kotagede. Mungkin ini yang namanya blessing in disguised, dalam
13

kesusahan muncul kreativitas pembawa berkah, berupa pesanan dari Keraton Yogyakarta. Awalnya para petani ini hanya menatah logam untuk peralatan makan dengan mencontoh gambar dan produk dari Belanda. Salah satu keturunannya adalah Sutomo Sastrodiwarno yang kemudian mendirikan bengkel kerajinan perak dengan 25 perajin. Kelak bengkel ini menjadi Sutomo Silver, lantas di mancanegara lebih dikenal dengan Toms Silver. Pada tahun 1972, Tom memulai ekspor perdananya. Tapi jangan membayangkan dengan pengapalan dan sebagainya, melainkan dengan tas kopor alias ditenteng. Ekspor peralatan makan dengan tas kopor itu bahkan pernah mencapai 100 lusin sendok makan. Berikutnya ekspor mulai disertai perhiasan dan miniatur perak sekitar 25 persen. Ketika Sutomo menjadi anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Daerah Istimewa Yogyakarta, mulailah ekspor Toms Silver mengenal letter of credit (L/C). Ekspor kerajinan perak berupa peralatan makan tetap dominan, tapi juga diikuti dengan furniture.

14

Tidak berhenti pada ekspor produk saja, mulai tahun 1985 Toms Silver meraih penghargaan dari Trade Leader Club. Selanjutnya, bekerja sama dengan biro perjalanan luar negeri, Sutomo menjadikan bengkel dan tokonya sebagai ajang wisata belanja. Kami mengundang turis untuk melihat dari dekat proses pembuatan perak. Bahkan ada pelatihan singkat untuk membuat cincin perak bagi turis, yang boleh dimiliki pembuatnya, kata Direktur Toms Silver Nevi Ervina di tengah ulang tahun ke-35 Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) di Jakarta, beberapa waktu lalu. Wisata belanja ini berkembang dengan biro perjalanan dalam negeri yang menjadikan wisata edukatif. Wisatawan dapat berkunjung ke bengkel Toms Silver untuk melihat dari dekat proses peleburan hingga finishing berbagai bentuk kerajinan berbahan baku perak, bahkan kini sampai ke emas dan platinum (emas putih). Generasi Keempat Mulai tahun 1995, Sutomo mewariskan Toms Silver pada Nevi yang semula memegang kendali perkebunan teh dan kopi keluarga. Nevi merupakan generasi keempat perajin perak di Kotagede ini. Di tangan Nevi, Toms
15

Silver kian rajin mengikuti berbagai pameran. Kali ini tidak hanya di dalam negeri, tapi melalui BPEN menjadi peserta pameran di Belanda. Di sini Toms Silver mendapat buyer besar sampai berhasil melewati krisis moneter di tahun 1997-1998. Bahkan hingga kini buyer itulah menjadi perantara untuk memasok cendera mata Toms Silver di Bandar Udara Schiphol dan berbagai tempat di Belanda serta Laffayette di Prancis. Eropa menjadi tujuan ekspor terbesar Toms Silver dengan barometer desain pada kota Paris dan London secara bergantian. Sekarang Toms Silver tengah kebanjiran permintaan dari Ukraina. Bahkan Swarovski pun kini memesan beberapa desain dekoratif dari Toms Silver. Dengan teknologi radium platinum, Nevi beranjak tidak sekadar menyajikan kerajinan perak. Kendati masih mempertahankan kerajinan buatan tangan (handmade), Nevi juga bergerak pada produksi massal. Ia menawarkan cincin kelulusan (graduate ring). Kami sudah mendapat pesanan 1.500-2.000 graduate ring dari Harvard (University), ujar Nevi. Kreativitas dan inovasi terus-menerus Toms Silver tampaknya bisa

16

menjadi contoh bagi UKM untuk menjadi besar dan menembus pasar global. (mega Christina)

2. PELAKSANAAN KEGIATAN Untuk mendapatkan bahan baku kerajinan, para pengrajin mendapatkannya dari pemasok bahan perak di Jogjakarta yang mendapat pasokan perak dari PT. Aneka Tambang. Bahan baku perak ini ada yang berbentuk batangan, ada juga yang berbentuk bola-bola sangat kecil. Untuk membuat kerajinan, bahan baku perak kemudian dicampur dengan 7,5% tembaga. Jadi, kadar peraknya 92,5%. Hal ini dilakukan agar perak yang dibuat tidak terlalu lemas. Kalau terlalu lemas akan cepat rusak, alat-alat yang diperluka antara lain :

