Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu semakin banyaknya produksi kendaraan bermotor (oleh industry kendaraan bermotor), dan semakin tidak mencukupi, tidak nyaman, dan tidak amannya angkutan bis kota.Kondisi tersebut mendorong masyarakat lebih memilih untuk memiliki kendaraan
pribadi.Sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas juga dipengaruhi oleh rendahnya kinerja lembaga-lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan transportasi perkotaan, yang merupakan permasalahan struktrural, di samping tidak adanya keterpaduan antara perencanaan tata guna lahan dan perencanaan transportasi, rendahnya kinerja pelayanan angkutan umum, serta rendahnya tingkat disiplin pemakai jalan. Jaringan transportasi di perkotaan terjadi sebagai interaksi antara transport, tata guna lahan (land use), populasi (jumlah penduduk) dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah perkotaan (urban area). Konsep transportasi adalah adanya pergerakan berupa perjalanan (trip) dari asal (origin) sampai ke tujuan (destination) . Sistem transportasi terdiri atas sub sistem prasarana, sub sistem sarana, sub sistem kegiatan, dan sub sistem pergerakan (travel, movement, trip). Pada sub sistem kegiatan, kegiatan yang dilakukan oleh orang dapat dibedakan dalam dua macam kegiatan pokok , yaitu kegiatan usaha dan kegiatan sosial. Pada sub sistem sarana dan prasarana, terbagi dalam beberapa pola jaringan.Seperti pola konsentrik (menuju ke satu titik) , pola radial (menyebar), pola linier (contoh ribbon development), dan pola grid/kotak ( grid iron). Pada sub sistem pergerakan , terbagi dalam skala nasional,regional dan lokal.Skala lokal , diatur dalam kebijakan SISTRANAS ( Sistem Transportasi Nasional), skala regional diatur dalam Sistem dan strategi Transportasi Regional.
Kepadatan lalu lintas pada suatu ruas jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi jalan dan lingkungan, jenis kendaraan bermotor, pengemudi atau penumpang kendaraan.
Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan wilayah dan kota.Beberapa upaya dalam rangka penerapan rekayasa dan pengelolaan lalu lintas, antara lain perbaikan sistem lampu lalu lintas dan jaringan jalan , kebijaksanaan perparkiran , serta pelayanan angkutan umum.
Pemilihan model transportasi pada dasarnya ditentukan dengan mempertimbangkan salah satu persyaratan pokok, yaitu pemindahan barang dan manusia dilakukan dalam jumlah yang terbesar dan jarak yang terkecil.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan yang merupakan kebijakan dalam rangka menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas di perkotaan, antara lain : penyediaan busway, konsep pembatasan penumpang (three in one), pembatasan mobil pribadi, pembatasn kendaraan umum, menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan-jalan layang, sistem angkutan umum massal, pembenahan angkutan umum.
Untuk menetapkan kebijakan yang tepat dalam usaha menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor di perkotaan, digunakan metode proses hirarki analitik (AHP = Analytic Hierarchy Process), dengan melakukan analisis terhadap ke tujuh cara yang meliputi empat aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek sosial dan budaya , aspek ekonomi,, dan aspek pengelolaan (manajemen).
Dari hasil perhitungan melalui AHP, ternyata pembenahan angkutan umum, dalam hal ini bus kota menjadi prioritas dalam upaya menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor.
o Sistem Transportasi
o Metode AHP Untuk Menetapkan Kebijakan yang Tepat dalam Usaha Menurunkan Tingkat Kepadatan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor di Perkotaan
pemukiman yang mandiri.Dalam skala kota, unit-unit mandiri tersebut akan menimbulkan kota dengan pusat majemuk.Kota dengan pusat-pusat yang majemuk ini memungkinkan pengurangan perjalanan jarak jauh, dimana penghuni unit mandiri telah tercukupi dengan fasilitas sosial ekonomi dalam jangkauan yang dekat. Pengaturan tata guna lahan di Jakarta memang menjadi suatu permasalahan yang sangat sulit dan rumit mengingat pertumbuhan dan perkembangan nilai lahan yang sedemikian tinggi serta kepadatan bangunan yang sangat tinggi pula. Kebijaksanaan tata guna lahan yang baik belum tentu dapat mendukung pemecahan masalah transportasi, karena masih ditentukan oleh implementasi-nya yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang dianggap lebih penting dan mendesak dari penataan guna lahan itu sendiri.
Pada pendekatan sistem jaringan, kondisi yang memburuk akibat meningkatnya motorisasi makin diperparah akibat lebih tingginya kenaikkan jumlah kendaraan bermotor dibanding kecepatan pembangunan jalan.
Pendekatan yang hanya berorientasi pada pembangunan jaringan jalan (suplyslide) tidak mungkin memecahkan masalah transportasi yang ada. Pemanfaatan angkutan kereta api baik jaringan bawah tanah (subway) maupun melayang di atas tanah (elevated) dapat diterapkan pada pusat-pusat kota dengan harga tanah yang sudah sangat tinggi seperti kota Jakarta.
Pada pendekatan sistem pergerakan, peningkatan angkutan yang bersifat massal harus makin ditingkatkan baik dari aspek kuantitas maupun kualitas.Salah satu alternative terbaik untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan jalur transportasi kereta api, karena sistem angkutan ini dinilai mempunyai beberapa kelebihan terutama dalam jumlah pengangkutan.
Kemacetan, polusi, konservasi energy dan penurunan kesehatan masyarakat adalah beberapa dampak lingkungan yang diakibatkan oleh pergerakan kendaraan bermotor. Solusi untuk mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh pergerakan kendaraan bermotor terdiri dari tiga konsep , konsep yang pertama adalah usaha untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang ada, dapat dilakukan dengan penyediaan sarana transportasi bersifat massal yang nyaman.Konsep kedua adalah perbaikan mutu gas buang dari kendaraan bemotor, sehingga seminimal mungkin dapat memberikan pencemaran terhadap lingkungan.Konsep yang ke tiga adalah usaha mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan sehingga pemborosan energy dan pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
o Pendekatan Sistem Transportasi Berkaitan Dengan Tata Guna Lahan, Lingkungan dan Energi
User
Operator
Regulator
kebijaksanaan yang diambil berkaitan dengan masalah transportasi dapat dilakukan secara terpadu dan terarah.Aspek pencemaran lingkungan sebagai dampak dari permasalahan transportasi adalah sangat besar dan harus segera ada penyelesaian dari permasalahan tersebut sehingga keselamatan lingkungan segera dapat dilakukan. Kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan angkutan umum yaitu : kelembagaan, yakni bagaimana suatu kelembagaan dapat merespons tanggung jawab global permasalahan angkutan umum.Maslah sosial-budaya perlu mendapat perhatian, yakni penyesuaian kebijakan dan langkah-langkah yang diambil dengan permasalahan dan kebutuhan lokal sangat penting.Perbaikan lingkungan merupakan suatu tantangan yang cukup serius, mengingat masih banyaknya angkutan umum yang kurang ramah terhadap lingkungan.Aspek legalitas menyangkut berbagai pelanggaran terhadap lingkungan, lalu lintas, penggunaan angkutan plat hitam dan jenis angkutan illegal lain.Ketersediaan sumber daya yang masih minim juga menjadikan salah satu kendala untuk menaikkan pelayanan angkutan umum.
o Pemecahan Masalah dan Evaluasi Transportasi (Angkutan Umum) Sebagai Solusi Dari Kemacetan
Menjadikan Pembenahan Pelayanan Angkutan Umum Sebagai Prioritas Utama Berdasarkan analisis AHP