Anda di halaman 1dari 55

INSPIRASI KEBEBASAN KAHLIL GIBRAN Aku, hanya akan bebas sepenuhnya Apabila sadar, bahwa keinginan bebaspun Merupakan

sebentuk 'belenggu' Bagi jiwaku Bila hari kosong Tanpa beban fikiran Malam, tiada sepi dari kesedihan Dan kebebasanpun Dan kebebasanpun Berada dirangkaian beban kehidupan

AKU DAN AYAT KULIHAT TUHAN Dalam terpaku dan diam Sakit dan harapan Keinginan manusia, dan kekuasan-Nya Tak berjarak lagi Aku melihat Tuhan Saat roh dan jasad tak bisa dipertahankan Untuk bersatu di satu tempat Untuk bersatu di satu tempat Pergi dan tak bisa diminta lagi Aku melihat Tuhan Saat gurauannya hilang Dan tak bisa kupanggil dia Dengan sapaan 'ayah' 8 mei 94 Bangsal Slamet R.S.U. Pusat. 19.00 WIB

MENGADU Jalan gelam, senyap Kususuri sore ditrotoar kota Hingga kering air mata, Hatiku masih saja gelap Selarut itu aku tangisi kematiannya Kusesali hilang kasih sayangnya Ayah, berpuluh kali kuteriaki namanya Tak kutemukan tempat mengadu Duniamu tak punya pintu untuk kulewati Aku rindu mengadu, Aku rindu bertemu, Di Nisanmu 9 Maret 94

TENTANG SAHABATKU WINDI Untuk apa air mata Jika yang kau tangisi Bisu seperti batu Dan tak menghiraukanmu Baginya, cintamu Seperti nyanyian belalang Hambar tanpa nada Kalian berbeda Windi, ayu tanpa nurani Menangis untuk perhatian Aku kehormatan yang telah pergi Tak bernilai lagi ? Magelang, 25 Maret 98

ANDI Bukalah mulutmu yang membisu Agar aku tak ingin meludahimu Ucapkan saja slamat tinggal atau perpisahan Agar di berhenti meminta pengertian Jangan diam seperti batu Agar tak kuremukkan saja Rahangmu Ucapan saja selamat tinggal Semudah kau rengkuh kehormatannya Senikmat kau nodai ia Supaya ia berhenti meminta. Magelang, 26 Maret '98

UNIVERSITAS TIDAK 27 Maret '98 RIF Apa yang harus didiskusikan Saat keterasingan memagari kita Kita hanya dungu, tiap kembali bertemu Tak bisa mamaknai lagi untuk apa bertemu Cinta terhadapmu Seumpama pasir dalam genggaman Semakin erat kugenggam ia semakin berceceran Jangan membuatku bermimpi kita bersanding Sebab mimpi, Jika tersadar hanyalah mimpi itu sendiri Yang bisa kutemui Biar saja sekali lagi aku menolakmu Meski di hati lukaku, Kau tetap terindah di mimpiku.

CHA Yellow starlet Under the rain UNS Nov '98 Dipelukanmu aku mengadu Didekapmu aku membisu Tak bisa menata kata, Tak kuasa melepasnya Buai angin, ngilu dan kaku Akan tetap begitu Terpuruk dipersimpangan Engkau bukan milikku Kita Kita Kita Kita bertemu, bercengkrama berseteru berciuman

Tetapi kau tak bisa menahanku Untuk terus mencintai hati lain Dan membiarkan kita Bersatu dalam persimpangan

US Benteng apa yang menghalangi jiwa kita Hingga angkuhmu amat nyata Menyiksa harga diri Yang jatuh dihadapmu Apakah tentang aku ? Sampah yang tak henti bersih Bandit yang tak pantas ditiru Munafik dan penipu Us, berapa kau jual keiklasanmu Kau gadaikan ketulusanmu Untuk sekedar memahami lukaku Caci maki saja aku Aku, tidak minta dihargai Sebab kau nampak selalu lebih suci Aku ingin dicintai Diberi nilai dan arti Untuk tetap menyebutmu Dik Sadness Sept '98

GETAR Dawai gitar hampir polosku Lagumu menyentuh remajaku Mengentas pubertasku Mengurai melodi Cinta pertamaku Disudut bangku SMA Terpana, Sebuah pesona Malam Inagurasi Aula TP 1 juli 94

KALAP Tenggelam didekapan pujo Aku amat belia menerimannya Untuk faham apapun maknanya Lirih kata-kata cintanya Hangat canda, Merayu muram durja Aku terpana Terpesona cinta pertama Pertama kali, sepasang bibir lugu beradu Aku kalamp Dalam rayuan dan getaran Sulit kubedakan, sesal dan kenikmatan Kemudian aku sadar Menangis dan menyesal Tenggelam, kalap oleh dosa belia Saat tubuh remaja kita bersentuhan 27 Juli 94 First date First kiss First love

THE MASK Aku menjadi topeng Disisi kekasih maria Sebab aku telah mendua Meski sungguh tanpa cinta Kita menjadi topeng Bersembunyi dari pujo dan maria Tanpa tau untuk apa kita bertemu Dan saling mengadu Tentang Maria sahabatku Tentang Pujo kekasihku Tak tau untuk apa semua itu Kita tetap saling mengadu Studio 21 Singosaren Plaza 4 april '94

DUCKID KEKASIH MARIA Sisi, 14 april 94 Aku mengerti Maria tak mencintaimu lagi Aku tau perih itu Tapi menerimamu sungguh tabu Seperti telanjang dihadapan maria Sahabatku Seperti sampah disisi kekasihku Meski sekian kali kau memintaku Kubiarkan kau bersandar disisiku Namun tidak kujadikan diriku Pelabuhan perihmu Sebab nanti usai sekolah Maria menemani renyah tawaku Dan sore di kursi tamu Kuadukan manja Disisi kekasihku

JARAK Kekasih kutangisi malam tanpamu Bangunan khayalan cinta Rubuh, Sebab jarak kita, terlalu jauh ditempuh Sedang aku, butuh Berkata-kata tentang rinduku Yang mengakar dan berbuah cemburu Kesendirian mengosongkan nalarku Jarak kita amat jauh Sementara aku tak mampu Mengadu betapa sulit tanpamu Cinta lain berbaris mengusikku Aku, tak bisa menunggu Tanpa batas waktu Jakarta solo Juni 1995

BERAI Kita, Pada puncaknya Memilih perpisahan Sebab arah tak lagi sefaham Terberai, Memilih jalan masing-masing Adalah jawaban Yang akan kusesali kesepakatannya Cinta pertama, kini Tercerai berai Oleh jarak dan waktu Yang selalu bicara dengan nada cemburu Agustus 1995

RIF Kau pungut aku Yang berserakan oleh luka Remuk seperti kaca Kau hati-ha ti menatanya Kau satukan laraku Menata retaknya Menjadikanku Menjadikanku Makna Sebentuk arti yang indah bagimu September '95 Pandangan aneh diruang aula

NYANYIAN GERIMIS Gerimis tak juga mereda Menerpa kerikil di jalanan belantara Tangan kokohnya menuntuku Memboyong kabut Sindoro Senja berkabut Cemara nyanyiakan lagunya Tawa riuhnya menuntunku kekaki langit Tertatih diajarkan aku lupakan perih Kabut beku dan bisu Jari kokoh terus merengkuh lelahku Hingga tergambar hamparan surga Edelweis tertusuk kilau surya Dunia berkerlip dibawah langit Aku tak bisa berkelit Bahwa cinta telah tumbuh Bersama fajar menyongsong subuh Puncak sindoro 22 Oktober 1995

4.30 am Keluarlah candamu Memecah hening alam beku Menyunting taw tanpa ragu Senyum simpul menyembul Mengisi celah sepi yang lama terkubur Mengetuk sudut kosong jiwa Tatap hangat menghalau nestapa Aku mencoba Mencari makna Tentang Riuh luka Yang perlahan sirna Lenyap dipagi buta Disisinya penuh pesona

Sindoro, 22 Oktober '95

RINDU BERKARAT SEPOTONG TANYA Kemudian, Pagi lain menyingsing Sebab malam telah lelah Menemani sepiku Maknamu memudar Bersama cinta yang pupus Cinta, sebentuk misteri Dan teka-teki Kau lebih mencintai bumi, angin dan Metallica Atau dibalik punggungku. Cinta telah terbagi Dengan pesona yang lebih bermakna Dan aku luruh ditelan sepi Rindu, terlantar dan berkarat Hingga luka kembali mengapa Hatiku berteriak-teriak penat Mencintaimu adalah luka Sebenarnya Dipuncak manakah engkau bersembuyi -? 9 Maret 1996

SIKSA Sudah begitu banyak isi hati bicara Kini menghitam seperti jelaga Telah dalam kuselami cinta Hanya kutemukan larutan luka. Kata-kata habis menjadi caci maki Aku terusdut diketerasingan yang sepi Tersesat, aku kehilangan arah Tetapi aku lebih kehilangan dirimu Beribu cara kutempuh Untuk mengingkari rindu Tetapi bayangmu Membelai perih, mencongkel tangisku Kau, yang begitu kucinta Seperti belati yang menancap diulu hati Darah menyembur menguak luka Tak lagi terobati Aku tak bisa bersembunyi Mengubur bayang, atau sekedar melupakan namamu Seharusnya kau berterus terang Bukan cinta yang kau beri Tapi persinggahan sebuah kekosongan.

KOSONG DAN HAMPA Sepi, Adalah tawaku, Kosong Menjadi laguku Hampa, Adalah jiwaku kini Segalanya, Terlewat, kelam Seperti ruang gelap tanpa nyali Untuk belajar mencoba sekali lagi Untuk sekedar mencintai Without love 1997

JIKA ITU YANG KAU IMPIKAN Sang Penguasa Jika kau impikan Sesungguhnya kedamaian Letakkan tahta, dan cukil kesombongan Teguklah kesadaran cicipi keinsafan Sesungguhnya kami Tak ingin bicara dengan batu dan api Jika kau beri kami nafas berinspirasi Bebaskan orasi kami bicara Demokrasi Jangan bungkam mulut bangsa ini Sementara kalian telan seluruh hasil bumi Lalu memasung pemberontakan kami Jika kau impikan kedamaian Yang terhormat penguasa tirani Bacalah yel-yel kami Yang merintih meminta reformasi Vulevard uns 14 Mei 98

PERHITUNGAN Galang ribuan tetes air mata menyembutnya pulang Setelah diculik dan hilang Hari ini mayatnya bisu, nyawanya melayang Dadanya berlubang. Amin, Sekarat di hadapan aparat Pelipisnya tersayat Mulut kami terus menghujat Diantara hamburan kaki mencari selamat Ari Gadiss demonstra Tubuhnya terjerembab diselokan Terlintas sepatu aprat keamanan Ia nyari mati perawan Mari, buat perhitungan Bukan dengan sekedar dihitung jari atau untung rugi Bukan hati, fikiran dan nurani Dengan sedikit nalar yang luang ! May 98

SENJANG Long march UNS BALAIKOTA, UMS MARKAS KOPASUS MEI 98 Api menjilat bumi Nerka terbentuk di pertiwi yang kucintai Segalanya berserakan hangus menjadi puing berceceran Tak ada nilai layak lagi Semua bobrok oleh kesenjangan Tak ada tempat teduh lagi untuk berdiri Tinggal abu dan arang pemberontakan Sunyi. Dedaunan menunduk Mendung menggelayut Langit mengis darah Semua tak ada lagi arti Tidak ada tempat damai untuk berdiri

HAUS Kepala aparat Kami disini, pak polisi Menghantam tamengmu dengan batu dan api Kami hanya ingin dimengerti apa makna aspirasi Kalian terus hujani peluru karet ditubuh lapar kami Kami disini, tuan Polisi Mengadisli penguasa negri Kalian seperti pengecut menembaki kami Seperti badut penguasa negri kami Pak Polisi naik pitam Kesadarannya karam Asap, asap.. Gas air mata mengepul hitam Kami haus keadilan Bergerak mencari perubahan Meski api dan kehancuran Bukan sebuah tujuan Membakar kota solo 15 mei 1998

MENYESAL Kusaksikan api Kutatap asap Kucermati puing-puing Semua bungkam Tak ada kata-kata Air mata berkaca-kaca Perih untuk disaksikan Naif untuk disesali Menyesal, Terlalu mahal digambarkan Keadaan Terlalu kotor untuk dibanggakan Tidak ada lagi seruan-seruan Selain bungkam dan mencari-cari Siapa yang layak dipersalahkan ?Sudut-sudut kota Paska pembakaran

GENDING KEBEBASAN Kepada Echa FR Biarkan rantai merenggang Aku melangkah tenang Menjauhi aturan dan cemburu yang memasungku Yang kau pasang dikaki dan leherku Kau lupa, kau pasti bangga Kebebasanku, hanya rantai Yang kau renggangkan ulurannya Kau pasti akan menariknya Kapan saja Hingga aku bersimpuh, jauh di lututmu Dibelenggu cintamu Dipasung cemburumu Malioboro, yogyakarta 11.30 pagi 5 juli 98

GENDING KEBEBASAN 2 Pasunganmu lepas Aku bebas Menghirup udara, dicelah cemara Tawaku riuh Seperti gemercik air Yang jatuh dari celah tebing Begitu indang, menjauhi Kaliurang, yogya 6 Juli 98 10.00 pagi

INGKAR Aku dan petualangan Keindahan, bara, dan genangan hasrat Meyeret kita pada ladang untuk dijajaki Selalu, Aku coba mengingkari Keinginan untuk mencintai Hingga pengingkaran Menjadi sebentuk petualangan Sebuah ketidak layakan Sebuah kesesatan

Akatraz House 23 Juli 98

YANG KUBISA Menyembunyikan dan mengingkari Perasaan dan keinginan memiliki Sulit memilah Antara keinginan dan ketakutan Akan hanya bisa Berjalan bersama seseorang ditempat yang sama Berdiri dilorong hitam persimpangan Mencari cari cinta yang layak kusemat dihati Aku tersudut, Terjebak, Terdesak, Terlanjur kuingkari, Terlampau sering kudustai Keinginan untuk mencintai Delta Haouse 19 Agustus 98

BULAN Sepotong semangka Bulan sepotong semangka Cahyanya meleleh dibalik jendela Senyum semu, cumbu rayu Mengusik kokok kesetiaan Lingkar pelukan Menyiksaku dari bayang Nan Bulan sabit sepotong semangka Sinar pelarian, dihati lain Dataran rumput keliaran menghijau Diterpa cahaya bulan Aku mencoba mencari sekian cinta Untuk membuang bayangan Nan Zahra House 27 Agustus 98

LIMBUNG Goyah oleh resah senyumku menghilang cinta gugur seperti daun mengering didahan kelak gugur dijalanan menanti seperti menantang air mata tempuh dibejana menanti seperti menantang air mata tumpah dibejana berkarat pecah menjadi darah dikamar sepi tanpa teguran tanpa bisikan tanpa suara dan bunyi-bunyian kamus persoalan terbuka lembarannya mengenang Nan meninggalkan kebingungan kesepian seorang diri on my Birthday 9 maret 98

MAAF Sebab selalu kudengar cinta Ingin meraihku Mencoba melindungi hasrat Sebab kuberi celah untuk mencintai Aku hanya mampu separuh hati Aku terpaksa lari dan terus berlari Hinggap di hati lain untuk kujajaki Meninggalkannya setiap tak kutemukan Kesepadanan Aku belum mau berhenti Hingga dendam teratasi Hingga luka menemukan tiang Untuk bisa kembali berdiri Zahra House

SENDIRI Hidupku kian sepi, Hampa Aku sepi, menanti nilai dan arti mencintai Aku tak menahu lagi tentang diri Kuingin seseorang Memahami bicara Tentang mimpiku yang menkutkan Sebuah kematian akan kembali kucermati Yang membuatku hampa Membuatku sepi Aku akankembali melihat Tuhan Dini hari nanti Esok Lusa Sebentuk nyawa akan pergi Madiun, 12 September 1998

DITERAS RUMAH MAKAN Riuh canda tawa WTS supir dan waria Kami berhadapan menelan sarapan Diteras sebuah rumah makan Terminal sesak gelap gulita Aku tak lagi hampa Yang menatapku liar dan nakal Apakah mereka juga mencari Ruang untuk mengusir sepi Tawa waria mencandai penjaja kopi Supir dan wanita berpangkuan menyimpang tatanan Suami-suami jalang meninggalkan istri diranjang Mencari ruang untuk melepas kebosanan Kami berhadapan Diteras rumah makan Terminal madiun, 13 September 1998

AJAL Ia hilang diantara arak-arakan air mata Darahnya mengalir lewat kepala Nafasnya terpenggal Darahnya berceceran Seonggok tubuh penuh luka Pergi membawa luka Tentang cinta yang tak menemukan labuhan Dlopo Krangkeng Madiun, 20 September 1998

ANAK DAN PENJAGA Disebuah pagi, aku terbaring Disebuah ranjang dihadapku Ranjang hangat diselimuti kesetiaan perempuan Aku Kau meronta, darahmu terus mengalir Dayamu padam Danterus meronta Berteriak dan bertanya "Siapa jagalku?" Kau berteriak memberontak Aku gemetar Dadaku terguncang Mataku nanar, mencengkeram sprei Darah meleleh Kau berteriak lagi "Siapa jagal yang melemparku ke aspal?" Kau menatapku penuh kebencian Meraih jariku dan meletakkan digenangan darah Apakah cinta harus memakai restu ? Dan kau menyia-nyiakanku. Lantang kembali bertanya "Siapa Jagalku" Aku diam dari tanyamu Tak kumiliki jawaban Suaramu melemah parau "Siapa jagalku, Tutup pintunya !" "Siapa Jagalku ?" "Ibuku, ayahku, matikah aku ceritakan !" Sebentar darah mengalir dari pori-pori Kau tetap memaki Nafasmu tersendat, kau pucat Wajahmu mulai biru, kaku Dimana ayahku, tawa ia melihatku ! Siapa ayahku, Jagalku ?" "Ibu ceritakan wajahmu, aku tak bisa melihat lagi"

Air mataku meleleh darahmu Kau tak berkata-kata lagi Kau pergi Menghadiri kematianmu

RIF 3 Sudah seminggu aku disini Menjadi pemilik kedunguan yang kekal Sebab aku telah bersembunyi Dari bayangmu yang mustahil hilang Rif . Samudra yang kuarungi Tak bisa menenggelamkan kenangan Tak bisa mengubur masa lalu Aku terus mengenangmu Semua tetap membayangi Meski jarak ribuan juta kilo kutempuh Sia-sia aku berlabuh Bila hanya bayangmu terus mengikuti Bebaskan aku Bebaskan ! Pelabuhan Kaltim Jam 6.00, senja Kalimantan Tengah 16 Desember 98

PELUIT KAPAL Pagar pelabuhan Menjaraki aku dan masa lalu Di pulau yang kutinggalkan Cinta dan harapan Hati dan perasaan Yang remuk akan pergi Namun harus kutinggalkan Senja menyeret hari Aku masih disini Mencermati luka perpisahan Sudut Kota Waringin Timur Sempit Kalimantan Tengah 19 Desember 98

RAMADAN Jika peluit kapal terdengar Pertanda fajar datang Aku mengunci mulut Dari apa yang kumakan Ketika pagar pelabuhan dirapatkan Pertanda apa yang sehari kutahan Akan segera disajikan Disebuah meja makan Saat matahari tenggelam Jiwaku mulai karam Pada kerinduan yang dalam Pada ibu tanah tinggalku Bila malam merambat pelan Pertanda rindu tak tertahan Dan air mata jatuh dimukena 22 Desember 98

PULANG Aku harus pulang Mengurai rindu dipelukan ibu Sebab tak kutemukan tempat Bersembunyi dan berlari Aku akan pulang Kembali dan tak perduli Dihadapku ribuan persoalan menanti Menerpa dewasaku Aku harus pulang Solo Januari 99

TITI TERANG Mahligai, biduknya telah dilantunkan Meninggalkan masa lalu Mampu ataupun tak mampu aku melupakanmu Ingin ataupun tak ingin aku membuang namamu Aku akan bersembunyi Dibalik benteng perkawinan Dan itulah yang akan memaksaku Melupakanmu Sebab cinta, Bukan tentang bagaimana memaksa diri Untuk memilikimu Tetapi menyimpanmu di hati Dan melanjutkan hidup Dengan sebuah titik terang Aku telah memilih jalan Yang bisa memaksaku, Tidak mencintaimu ! 19 maret 1999

JIKA AKU MENEMUKANMU Sebuah pisatu kusiakan untukmu untuk memperhitungkan lukaku Akan kupaksa bibir indahmu Memohon maaf atas luka yang kau beri Tetapi sebelah hatiku Membuka pintu Untukmu segera menyatu Dengan harapan yang masih biru Jika kutemukanmu Aku ingin kau menyesal Sebab cinta telah kau hancurkan artinya Dari kehidupan yang tak menemukan jalan Maret 99

PERKAWINAN Aku belajar mengenal Bahwa cinta bukan diatas segalanya Bahwa cinta bukan sebuah dasar Meski aku mulai belajar Aku memilih pengabdian atas nama Tuhan Dan meletakkan satu keputusan Kuarungi kembali sebuah masa Dimana tidak akan ada batas untuk memilih Tak ada waktu yang teralambat Untuk belajar mencintai Seperti ia tak merasa terlambat Memilihku untuk dinikahi

27 Maret 99

KESABARAN Duhai kekasih yang tetidur disisiku Ulurkan tangan baikmu Seraya menyentuh bulatan perutku Betapa kita punya ladang Yang kita nantikan Ia akan tumbuh Menjadi kesatria Diatas hidup kita Duhai kekasih yang melingkarkan cincin dijariku Ajari ia kesabaran Mensyukuri kekurangan Menikmati kelebihan

MALAMKU Aku terjaga, Ku telaah sungguh Dewasaku mulai tumbuh Disisi seorang lelaki Kita, baru saja menghabisi masa remaja Dan memaksa datang bahtera Meski usia masih dini Untuk saling mengisi Menatapmu terlelap Aku menatap Dinding wajahmu Tergambar beban yang memanggilmu Esok jika pagi manyapa Kau pergi untuk sebuah karya Aku akan tetap setia Memberimu segala rupa.

JIKA AKU MENEMUKANMU

Sebuah pisau kusiapkan untukmu Untuk memperitungkan lukaku Akan kupaksa bibir indahmu Memohon maaf atas luka yang kau beri Tetapi di sebelah hatiku Membukakan pintu Untukmu segera menyatu Dengan harapan yang masih membiru Jika kutemukanmu Aku ingin kau menyesal Sebab cinta telah kau hancurkan artinya Dari kehidupanku yang tak menemukan jalan

SIKSA

Sudah begitu banyak isi hati bicara Kini menghitam seperti jelaga Telah dalam kuselami cinta Kini aku hanya menemukan lautan luka Kata-kataku habis untuk dijadikan caci Aku terusdut di keterasingan yang sepi Tersesat, aku kehilangan arah Tetapi aku lebih kehilangan dirimu Beribu cara kutempuh Untuk mengingkari rindu Tetapi bayangmu Membelai perihku mencongkel tangisku Kau yang begitu besar kucintai Seperti belati yang menancap di ulu hati Lukanya terkuak, darahnya menyembur Tak bisa lagi diobati Aku tak bisa bersembunyi Mengubur bayangmu atau sekedar melupakan namamu Seharusnya kau berterus terang Bukan cinta yang kau beri, tetapi Persinggahan sebuah kekosongan Dan aku bisa lega

Kemudian, Pagi lain menyingsing

Sebab malam telah lelah Menemani sepiku Maknamu pudar Bersama cinta yang pupus Cinta, engkau hanya misteri Dan teka-teki Kau, lebih mencintai bumi, angin dan metalica Atau, di balik punggungku, hatimu telah terbagi Dengan pesona lain yang lebih bermakna Dan aku luruh di telan sepi Rinduku, terlantar dan berkarat Hingga luka perlahan kembali menganga Hatiku berteriak-teriak disiksa penat Mencintaimu adalah luka Sebenarnya, Dipuncak manakah engkau bersembunyi ?

NYANYIAN GERIMIS Gerimis tidak jua mendera Menerpa kerikil di jalan belantara Tangan kokohnya menuntunku Memboyong kabut sindoro Senja berkabut, Cemara nyanyikan lagunya Tawa riuhnya menuntunku ke kaki langit Tertatih diajarkan aku lupakan perih Kabut beku dan bisu Jari kokoh itu terus merengkuh lelahku Hingga terlihat hamparan surga Edelweis tertusuk kilau surya Dunia berkerlip di bawah langit Aku tidak bisa lagi berkelit Bahwa cinta tlah tumbuh Bersama fajar menyongsong subuh Puncak Sindoro 5-15 Pagi 22 Oktober 1995

4.30 am Keluarlah candamu Memecah hening alam beku Menyunting sepiku Menjadi tawa tanpa ragu Senyum simpul menyembul Mengisi celah sepi yang lama terkubur Mengetuk sudut kosong jiwa Tetap hangat membunuh nestapa Aku mencoba Mencari makna Tentang riuh luka Yang perlahan sirna Lenyap di pagi buta Disisinya Penuh pesona,

Very Special Dedicate To Malaikat kecilku Raden Gallant Banyu Dewandana Yang terampas oleh kematian Maaf Tak sempat memberimu cinta Untuk meneruskan hidup, sebab Cinta, tumbuh di belantara sesat dan angkuh 22 September 1998 Only the Good Die Young . Aku hanya mampu memberimu nama di sebuah nisan . Dan membiarkan cinta tak menemukannya Titik terang .

Sembah sujud kepada Allah taalla, yang menjadikan Aku ada, memberi bisa, Melimpahkan karunia Ibunda, pemilik cinta abadi Terimakasih : Suara dari masa lalu Yang menjaga kehormatan Memberi luka, dan meninggalkannya A. Nur. S. Calon suamiku, Henry Gunawan Yang memungutku dari ketersesatan This a little gift for our wedding Yang sempat ada dan kalah D. Susan Echa F. Riawan. S.Sos Ir. Ari Djati Adhe dan Sahabatku Uus, Zul, Nana, Plethik, Nunun Iyum, Bambang, Aprilia I Love U all

Filosofi : Melihat Edelmeis Ia magnet untuk di raih Keindahan untuk dicapai Untuk simbol pencapaian puncak tujuan, Obsesi Atau sekedar penghias vas Bahkan di buang ke jalan Tetapi, edelweis yang diam bisu Ia, Bicara akan sebuah konsistensi Akan bentuk warna dan makna Sebagai keindahan Pesona ketegaran, keabadian Meski sedikit ia akan menjadi Kesan kecil yang sulit dibuang Inspirasi untuk mawas diri Akan apa yang kumiliki, kucintai Ku jalani H.R. Baihaqy Jibril berkata: Hai Muhammad, Hidupah sekehendakmu, tetapi kamu akan mati Cintailah apa saja Tetapi kamu akan meninggalkannya Berbuatlah sesukamu Maka kamu akan dibalas!

PUZZLE Menjadi Aku This is the real me Aku tidak akan dewasa Tanpa tempaan masa lalu Untuk bertahan di masa sekarang Dan tidak menyesal di masa datang Cerpen-Cerpen Mencari titik balik cinta

Anda mungkin juga menyukai