1. Kompor perak 2. Gunting

17

3. Perak 4. Tang jepit 5. Pinset 6. Perak murni 7. Tembaga

Pada pembuatan secara tradisional, untuk mencampur perak dan tembaga ini kedua bahan dipanaskan dengan api dari kompor yang menggunakan bahan bakar gas. Sistem kerjanya mirip dengan tukang las. Hanya saja agar api bisa keluar, pengrajin yang membuat harus menginjak kompor tersebut. Api pun keluar menyemprot ke arah bahan hingga luntur. Setelah itu bahan dipotong berdasarkan keperluan. Misalnya untuk gelang, bahan itu dibentuk pipih dengan lebar 2-3 cm dan panjang sekitar 15 cm. Karena masih lentur, bahan itu kemudian dibentuk melingkar seperti layaknya gelang. Pada sisi potongan itu diberi dasar kawat yang dilekatkan dengan lem pada bentuk gelang itu tadi. Untuk menghaluskan sambungan kawat dengan
18

perak, kedua bahan juga dipatri sehingga melekat permanen. Baru kemudian gelang tesebut diisi dekorasi atau hiasan batu mulia atau hiasan lainnya sebagai aksesori. Bahan yang jadi itu kemudian diampelas dan dibersihkan dengan asam jawa kemudian direndam dengan garam dan air yang mendidih. Selesai dibersihkan dengan air mendidih, bahan disikat untuk kemudian dikeringkan sampai tidak ada air sama sekali pada gelang. Untuk membuat agar mengkilap, bahan dipoles dengan mesin pemoles. Dan, barang siap dijual. Lamanya membuat barang kerajinan ini tergantung pada tingkat kerumitan pembuatannya. Misalnya cincin yang relatif kecil tentu saja berbeda dengan miniatur becak misalnya. Cincin yang sederhana desainnya lebih cepat proses pembuatannya daripada miniatur becak yang bisa sampai seminggu. Proses pembuatan kerajinan di kami biasanya sistem tahapan, tidak per barang. Misalnya membuat gelang, selama satu hari hanya membuat campuran dulu hingga bentuknya dulu. Besoknya baru diberi aksesoris hingga barang siap dijual.

19

Umumnya, untuk barang kerajinan sederhana semacam cincin, di tiap art shop terdapat beberapa pengrajinnya. Di art shop kami misalnya, ada tiga pengrajin untuk membuat kerajinan sederhana seperti cincin, gelang, dan anting. Sedangkan kerajinan yang rumit, biasanya ada tukang lain yang membuat kami juga membeli dari beberapa pengrajin di desa. Model yang sama diterapkan di semua art shop. Selain ada pengrajin sendiri, mereka juga membeli dari pengrajin lokal.Namun, ada beberapa hal yang bisa dijadikan acuan kalau berburu kerajinan perak. Disamping kerajinan itu Toms dengan Silver juga membuat bahan

sampingan

mneggunakan

kuningan dan kulit. Biasanya kuningan digunakan untuk membuat hiasan berupa candi, stupa, gamelan dll. Sedangkan Kulit digunakan kulit, kipas dll. untuk membuat wayang

3. TUJUAN KEGIATAN PERUSAHAAN

20

Perusahaan Toms silver yang mengelola kerajinan perak ini mempunyai tujuan: Sebagai tempat berkunjung wisatawanlokal maupun asing (objek wisata). Tidak berhenti pada ekspor produk saja, mulai tahun 1985 Toms Silver meraih penghargaan dari Trade Leader Club. Selanjutnya, bekerja sama dengan biro perjalanan luar negeri, Sutomo menjadikan bengkel dan tokonya sebagai ajang wisata belanja. Kami mengundang turis untuk melihat dari dekat proses pembuatan perak. Bahkan ada pelatihan singkat untuk membuat cincin perak bagi turis, yang boleh dimiliki pembuatnya, kata Direktur Toms Silver Nevi Ervina di tengah ulang tahun ke-35 Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) di Jakarta, beberapa waktu lalu. Wisata belanja ini berkembang dengan biro perjalanan dalam negeri yang menjadikan wisata edukatif. Wisatawan dapat berkunjung ke bengkel Toms Silver untuk melihat dari dekat proses peleburan hingga finishing berbagai bentuk kerajinan berbahan baku perak, bahkan kini sampai ke emas dan platinum (emas putih).
21

Sebagai tempat pelestarian kebudayaan bangsa Sabagai tempat yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

4. PERAN

SERTA

PERUSAHAAN

DALAM

PEMBANGUNAN DAN MASYARAKAT

Toms silver sebagai salah satu perusahaan besar yang ada di Jogja yang sudah terkenal di Indonesia bahkan manca negara merupakan perusahan yang sangat memperhatikan keadaan masyarakat sekitarnya. Perusahaan ini dari tahun ke tahun selalu berusaha memajukan usahanya. Namun dalam usahanya ini selalu melibatkan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerjannya. Tenaga kerja ini inipun tidak sembarangan dalam perekrutannya. Dilakukan seleksi demkian karena untuk mencari karyawan yang terbaik. Tidak hanya itu perusahaan kerjannya.
22

juga

memberikan

pembinaan

dan

pengembangan demi meningkatkan kemampuan tenaga

Selain hal di atas toms silver juga turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan bakti sosial demi rasa kepedulian terhadap masyarakat yang kekurangan. Dalam eventevent tertentu Toms silver melaksanakan kegiatan bakti social dengan memberikan bantuan baik dalam bentuk uang ataupun barang kepada masyarakat yang kekurangan. Sering juga sumbangan itu diberikan kepada panti asuhan yang ada di wilayah Yogyakarta. Dengan hal-hal di atas, Toms silver sangat berperan aktif dan peduli dalam pembangunan dan masyarakat.

5. KEUNTUNGAN PERUSAHAAN

YANG

DIPEROLEH

Keuntungan yang diperoleh perusahaan Toms Silver dari usaha perak yang dijalankannya dapat dijelaskan dari kegiatan pemasaran. Pemasaran yang dilakukan oleh Toms silver

manufacture meliputi pemasaran lokal dan internasional. Pemasaran lokal menjangkau daerah Jakarta dan Bali Sedangkan Pemasaran Internasional telah mencapai wilayah Eropa. Pemasaran dilakukan di wilayah tersebut
23

dikarenakan permintaan yang tinggi akan barang-barang dari perak. Dari kegiatan pemasaran, perusahaan mendapat keuntungan berupa uang hasil penjualan barang-barang perak ataupun furniture tersebut yang menjadi modal selanjutnya untuk menjalankan usaha. Keuntungan dari usaha Toms silver ini dihitung dari omset yang diperoleh dari hasil penjualan barang-barang perak maupun furniture baik yang berasal dari dalam atau luar negeri yang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk modal, menggaji karyawan dan pemeliharaan alat.

6. MANFAAT PERUSAHAAN

Dalam kegiatan usahanya, Toms silver sangat membantu memperbaiki tingkat perekonomian masyarakat pada khususnya dan Negara pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

Bagi pemerintah:
24

Memberikan tambahan pemasukan negara, dalam hal ini barang yang di ekspor akan memberikan devisa bagi negara. Dengan kegiatan usahanya, Toms silver membantu pemerintah untuk mengurangi tingkat pengangguran.

Bagi masyarakat: Membantu masyarakat dalam meningkatkan

kesejahteraannya. Memberikan hidupnya. lapangan pekerjaan, yang dapat

digunakan masyarakat sabagai sumber mata pencarian

25

26

BAB III KESIMPULAN

Ternyata sektor informal merupakan salah satu bagian penting dalam ekonomi kerakyatan. Sektor ini mampu menopang perekonomian masyarakat kelas menengah kebawah dan mengurangi pengangguran. Pemerintah seharusnya memperhatikan sektor informal, memberikan fasilitas agar sektor informal berkembang di kancah perekonomian dunia. Dan juga dapat meningkatkan pendapatan perkapita di Indonesia, dan sudah
27

semestinyalah kita sebagai generasi intelek juga ikut berperan aktif dalam sektor informal tersebut.

28

DAFTAR PUSTAKA

http://portal.jogjaprov.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=139:peluanginvestasi-industri&catid=42:perintisanbisnis&Itemid=3612

http://imantri.wordpress.com/2008/07/23/kisah-tomssilver-memulai-ekspor/
29

http://awikzaenalarif.wordpress.com/2011/06/09/laporankunjungan-ke-kerajinan-perak-tom%E2%80%99s-silveryogyakarta/

http://ssantoso.blogspot.com/2008/07/konsep-sektorinformal-pedagang-kaki_28.html

menegpp.go.id/V2/index.../ketenagakerjaan?...sektorformalinformal

30

Anda mungkin juga menyukai