OLEH:
LIZA NOVITA
0210333
2
Virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai genomnya. Adanya infeksi
virus pada suatu sel dapat mengakibatkan transformasi maligna, hanya saja
bagaiamana protein virus dapat menyebabkan transformasi masih belum diketahui
secara pasti.
Berdasarkan beberapa penelitian, DNA merupakan makromolekul yang penting
dalam proses karsinogenesis, hal ini didasari dari:1
a. Sel kanker memproduksi sel kanker, dimana adanya perubahan esensial yang
menyebabkan timbulnya sel kanker diteruskan dari sel induk kepada sel
turunan, berhubungan dengan peranan DNA.
b. Adanya karsinogen akan merusak DNA, sehingga menyebabkan mutasi pada
DNA.
c. Banyak sel tumor yang memperlihatkan kromosom yang abnormal.
d. DNA sel kanker dapat menyebabkan transformasi sel normal menjadi sel
kanker.
Onkogen
Onkogen adalah gen yang dapat menyebabkan kanker. Beberapa onkogen yang
telah teridentifikasi sebagai penyebab kanker kepala dan leher, antara lain:5
c-myc
erbB-1
ras
gen prad-1/cyclin D1
3
Gambar 1. beberapa mekanisme onkogen dalam merangsang pertumbuhan sel kanker.
4
Sebaliknya jika terjadi inaktivasi p53, maka kerusakan DNA akan berakumulasi di
dalam sel dan secara genetik menjadi kurang stabil.
c. p53 turut berperan dalam proses apoptosis yang merupakan suatu proses kematian
sel yang terprogram, dikontrol oleh gen dan terjadi dalam proses fisiologis atau
patologis. Dalam hal ini p53 mengaktifkan gen yang penting pada apoptosis.
Fungsi p53 bertujuan untuk mempercepat kematian sel yang potensial berbahaya,
misalnya sel yang rusak akibat sinar radiasi.
Dalam suatu penelitian terhadap imunohistologikima karsinoma skuamous sel
menyatakan adanya peranan mutasi p53 terhadap terjadinya suatu karsinoma skuamous
sel.5
Mutasi p53 sangat dipengaruhi oleh asap rokok dan konsumsi alkohol. Brennan
dkk, menyatakan adanya hubungan mutasi p53 dengan asap rokok dan alhohol terhadap
tingginya angka kejadian karsinoma skuamous sel. Namun belum ditemukan secara pasti
hubungan mutasi p53 terhadap metastasis jauh, angka kekambuhan, atau survival rate.
Koch dkk, mengemukakan bahwa mutasi p53 juga berhubungan dengan kegagalan pasien
terhadap pengobatan radioterapi.5
5
Molekul MHC-II (Major Histocompatibility Complex class II), HLA-DR, telah terbukti
mempunyai hubungan yang erat dengan keganasan kepala dan leher, terutama karsinoma
skuamous sel. Antigen lain yang dapat diidentifikasi pada karsinoma skuamous sel
adalahCD44, integrin α6 dan β1.5
Immuglobulin
Gambar 2. Imunoglobulin
6
Ada dua tipe umum rantai ringan, yaitu tipe kappa (κ) dan lambda (λ). Sebuah
molekul imunoglobulin selalu mengandung dua rantai κ atau dua rantai λ. Pada manusia
rantai κ terdapat lebih sering daripada rantai λ di dalam molekul imunoglobulin.5,6
Lima kelompok rantai H telah ditemukan dalam tubuh manusia, kelima kelompok
rantai H tersebut diberi simbol γ, α, μ, δ dan ε. Tipe rantai H menentukan kelompok
imunoglobulin dan fungsi efektornya. Ada 5 kelompok imunoglobulin yaitu IgG, IgA,
IgM, IgD, dan IgE. Imunoglobulin yang terlibat dalam perlindungan terhadap keganasan
adalah IgG dan IgA.5
Efektor Seluler
Respon imun terhadap sel kanker ditentukan oleh fungsi limfosit. Limfosit dibagi
dalam tiga kelompok besar, yaitu limfosit T, limfosit B dan NK (natural killer). Aktivaasi
sel T melibatkan sel Th, Ts dan Tc. Sel Th penting pada pengerahan dan aktivasi
makrofag dan sel NK. NK merupakan molekul yang berperan penting sebagai antitumor.
Aktivitas sel NK dalam membunuh sel tumor diaktivasi oleh sitokin IL-2, yang dikenal
sebagai lymphokine-activated killer (LAK) cells. Sitokin lain yang seperti MIF, MAF,
CFM, LT, TF, IFN-α dan IFN-γ juga turut berperan dalam meningkatkan kemampuan sel
NK dalam membunuh sel tumor.5 Interaksi antara sistem imun non spesifik dan spesifik
terhadap tumor dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
7
Gambar 3. Interaksi antara sistem imun non spesifik dan spesifik
Sitokin
Istilah limfokin pertama kali digunakan pada tahun 1960 untuk golongan protein
yang diproduksi limfosit yang diaktifkan pada respon imun seluler. Saat ini ternyata
limfokin tidak hanya dihasilkan oleh limfosit saja tetapi juga oleh sel-sel lain seperti
makrfag, eosinofil, sel mast dan sel endotel. Oleh karena itu istilah uyang lebih tepat
digunaka adalah sitokin. Sel-sel utama yang menghasilkan sitokin adalah sel Th dan
makrofag. Hal tersebut sama halnya dengan interferon (IFN) yang juga diproduksi oleh
limfosit sehingga dapat pula digolongkan sebagai sitokin. Sitokin merupakan suatu
glikoprotein dengan sifat sebagai berikut:
• Satu sitokin bekerja terhadap berbagai jenis sel (pleiotropik) dan dapat
menimbulkan efek melalui berbagai mekanisme.
8
• Banyak fungsi yang sama dimiliki oleh berbagai sitokin (efek yang redundant)
• Efeknya terjadi melalui ikatan dengan reseptor spesifik padas permukaan selk
sasaran dan cenderung menjadi sangat poten.
Sifat-sifat sitokin dan peranan sitokin dalam penghancuran sel tumor dapat
diperjelas melalui gambar di bawah ini:
Sitokin bekerja sebagai mediator pada imunitas non-spesifik misalnya IFN, TNF,
dan IL-1, sedang yang lainnya terutama berperan pada imunitas spesifik. Sitokin juga
bekerja sebagai pengontrol aktivasi, proliferasi dan diferensiasi sel. Beberapa sitokin
memiliki sifat sebagai antineoplastik melalui aktivasi sel NK, seperti yang diterangkan
pada tabel di bawah ini:
9
Tabel 1. Sitokin dengan efek sitostatik
Beberapa sitokin yang terlibat dalam keganasan kepala dan leher serta efek yang
ditimbulkannya akan diterangkan dalam tabel berikut:5
10
Kanker ini lebih banyak ditemukan pada pria dengan perbandingan pria dan wanita
adalah 2:1.2
PERUBAHAN KEGANASAN
Secara umum terjadinya perubahan sel-sel normal menjadi ganas adalah akibat
adanya paparan faktor perusak genetik yang mengatur pertumbuhan sel. Beberapa faktor
yang dapat meyebabkan kerusakan genetik tersebut adalah senyawa kimia, fisik atau
infeksi virus. Hal yang sama juga ditemukan dalam penyebab terjadinya karsinoma sel
skuamosa kepala dan leher. Perubahan genetik yang terjadi akan menyebabkan perubahan
11
pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol, menginvasi jaringan sekitar, dan berpotensi
untuk menyebar ke jaringan yang lain.1
Menurut Hanh dkk, terdapat 6 faktor yang menyebabkan perkembangan untuk sel
kanker, yaitu:7
• Berproliferasi autonom
• Menghambat sinyal growth inhibition
• Kemampuan menghindari apoptosis
• Immortal
• Angiogenesis
• Menginvasi jaringan lain dan metastasis
Patogenesis tumor ganas merupakan proses biasanya memakan waktu yang cukup
lama. Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator yang memulai pertumbuhan sel
yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat karsinogenik. Bersamaan dengan atau stelah
inisiasi, terjadi promosi yang dipicu oleh promoter sehingga terbentuk sel yang
polimorfis dan anaplastik. Selanjutnya terjadi progresi yang ditandai dengan invasi sel-sel
ganas ke membrane basalis. Semua proses ini terjadi pada tahap induksi tumor dan dapat
digambarkan sebagai berikut:
12
kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan penghapusan kode kromosom.
Penghapusan atau penggandaan bagian-bagian kromosom memungkinkan untuk
ditempati oleh onkogen atau gen supresor tumor. Sedangkan penyusunan ulang
kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik.5
Perubahan genetik pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher belum
diketahui secara pasti. Califano dkk mengemukakan hilangnya kromosom 9p21 atau 3p
menyebabkan perubahan dini pada mukosa kepala dan leher sehingga mengakibatkan
munculnya karsinoma sel skuamosa. Namun, teori lain menyatakan bahwa hilangnya
kromosom 17p pada gen supresor tumor juga turut berperan tethadap keganasan kepala
dan leher. Selain itu, hilangnya kromosom 3p21 menyebabkan perubahan hyperplasia dan
displasia, sedangkan hilangnya kromosom 6p, 8p, 11q, 14q, dan 4q26-28 menyebabkan
terjadinya invasi ke jaringan sekitar.2
IMUNOTERAPI
Metode terapi imun pada keganasan dapat dibedakan atas aktif dan pasif.
Imunoterapi aktif ditujukan pada sistem imun inang agar mampu mengontrol atau
mengeradikasi pertumbuhan sel ganas. Sedangkan imnunoterapi pasif meliputi pemberian
stimulus eksternal pada komponen imunitas pada pasien yang sedang dalam terapi. Terapi
ini dapat bersifat spesifik dengan pemberian vaksin sel tumor atau non spesifik dengan
pemberian stimulus imunitas seperti sitokin dapat dilakukan dalam hal pencegahan
terhadap keganasan.5
Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam jumlah besar.
Sesuai dengan peranan biologiknya, maka sitokin dapat digunakan sebagai pengganti
komponen sistem imun yang imunokompromais atau untuk mengerahkan sel-sel yang
diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sel
sistem imun dalam respon terhadap sel kanker.7
IFN-α, IFN-γ dan IL-2 telah mulai diberikan dalam penatalaksanaan kanker
kepala dan leher. IFN- γ dapat memberikan efek sitolitik (menghancurkan sel) dan
sitostatik (menekan pertumbuhan atau multiplikasi sel) terhadap karsinoma skuamous sel
13
kepala dan leher, dan telah dibuktikan secara in vivo maupun in vitro. Hal serupa juga
telah dibuktikan pada IFN- α. Sedangkan IL-2 berkaitan dengan efek antitumor dan
imunomodulator.5
Radioterapi
Kepekaan sel terhadap sinar rontgen tergantung pada kecepatan pertumbuhan sel.
Makin aktif dan cepat pertumbuhan suatu jenis sel, makin peka sel tersebut terhadap
14
pengaruh radiasi. Radioterapi dapat diberikan sebagai terapi utama pada kasus kanker
yang radiosensitif, kanker yang operasinya sangat sukar atau dengan resiko operasi yang
sangat besar, seperti kanker nasofaring dan kanker pangkal lidah. Radioterapi kadang
diberikan sebagai terapi penunjang.9
Kemoterapi
Konsep kemoterapi sama dengan konsep terapi infeksi, yaitu membunuh sel
kanker seperti halnya membunuh mikroorganisme penyebab infeksi. Kemoterapi
seringkali diberikan bersamaan dengan pengobatan bedah dan radioterapi. Terapi adjuvan
ini dimaksudkan untuk mencegah kekambuhan tumor setelah pembedahan atau
radioterapi.9
Di bawah ini adalah beberapa obat yang digunakan dalam kemoterapi pada
keganasan kepala leher:10
Natural product
15
Hormones Tamoxifen, leuprolide
DAFTAR PUSTAKA
1. Murray, K Robert. Kanker, Gen Kanker dan Faktor Pertumbuhan dalam Biokimia
Harper. Edisi 24. Jakarta. EGC. 1999. 779-98.
2. Nguyen T. Chau, Padhya A. Tapan. Cell Biology of Head and Neck Squamous
Cell Carcinoma. Available from: www.emedicine.com. Last update 13 Oct 2008
[Diakses tanggal 16 Januari 2009].
6. Murray, K Robert. Kanker, Gen Kanker dan Faktor Pertumbuhan dalam Biokimia
Harper. Edisi 24. Jakarta. EGC. 1999. 779-98.
16
7. Rand L. Margaret, et al. Protein Plasma, Imunoglbulin dan Pembekuan Darah
dalam Biokimia Harper. Edisi 24. Jakarta. EGC. 1999. 738-9.
8. Bayon Rodrigo, Wenig L. Barry. Molecular Targets in the Trearment of Head and
Neck Squamous Cell Carcinoma. Available from: www.emedicine.com. Last
update 31 Jul 2008 [Diakses tanggal 16 Januari 2009].
17