Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Salah satu kelainan sel darah merah berdasarkan kualitasnya adalah thalasemia. Sindromthalassemiaadalah penyakitgenetik yang diwariskan yang disebabkan olehmutasigenglobinalphaataubetayang menghasilkan

sintesishemoglobin yang abnormal.Patofisiologisnya adalah terjadi penurunan tipe Hb utama dan produksi struktur abnormal Hb (Hemoglobinopati). Hal tersebut menyebabkan abnormalitas morfologi eritrosit dan berkurangnya umur eritrosit akibat fragilitasnya dan hemolisis ekstravaskular sepanjang eritropoiesis yang tidak efektif. Thalasemia diturunkan secara autosomal heterozigot. Berdasarkan genotipnnya thalasemiadibagi menjadi thalassemiaalphadanthalassemia-beta, sedangkan secara fenotip thalasemia dibagi berdasarkan manifestasi klinisnya akibat anemia hemolitik. Sehingga berdasarkan derajat keparahannya digolongkan menjadi thalasemia mayor, intermediat, dan minor.

B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana mendeteksi penyakit thalasemia? b. Bagaimana mendiagnosa penyakit thalasemia? c. Bagaimana penanganan pada pasien dengan thalasemia? d. Bagaimana pada penatalaksanaan kuratif pada pasien thalasemia?

C. TUJUAN Adapun tujuan pembuataan makalah telaah jurnal ini adalah untuk: a. Mengetahui deteksi penyakit thalasemia b. Mengetahui diagnosa penyakit thalasemia c. Mengetahui penanganan pada pasien thalasemia d. Mengetahui cara penatalaksanaan kuratif pada pasien thalasemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deteksi Thalasemia Prevalensi thalassemia lebih banyak di Asia Tenggara, Selatan Asia, Timur Tengah, dan wilayah Mediterania. Masing-masing penderita memiliki derajat anemia, pembesaaran limpa dan hepar yang bebeda-beda tergantung tipe defek genetik bagian mana yang terkena. Penyakit sel sabit juga merupakan salah satu penyakit hemoglobinopati yang cukup banyak di dunia tetapi kebanyakan penderita adalah dari keturunan Afrika. Penyakit ini memiliki manifestasi klinis berupa sindrom thalasemia dan krisis vasooklusif yang menyakitkan akibat sumbatan gumpalan eritrosit yang rusak dan menyumbat kapiler. Aliran darah yang tersumbat akan menyebabkan nyeri yang sangat, infeksi serius, dan kerusakan organ. Penyakit thalasemia yang sering terjadi terutama di Asia Tenggara terdiri dari: a. Thalassemia-alpha homozigot(hemoglobin Barthidropsfetalis). Iniadalah jenis yang palingparah. Janinyang terkenadapat mengalami kematian danibu yang hamil memilikirisiko tinggiterkena toksemia yang fatal. b. Thalassemia-beta homozigot. Anak yang terkena penyakit ini tidak menunjukkan abnormalitas saat lahir, namun setelah 6 bulan

kehidupannya akan mengalami anemia secara progresif. Tanpa penanganan yang tepat anak tersebut dalam perkembangannya dapat mengalami retardasi mental, pembesaran hepar dan limpa, dan wajah bony atau wajah thalassemia. Kebanyakan pasien menunjukkan thalassemia mayor dan memiliki harapan hidup yang pendek. c. Beta-thalassemia/ penyakit hemoglobinE. Bentuk penyakit ini

menunjukkan gejala klinis yang berkisar darianemia hemolitikkronis parahyang tergantung transfusihingga anemiaringanyang tidak

bergantung transfusi.Sebagian pasienmenunjukkanthalassemia mayor dan sebagian lagi thalassemiaintermedia. d. PenyakithemoglobinH(alpha-talasemia 1/alpha-thalassemi. Anak yang terkena akan mengalami anemia hemolitikringan hingga sedang dengan pembesaran hatidan limpa. Gejala penyakit ini digolongkan sebagai thalassemiaintermedia.Pasienumumnya memilikikadar Hb di

bawahkisarannormal tetapilebih dari 7,0g/dl. Pasien initidak diharuskan melakukan transfusi kecuali saat terjadi krisis hemolitik akut yang dapat menyebabkan kegagalan jantung dan kerusakan otak. e. HemoglobinConstantH Spring(alpha-

talasemia1/hemoglobinConstantSpring).Penyakit ini merupakan variasi dari penyakit Hb. Namun secara fisik ditemukan pembesaran limpa yang lebih besar daripada yang sering ditemukan pada penyakit Hb H. Pasien sedikit tergantung dengan transfusi ketika mengalami hemolisis akut, namun memiliki angkaharapan hiduphampir normal. f. PenyakithemoglobinE. Penyakit ini digolongkan dalam thalasemia minor karena hanya mengalami sedikit anemia tanpa pembesaran hepar dan liver. Penderita memiliki harapan hidup normal. g. Thalassemialainnya yang meliputi penyakit AEBart, penyakit EFBar, Hb homozigot Contant Spring(CS) yang bermanifestasi pada anemia ringan hingga sedang. Orang yangmemiliki tipe genetik heterozigot dapat diduga sebagai karier atau kategori thalasemia minor yang dapat memiliki beberapa SDM yang abnormal dan Hb yang kurang dari normal tetapi tidak menunjukkan gejala.

B. Diagnosa Penyakit Thalasemia Untuk mendiagnosa pasien dengan penyakit thalasemia, perlu dilakukan anamnesa lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya yang spesifik. a. Gejala klinis

Tanda dan gejala dapat ditemukan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan penyakit thalasemia dapat ditemukan tanda sebagai berikut: Anemia : lemah, letih, lesu, lunglai, lemas, nafas cepat saat aktivitas, konjungtiva pucat Ikterik pada sklera Pembesaran hepar (hepatomegali) Pembesaran limpa (spleenomegali) b. Pemeriksaan labroratorium Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah

pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui morfologi eritrosit secara mikroskopis, indeks eritrosit, dan badan inklusi sel darah merah. Morfologi eritrosit pada thalasemia: Hipokromik Mikrositer Anisositosis Poikilositosis Polikromasia Indeks eritrosit: MCV menurun MCH menurun MCHC menurun RDW meningkat Pemeriksaan untuk badan inklusi menunjukkan hasil positif pada penyakit hemoglobiln H. Pemeriksaan penunjang lainnya untuk mempertegas diagnosa adalah menggunakan uji analisa hemoglobin yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik: a. Elektroforesa Hb b. Automated High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

C. Penangangan Pasien dengan Thalasemia Cara penanganan thalasemia berbeda-beda pada setiap kategorinya yaitu: a. Pada pasien dengan beta thalasemia derajat paling berat (Hb < 7gr/dl / Hematocrit < 20%) :

Allogenic hematopoietic stem cell

transplantation(transplantasi sel

stem hematopoietik allogen), yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tetapi harus dengan HLA donor yang sesuai.

Transfusi dosis tinggi dengan Iron Chelation Therapy, yang dapat


dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien/keluarga pasien karena transfusi cukup mengurangi gejala-gejala yang timbul akibat Thalasemia. Transfusi juga dilakukan sebagai penatalaksanaan penyerta dari transplantasi stem cell.

Transfusi dosis rendah dan Pengobatan Supportif


Iron Chelation dan atau Spleenectomy mungkin diindikasikan. b. Pada pasien thalassemia derajat sedang (Hb 7-9 gr/dl / Hematocrit 2027%) Transfusi dosis tinggi bersamaan dengan iron chelation therapy pada beberapa kasus tertentu. Transfusi dosis rendah terkadang diberikan pada saat akut hemolisis. Spleenectomy diindikasikan pada beberapa kasus. c. Pasien dengan thalasemia derajat ringan (Hb), diberikan intake asam folat yang cukup. d. Pasien dengan thalasemia karier, diberikan konseling genetik. Bentuk progam penanganan pada pasien thalasemia : Blood Transfusion Therapy Program transfusi darah harus dilakukan kepada orang yang dengan masalah anemia at causa beta thalasemia,menggunakan darah yang berkualitas baik,aman, bebas kontaminasi dengan pedoman standart pencegahan universal yang bersumber dari National Blood Centre, Thai Cross Society dan Bank Darah Internasional.

Kadang kadang transfusi regimen darah harus dilakukan kapada orang dengan crisis akut anemia hemolitik at causa intermediet thalasemia. Perawat harus mempunyai pengalaman yang tinggi untuk merawat pasien yang menerima transfusi darah. Iron chelation therapy Medikasi ini dapat mengatasi penumpukan besi pada organ dalam akibat transfusi darah berulang-ulang. Pemberian terapi ini dimulai setelah 12-15 kali transfusi darah dalam 18 bulan. Perawatan suportif dan pencegahan terjadinya komplikasi Pasien dapat mengalami komplikasi jika tidak segera ditangani dengan tepat. Pasien sebaiknya ditangani segera agar tidak terjadi peningkatan pembesaran limpa, kegagalan jantung kongestif,

penggumpalan darah dalam pembuluh darah, rentan infeksi terhadap mikroorganisme tertentu, perkembangan fisik dan seksual yang terhambat, pertumbuhan yang terhambat, disfungsi endokrin, dan lainlain.

Pencegahan kelahiran bayi dengan thalasemia Konseling genetik dapat dilakukan untuk menurunkan kelahiran bayi dengan thalasemia. Dokter dan hematologis berperan penting dalam preventif ini untuk mengidentifikasi pasangan thalasemia karier yang beresiko memiliki anak thalasemia dan memberikan konseling genetik. Metode terbaru untuk mengidentifikasi fetus-in-utero sebelum kelahiran adalah menggunakan pre-natal diagnosis (PND) dengan

mempertimbangkan pasangan yang menjalani tes ini harus: a. Keduanya karier alfa-thalasemia 1 b. Keduanya karier beta-thalasemia c. Salah satu beta-thalasemia dan yang lain karier Hb E atau Hb E homozigot Prosedur PND ini memanfaatkan gambaran USG yang dilakukan segera pada trimester pertama dengan teknik Chorionic Villi Sampling (CVS) kemudian dilanjutkan dengan teknik amniosentesis pada trimester

kedua. Cordosentesis dapat dilakukan untuk menguji sampel darah pada korda spinal fetus. Teknologi baru berupa in-vitro fertilization (IVF) bersama dengan pre-implantation genetic diagnosis (PDG) dan pemindahan embrio pada uterus maternal telah diakui sebagai metode alternatif untuk meningkatkan keberhasilan mendapatkan fetus non defek genetis. Metode ini dapat menjadi solusi bagi orangtua untuk mendapatkan anak yang sehat dari thalasemia.

e.

Penatalaksanaan Kuratif pada Pasien dengan Penyakit Thalasemia Prosedur yang modern telah menjadi satu-satunya metode yang diterima di seluruh dunia untuk menyembuhkan penyakit thalassemia beta dengan cara transplantasi allograft. Dalam prosedur ini, pasien membutuhkan sel induk hematopoietik dari HLA donor matched yang sehat, mungkin dari saudara atau relawan. Para pasien, akan diuji untuk dicocokkan. Sumber sel induk donor dapat dicapai dari sumsum tulang mereka, perifer darah, atau tali pusat darah. Karena skema canggih perawatan pasien dan risiko tinggi, indikasi untuk calon yang memenuhi syarat untuk menjalani transplantasi sel induk adalah sebagai berikut: a. Transfusi-dependent atau anemia hemolitik berat dengan thalassemiabeta b. Tersedia HLA-cocok, donor sel induk. Kemungkinan saudara yang sama dan orangtua memiliki HLA match dengan pasien adalah sekitar 1 dari 4, atau 25%. Kesempatan donor sukarela yang tidak berhubungan yang memiliki HLA match adalah sekitar 1:10.000 sampai 1:100.000 c. Status keuangan. Biaya hematopoietik alogenik transplantasi sel induk untuk thalassemia anak bervariasi dari 700.000 menjadi 1.500.000 Baht Thailand, tergantung pada tubuh individu dan sumber sel induk donor.

Perkiraan tingkat ketahanan hidup bebas penyakit pasien setelah transplantion bervariasi dari sekitar 75% sampai 92%, tergantung pada pengalaman masing-masing tim lembaga. Dari perspektif pasien, hasil pengobatan yang lebih baik terkait dengan pasien muda, angka yang lebih rendah dari adanya pembesaran hati dan limpa. Dalam hal donor, hasil yang lebih baik terkait dengan tingkat yang lebih tinggi dari alel HLA yang sepenuhnya kompatibel antara donor dan pasien (penerima), dan kecukupan stem sel dosis dengan berat badan pasien.

BAB III PENUTUP Penyakit thalasemia memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Asia Tenggara. Penyakit yang diturunkan ini dapat mengenai siapa saja. Thalasemia terjadi karena defek pada gen yang mengkode sistesa hemoglobin

(hemoglobinopati). Gejala yang ditimbulkan berbeda-beda setiap penderita. Tanda yang umum adalah anemia, ikterik pembesaran limpa dan hepar. Berdasarkan tingkat keparahannya, thalasemia dikategorikan menjadi thalasemia mayor, intermediat dan minor. Diagnosa dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan darah lengkap. Terapi yang dianjurkan meliputi transfusi darah, iron chelating terapy, dan upaya pencegahan yang memungkinkan untuk mencegah kelahiran bayi dengan thalasemia. Diharapkan pada masa yang akan mendatang akan ditemukan sebuah teknik terapi yang berbasis pada genetika, sehingga dapat mengurangi prevalensi thalasemia. Mengingat komplikasi yang ditimbulkan cukup berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai