Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Rendah pada Pendidikan Anak-anak

Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar. Indonesia sendiri mencanangkan pendidikan wajib sembilan tahun pada setiap anak bangsa. Namun, pada kenyataanya masih banyak warga Indonesia yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, salah satunya, karena status sosial ekonomi rendah. Misalnya, pada kasus dimana lebih dari 16.000 siswa MI dan MTS yang dikeluakan dari sekolah, menurut Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama, A Saifuddin, ia mengatakan hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi karena sebagian besar orangtua siswa madrasah tinggal dengan kesejahteraan dan tingkat perekonomian yang rendah. Senada dengan pendapat diatas, Kemendiknas menyatakan pendidikan yang belum terjangkau itu lantaran kendala ekonomi, transportasi, letak geografis yang sulit, lokasi yang sangat terpencil, dan membantu orangtua bekerja. Dari kedua pernyataan ini bisa disimpulkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah status sosial ekonomi yang secara implisit juga mempengaruhi proses belajar siswa. Dimana siswa dengan status sosial ekonomi rendah cenderung mendapatkan kerugian karena pengaruh dari lingkungan, keluarga, serta sekolah yang tidak cukup memfasilitasi mereka untuk bisa mendapatkan pendididikan yang maksimum. Status sosial ekonomi adalah mengelompokkan orang yang memiliki kesamaan pekerjaan, pendidikan, dan karakteristik ekonomi. Pada umumnya pengelompokkannya berdasarkan status pekerjaan, level pendidikan, dan kepemilikan sumber daya ekonomi. Akibat dari status sosial ekonomi, terjadi perbedaan di masyarakat dimana beberapa orang memiliki akses lebih terhadap orang lain yang menyebabkan ketidaksetaraan kesempatan di masyarakat Masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah memiliki ciri-ciri tingkat pendidikan dan level pekerjaan, dan kepemilikan sumber daya ekonomi yang rendah. Mereka juga biasanya hidup di lingkungan yang kurang menguntungkan karena status sosial ekonomi juga erat kaitannya dengan lingkungan tetangga dan sekolah dimana mereka hidup, dan hal ini mempengaruhi penyesuaian diri yang terjadi pada anak-anak. Lingkungan tetangga yang tidak menguntungkan, seperti tetangga di lingkungan sosial ekonomi rendah dan pengangguran

dikatakan terkait dengan pengasuhan orang tua yang tidak konsisten, kurang stimulasi, dan sering menghukum. Akibatnya, pada anak-anaknya terdapat kecenderungan untuk memiliki masalah perilaku dan terkait dengan kemampuan verbal yang rendah ( Kohen, dkk. 2008, dalam Santrock, 2011) Status sosial ekonomi dapat menyebabkan perbedaan kemampuan pada individu. Pada aspek individu, dikatakan, kecerdasan memiliki korelasi positif dengan faktor sosial ekonomi ( Neisser, dkk. 1996 dalam Shiraev, 2004) dimana anak yang tumbuh pada lingkungan sosial ekonomi atas cenderung memiliki nilai lebih baik dibandingkan dengan yang tumbuh di lingkungan sosial ekonomi bawah. Salah satu contohnya, pada pada anak yang berasal dari kalangan sosial ekonomi atas biasanya lebih cepat dalam menguasai kemampuan literasi dibandingkan dengan kalangan sosial ekonomi bawah yang mengakibatkan ketidaksamaan kualitas saat mereka mulai masuk ke taman kanak-kanak ( Ready, 2010 ) Aspek pendidikan lain terkait dengan status sosial ekonomi adalah sekolah. Sekolah yang murid-muridnya berasal dari latar belakang sosial ekonomi rendah biasanya memiliki sumber daya yang juga rendah, baik berupa kualitas guru, sistem pendidikan, fasilitas, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar siswa. Pada penelitian tentang keadaan sekolah dan kondisi belajar di bagian selatan Amerika Serikat dimana banyak terdapat kaum etnis minoritas yang rata-rata miskin ditemukan bahwa sekolah di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi, muridmuridnya kurang bersemangat untuk belajar dan guru-gurunya kurang berpengalaman dan memiliki kredibilitas yang rendah untuk memfasilitasi proses belajar ( Fram, dkk., 2007). Selain itu, pada sekolah yang murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan sosial ekonomi, anak-anak yang berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah cenderung memiliki tingkat absensi tinggi, hal ini dikarenakan anak-anak lebih suka datang ke sekolah yang temanteman mereka berasal dari kalangan sosial ekonomi yang setara (Ready, 2010). Hal ini terkait dengan kewaspadaan akan ketidaknyamanan sosial akan status mereka (McLyod, dkk., 2009 dalam Santrock, 2011) yang menyebabkan mereka berusaha untuk menutupi status sosial ekonomi mereka sebisa mungkin. Untuk meningkatkan kualitas sekolah di lingkungan sosial ekonomi rendah perlu ditingkatkan optimisme akademik dimana di dalamnya terdapat collective efficacy, yaitu

kepercayaan suatu sistem sosial pada kapabilitas performa mereka, dan faculty trust, yaitu kepercayaan orang tua dan masyarakat akan performa suatu institusi akedemik, serta meningkatkan academic emphasis, yaitu usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Optimisme akademik adalah salah satu cara untuk mengatasi murid-murid yang bermasalah akibat pengaruh status sosial ekonomi rendah. Hal lain yang perlu diperhatikan sekolah untuk meningkatkan pendidikan pada siswa dari sosial ekonomi rendah bisa dicontoh dari apa yang telah dilakukan oleh Jill Nakamura, seorang guru di lokasi dengan tingkat kemiskinan tinggi, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir dan berbahasa siswa, mengerti bahwa siswa dari kalangan ini memiliki sumber daya terbatas, jangan terlalu disiplin, buat motivasi siswa sebagai prioritas utama, dan berkolaborasi dengan orang tua. Kemudian masyakat juga bisa ambil bagian dalam membantu meningkatkan pendidikan pada kalangan sosial ekonomi bawah. Salah satunya dengan program pelayanan masyarakat, seperti Quantum Opportunities Program yang didirikan oleh Ford Foundation yang menyediakan setahun penuh mentoring terhadap anak yang akan naik ke kelas 3 SMP dan The Beethoven Project yang dikelola oleh The Center for Succesful Child Development di Chicago dengan tujuan utama memfasilitasi anak-anak dari lingkungan sosial ekonomi rendah untuk dapat sukses di sekolah. Status sosial ekonomi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Siswa dengan status sosial ekonomi rendah cenderung mendapatkan kerugian dari kondisi ini karena faktor keluarga dan lingkungan yang biasanya kurang memberikan stimulasi, dan fasilitas yang diperlukan siswa untuk sukses dalam belajar, akibatnya mereka tidak bisa mencapai prestasi belajar maksimum. Sekolah pada lingkungan sosial ekonomi rendah juga biasanya tidak optimal karena kekurangan sumber daya, karenanya perlu ditingkatkan optimisme akademik di sekolah agar mutu pendidikannnya semakin baik. Selain dari pihak sekolah, masyarakat juga turut andil untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi siswa dengan status sosial ekonomi rendah dengan berpartisipasi dalam program pelayanan masyarakat, seperti Quantum Opportunities Program dan The Beethoven Project.

Daftar Pustaka Fram, Maryah Stella., Miller-Cribbs, Julie E., Van Horn, Lee. (2007). Poverty, race, and the contexts of achievement: Examining educational experiences of children in U.S South. Social Work,52, 309. Hoy, Wayne K., dkk. (2006). Academic optimism of school : A force for student achievement. American Educational Research Journal, 43, 425. Morrison, George S.(1992). Early childhood education today. London: Merrill Publishing Company Purwoko, Krisman. Jumlah Siswa DO Madrasah Masih Tinggi. Republika Online. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/11/03/22/171534-jumlah-siswa-domadrasah-masih-tinggi. (22 Maret 2011) Ready, Douglas D. (2010). Socioeconomic disadvantage, school attendance, and early cognitive development : The differential effects of school exposure. Sociology of Education, 83, 271. Santock, John W. (2011). Educational psychology (5th ed). New York: McGraw Hill. Shiraev, Eric B dan Levy, David A.(2004). Cross cultural psychology: Critical thinking and contemporary applications( 2nded.). New York: Pearson Education, Inc. Yuwanto, Endro. Siswa Miskin Masih Tersisih untuk Dapatkan Akses Pendidikan. Republika Online. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/07/27/126748-siswa-miskin-

masih-tersisih-untuk-dapatkan-akses-pendidikan. (27 Juli 2010)

Anda mungkin juga menyukai