Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian yaitu kawasan Seberang Ilir di bagian (Anonima, 2011) Di sungai Musi khususnya sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong terdapat berbagai macam aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Diantaranya penangkapan ikan , transportasi, mandi, cuci, kakus dan pembuangan sampah. Aspek kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menghasilkan limbah dan menurunkan kualitas air. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu yang harus dilakukan adalah mengendalikan senyawa-senyawa nitrogen seperti ammonia, nitrit dan nitrat. Keberadaan nitrogen secara berlebihan dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan (bloming algae). Tinja dari aktivitas metabolisme biota perairan seperti ikan dan limbah domestik banyak mengeluarkan ammonia. Sedangkan nitrit dihasilkan dari proses nitrifikasi dan denitrifikasi yaitu bentuk peralihan antara amoniak dan nitrat dan di antara nitrat dan gas nitrogen (Effendi, 2000). Faktor lingkungan seperti pH, suhu, dan oksigen terlarut mempengaruhi toksisitas amoniak dan nitrit di perairan. Toksisitas amoniak terhadap biota perairan meningkat dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu. Sedangkan kadar utara dan Seberang Ulu di bagian selatan

nitrit akan meningkat jika kadar oksigen terlarut sangat rendah (Effendi, 2000). Dengan meningkatnya kadar amoniak dan nitrit dapat menghambat pertumbuhan hingga menyebabkan kematian massal pada biota perairan. Mendasari hal tersebut, maka diperlukan adanya penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat terhadap kadar nitrogen (N) dalam bentuk senyawa ammonia, nitrit dan nitrat yang berada di sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong pada perairan Sungai Musi.
B. Rumusan Masalah

Kawasan sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong perairan Sungai Musi dewasa ini telah memiliki banyak perubahan menjadi tempat pemikiman, rekreasi, budidaya ikan dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan limbah organik yang dapat menyebabkan pencemaran perairan serta menurunkan daya dukung (carrying capacity) perairan tersebut yang selanjutnya merugikan biota yang ada di sungai Musi bahkan manusia. Peningkatan kadar senyawa nitrogen (ammonia, nitrit dan nitrat) dapat dianalisis dan dikaji dari sumbernya, seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Sungai Musi

Aktivitas Manusia

Transportasi / Penangkapan ikan

Budidaya Ikan

Rumah Tangga

Limbah Organik NNitrogen

Analisis N-Nitrogen (Ammonia, Nitrit dan Nitrat Gambar 1. Bagan Alur Analisis N-Nitrogen di Sungai Musi C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kandungan

amonia, nitrit, nitrat dan tingkat kelayakan kualitas air di sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong perairan sungai Musi, Kotamadya Palembang, Sumatera Selatan. D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai kandungan amonia dan nitrit di Sungai Musi, Kotamadya Palembang, Sumatera Selatan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai kondisi sumberdaya perairan di Sungai Musi. Informasi dari penelitian ini

diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan maupun perbaikan kondisi perairan di Sungai Musi. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ammonia (NH3)

Menurut Effendi (2000), sumber ammonia di perairan

adalah hasil

pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuahan dan biota perairan yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur dikenal dengan istilah amonifikasi seperti terlihat pada persamaan reaksi : N organik + 02
ammonifikasi

NH3-N + O2
nitrifikasi

NO2-N + O2

NO3-N

Reduksi nitrat (denitrifikasi) oleh aktivitas mikroba pada kondisi anaerob yang merupakan proses yang umum pada pengolahan limbah juga menghasilkan gas ammonia dan gas-gas lainnya seperti : N2O, NO2, NO, dan N2 (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi 2000). Boyd (1988) dalam Effendi (2000) mengemukakan proses denitrifikasi pada Gambar 2.

NH3 (gas) Ammonia NO3 (Nitrat) NO2 (Nitrit)

N2O (gas) (Dinitrogen oksida) Gambar 2. Proses Denitrifikasi di Perairan

N2(gas)

B. Nitrit (NO2)

Keberadaan

nitrit

menggambarkan

berlangsungnya

proses

biologis

perombakan bahan organik dengan kadar oksigen terlarut sangat rendah. Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat (Effendi, 2000). Nitrat (NO3-) dan Nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus Nitrogen. Aktivitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung Nitrogen organik pertamatama menjadi Amonia, kemudian dioksidasikan menjadi Nitrit dan Nitrat. Oleh karena Nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi Nitrat, maka Nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan (Utama, 2009 dalam Anonimb, 2011). Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/liter. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/liter dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter (Moore, 1991 dalam Effendi, 2000). Oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter seperti yang tertera pada persamaan reaksi (Novotny dan Olen, 1994 dalam Effendi, 2000). 2NH3 + 3O2
Nitrosomonas

2NO2- + 2H+ + 2H2O 2NO3Nitrobacter

2NO2- + 3O2 C. Nitrat (NO3)

Menurut Effendi (2000), Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrie utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia mejadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Chu (1943) dalam Herawati (2008), menyatakan bahwa alga khususnya fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,009-3,5 mg/l. Pada konsentrasi dibawah 0,01 mg/l atau diatas 4,5 mg/l nitrat dapat merupakan faktor pembatas. Sedangkan Curtis dan Daniel (1950) dalam Herawati (2008), mengungkapkan bahwa nitrogen dalam bentuk NO3 akan menjadi faktor pembatas jika kandungannya kurang dari 0,1 mg/l. Pengambilan NO3 N dapat berlangsung baik ketika ada cahaya maupun tanpa cahaya. Untuk melihat pengaruh konsentrasi nitrat di perairan terhadap pertumbuhan organisme, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Hubungan kandungan nitrat dengan pertumbuhan organisme nabati Kandungan nitrat (mg/l) 0,3 0,9 0,9 3,5 > 3,5 Pertumbuhan organisme Rendah Optimum Membahayakan perairan

Sumber: Chu (1943) dalam Herawati (2008).

D. Parameter Lingkungan 1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem darat maupun perairan (Khazali 1998). Setiap organisme memiliki batas toleransi minimum maupun maksimum yang berbeda dalam siklus hidupnya. Suhu merupakan faktor pembatas penyebaran suatu spesies dalam hal mempertahankan kelangsungan hidup reproduksi, perkembangan dan kompetisi. Secara ekologi perubahan suhu menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan fitoplankton. Suhu di perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu air berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia, dan biologi perairan (Effendi 2000). Meningkatnya suhu di perairan yang mempunyai pH netral akan meningkatkan kadar amonia terlarut. 2. pH pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut tetapi bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Anonimc, 2012). Proses nitrifikasi akan berakhir jika pH bersifat asam (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi 2000). Derajat keasaman (pH) merupakan fungsi dari kandungan CO2 yang terlarut dalam air. Derajat keasaman juga berpengaruh

terhadap toksisitas suatu senyawa kimia. Menurunnya kadar pH juga meningkatkan toksisitas ammonia terhadap biota perairan (Effendi, 2000). 3. Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh seluruh jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Selain itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005 dalam Purba, 2012). Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, maka kadar oksigen terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills 1996 dalam Effendi 2000). Peningkatan suhu sebesar 1C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (Effendi 2003).

III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi

Penelitian direncanakan mulai Mei sampai Juli 2012. Penelitian dilaksanakan di perairan Sungai Musi sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong, Kotamadya Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) Mariana, Palembang. B. Bahan dan Alat Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan No 1 2 3 Nama Bahan Air Sampel Larutan Indikator pH Larutan MnSO4, Reagen Alkaliiodid-azide, H2SO4, larutan Indikator Stach, Na2S2O3 0,025 N Larutan mangan sulfat (MnSO4 4 0,03 M), larutan oksidasi (NaOCL) Untuk pengukuran kadar ammonia 0,5 ml, larutan phenat 0,6 ml. Larutan sulfanilamid 1 ml, larutan naphtalin 1ml 5 6 Larutan KOH 25 %, logam heldi (Al), larutan garam seignet 10%, larutan Nesler. Aquades 7 Untuk mencuci atau menetralkan peralatan yang akan digunakan Tabel 3. Alat-alat yang digunakan No Nama Alat Fungsi Untuk pengukuran kadar nitrat Untuk pengukuran kadar nitrit Fungsi Untuk pengujian sampel Untuk pengukuran pH Pengukuran DO dengan cara titrasi

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Botol Sampel Erlenmeyer Gelas Ukur Labu Ukur Beker gelas Pipet Tetes, Pipet ukur , Pipet Skala Timbangan Analisis/ Neraca

Wadah untuk air sampel Menampung larutan, bahan atau cairan Mengukur volume suatu cairan Mengencerkan zat tertentu Wadah untuk mengaduk, mencampur cairan Untuk memindahkan larutan Untuk menimbang padatan kimia Mengambil dan memindahkan zat padat Meneteskan sejumlah reagen cair Mengukur suhu Mengaduk larutan kimia Memindahkan zat menggunakan pipet ukur Untuk mengukur suatu sampel

10 analitik 11 Spatula 12 Biuret 13 Termometer Digital 14 Batang pengaduk 15 Bubble Bulb 16 Spektrofotometer C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan sekunder.

1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan dengan melakukan pengamatan dan pengambilan data di kawasan pemukiman Sungai Musi.

11

2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dengan cara mengumpulkan dokumendokumen hasil penelitian atau studi, peraturan perundangan dan data pendukung lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dari dinas atau instansi terkait dengan penelitian. Adapun jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah data mengenai kisaran optimum beserta parameter fisika kimia perairan dan cara pengukurannya. D. Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran sampel di insitu dan laboratorium ditabulasikan ke dalam tabel dan grafik. Selanjutnya data dianalisis dengan membandingkan dengan literatur hasil penelitian yang diperoleh. E. Cara Kerja 1. Penentuan Titik Sampling Pengamatan dan Pengambilan Sampel Pengamatan dilakukan di perairan Sungai Musi sekitar muara Plaju dan Sungai Gerong. Titik sampling yang diambil yaitu stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3. Penentuan stasiun didasari dengan menduga penurunan kualitas air akibat aktivitas masyarakat. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, dan DO (dengan metode winkler). Pengambilan sampel di lapangan (in situ) dilaksanakan dalam dua kali pengambilan yaitu saat pagi hari (06.00 WIB) dan siang hari (12.00 WIB). Parameter fisika, kimia, alat dan metode disajikan pada Tabel 1.

12

Tabel 4. Parameter kualitas air yang diteliti serta metode analisa dan pengukurannya. Parameter Fisika Suhu Kimia 1. pH 2. DO 3. Ammonia 4. Nitrit 5. Nitrat mgO2/l mg/l mg/l mg/l Kertas Lakmus Indikator Metode Winkler Metode Spektrofotometer Metode Spektrofotometer Metode Spektrofotometer 2. Pengukuran Suhu Pengukuran suhu dengan menggunakan alat termometer. Suhu yang diukur yaitu suhu udara dan suhu air. Untuk suhu udara pengukuran dilakukan dengan cara termometer digantung di udara dan dilihat nominal angka yang tercantum di termometer. Pengukuran suhu air dilakukan dengan cara mencelupkan ujung termometer ke dalam perairan, kemudian dilihat berapa 0C yang tercantum di termometer tersebut. In situ In situ Laboratorium Laboratorium Laboratorium Satuan
0

Metode Analisa/Alat Termometer Air Raksa In situ

Lokasi

3. Pengukuran pH Pengukuran pH dilakukan dengan cara mengambil air dari perairan sebanyak 5 ml kemudian tambahkan dengan indikator pH sebanyak 5 tetes sampai terjadi perubahan warna, setelah itu cocokkan warna air dengan kertas ukur dan catat nominal angkanya.

13

4. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO) Cara pengukuran Oksigen Terlarut (DO) dengan menggunakan titrasi, adapun prosedur kerja yaitu ambil air sampel dan masukan ke dalam botol winkler dan hati-hati jangan sampai ada gelembung udara. Tambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml Reagen Alkali-iodid-azide dengan ujung pipet tepat berada di permukaan air. Tutup botol segera dengan hati-hati guna menghindari terciptanya gelembung air dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna,tambahkan H2SO4 pekat 2 ml, ambil 100 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml, tambahkan 8 tetes larutan indikator stach hingga berwarna biru, titrasi larutan dengan menggunakan

Na2S2O30.025 N hingga warna biru yang terbentuk hilang dan catat ml volume titran yang dipakai. cara perhitungan Oksigen Terlarut (mg/liter) : Dimana : V N F = Volume Titran Na2S2O3 (ml) = Normalitas Titran Na2S2O3 = Faktor VxNx8 x1000 xF Vsampel

V sampel = Volume sampel (ml) 2. Pengukuran Kadar Ammonia (NH3) Langkah- langkah dalam melakukan pengukuran kadar amonia adalah sebagai berikut :
a.

Ambil air sampel sebanyak 10 ml, masukkan ke dalam erlenmeyer.

14

b.

Sambil diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer. Tambahkan 1 tetes larutan mangan sulfat (MnSO4 0,03 M).

c.
d.

Tambahkan 0,5 ml larutan oksidasi (NaOCL) dan 0,6 ml larutan phenat Aduk rata dengan magnetic stirrer selama 5 menit, setelah selesai diaduk kemudian biarkan selama 10 menit.

e.

Setelah itu, baca masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 630 nm dengan menggunakan spektrofotometer.

f.

Catat absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer. 3. Pengukuran Kadar Nitrit (NO2) Langkah- langkah dalam melakukan pengukuran kadar nitrit adalah sebagai

berikut : a. Ambil air sampel sebanyak 20 ml, masukkan kedalam erlenmeyer. b.Tambahkan 1 ml Sulfanilamid, biarkan 2-8 menit. c. Tambahkan 1 ml Naphtalin, diamkan 10 menit. d.Spektro pada panjang gelombang 543 nm e. Catat absorbansi yang tertera pada spektrofotometer. f. Analisa kuantitatif nilai absorbansi kedalam kurva kalibrasi standar.

4. Pengukuran Kadar Nitrat (NO3) Langkah- langkah dalam melakukan pengukuran kadar nitrat adalah sebagai berikut :

15

a.

Ambil air sampel sebanyak 19 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer, 0,125 logam heldi (Al) dan

b. Tambahkan KOH 25 % sebanyak 6,25 ml,

diamkan selama 1 malam.


c.

Setelah didiamkan 1 malam kemudian tambahkan larutan garam seignet 10% sebanyak 1.25 ml.

d. Tambahkan 0,25 ml larutan nesler lalu jadikan dengan aquabidest menjadi 50

ml Setelah itu spektro dengan panjang gelombang 420 nm. e. Catat absorbansi yang tertera pada spektrofotometer.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Sungai Musi. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Musi ; Diakses 28 April 2012).

16

Anonimb. 2011. Nitrat dan Nitrit. (Online) (http://www.scribd.com/doc/61789 527/Laporan-Akhir-Nitrat-Dan-Nitrit ; Diakses 27 April 2012). Anonimc. 2012. pH. (Online) (http://id.wikipedia.org/wiki/PH ; Diakses 27 April 2012). Effendi, Hefni. 2000.Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Hendrawati dkk. 2007. Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. (Online) (http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ valensi/article/download/223/141 ; Diakses 27 April 2012). Herawati, V.E. 2008. Analisis Kesesuaian Perairan Segara Anakan Kabupaten Cilacap Sebagai Lahan Budidaya Kerang Totok (Polymesoda erosa) Ditinjau Dari Aspek Produktifitas Primer Menggunakan Penginderaan Jauh. Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Universitas Diponegoro. Purba, John A.R. 2012. Tingkat Pencemaran Logam Berat Di Kawasan Petambakan Sylvofishery Perairan Blanakan, Subang, Jawa Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

17

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Perairan Sungai Musi

18

Parameter Yang Diamati Fisika Suhu (0C) Kimia 1. pH 2. DO (mgO/l) 1

Stasiun 2

Kisaran Optimum*

20 300C 6,0 9,0 5,0 9,0

Keterangan : * : Kisaran optimum untuk menopang kehidupan organisme akuatik (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi 2000)

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Parameter N-Nitrogen Perairan Sungai Musi

19

Parameter Yang Diamati Ammonia (mg/l) Nitrit (mg/l) Nitrat (mg/l) Keterangan : * ** 1

Stasiun Kisaran Optimum* 2 3 0,2 mg/l** 0,05 mg/l*** 0,2 mg/l****

: Kisaran optimum untuk menopang kehidupan organisme akuatik : Sawyer dan McCarty (1978) dalam Effendi (2000)

*** : Moore (1990) dalam Effendi (2000) **** : Davis dan Cornwell (1991) dalam Effendi (2000)

Anda mungkin juga menyukai