Anda di halaman 1dari 25

BAB.

I PENDAHULUAN

Ada fase-fase psikologis yang harus dilalui tiap individu. Antara lain fasepsikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan fungsi seksual yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis individu tersebut. Tiap individu akan mengalami fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap perkembangan umurnya (0-18 tahun). Bila individu tersebut gagal melewati suatu masa yang harus dilaluinya sesuai dengan tahap perkembangannya maka akan terjadi gangguan pada diri orang tersebut. Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak di mana mencari kesenangan-energi dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual, atau libido , digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk

oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini

diselesaikan, individu akan tetap terjebak dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan.

BAB II GANGGUAN PSIKOSEKSUAL A. Pengertian Istilah gangguan psikoseksual sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment). Gangguan psikoseksual bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak

wajar. Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum (1). Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar.Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat (2,3). Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku-perilaku seksual atau fantasi-fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum

dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum (3). B. Etiologi a. Masalah seksualitas remaja timbul karena faktor-faktor berikut (4): 1). Meningkatnya libido seksualitas Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasyrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. 2). Penundaan usia perkawinan Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lainlain). Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh kepada tingkah-tingkah laku yang lain seperti ciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut. 3). Tabu-larangan

Ditinjau dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya disebabkan karena seks dianggap sebagai bersumber pada dorongan-dorongan naluri di dalam id. Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan moral yang ada dalam super ego, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. Karena remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sulit diajak berdiskusi tentang seks, terutama sebelum ia bersenggama untuk yang pertama kalinya. Tabu-tabu ini jadinya mempersulit komunikasi. Sulitnya komunikasi, khususnya dengan orang tua, pada akhirnya akan menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan. 4). Kurangnya informasi tentang seks Pada umumnya mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua-anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya teman. 5). Pergaulan yang makin bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara

pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akhibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.

b. Hubungan seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu (5): Waktu /saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan dialaminya. Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar. Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam. Hubungan antar mereka makin romantis. Kondisi keluarga yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik. Kurangnya kontrol dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang baik. Status ekonomi. Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah

tetapi banyak kebutuhan/tuntunan, mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu. Korban pelecehan seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi. Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan penampilan diri yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan alkohol makin lama makin meningkat. Mereka kehilangan kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana tidak boleh. Mereka merasa sudah saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara fisik. Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya. Penerimaan aktifitas seksual pacarnya. Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya. Terjadi peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi/seksual.

C. Macam gangguan psikoseksual Gangguan-gangguan pada tingkah laku seksual yang berlaku umum (tidak khusus remaja), menurut Sarwono Sarlito W, 2002, terdiri dari 4 kelompok besar yang masing-masing terdiri dari beberapa subkelompok yaitu sebagai berikut (4): 1. Gangguan identitas jenis Gambaran utama dari gangguan ini adalah ketidaksesuaian antara alat kelamin dengan identitas jenis yang terdapat pada diri seseorang. Jadi seorang yang beralat kelamin laki-laki merasa dirinya wanita, ataupun sebaliknya. Identitas jenis yang menyimpang ini dinyatakan dalam perbuatan (cara berpakaian, mainan kegemarannya), ucapan maupun objek seksualnya (4). Selama ini alat kelamin fisik, berupa alat reproduksi, sering dianggap satusatunya penentu perilaku jenis seseorang. Padahal, masih ada variabel lain, yaitu identitas jenis kelamin (sex identity) atau identitas jender, yang ditemukan pada tahun 1972 oleh Money dan Erhardt setelah meneliti ratusan individu. Menurut Kessler dan McKeena, dalam Gender: An Ethnomethodological Approach (1978), identitas jenis kelamin adalah perasaan mendalam atau keyakinan dalam batin seseorang yang membuatnya merasa sebagai lelaki atau perempuan. Dengan kata lain, identitas jenis kelamin adalah keyakinan mendalam pada seseorang tentang apakah dia itu pria atau wanita (6). Sex identity, yang dapat disebut jenis kelamin jiwa, semata-mata tergantung dari perasaan orang bersangkutan dan tidak selalu sejalan dengan penilaian orang, pakar

