Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN REFLEKSI KASUS MAKULA KORNEA

A. PENGALAMAN I. IDENTITAS PASIEN: - Nama pasien - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Agama - Suku/bangsa - Alamat : Bp. Kobail : 57 tahun : Laki-laki : SD : Buruh pabrik kayu lapis : Islam : Jawa/Indonesia : Jenggreng I, Tanggulrejo, Tempuran.

II.1. ANAMNESIS : - Keluhan Utama : Pasien mengeluh mata kirinya untuk melihat kabur. - Keluhan Tambahan : Mata pegal (-) Nyeri Nrocos (-) (-)

Mengganjal (-) Merah Silau (-) (-)

- Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pasien mengeluh penglihatan kabur sejak 3 minggu yang lalu. Sebelumnya sudah diperiksakan ke puskesmas tapi belum membaik. Riwayat trauma pada mata disangkal. Riwayat corpus alienum pada mata disangkal. Riwayat diabetes
1

melitus disangkal. Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat pemakaian lensa kontak disangkal. Riwayat infeksi pada mata sebelumnya disangkal. Riwayat penggunaan obat salep / topikal pada mata disangkal.

II.2. KESAN : - Kesadaran - OD - OS : Compos mentis

- Keadaan Umum : baik : mata tenang. : mata tenang.

II.3. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF PEMERIKSAAN Visus Jauh Refraksi Koreksi Visus Dekat Proyeksi Sinar Proyeksi Warna OD 20/100 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan OS 1/60 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakuakan

II.4. PEMERIKSAAN OBYEKTIF PEMERIKSAAN 1. Sekitar (supersilia) 2. Kelopak mata - Pasangan - Gerakan Simetris Simetris Dbn OD OS PENILAIAN

mata Kedudukan baik

alis Kedudukan alis Dbn baik

Gangguan gerak Gangguan gerak Dbn

(-), blefarospasme(-)

(-), blefarospasme(-)

- Lebar rima - Kulit - Tepi kelopak

12 mm Hiperemi (-) Trikiasis (-) Entropion (-) Ektropion (-) Tanda peradangan(-)

12 mm Hiperemi (-) Trikiasis (-) Entropion (-) Ektropion (-) Tanda peradangan(-)

Normal 9-13 mm Dbn Dbn

-Margo intermarginalis

Tanda peradangan (-)

Tanda peradangan (-)

Dbn

3.Apparatus Lakrimalis Sekitar gland. Dakrioadenitis (-) Dakrioadenitis (-) Dakriosistitis (-) Dbn Dbn

lakrimalis Sekitar sakus Dakriosistitis (-)

lakrimalis - Uji flurosensi - Uji regurgitasi 4.Bola mata - Pasangan - Gerakan Simetris Gangguan (-) - Ukuran Makroftalmos (-) Mikroftalmos (-) 5. TIO 6. Konjungtiva Palpasi kenyal Simetris gerak Gangguan gerak (-) Makroftalmos(-) Mikroftalmos (-) Palpasi kenyal Dbn Dbn Dbn Dbn Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Palpebra Hiperemi(-)

Hiperemi(-) Dbn

superior - Forniks Hiperemi (-) Hiperemi(-)

Palpebra Hiperemi (-)

Hiperemi(-)

inferior - Bulbi Hiperemi (-) Injeksi siliar (-) Injeksi konjungtiva (-) Hiperemi(-) Injeksi siliar (-) Injeksi konjungtiva (-) 7. Sclera
8.

Ikterik (-)

Ikterik (-)

Dbn

Kornea 12 mm 12 mm Dbn

- Ukuran

horizontal - Kecembungan Lebih dari sclera - Limbus Benjolan (-) Korpus alienum (-)

horizontal cembung Lebih cembung Dbn dari sclera Benjolan (-) Korpus alienum(-) Dbn

- Permukaan - Medium

Licin Jernih

Tidak licin Tampak kekeruhan berwarna putih dengan tegas batas Terdapat sikatrik

pada kornea

- Dinding Belakang - Uji flurosensi

Jernih

Jernih

Dbn

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

- Placido
9.

Regular

Irregular

Kamera Okuli anterior Dalam Jernih Dalam Jernih Dbn Dbn

- Ukuran - Isi

Fler (-), hifema (-), Fler (-), hifema hipopion (-)


10. Iris

(-),hipopion (-)

- Warna - Pasangan - Gambaran

Cokelat Simetris Gambaran baik

Cokelat Simetris

Dbn Dbn

kripti Gambaran kripti Dbn baik Bulat Dbn

- Bentuk
11.

Bulat

Pupil 4 mm Bulat Di tengah iris reguler + (positif) + (positif) 4 mm Bulat Di tengah iris reguler + (positif) + (positif) Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn Dbn

- Ukuran - Bentuk - Tempat - Tepi - Refleks direct - Refleks indrect


12.

Lensa Ada Jernih Di Ada Jernih tengah Di tengah Dbn Dbn Dbn

- Ada/tidak - Kejernihan - Letak

belakang iris -Warna kekeruhan 13.Korpus Vitreum 14.Refleks fundus Tidak ada Jernih (+) orange

belakang iris Tidak ada Jernih (+) orange Dbn Dbn Dbn

II.5. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD OS

III. DIAGNOSIS BANDING IV. DIAGNOSIS - OD : Ametrop - OS : Makula kornea OD : Ametrop OS : Makula kornea, leukoma kornea

V.TERAPI 1. Edukasi kepada pasien bahwa dengan farmakologis/ obat tidak dapat menyembuhkan dan meningkatkan tajam penglihatan karena telah timbul jaringan parut pada kornea. 2. Dapat dilakukan tindakan bedah yaitu keratoplasti.

PROGNOSIS Visum (Visam) Kesembuhan (Sanam) Jiwa (Vitam) Kosmetika (Kosmeticam) : Baik : Baik : Baik : Baik

B. KASUS YANG DIKAJI Apa saja indikasi dilakukan keratoplasti? C. ANALISIS MASALAH

DEFINISI Keratoplasti adalah istilah lain untuk

transplantasi kornea atau

cangkok kornea, merupakan suatu prosedur bedah di mana kornea yang telah mengalami kerusakan diganti dengan donor kornea. Istilah keratoplasti penetrans (PK) berarti penggantian kornea seutuhnya (full thickness). Donor kornea tersebut diambil dari seseorang yang telah menjadi calon donor setelah meninggal dunia, secara sukarela dan ikhlas mendonorkan korneanya. Kornea adalah bagian dari bola mata yang jernih, letaknya berada di depan iris (selaput pelangi) dan pupil (manik mata). Tindakan bedah tersebut dilaksanakan oleh dokter spesialis mata. Jadi kornea ini bertindak sebagai alat penghantar dan membiaskan sinar yang masuk bolamata. Apabila kornea itu menjadi keruh,akan mengakibatkan jalannya sinar yang masuk bolamata terganggu, tajam penglihatan dapat menurun dan bahkan dapat menjadi buta. Angka kebutaan total di Indonesia 1,47% lebih,diantaranya adalah buta karena katarak 52%, glaukoma 13,4%, kornea 6,4%. Angka kebutaan ini dapat meningkat dikarenakan kurangnya pelayanan kesehatan mata, faktor pendidikan, pekerjaan, sikap, perilaku, ekonomi dan kesehatan masyarakat yang kurang.

ANATOMI KORNEA Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 mikrometer di pusatnya, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mikrometer dan vertikalnya 10,6 mikrometer. Kornea Smempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.

Lima lapisan kornea dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1. Epitel Tebal epitel 40 mikrometer, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel polygonal, dan sel gepeng. Pada sel basal basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan

semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden. Ikatan ini menghambat pengaliran air, elektolit, dan glukosa yang merupakan barier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat padanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan. 2. Membrane Bowman Terletak di bawah membrane basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma, dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak memiliki daya regenerasi. 3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang diperifer serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesuadah trauma. 4. Membran Descemet Merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastic dan berkembang terus seumur hidup mempunyai tebal 5-10 mikrometer. 5. Endotel Berasal dari mesothelium, berlapis satu bentuk heksagonal, besar 4 mikrometer. Endotel melekat pada membrane descemet melalui hemidesmosom dan zonula okluden.

Gambaran Lapisan pada Kornea I. JENIS KERATOPLASTI a. Keratoplasti lamelar: hanya sebagian lapisan kornea yang diganti oleh kornea donor. Penggantian sebagian dari ketebalan kornea untuk mengganti kornea dengan tebal stroma yang bervariasi.
b. Keratoplasti tembus: dilakukan apabila seluruh lapisan kornea

penderita diangkat dan digantikan dengan kornea donor

II.

TUJUAN KERATOPLASTI
a. Tujuan Optik : Memperbaiki tajam penglihatan b. Tujuan Terapi : Menghilangkan keadaan patologik di jaringan kornea c. Tujuan Tektonik : Memperbaiki struktur jaringan kornea yang

mengalami penipisan atau kerusakan


d. Tujuan Kosmetik : Memulihkan kejernihan kornea agar tidak nampak

putih

III.

INDIKASI 1. Jaringan parut kornea akibat infeksi, seperti herpes dan keratitis jamur

10

2. Kelainan kornea, seperti keratokonus 3. Kerusakan kornea akibat trauma mata, trauma kimia, dan lain-lain 4. Kelainan mata karena faktor bawaan (genetik), misal : distrofi kornea 5. Penolakan (rejection) pada kornea setelah transplantasi kornea pertama 6. Kekeruhan kornea setelah operasi katarak

IV.

PERSYARATAN DONOR&RESIPIEN 1. Syarat calon donor a. Kornea calon donor jernih b. Usia tidak terlalu tua (< 60 tahun) c. Tidak menderita penyakit (Hepatitis, HIV, tumor mata, septicemia, shipilis, glukoma, leukemia, serta tumor yang menyebar seperti kanker payudara dan kanker leher rahim) d. Mata harus diambil kurang dari 6 jam setelah meninggal dunia e. Kornea donor harus digunakan dalam waktu kurang dari 24 jam. Kornea donor diawetkan dengan : Pendinginan, gliserin anhidrat, McKaufmann medium, pengawetan krio. 2. Syarat calon resipien a. Letak kerusakan kornea berada dibagian tengah b. Tidak ada bentukan pembuluh darah c. Relative dalam keadaan tenang d. Jaringan kornea yang keruh bebas dari perlekatan dengan jaringan lain didalam bola mata e. Tekanan bola mata normal f. Kondisi air mata dan selaput lendir (konjungtiva) relative normal.

11

V.

PROSEDUR a. Umumnya operasi dilakukan dengan menggunakan bius umum kecuali untuk kasus tertentu yang terpaksa harus dilakukan bius lokal. b. Saat operasi mata akan ditahan oleh alat spekulum untuk membuka lebar kelopak sehingga operasi pada kornea dapat dilakukan. c. Kornea mata akan diukur untuk menentukan diameter kornea yang akan dibuang d. Kornea donor diukur diameternya juga untuk kemudian dipotong e. Kornea resipien dibuang kemudian diganti dengan kornea donor f. Kornea donor yang sudah dipasang di mata kemudian dijahit dengan benang g. Ketika operasi telah selesai, dokter akan memberikan pelindung mata.

12

VI.

FOLLOW UP Pemeriksaan mata setelah operasi akan dilakukan pada satu hari berikutnya. Hal-hal yang harus diedukasikan kepada pasien adalah:
a. b. c. d.

Menggunakan obat tetes mata sesuai dengan petunjuk Tidak diperbolehkan menggosok atau menekan mata. Pakai pelindung mata (plastik) terutama pada saat tidur/istirahat. Lakukan aktifitas sehari-hari tetapi hindari olahraga/kegiatan yang berat

e. f.

Segera menghubungi dokter bila ada keluhan. Untuk kontrol mata berikutnya dijadwalkan sesuai instruksi dari dokter Dokter mata akan memutuskan kapan harus melepas jahitan,

tergantung dari kondisi mata dan tingkat kepulihan mata. Umumnya jahitan diangkat setelah 9 bulan sampai 1 tahun setelah operasi.

Gambar kornea transplant setelah 1 tahun dengan 2 jahitan VII. KOMPLIKASI Penolakan transplantasi kornea sebesar 5% sampai 30%. Penolakan kornea dapat terjadi sehingga penglihatan menjadi mengeruh dan memburuk. Tanda-tanda yang akan terjadi bila terdapat penolakan adalah:

13

Rasa tidak nyaman. Sensitif terhadap cahaya. Mata merah. Perubahan penglihatan. Kemungkinan yang terjadi setelah dilakukan transplantasi kornea,

diantaranya :

Infeksi Kegagalan reepitelialisasi Pendarahan Katarak Pembengkakan atau robekan pada retina. Glaukoma. Astigmatisme Tajam penglihatan yang turun hingga terjadi kebutaan

VIII. KEBERHASILAN TERAPI Keberhasilan terapi dapat diketahui bila fungsi penglihatan resipien kornea akan terus membaik setelah satu tahun pasca pembedahan. Resipien kornea memerlukan keur mata (dengan kacamata atau lensa kontak) untuk rabun jauh atau astigmatisma (silinder). Bila fungsi

penglihatan setelah pembedahan belum stabil maka keur mata akan dilakukan pada tiga bulan pertama pasca bedah atau menunggu seluruh jahitan telah dilepas.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D.G, Asbury T, Riordan P, 2002, Oftalmologi Umum, Edisi ke-14, Widya Medika, Jakarta 2. Ilyas S, 2009, Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai