Anda di halaman 1dari 49

Sonny Harry B.

Harmadi Kepala Lembaga Demografi UI/ Ketua Umum Koalisi Kependudukan

Modal Dasar Pembangunan

Modal fisik Modal manusia Modal sosial

Apa isunya?
Globalisasi Demokratisasi Otonomi daerah Perubahan iklim global Isu penduduk??

Integrasi komponen kependudukan dan aspek-aspek pembangunan


Kuantitas penduduk Kualitas penduduk Komponen pertumbuhan

Jumlah
Struktur Persebaran

Sosial Ekonomi Budaya Lingkungan Politik Keamanan Dan lain-lain

Kelahiran
Kematian

Migrasi

Kependudukan dan Pembangunan


Proses pembangunan mutlak memerlukan integrasi antara variabel demografi dengan variabel pembangunan Ada antisipasi terhadap implikasi revolusi demografi Revolusi fertilitas, mortalitas, mobilitas

Penduduk Sebagai Obyek & Subyek


Keberhasilan pembangunan ditentukan dan merupakan konsekuensi dari pembangunan kependudukan karena penduduk adalah obyek dan subyek dari pembangunan. Pembangunan harus berpusatkan pada penduduk (people-centered), yaitu berdasarkan situasi penduduk.

Determinan fertilitas
Umur Lama menikah Pendidikan Tempat tinggal Pekerjaan Pendapatan Budaya Umur kawin Akses pelayanan dan alat/cara pengendalian kelahiran

Determinan mortalitas
Pendidikan Lingkungan Gizi Perawatan kesehatan Pendapatan Tempat tinggal

Determinan migrasi
Kondisi di tempat asal Kondisi di daerah tujuan Rintangan: jarak, aturan

Transisi Demografi

Laju Pertumbuhan Penduduk 2005-2010

Sumber: Population Council, 2013

Jumlah Penduduk Indonesia


Tahun 1971 118,3 juta jiwa
Pertumbuhan Penduduk 2,32 persen

Tahun 1980 146,7 juta jiwa


1,97 persen

Tahun 1990 179,2 juta jiwa


1,45 persen

Tahun 2000 205,1 juta jiwa


1,49 persen

Tahun 2010 237,6 juta jiwa

Situasi Kependudukan Indonesia


Sensus Penduduk Indonesia 2010
Populasi Peringkat Dunia 237,6 juta jiwa Ke-4 Setelah China, India, AS Jawa Tengah 2010 Papua 2010 Indonesia 2010 1,49%/tahun Indonesia 2050*
1,49% 1,49%

Variasi Pertumbuhan Penduduk Antar Provinsi


0,37% +5,27% 5,64%

Rata-Rata Pertumbuhan Pddk (20002010)

SP 2000
75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4

SP 2010
75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4

15.00 12.00 9.00

6.00

3.00

0.00

3.00

6.00

9.00 12.00 15.00

15.00 12.00 9.00 6.00 3.00 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00

Laki

Perempuan

Laki

Perempuan

China 1,3 Bi

India 1,2 Bi

US 310 Mn

Indonesia 242 Mn

Brazil

Dari 240 juta jiwa di Indonesia, lebih dari 60% penduduk berusia kurang dari 39 tahun,

2010 Age 100+

2030 (Proyeksi)

2050 (Proyeksi)

Age 0

Umur 0 - 14 15 - 64 > 64 TT DR

L 35,288,970 78,935,732 5,361,028 42,183 119,630,913 51.50

P 33,307,750 78,046,486 6,619,670 36,507 118,010,413 51.16

L+P 68,596,720 156,982,218 11,980,698 78,690 237,641,326 51.33

% 28.87 66.06 5.04 0.03 100.00

Sumber: BPS, 2010

Perbandingan Proyeksi dan Hasil SP 2010 (Provinsi)


Proyeksi Penduduk 2010, Hasil SP 2010, dan Selisih Keduanya (dalam jutaan)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten Bali Proyeksi 4.43 13.45 4.89 5.42 2.88 7.32 1.69 7.59 1.15 1.58 9.29 42.08 33.09 3.53 37.47 9.96 3.58 Hasil SP 4.48 12.98 4.84 5.54 3.09 7.45 1.72 7.60 1.22 1.69 9.59 43.02 32.38 3.46 37.48 10.64 3.89 Selisih 0.05 -0.47 -0.05 0.12 0.21 0.13 0.03 0.01 0.07 0.11 0.30 0.94 -0.71 -0.07 0.01 0.68 0.31 No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Provinsi NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua Indonesia Proyeksi 4.50 4.70 4.39 2.11 3.55 3.24 2.25 2.52 8.01 2.16 1.00 1.06 1.36 0.99 0.76 2.14 234.18 Hasil SP 4.50 4.68 4.39 2.20 3.63 3.55 2.27 2.63 8.03 2.23 1.04 1.16 1.53 1.04 0.76 2.85 237.56 Selisih 0.00 -0.02 0.00 0.09 0.08 0.31 0.02 0.11 0.02 0.07 0.04 0.10 0.17 0.05 0.00 0.71 3.38

Sumber, Bongaarts 2013

Skenario Proyeksi Penduduk


Millions 500 400 300 Sedang 200 100 0 1950 Rendah Tinggi

Replacement

2000

2050

2100

2150

Median umur menikah di Indonesia


22 21 20 Umur 19 18 17 16

No Some Complete Some education primary primary secondary

Konsekuensi Tingkat Kelahiran yang Tinggi


Ekonomi: Lingkungan: Kesehatan: Pemerintah: Politik:
kemampuan menabung, upah, kemiskinan, pertumbuhan pendapatan perkapita

Menurunnya sumberdaya alam, daya dukung dan daya tampung lingkungan


Tingginya angka kematian Kemampuan pelayanan publik Munculnya kerentanan sosial, persaingan, konflik, ekstrimis

Mortality and Fertility Indicators


Indikator Demografi
Laju Pertumbuhan Penduduk Total Fertility Rate Infant Mortality Rate Jumlah kelahiran NRR Angka Harapan Hidup 1,26% 0,99% 0.68%

2005-2010 2015-2020 2020-2025

2,3 41,6 4,5 juta 1,07 66,8

2,1 29,2 4,3 juta 0,98 69,9

1,9 21,9 3,9 juta 0,91 72,0

TFR mengalami penurunan dari 5.6 tahun 2001 menjadi hanya 2.3 pada tahun 2007, dan ditargetkan turun menjadi 2,1 tahun 2014. IMR mengalami penurunanan dai 145/1000 kelahiran tahun 1971 menadi 34/1000 kelahiran pada tahun 2007 AKI /MMR menurun lebih lambat dari 620/100.000 kelahiran hidup menjadi 228 /100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dan ditargetkan menjadi 102 tahun 2014.

Source: UN World Population Projection, 2002 Revision Note: *Indonesia PC 2010

KEMANA SASARAN KITA?

MODAL DAN TANTANGAN

BAGAIMANA MENCAPAI SASARAN?

KUNCI KEBERHASILAN

PEMBANDING
INDONESIA 7.20% 22.40% 70.40% Tinggi Menengah Dasar

Komposisi Pendidikan
Universitas 4.60% 3.20% 1.80%

Diploma I,II,III

2.70% 2.20% 1.60%


7.80% 6.20% 5.50% 14.60% 12.70% 10.30% 18.90% 20.20% 17.70%

TINGGI
19% di 2025

175%

MALAYSIA
20.30% 56.30% 24.30% Tinggi Menengah Dasar

SMK 2010

2006

MENENGAH
44% di 2025

100%

2001 SMA

OECD 40.30% 39.30% 20.40% Tinggi

SMP

DASAR
51.50% 55.50% 63.00%

Menengah
Dasar

SD atau tidak tamat SD 0.00% 20.00% 40.00%

PENINGKATAN KUALIFIKASI SDM TINGGI dan MENENGAH

60.00%

80.00%

Data Kemdiknas, Diolah dari: Encyclopedia of Nations, http://www.nationsencyclopedia.com/ Kemenko Perekonomian

Anggaran dan Capaian Pendidikan


Pengeluaran Pendidikan dan Melek Huruf
300.0
4.78 250.0 Trillionn Rupiah 200.0 150.0 Education Expenditure (LHS) Percentage of Illiterate People (15-44 year old) (RHS) 225.2 208.3 266.9

Indeks Pembangunan Manusia


5.0
4.5 4.0 Percent Indeks 3.5 3.0 2.5

74.0
72.0 70.10 70.59 70.0 68.7 68.0 66.0 64.3 69.57 71.17 71.76 2009

142.2

154.2

100.0 62.7 59.1 50.0 78.5

123.0

64.0
62.0 60.0

0.0

50.0

43.5

1.71

2.0 1.5

2002

2007

2001

2003

2004

2005

2006

2008

2009

2010

2011

1999

2002

65.8 2004

2005

2006

2007

2008

Kenaikan anggaran pendidikan hingga lebih dari 20 persen mampu meningkatkan kualitas penduduk Indonesia dalam hal pendidikan, sehingga IPM juga meningkat.

Sumber: BPS & Kemenkeu

% Total 15> 100% 10%


13.8

30%

40%

60%

70%

80%

90%

20%

50%

0% 1994
22.3 32.8 14.5 16.5

1995
14.5

Tertiary School
23.0 31.7 14.2 16.6

Sumber : BPS dan Kemenkeu 1996


13.6

20.9

32.7

15.1

17.7

1997
11.9

19.5

33.1

16.4

19.0

1998
11.5

Perkembangan Pendidikan Penduduk

Secondary School
19.5 33.2 16.3

19.6

1999
11.2

18.7

32.6

17.0

20.5

2000
11.0

18.0

32.3

17.5

21.1

2001
11.7

17.5

33.0

17.1

20.7

2002
9.8

Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas

Primary School
16.2

33.4

18.2

22.4

2003 2004 2005


8.9 8.3

9.6

15.7

33.2

19.0

22.4

9.0

15.3

31.9

20.1

23.7

15.2

32.1

19.5

24.4

Not Pass Primary Not/Yet School

2006 2007 2008 2009 2010

15.0

31.0

19.9

25.8

8.6

14.4

30.4

19.8

26.7

8.2

15.0

29.1

20.2

27.5

7.5

14.9

29.3

19.9

28.5

7.3

12.7

29.7

20.6

29.7

Anggaran dan Capaian Kesehatan


Anggaran Kesehatan dan Usia Harapan Hidup
2.60 2.50 2.40 % of GDP 2.30 2.20 2.10 2.00 1.90 1.80 1.70 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 64

2.53

2.48

68

69 68 67 66

2.36 2.12 2.06


2005 Oil Price

65 64 63 2006 2007 2008 2009

1.97 1.80

Years

Health expenditure, total (% of GDP)

Life expectancy at birth, total (years)

Angka Kematian Bayi dan Balita


33 31 (per 1,000 live births) 27.0 29 27 66.6 23.0 54 20.0 43.7 17.0 35.3
2007 2008 2009 2010

90 80 70
(per 1,000)

31.0 85

60 50 40 30

25

23
21 19 17 15

Mortality rate, under-5 (per 1,000)

Mortality rate, neonatal (per 1,000 live births)


1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Sumber: World Bank dan Kemenkeu

Kondisi Kualitas Penduduk Miskin Saat Ini


Lebih dari 80% penduduk miskin berpendidikan maksimal tamat sekolah dasar

Rendahnya tingkat kesehatan

Angka kematian ibu dan balita masih buruk

Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 7-12 tahun lebih baik dibanding APS usia 13-15 tahun

Penduduk miskin umumnya bekerja di sektor pertanian, padahal RT yang bekerja di sektor pertanian cenderung lebih miskin dibandingkan dengan sektor lainnya.

Grafik Pertumbuhan Otak Anak Sampai Usia 5 Tahun

Sumber:

Rata-Rata Usia Pekerja


Sektor/Koridor Sumatra Pertanian Pertambangan 39.3 34.3 Jawa 45.5 39.5 Kalimantan Sulawesi 38.5 32.6 40.0 34.3 Mapua Bali-Nusa Nasional 35.6 35.8 41.7 36.1 42.1 35.8

Industri LGA
Konstruksi PHR Transkom Keuangan Jasa

34.5 36.1
35.9 36.8 36.0 34.2 36.8

34.5 36.5
37.9 38.3 37.2 35.0 38.3

36.0 35.7
35.8 35.9 35.8 32.9 36.8

37.1 36.2
35.3 37.4 34.0 33.3 36.8

37.6 36.5
37.4 37.1 33.4 34.1 36.6

37.5 36.5
36.8 37.1 33.7 33.7 37.0

34.8 36.4
37.2 37.8 36.4 34.7 37.7

Persentase Pekerja Perempuan


Sektor Pertanian Pertambangan Industri LGA Konstruksi PHR Transkom Keuangan Jasa Sumatra 47.1 0.3 7.6 0.1 0.2 24.0 0.8 0.7 19.2 Jawa 29.7 0.3 19.7 0.0 0.3 29.9 1.4 1.6 17.1 Kalimantan Sulawesi Mapua Bali-Nusa 50.9 0.6 6.1 0.1 0.2 24.5 0.9 1.1 15.6 43.0 0.4 6.6 0.1 0.3 26.3 1.0 0.9 21.3 70.4 0.3 1.8 0.0 0.2 13.6 0.5 0.5 12.7 47.4 1.2 13.4 0.0 0.9 22.7 1.1 1.0 12.3

Perkembangan Mobilitas Penduduk di Indonesia


Tabel 1. Angka migrasi bersih menurut provinsi, Indonesia 2000, 2010 dan 2025
Provinsi Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka-Belitung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten 2000 -11,4 -4,4 -6,9 20,6 2,3 0,2 4,8 0,5 -0,1 -6,3 3,7 -7,5 4,8 -3,0 10,6 Tahun 2010 -11,3 -4,4 -7,1 19,0 2,3 0,3 4,7 0,8 0,1 -7,9 3,7 -7,1 3,4 -2,6 10,6 2025 -10,9 -4,0 -6,5 17,9 2,1 0,5 4,5 0,7 0,5 -7,9 3,5 -6,4 2,9 -2,1 10,1 Provinsi Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua 2000 2,6 0,3 -1,7 0,2 10,3 2,1 9,1 1,4 4,4 -3,3 7,4 -6,3 -0,2 -0,1 3,9 Tahun 2010 2,3 0,3 -1,8 0,2 10,3 2,0 8,7 1,5 4,4 -3,4 7,6 -6,2 -0,2 -0,1 3,9 2025 2,1 0,4 -1,7 0,1 9,8 1,8 8,0 1,5 4,3 -3,2 7,7 -5,9 -0,2 -0,1 3,5

DKI Jakarta Banten dan Jawa Barat Riau Kalteng, Kaltim Papua Sulteng, Sultra Peningkatan Urbanisasi

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2005)

PERSEBARAN PENDUDUK
7% 7% 4% 69% 7% 7% 4% 65% 7% 7% 4% 64% 8% 7% 5% 62% 7% 7% 5% 60% 7% 7% 5% 60% 8% 7% 6% 58%

14%

16%

18%

19%

20%

20%

21%

1930 1961 1971 1980 1990 2000 2010 Sumatera Jawa & Madura Kalimantan Sulawesi Lainnya

Persebaran Penduduk Kota di Indonesia

Dasar Aturan Pengendalian Penduduk


Pasal 26 ayat 2 dan 3 UUD NRI 1945 pasca Amandemen Kedua secara jelas mendefinisikan penduduk dan menjelaskan bahwa hal-hal yang terkait warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang tersendiri.

UUD NRI 1945

UU 52/2009

Tujuan dari diterbitkannya UU ini ialah untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga.

Pemerintah menyadari bahwa pembangunan kependudukan akan memiliki implikasi besar terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan. Di dalam UU No. 52/2009, dijelaskan bahwa untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan berbagai upaya diantaranya pengendalian angka kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB)

TAHAPAN PEMBANGUNAN BIDANG KEPENDUDUKAN DALAM RPJP 2005-2025


RPJM 4 (2020-2024) RPJM 3 (2015-2019) RPJM 2 (2010-2014) Terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang

RPJM 1 (2005-2009) Terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk

Bertahannya kondisi penduduk tumbuh seimbang

40

Definisi Keluarga Berencana


Keluarga Berencana didefinisikan sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas

KB menggunakan paradigma keluarga, dengan tujuan agar setiap keluarga Indonesia mampu menjalankan fungsi keluarga dengan baik sehingga tercapai peningkatan kesejahteraan di masing-masing keluarga.

Hubungan KB dan Ekonomi

1. Transmisi investasi pendidikan

2. Transmisi Peningkatan Tabungan

3. Transmisi Kesehatan

4. Transmisi Pasar Kerja

Program KB di Asia Timur 1960an berdampak pada peningkatan kapasitas ekonomi Asia Timur secara cepat. Penelitian Johnson & Lee (1987) membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi

Keluarga Berencana mengandung unsur kesejahteraan dan keamanan, ditinjau dari aspek alamiah demografi dan aspek dinamis ekonomi, sehingga memiliki peran strategis dalam upaya peningkatan ketahanan nasional. Kebijakan pengendalian penduduk dalam perspektif ketahanan nasional mampu mendorong terwujudnya kesejahteraan dan keamanan secara bersamaan, sesuai tujuan dan cita-cita nasional.

Kebijakan Pengarahan PROGRAM KELUARGA Mobilitas BERENCANA Penduduk


Keamanan Kesejahteraan

menciptakan

Ketahanan Nasional

Atas dasar itulah pemerintah menyusun berbagai peraturan perundang-undangan sebagai landasan kebijakan pengendalian penduduk

Menurunkan daya tampung dan daya dukung lingkungan

Meningkatnya kebutuhan hidup secara cepat

Menciptakan instabilitas keamanan karena terjadi population pressure

Sulitnya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

Berkurangnya kemampuan tabungan nasional

Meningkatkan risiko kematian ibu dan anak

Pembangunan dalam konteks kependudukan? Manfaatkan Bonus Demografi

Bonus Demografi terjadi ketika penurunan tingkat fertilitas mengubah struktur penduduk menurut usia, sehingga kebutuhan investasi bagi kelompok usia muda menurun, dan alokasi dana dialihkan untuk investasi pembangunan ekonomi serta kesejahteraan keluarga

Transisi demografi menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio)

Jika pertumbuhan penduduk secara keseluruhan lebih tinggi dibanding pertumbuhan penduduk usia produktif demograhic burden
Sebaliknya, jika pertumbuhan penduduk secara keseluruhan lebih rendah dibanding pertumbuhan penduduk usia produktif demograhic dividend

Jika kita gagal memanfaatkan the window of opportunity, maka kita akan sangat berat memasuki tahapan berikutnya. Belum kaya, sudah menghadapi beban baru.

Anda mungkin juga menyukai