sekalipun. Jenis kelamin jiwa merupakan variabel mandiri terhadap seks fisik, artinya dapat sejalan atau bertolak belakang dengan kelamin fisik. Jenis kelamin jiwa mulai tertanam pada usia dua tahun, namun biasanya mulai disadari dengan kuat menjelang remaja (6). Mayoritas warga memiliki sex identity sesuai dengan jenis kelamin fisiknya. Namun, transseksual memiliki sex identity berbeda dari seks fisiknya. Jadi, MFT bertubuh lelaki tetapi merasa dirinya perempuan. Sebaliknya, FMT bertubuh perempuan namun merasa dirinya lelaki (bukan sekadar tomboi, karena seseorang yang tomboi, sekalipun berperilaku kelaki-lakian, masih tetap merasa perempuan). Karena itulah, MFT berperilaku sebagai perempuan. Masalahnya, masyarakat sering menyalahkan, mengapa orang yang terlahir laki-laki sampai merasa dan berperilaku

sebagai perempuan dan sebaliknya pada FMT (6). Sebelum sex identity ditemukan, para pakar menganggap transseksual merupakan orang abnormal yang perlu disembuhkan dengan aneka terapi, termasuk kejutan listrik. Namun, kini disadari bahwa sex identity lebih kuat daripada kelamin fisik. Karena itu, jika seorang transseksual diminta menyelaraskan perilaku dengan bentuk fisiknya, yang lebih banyak terjadi bukan perubahan perilaku, melainkan perubahan fisik. Penyebab transseksual belum dapat ditentukan secara pasti. Sebagian menduga pengaruh hormon dalam kandungan. Misalnya, kekurangan testosteron pada janin dengan kelamin fisik lelaki dapat menyebabkannya memiliki kelamin jiwa perempuan. Sebaliknya, kelebihan testosteron pada janin dengan kelamin fisik

perempuan dapat menyebabkannya memiliki seks jiwa lelaki. Namun, sebab sebenarnya masih merupakan misteri (6). Variabel yang juga menentukan perilaku adalah orientasi seks, kecenderungan mencari pasangan. Umumnya, transseksual tertarik terhadap lawan jenis sehingga mirip warga masyarakat umumnya. Namun, ada juga transseksual

yang tertarik kepada kaum sejenis (6). Berikut adalah macam-macam gangguan identitias jenis (4): a. Transeksualisme Pada orang dewasa, gangguan identitas jenis ini dinamakan transeksualisme. Minat seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak berminat pada seks). b. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja. c. Gangguan identitas jenis tidak khas Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).

2. Parafilia Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya (4). Dapat dilihat dari tiga kategori (4): a. Dari cara penyaluran dorongan seksualnya: Masochisme : Mendapatkan kegairahan seksual melalui cara dihina, dipukul atau penderitaan lainnya Sadisme : Mencapai kepuasan seksual dengan cara menimbulkan penderitaan psikologik atau fisik (bisa berakhibat cidera ringan sampai kematian) pada pasangan seksnya. Eksibitionisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memperlihatkan alat kelaminnya kepada orang lain. Scoptophilia : Mendapatkan kepuasan seks dari melihat aktivitas seksual. Voyeurisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat orang telanjang. Transvestisme : Mendapatkan kepuasan seks dengan memakai pakaian dari lawan jenisnya. Sodomi : Mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan hubungan seksual melalui anus

Seksualoralisme : Mendapatkan kepuasan seks dari aplikasi mulut pada genitilia partnernya

b. Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang Pedophilia : Seseorang dewasa mendapat kepuasan seks dari hubungan dengan anak-anak. Bestiality : Mendapatkan kepuasan seks dari hubungan dengan binatang Zoophilia : Mendapatkan kepuasan dengan melihat aktivitas seksual dari binatang Necriphilia : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat mayat, coitus dengan mayat. Pornography : Mendapatkan kepuasan seks dengan melihat gambar porno lebih terpenuhi dibandingkan dengan hubungan seksual yang normal. Fetishisme : Pemenuhan dorongan seksual melalui pakaian dalam lawan jenis. g.Frottage : Mendapatkan kepuasan seks dengan meraba orang yang disenangi dan biasanya orang tersebut tidak mengetahuinya. Incest : Hubungan seksual yang dilakukan antara dua orang yang masih satu darah. Mysophilia, coprophilia dan Urophilia : Senang pada kotoran, faeces dan urine. Masturbasi : Mendapatkan kepuasan seks dengan merangsang genitalnya sendiri.

c. Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksual : Nymphomania : Seorang wanita yang mempunyai keinginan seks yang luar biasa atau yang harus terpenuhi tanpa melihat akibatnya. Satriasis : Keinginan seksual yang luar biasa dari seorang lelaki. Promiscuity dan prostitusi : Mengadakan hubungan seksual dengan banyak orang. Perkosaan : Mendapatkan kepuasan seksual dengan cara paksa.

3. Disfungsi Psikoseksual Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual atau disfungsi seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga (7). Disfungsi seksual itu sendiri merupakan kondisi di mana fungsi seksual dalam tubuh seseorang sudah mulai melemah. Kondisi itu dapat terjadi ketika kita masih muda, maupun pada usia lanjut karena kondisi fisik dan mental yang semakin berkurang (7). Kondisi disfungsi seksual dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada pria dapat berupa hiposeksualitas (hasrat seks yang berkurang), impotensia (kemampuan ereksi berkurang atau tidak mampu sama sekali), ejakulasi dini, dan anorgosmia (tidak dapat orgasme). Sedangkan pada wanita, disfungsi seksual dapat berupa hiposeksualitas

(hasrat seks berkurang), frigiditas (dingin terhadap seks atau tidak bergairah sama sekali), fobio seksualis (takut dan muak pada hubungan seksual), vaginismus, disparuenia (nyeri saat berhubungan), dan anorgasmia (tidak dapat organsme) (7). Disfungsi seksual disebabkan oleh berbagai gangguan dan penyakit, baik fisik maupun mental. Penyakit fisik yang menyebabkan disfungsi seksual adalah diabetes mellitus (kencing manis), anemia, kurang gizi, penyakit kelamin, penyakit otak dan sumsum tulang, akibat operasi prostat pada pria, tumor atau kanker rahim pada wanita, menurunnya hormon (pada pria maupun wanita), akibat pembedahan indung telur, penggunaan narkoba, obat penenang, alkohol, dan rokok. Sedangkan penyakit mental yang menyebabkan disfungsi seksual adalah psikosis, schizoprenia, neurosis cemas, histerik, obsesif-kompulsif, depresif, fobia, gangguan kepribadian atau psiko-seksual, serta retardasi mental dan gangguan intelegensia (7). Disfungsi seksual harus dicari penanggulannya sebab dapat menimbulkan masalah yang lebih besar jika tidak diatasi sejak dini. Impotensia, misalnya, dapat timbul karena berbagai penyakit tubuh atau penyakit lokal di daerah alat vital pria, seperti diabetes yang biasanya menyebabkan pria tidak mampu memiliki gairah seksual. Untuk mengatasinya, penyakit diabetes sebaiknya harus diobati terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengobati frigiditas pada wanita dapat dilakukan dengan faktor biologik (masa birahi pada saat ovulasi dan menstruasi), faktor psikologis (menghilangkan rasa takut atau jijik), dan faktor psikodinamik (menghilangkan rasa kotor, takut ditolak pasangannya, dan sebagainya). Dengan menanggulangi disfungsi seksual sejak dini, diharapkan dapat tercipta rumah tangga yang sehat dan harmonis (7).

Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV ) yang dibuat oleh APA (American Psychiatric Association) disfungsi seksual dibagi menjadi 4 jenis, tetapi kali ini hanya akan dibahas tentang disfungsi seksual secara umum. Ada beberapa ciri-ciri umum orang dikatakan menderita disfungsi seksual, antara lain (8): 1. Takut akan kegagalan, dimana masalah terjadi ketika adanya ketakutan yang terkait dengan kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi atau kegagalan mencapai orgasme. 2. Asumsi peran sebagai penonton dan bukan sebagai pelaku, memonitor dan mengevaluasi reaksi tuubh saat melakukan hubungan seks. 3. Kurangnya harga diri 4. Efek emosional, rasa bersalah, rasa malu, frustasi, depresi, kecemasan. 5. Perilaku menghindar, menghindari kontak seksual karena takut gagal menunjukkan performa yang adekuat, membuat berbagai macam alasan kepada pasangan. Untuk lebih memahami bagaimana terjadinya disfungsi seksual, maka kita juga harus mengerti tentang siklus respon seksual manusia. Disfungsi seksual tersebut akan memperngaruhi permualaan atau penyelesaian siklus respon seksual. Menurut, Helen Singer Kaplan, ada 4 fase siklus respon seksual menusia, yaitu (8): 1. Fase keinginan. Fase ini melibatkan fantasi seksual dan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. Timbulnya hasrat seksual ini merupakan gejala yang normal,

namun yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa besar minat seksual dikatakan normal?? 2. Fase perangsangan, Fase ini melibatkan perubahan fisik dan perasaan nikmat yang muncul saat proses rangsangan seksual. Perangsangan seksual melibatkan 2 refleks yang sangat penting, yaitu ereksi pada pria dan lubrikasi (basah) pada (maaf) vagina. 3. Fase orgasme. Baik pada pria maupun wanita, tegangan seksual mencapai puncaknya dan dilepaskan melalui kontraksi ritmis involunter dari otot velvis disertai dengan perasaan nikmat. Pada pria, kontraksi dari otot velvis mendorong cairan mani untuk keluar saat terjadi ejekulasi. Pada wanita, otot velvis yang melindungi lapisan luar ketiga dari vagina berkontraksi secara refleks. Orang tidak bisa memaksakan terjadinya orgasme. Mengatur tahap orgasme meliputi menerima stimulasi seksual dan sikap mau menerima kenikmatan seksual. Biasanya, mencoba untuk memaksakan orgasme malah mencegah terjadinya orgasme itu sendiri. 4. Fase resolusi. Fase ternjadinya relaksasi dan rasa nyaman. Pada tahap ini, secara fisiologis, pria tidak mampu mencapai ereksi kembali sampai waktu tertentu sedangkan wanita mungkin mampu mempertahankan rangsangan seksual ketika stimulasi dilanjutkan. Secara umum, ketika masalah terjadi pada tahap siklus respon seksual di atas, maka dapat menjadi permualaan masalah yang mengakibatkan disfungsi seksual. Ada

beberapa cara yang bisa ditempuh. Salah satunya adalah dengan terapi obat, yaitu mengkonsumsi obat-obatan yang bisa menangani disfunsi seksual (8). Cara lain adalah dengan pendekatan psikologis, yaitu dengan psikoterapi. salah satunya adalah terapi kognitif-behavioral (CBT). Dalam hal ini terapi seks menjadi pilihan. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu klien individu atau pasangan untuk mengembangkan hubungan seksual yang lebih memuaskan dan mengurangi kecemasan akan performa yang kurang maksimal (8). Gambaran utama dari Disfungsi Psikoseksual adalah terdapat hambatan pada perubahan psikofisiologik yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual. Berikut adalah macam disfungsi psikosexual (4): a. Hambatan selera seksual Sukar atau tidak bis timbul minat seksual sama sekali secara menetap dan meresap. b. Hambatan gairah seksual Pada laki-laki: gagal sebagian atau seluruhnya untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitas seksual (impotensia). Pada wanita: gagal sebagai atau seluruhnya untuk mencapai atau

mempertahankan pelumasan dan pembengkakan vagina (yang merupakan respons gairah seksual wanita) sehingga akhir dari aktivitas seksual (frigiditas). c. Hambatan orgasme wanita

Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi orgasme pada wanita setelah terjadi gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual. d. Hambatan orgasme pria Berulang-ulang atau menetap tidak terjadi ejakulasi atau terlambat berejakulasi setelah terjadi fase gairah seksual yang lazim selama aktivitas seksual. e. Ejakulasi prematur Secara berulang-ulang dan menetap terjadi ejakulasi sebelum dikehendaki karena tidak adanya pengendalian yang wajar terhadap ejakulasi selama aktivitas seksual. f. Dispareunia fungsional Rasa nyeri yang berulang dan menetap pada alat kelamin sewaktu senggama, baik pada pria maupun wanita. 7. Vagina fungsional Ketegangan otot vagina yang tidak terkendali sehingga mengalami senggama. 4. Ganguan seksual pada remaja Seringkali dijumpai gangguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan selera seksual dan hambatan gairah seksual. Libido seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan dengan seks seperti vaginismus (4). Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa menghambat

dorongan seksual karena status yang belum membolehkan untuk melakukan hubungan seksual (4).

D. Akibat dari perilaku deviasi sexual Akibat dari meningkatnya aktivitas seksual pada remaja yang tidak diimbangi dengan alat kontrasepsi diantaranya adalah kehamilan remaja atau pranikah sehingga banyak remaja yang melakukan tindakan aborsi (pengguguran kandungan) dengan cara meminum ramuan atau jamu, memijat peranakannya atau mencoba mengeluarkan janin dengan cara bantuan dukun atau meminum obat-obatan yang diberikan dokter atau bidan. Cara tersebut bisa mengakhibatkan perdarahan, infeksi sehingga kematian si calon ibu. Sedangkan pada janin mengalami kecacatan mental maupun fisikdalam masa pertumbuhannya (9). Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu Dewi Cinta dari Romawi kuno. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang sebelumyan telah terjangkit salah satu penyakit ini. Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan (9).

Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD), atau penyakit akibat hubungan seksual (sexually transmitted diseases, STD). Berbagai penyakit kelamin yang kini dikenal di dunia kedokteran adalah: sifilis, gonore, herpes simplex, limprogranuloma akuminata venerium, granuloma inguinale, trikomonas, kondiloma akuminata, dan AIDS. Dari berbagai penyakit itu yang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak diderita oleh pelaku seks bebas (termasuk pelaku seks menyimpang seperti homoseks, seks anal, dan sebagainya) adalah: sifilis, gonore, herpes progenitalis dan AIDS (1). 1). Gonorea Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual. Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ seks dan organ kemih. Selain itu, akan menyerang selaput lendir mulut, mata, anus, dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang membawa penyakit ini. dinamakan Gonococcus. 2). Sifilis Sifilis dikenal juga dengan sebutan Raja Singa. Penyakit ini sangat berbahaya. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan barang-barang dari seseorang yang tertular (seperti baju, handuk, dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adalah adanya kuman Treponema pallidum. 3. Herpes

Herpes termasuk jenis penyakit tua karena sudah ada sejak lama, ditularkan oleh bangsa yunani, romawi, dan louis XV. Herpes termasuk jenis penyakit biasa, disebabkan oleh virus harpes simpleks. 4). Klamidia Klamidia berasal dari kata chlamydia, sejenis organisme mikroskopik yang dapat menyebabkan infeksi pada leher rahim, rahim, saluran indung telur, dan saluran kencing. Gejala yang banyak dijumpai pada penderita penyakit ini adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna kuning , disertai rasa panas seperti terbakar ketika kencing. 5). Candida Penyakit ini biasa juga disebut sebagai infeksi ragi. Sebenarnya, dalam vagina terdapat berjuta-juta ragi. Meskipun tidak akan menimbulkan masalah, karena ragi berkembang terlalu pesat, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan infeksi. 6). Chancroid Chancroid adalah sejenis bakteri yang menyerang kulit kelamin dan menyebabkan luka kecil bernanah. Jika luka ini pecah, bakteri akan menjalar ke daerah pubik dan kelamin. 7). Granuloma inguinale Penyakit ini sama dengan chancroid, yaitu disebabkan oleh bakteri. Bagian yang terserang biasanya permukaan kulit penis, bibir vagina, klitoris, dan anus, akan berubah membentuk jaringan berisi cairan yang mengeluarkan bau tidak sedap. 8). Lymphogranuloma venereum

Penyakit ini biasa disingkat LGV, disebabkan oleh virus dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Penyakit ini sangat berbahaya karena antibiotik tidak dapat menanggulanginya. 9). AIDS AIDS adalah sebuah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Artinya, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. 10). HIV HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. 11). ARC ARC merupakan singkatan dari AIDS Related Complex, menyebabkan timbulnya pembekakan pada kalenjar di sekitar pangkal paha dan daerah lainnya. 12). Scabies Penyakit ini disebabkan oleh sejenis serangga yang disebut mite. Serangga tersebut dapat masuk melalui daerah kelamin dan dapat berkembangbiak secara cepat. 13). PID Merupakan singkatan dari Pelvis Inflammatory Disease, yaitu suatu penyakit infeksi sistem saluran reproduksi perempuan, seperti gonorea atau clamydia. 14). Trichomonas infection

Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang menyerang vagina perempuan dan menyebabkan terjadinya infeksi dengan mengeluarkan cairan busa disertai dengan rasa gatal dan panas pada vagina tersebut. 15). Venereal warts Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang alat kelamin seseorang. Pada laki-laki, virus ni menyerang bagian kepala penis. Pada perempuan, virus ini biasanya menyerang bibir vagina dan daerah sekitar anus (perineum).

PENUTUP

Gangguan psikoseksual bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar. Penyimpangan seksual kadang disertai dengan ketidakwajaran seksual, yaitu perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum. Gangguan psikoseksual terbagi atas transeksualisme, deviasi seksual dan disfungsi psikoseksual, Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah penyakit menular seksual (PMS). Penyakit seksual ini sangat berbahaya. Pengobatan untuk setiap jenis penyakit berbeda-beda, beberapa diantaranya tidak dapat disembuhkan

DAFTAR PUSTAKA

1. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka. 2. Abdullah. 2008. Penyimpangan Seksual. http://www.diffy.com/cmm/ artikel

definisi.penyimpangan1.html.
3. Mahmud,

Farhan. /seksmenyimpang.

2002.

Penyimpangan

Seksual.

www.google.com

4. Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 5. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta:

Sagung Seto.
6. Bambang

Suwarno. 2005. Transsexual Minoritas yang Terlupakan. http://www.duniaesai.com/t ransseksual-minoritas-yang-terlupakan.html 2007. Disfungsi Sexual, Penyebab, dan Cara Mengatasinya. http://www.dechacare.com/Disfungsi-Seksual-Penyebab-Dan-CaraMengatasinya-I20.html Ferry. 2011. Disfungsi Sexual dan Penanganannya. http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/disfungsi-seksual-danpenanganannya/

7. Liang.

8. Silitonga,

9. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai