Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PADA ERA GLOBALISASI

Tugas Akhir Pancasila

disusun oleh Nama NIM Jurusan Program study Dosen : Kristyawan Susanto : 11.01.2906 : Teknik Informatika : D3 : Irton, SE, M.Si

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

ABSTRAKSI
Makalah ini mencoba untuk memberi jawaban akan masalah-masalah yang timbul di dinamika kehidupan ber-Pancasila. Ini diharapkan mampu untuk memberikan pembenaran terhadap Pancasila, sehingga akan menambah teori-teori dan memperkuat penerapan Pancasila sebagai pondasi nasional dan ideologi dari orang Indonesia. Selain itu makalah ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk menjaga konsistensi, hubungan dan kontekstual dari Pancasila bahwa Pancasila selalu dibutuhkan orang Indonesia dalam melanjutkan pembangunan sesuai dengan perkembangan dunia. Realisasi dari harapan tadi akan membuat Pancasila mampu memainkan peran: di dalam, Pancasila berfungsi untuk mempererat persatuan bangsa Indonesia dan mengarahkan perjuangan bangsa menuju ke keadaan yang ideal. Sedangkan di luar, Pancasila berfungsi sebagai identitas bangsa sehingga orang Indonesia berbeda dengan orang negara lainnya. Di era globalisasi ini fungsionalitas Pancasila akan diuji apakah mampu untuk tetap mempertahankan eksistensinya. Pancasila sebagai ideologi terbuka harus senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis agar tidak tertinggal. Pancasila harus bisa menyesuaikan dengan perubahan-perubahan jaman seperti sekarang ini. Hal inilah yang disebut dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Globalisasi tidak akan mungkin dihindari oleh bangsa Indonesia, tetapi dengan adanya Pancasila, globalisasi yang tidak terhindari itu akan disesuaikan dengan nilainilai yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga kita sebagai rakyat Indonesia harus memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar tentang nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam Pancasila. Sehingga fungsi Pancasila sungguh dapat dibanggakan karena keberhasilannya dalam mengatasi pengaruh-pengaruh yang merugikan dari globalisasi. Dengan memiliki wawasan yang luas dan pemahaman yang benar terhadap Pancasila kita dapat menerapkan hidup yang benar sesuai Pancasila di era globalisasi. Dan kita tidak perlu kehilangan jati diri dari bangsa ini. Sehingga Indonesia akan memiliki kekuatan yang berpengaruh terhadap dunia Internasional.

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap kurun waktu. Tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa misalnya kita saksikan betapa masyarakat di negara-negara industri maju kehilangan nilai-nilai etik, moral, spiritual. Tanpa nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, kita saksikan betapa kemajuan ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai manusia justru memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa nilai-nilai persatuan dan kesatuan misalnya, jelas pasti akan terjadi konflik-konflik antar bangsa, dan bahkan dari dalam bangsa itu sendiri akan ada perpecahan. Tanpa nilai-nilai kedaulatan rakyat, hal yang akan terjadi adalah munculnya kekuatan-kekuatan otoriter yang akan menindas yang lemah, dan pada akhirnya hanya akan mengalami keruntuhan. Tanpa nilai-nilai keadilan sosial, misalnya kita lihat kemajuan ekonomi yang mendatangkan kesenjangan sosial dan keresahan. Perbedaan antara yang kaya dan yang miskin sangat jauh sekali, dan itu berpotensi mengundang adanya kriminalitas. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila, yaitu: 1) Kenyataan dalam proses pembangunan nasional berencana dan dinamika masyarakat yang berkembang sangat pesat. 2) Kenyataan menunjukkan bahwa ideologi yang tertutup dan beku cenderung meredupkan perkembangan dirinya. 3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri pada masa lampau yang dipengaruhi keadaan bangsa-bangsa di seluruh dunia. 4) Tekad kita untuk mengokohkan kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapan yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Dengan

demikian kita mengenal tiga tingkat nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praxis.

2. RUMUSAN MASALAH
Dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa masalah yang diangkat oleh penulis, diantaranya: 1) Apakah makna yang tepat dari Pancasila sebagai ideologi terbuka? 2) Bagaimanakah perwujudan dari Pancasila sebagai ideologi terbuka di era globalisasi saat ini? 3) Seberapa perlukah kita untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila? 4) Pengamalan seperti apakah yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? 5) Apa saja pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bansa dan negara Indonesia? 6) Apa sajakah yang harus kita lakukan terhadap pengaruh-pengaruh globalisasi?

3. PENDEKATAN-PENDEKATAN
Pada penulisan makalah ini, penulisan memerlukan pendekatan-pendekatan. Hal ini untuk memudahkan baik penulis atau pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas. Pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam makalah ini yaitu pendekatan secara historis dan sosiologis. Berikut ini adalah penjelasannya : 1) Pendekatan secara historis Benih-benih globalisasi sebenarnya telah dimulai semenjak perluasan jalur perdagangan para pedagang Tiongkok dan India ke negara lain kemudian para pedagang muslim di Asia dan Afrika. Fase berikutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh Eropa dan semakin pesat seiring dengan perkembangan industri dan kebutuhan bahan baku yang memunculkan perusahaan multinasional di dunia. Fase selanjutnya terus berjalan dan mencapai momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme runtuh. Runtuhnya komunisme seakan merupakan pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik untuk

mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasi dari keadaan ini adalah negaranegara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini selanjutnya semakin didukung oleh perkembangan teknologi komunikasi dan transparansi yang maju pesat yang menyebabkan batas-batas antar negara pun mulai kabur. Proses globalisasi berlangsung lebih cepat dengan adanya dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang informasi, telekomunikasi dan transportasi. Dengan kemajuan bidang tersebut maka proses interaksi antar manusia dan bangsa diseluruh dunia terjadi lebig cepat dan lebih intensif. Dengan dikembangkannya satelit komunikasi dan internet, maka proses komunikasi terjadi setiap saat. Apa yang terjadi di suatu belahan dunia, akan langsung diketahui di belahan dunia yang lain. Dengan kemajuan bidang transportasi, proses pergerakan manusia menjadi semakin cepat dan intensif. Hal inilah yang kemudian lebih mendorong terjadinya proses globalisasi. 2) Pendekatan secara sosiologis Globalisasi sebagai sebuah proses yang tidak terhindarkan lagi saat ini karena interaksi antar bangsa semakin meningkat. Transformasi di era globalisasi ini telah menbawa pada sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Pemahaman ini memungkinkan munculnya pendapat yang berbeda-beda, ada yang menganggapnya sebagai proses yang positif namun ada pula yang pesimis. Tanggapan terhadap munculnya globalisasi dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu: a. Golongan pro globalisasi yaitu mereka yang beranggapan positif bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggungjawab. Globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Ketergantungan antar negara justru akan saling menguntungkan karena tiap-tiap negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimiliki. b. Golongan anti globalisasi yaitu mereka yang pesimis beranggapan bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena yang negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat yang memaksa sejumlah

bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar. Globalisasi hanya akan membuat negara miskin semakin tidak berdaya bangkit dari ketergantungan terhadap negara kuat. Dalam proses globalisasi ada beberapa saluran yang harus dilalui, seperti: a. Lembaga-lembaga internasional yang mengatur internasional. b. Lembaga-lembaga kenegaraan baik dalam hubungan diplomatik secara bilateral maupun regional. c. e. f. g. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lembaga perniagaan dan industri internasional. Saluran-saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional. Turisme atau wisata mancanegara. d. Lembaga keagamaan peraturan-peraturan

4. PEMBAHASAN
1) Pengertian Ideologi Istilah Ideologi berasal dari kata ideo yang berarti cita-cita dan logy yang berarti pengetahuan, ilmu faham. Beberapa pengertian tentang ideologi dapat dikemukakan di sini, di antaranya adalah a. W. White The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people (ideologi ialah soal cita-cita politik atau doktrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakat atau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan). b. Harold H Titus A term used for any group of ideas concerning various politicaland economic issues and social philosophies often applied to a systematic schema of ideas held by group classes (suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana

yang sistematik tentang cita-cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat). c. Encyclopedia Internasional Ideologi adalah sistem gagasan , keyakinan, dan sikap yang mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas atau masyarakat tertentu. d. Drs. Moerdiono Ideologi berarti a system of ideas, akan mensistematisasikan seluruh pemikiran mengenai kehidupan ini dan melengkapinya dengan sarana serta kebijakan dan strategi dengan tujuan menyesuaikan keadaan nyata dengan nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat yang menjadi induknya e. Laboratorium Pancasila IKIP Malang Ideologi adalah seperangkat nilai, ide dan cita-cita beserta pedoman dan metode melaksanakannya. f. Dr. Alfian Ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan. Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat kita pahami adanya beberapa bagian pokok dalam ideologi yaitu: Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis Pedoman tentang cara hidup Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok (kelas, negara) Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya Jadi ideologi merupakan hasil refleksi (perenungan) manusia terhadap dunia kehidupannya. Sehingga keyakinan terhadap ideologinya semakin mantap pula tekad untuk melaksanakannya. 2) Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Pancasila sebagai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya sebagai dasar negara, yang merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan negara Republik Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau

disebut juga sebagai ideologi negara. Artinya Pancasila merupakan ideologi yang dianut oleh negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang, disamping masih adanya beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang lain, sepanjang tidak bertentangan dengan ideologi negara, sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih oleh para pendiri negara ini, yang mana lima dasar atau lima silanya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan walaupun terbedakan sebagai dasar dan ideologi pemersatu. Sifat ideologi pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Ideologi terbuka adalah suatu ideologi yang memiliki keluwesan dan kelenturan terhadap perkembangan dan tuntutan zaman. Meskipun zaman telah berubah karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun substansi dan esensi ideologi itu dapat memberi harapan-harapan yang akan memberi kehidupan yang lebih baik sehingga mendorong perkembangan pemikiran-pemikiran baru yang sangat dibutuhkan sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap kurun waktu. Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis dan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Pandangan Pancasila sebagai ideologi terbuka didorong oleh tantangan zaman. Apapila suatu ideologi tidak memiliki dimensi fleksibilitas, maka ideologi itu akan mengalami kesulitan bahkan mungkin kehancuran dalam menghadapi tantangan zaman. Adapun yang dimaksud ideologi tertutup adalah ideologi yang beku dan tertutup terhadap perkembangan dan tuntutan zaman sehingga ideologi itu akan tertinggal dan jika tidak mengadakan pembaharuan (reformasi) jelas ideologi tersebut akan ditinggalkan oleh pendukungnya.

3) Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Globalisasi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang sudah ditentukan oleh para pendiri negara ini haruslah menjadi sebuah acuan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dalam menjalankan ideologi Pancasila juga tidak mampu untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, Pancasila terus dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara, itu membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang sejati untuk bangsa Indonesia. Oleh karena itu tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, dan kini mau tidak mau, suka tidak suka, bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia. Tetapi harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tidak mesti kehilangan jati diri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mungkin saja mendatangkan kemajuan, tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut menjadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jati diri yang sebenarnya sudah jelas tergambar dari nilai-nilai luhur Pancasila. Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapatrapat dari dunia luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain. Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan terpaksa membuka diri. Maka kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar-dasar masyarakat modern, bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan keterampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten

menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan tertolak dengan sendirinya. Hanya, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat ini justru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir. Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Perhatikan saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal, negara Indonesia seperti telah ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta musyawarah dan mufakat. Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan faham liberalisme dan semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat semaunya dan tidak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata. Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan

pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan tersebut. Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri. Pancasila sebagai ideologi terbuka sangat mungkin mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun demikian, faktor manusia baik pejabat negara maupun rakyat Indonesia sangat menentukan dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam menyelesaikan maslah yang dihadapinya. Sebagai contoh bagaimana warga menikmati atau menggunakan kebebasan di era reformasi ini. Apabila tanpa memperhatikan nilai-nilai yang diajarkan Pancasila, penggunaan kebebasan akan menimbulkan akibat berupa kerusakan. Sebaik apapun ideologi itu , tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang baik hanya akan menjadi angan-angan belaka. Pancasila dirumuskan sebagai kristalisasi nilai-nilai sosial budaya yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat atau bangsa Indonesia. Dengan penegasan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka kita harus mempertajam kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang abadi dapat kita temukan dalam alinea ke-empat dari Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Sedangakan nilai instrumental adalah penjabaran nilai dasar sebagai arahan dalam kehidupan yang nyata, namun tetap mengacu pada nilai dasar. Adapun penjabaran nilai dasar ini melalui konsensus nasional yang tidak putus-putusnya sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dengan adanya pernyataan bahwa Pancasila adalah sebagai ideologi terbuka, maka kita tetap berpegang pada nilai dasarnya yang bersifat tetap,

sedangkan nilai pelaksanaannya dapat dikembangkan sesuai dengan dnamika masyarakat Indonesia. Sumbangan karangan Dr. Alfian di dalam seminar Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara, menegaskan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi. a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi itu secara riil berakar dan hidup dalam masyarakat atau bangsa, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya. Pancasila memenuhi dimensi ini dengan baik. b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama-sama mereka sehari-hari dengan berbagai dimensinya. c. Dimensi fleksibilitas atau dimensi kelenturan, yaitu bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya, tanpa menhilangkan atau meningkatkan hakekat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Pancasila sebagai ideologi nasional memenuhi tiga dimensi tersebut di atas. Pancasila sebagai ideologi memiliki dimensi fleksibilitas, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai sebagai berikut: Nilai Dasar Merupakan nilai-nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai-nilai dasar Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial) kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai instrumental dan nilai praxis yang lebih bersifat fleksibel dalam bentuk aturan atau norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai Instrumental Merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar secara lebih kreatif dan dinamis dalam bentuk UUD 1945 dan peraturan perundang-

undangan yang lainnya, dalam Tata Urutan Peraturan Perundangundangan Negara menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2004. Nilai Instrumental dapat berubah atau diubah. Nilai Praxis Merupakan nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Nilai praxis juga dapat berubah atau diubah. Untuk mempermudah pemahaman maka diberikan contoh nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praxis. Contoh nilai dasar kerakyatan atau demokrasi (sila ke-empat Pancasila) tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004, dapat dilihat dalam tabel berikut : Nilai Dasar Sila ke-empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan/perwakilan (Demokrasi) Nilai Instrumental UUD 1945 hasil amandemen - Pasal 6 - Pasal 6 ayat (1) - Pasal 6 ayat (2) - UU No. 12 Tahun 2003 - UU No. 23 Tahun 2003 - UU No. 31 Tahun 2003 Nilai Praxis Praktek Pemilu dengan mencoblos gambar pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden

Dari gambar di atas dapat dipahami apapun aturan sebagai nilai instrumental dan bagaimanapun cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diubah, disempurnakan dan disesuaikan dengan tuntutan kemajuan zaman tetapi tidak boleh menghilangkan esensi (inti) dari nilai kerakyatan atau nilai demokrasi. Jika ditinjau dari segi pelaksanaan nilai yang dianut, maka sesungguhnya pada nilai praxsislah ditentukan tegak atau tidaknya nilai dasar dan nilai instrumental itu. Ringkasnya bukan pada rumusan abstrak, dan bukan juga pada kebijaksanaan, strategi, rencana, program atau proyek itu sendiri terletak batu ujian terakhir dari nilai yang dianut, tetapi pada kualitas pelaksanaannya di kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi suatu ideologi, yang paling penting adalah bukti pengamalannya atau aktualisasinya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu ideologi dapat mempunyai rumusan yang amat ideal dengan ulasan yang amat logis serta konsisten pada tahap nilai dasar dan nilai instrumentalnya. Akan tetapi, jika pada nilai praksisnya rumusan tersebut tidak dapat diaktualisasikan, maka ideologi tersebut akan kehilangan kredibilitasnya. 4) Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia Sebagai warga masyarakat dunia, bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari pengaruh arus globalisasi yang sedang terjadi. Globalisasi yang semula hanya menyentuh persoalan ekonomi, akhirnya berkembang dan menyangkut hampir semua bidang kehidupan, antara lain bidang ideologi, ekonomi sendiri, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat berarti dalam berbagai dimensi kehidupan manusia , termasuk pengaruh bagi bangsa dan negara Indonesia. Pengaruh tersebut baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Berikut ini akan diuraikan pengaruh globalisasi terhadap kehidupan bangsa dan negara Indonesia diberbagai bidang kehidupan. a. Bidang Ideologi Sebagai ideologi terbuka, pada prinsipnya Pancasila dapat menerima unsur-unsur atau nilai-nilai dasar Pancasila. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan, bahwa pemahaman dan implementasi Pancasila sebagai ideologi selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini bisa memberikan pengaruh positif terhadap ideologi bangsa dan negara, karena bisa memperkaya khasanah budaya bangsa yang bersifat dinamis dan fleksibel. Namun di samping itu, kita harus bersikap waspada terhadap kemungkinan pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi Pancasila. Bahwa adanya globalisasi telah mampu meyakinkan kepada sementara masyarakat Indonesia bahwa ideologi barat yang bersumber pada liberalisme dianggap sebagai ideologi yang paling baik. Liberalisme dianggap mampu membawa keadaan menjadi lebih baik, membawa ke arah kemajuan dan kemakmuran. Maka dapat kita lihat bahwa faham liberalisme

mendasari hampir semua segi kehidupan. Tuntutan kehidupan yang demokratis, kebebasan yang luas, jaminan Hak Asasi Manusia serta tuntutan keterbukaan diberbagai bidang kehidupan selalu disuarakan oleh berbagai pihak. Hal ini bisa mengakibatkan tergoyahnya kepercayaan kita terhadap ideologi Pancasila, ditambah bangsa Indonesia sedang mengalami krisis berkepanjangan, tidak menutup kemungkinan sebagian masyarakat akan berpaling dari ideologi Pancasila dan mencari alternatif ideologi lain seperti ideologi liberalisme. b. Bidang Politik Pengaruh positif globalisasi bidang politk dapat dilihat dari hal-halsebagai berikut: Kehidupan politik yang demokratis berpengaruh kuat terhadap pikiran dan kemauan bangsa Indonesia. Rakyat di mana-mana melakukan tuntutan diadakannya yang perbaikan dalam kehidupan politik dan pemerintahan. Pemerintah elemen sebelumnya tentang bersifat tertutup menjadi bersifat dan transparan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sorotan dari berbagai masyarakat transparansi, akuntabilitas profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik berubah menjadi desentralisasi sehingga pemerintah daerah mempunyai kekuasaan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Pemerintah demokratis. Rakyat yang sebelummnya merasa terkekang kebebasannya, sekarang bisa menikmati kebebasnnya. Pintu kebebasan berpolitik dibuka lebar-lebar, sehingga bermunculan partai politik bagaikan cendawan di musim hujan. Muncul pula Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menghendaki kebebasan untuk ikut serta melakukan pengawasan terhadap kinerja pejabat-pejabat pemerintah. yang bersifat otoriter berubah menjadi pemerintah

Negara dituntut untuk terus menerus mengembangkan kesadaran warga negaranya menuju kehidupan yang demokratis, karena demokrasi sudah menjadi tuntutan masyarakat global. Dengan demikian berkembangnya faham demokrasi yang mengglobal, termasuk di Indonesia merupakan salah satu berkah globalisasi. Selain pengaruh positif seperti di atas, kita harus waspada terhadap adanya pengaruh negatif globalisasi di bidang politik. Segi negatif dari pengaruh globalisasi di bidang politik antara lain: Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Euforia politik dan kebebasan yang tidak terkendali, bisa mengabaikan nilai dan norma yang berlaku di Indonesia, serta bisa mengarah munculnya perbuatan anarkis yang merugikan kepentingan umum dan keutuhan bangsa Indonesia. Gencarnya provokasi dan budaya demokrasi yang belum dewasa, sering menimbulkan pergolakan politik diberbagai daerah. Hal ini bisa dilihat dihampir semua proses pemilihan kepala daerah di seluruh Indonesia, di mana karena budaya demokrasi yang belum matang tadi, mereka belum siap kalah. Karena jagonya kalah, maka pendukungnya melampiaskan emosinya dengan melakukan tindakan-tindakan yang destruktif. Semakin lunturnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong. Semakin menguatnya nilai-nilai individual, kelompok, oposisi, diktator mayoritas, atau tirani minoritas. c. Bidang Ekonomi Pengaruh positif globalisasi di bidang ekonomi bagi bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut: Terbukanya pasar bebas yang mempermudah masuknya barang-barang produksi luar negeri ke Indonesia. Dengan globalisasi ekonomi, Indonesia membuka diri baik terhadap produk-produk luar negeri maupun investasi asing. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif dan dibutuhkan oleh pasar

internasional tetapi dengan konsekuensi Indonesia harus patuh dan menaati aturan-aturan yang dibuat dalam perjanjian regional maupun internasional. Bisa memperoleh barang-barang yang kita butuhkan yang belum bisa diproduksi di Indonesia dengan mudah Masyarakat mulai mengenal berbagai produk yang canggih dan modern, sehingga kita tidak menjadi bangsa yang gagap teknologi. Bahkan alatalat tersebut bermanfaat untuk mempermudah hidup manusia. Banyak bermunculan pusat-pusat perbelanjaan modern yang berasal dari modal asing yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja sekaligus menambah prestise. Meningkatnya kegiatan pariwisata membuka lapangan kerja sekaligus sebagai ajang promosi produk Indonesia Pengaruh negatif globalisasi ekonomi yang perlu kita waspadai bahkan kita toalk adalah: Kencenderungan berlakunya kapitalisme di negara Indonesia, di mana perekonomian dikendalikan oleh mereka yang bermodal kuat sehingga yang lemah akan tersingkir. Pemerintah mingkin hanya akan berperan dalam hal regulasi dalam pengaturan ekonomi sedangkan mekanismenya ditentukan pasar. Berkurangnya sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi. Ketidakmampuan bersaing dari produk dalam negeri dalam pasar bebas membuat ekonomi rakyat terancam karena tidak memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Masyarakat lebih banyak mengenal produk-produk yang bermerk internasional, sehingga akhirnya mereka melupakan produk-produk dalam negeri. Membanjirnya barang-barang elektornik dari luar negeri menyebabkan industri rakyat terancam gulung tikar, karena kalah bersaing dengan produk-produk impor.

Ancaman masuknya tenaga kerja asing yang lebih profesional dari tenaga kerja di Indonesia menyebabkan lapangan kerja di Indonesia semakin sempit. d. Bidang Sosial Budaya Pengaruh positif globalisasi di bidang sosial budaya antara lain Solidaritas sosial yang tinggi antar bangsa diberbagai negara. Hal ini dapat dilihat dari bantuan-bantuan yang diberikan oleh berbagai negara terhadap Indonesia sewaktu terjadi bencana alam baik tsunami di Aceh maupun gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Berbagai bantuan mengalir dari berbagai negara untuk meringankan beban warga masyarakat yang terkena bencana. Juga mengalirnya bantuan internasional ke Indonesia sewaktu merebaknya wabah penyakit flu burung. Sebaliknya juga, Indonesia pun di tengah-tengah kondisi ekonomi yang belum baik, namun tetap memberikan bantuan kepada negara lain yang sedang mengalami musibah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Sebagian besar bangsa Indonesia sudah mengenal dan memanfaatkan telepon, handphone, komputer dan internet untuk berbagai macam keperluan. Semua itu bisa mempermudah pekerjaan dalam kehidupan. Meningkatnya turisme dan kegiatan pariwisata Semakin banyaknya orang asing yang datang ke Indonesia selain dapat meningkatkan pendapatan negara juga membuka peluang terciptanya lapangan pekerjaan yang semakin luas. Masuknya budaya asing ke Indonesia dapat menambah kekayaan khasanah budaya bangsa. Namun demikian, di samping terdapat manfaat positif yang kita peroleh, terdapat pula adanya pengaruh negatif dari adanya globalisasi di bidang solial budaya, seperti: Sikap dan perilaku serta gaya hidup yang sering meniru orang barat. Mereka beranggapan bahwa yang datang dan berasal dari negara-negara barat dianggap modern. Hal ini akan berakibat menipisnya bahkan hilangnya nilai-nilai luhur bangsa kita dalam kehidupan generasi muda.

Menipisnya sikap sopan santun dan tata krama di kalangan generasi muda sebagai akibat dari dikesampingkannya norma agama, kesusilaan dan kesopanan. Banyak generasi muda yang sudah meninggalkan tata krama dan sopan santun. Mereka tidak tahu tata cara dan sikap perilaku yang ditunjukkan kepada orang tua maupun orang yang seharusnya dihormati. Banyak generasi muda yang merasa tidak suka terhadap aturan dan norma kehidupan yang dianggap sebagai pengekang kebebasan. Membudayanya gaya hidup yang komsumtif, egois dan materialistis. Di tengah-tengah kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakt Indonesia, banyak dijumpai orang-orang yang bergaya hidup mewah, berfoya-foya sehingga menimbulkan kecemburuan sosial. Kepekaan sosial mulai luntur dan menipisnya sense of krisis di kalangan sebagian masyarakat Indonesia Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal membawa akibat munculnya sikap hidup: Individualitas (mengutamakan kepentingan diri sendiri) Pragmatisme (mengambil sesuatu yang menguntungkan saja) Hedonisme (memuja kenikmatan sesaat) Permisif (membiarkan hal-hal yang dianggap tabu) Konsumerisme (lebih suka memakai daripada memproduksi atau suka membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang produktif. Budaya seni daerah mulai dilupakan dan ditinggalkan. Generasi muda sudah berkurang minatnya dan apresiasinya terhadap budaya dan kesenian daerah. Mereka lebih suka dance daripada tari klasik. Mereka lebih suka sinetron dibanding dengan ketoprak atau wayang. Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Penerapan teknologi dalam berbagai bidang membawa akibat buruk diantaranya adalah dekompensasi lingkungan atau menurunnya kualitas lingkungan hidup, meningkatnya kualitas dan kuantitas tindak

kriminal, dan peningkatan pengangguran sebagai akibat mekanisasi produksi. Munculnya berbagai macam krisis seperti krisis moral, krisis semangat, krisis kepercayaan, dan krisis ekologi. Makin meningkatnya tindak kekerasan, sadisme, pornografi, di tengahtengah masyarakat. Makin terkisisnya adat kebiasaan yang berlandaskan agama atau kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa karena semua hal didasarkan pada rasio.

5) Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan Negara Indonesia Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan tantangan kepada suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya. Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing. Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan antar bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi

subyek yang mampu memilih pengaruh budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat dilakukan, antara lain: a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau globalisasi. Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif. b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai akibat atau asal model. c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja, akan tetapi disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa. Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi tersebut di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala kemajuan yang datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan tetapi kita harus tetap waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan membawa akibat kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah ideologi nasional yaitu Pancasila. Artinya pengaruh atau nilai-nilai tersebut kita hubungkan dengan Pancasila apakah bertentangan atau justru dapat memperkaya nilai-nilai bangsa kita dan mendatangkan kemajuan bagi bangsa. Selain sikap selektif dengan hanya memilih nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan kepribadian kita, hal yang tidak kalah pentingnya yang harus kita upayakan adalah meningkatkan kesiapan bangsa ini untuk menghadapi pengaruh globalisasi yang makin deras. Oleh karena itu dalam menerima masuknya pengaruh, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun modal asing ke Indonesia selain bersikap selektif, kita harus meningkatkan ketahanan nasional bangsa kita dalam aspek kehidupan. Dengan demikian kita memiliki kesiapan

mental dalam menerima arus globalisasi tersebut sehingga kita dapat menuju pada bangsa maju modern dengan tetap berpegang teguh pada kepribadian atau jati diri bangsa sendiri. Untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi di bidang politik, maka hal-hal yang perlu ditempuh adalah: Menumbuhkan sistem pemerintahan demokrasi yang kuat dan tahan uji serta mampu mengelola konflik kepentingan antar kelompok. Mengembangkan kesadaran politik dan demokrasi terhadap warga negara. Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena kehidupan politik. Mengadakan Memperkuat reformasi lembaga-lembaga rakyat dengan politik cara agar dapat menjalankan fungsi dan peranannya secara baik dan benar. kepercayaan menegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Menegakkan supremasi hukum. Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional. Agar bangsa kita memiliki ketahanan di bidang ekonomi maka hal-hal yang perlu ditingkatkan oleh bangsa Indonesia maka upaya efisiensi dan efektivitas ekonomi di era globalisasi yang harus dilakukan antara lain: Memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme Melanjutkan pembangunan yang berdasarkan atas keadilan sosial, yaitu pembangunan yang diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, pembangunan yang bukan hanya untuk dinikmati kelompok tertentu. Mengurangi atau menghilangkan ketergantungan terhadap pihak asing, artinya bersikap mandiri. Meletakkan fondasi ekonomi yang kuat sesuai dengan karakteristik bangsa. Penegakan hukum yang adil, artinya menerapkan fungsi dan tujuan hukumke semua warga negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Aparatur negara yang bersih dan berwibawa.

Sedangkan dalam aspek nilai-nilai sosial budaya hal-hal yang harus kita lakukan guna menghadapi arus globalisasi adalah dengan menyeleksinya dengan cara: Membangun kesetiaan terhadap ideologi nasional yaitu Pancasila. Mengembangkan sifat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Menggali dan mengembangkan nilai seni budaya dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sikap bangsa Indonesia yang tepat dalam mengambil manfaat dari lajunya arus globalisasi adalah: Meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa. Regulasi yang dibuat hendaknya tidak mengorbankan kepentingan nasional secara keseluruhan. Segenap lapisan masyarakat hendaknya berpartisipasi untuk menghindari dampak negatif globalisasi termasuk mengendalikan anarkisme. Memperkokoh ketahanan nilai-nilai lokal melalui keteladanan yang baik, termasuk meningkatkan nilai-nilai religius. Memantapkan identitas nasional, integrasi nasional, dan wawasan kebangsaan melalui sifat saling menghargai, solidaritas, keterbukaan dan toleransi. Berdasarkan seluruh uraian di atas bangsa Indonesia dapat merespon era globalisasi dengan tepat dan mampu memanfaatkan peluang yang ada, menghadapi tantangan yang muncul dan menolak dampak negatifnya maka akan terbuka jalan untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil, makmur, maju, dengan tetap berkepribadian indonesia. Untuk mencapai hal ini maka pembangunan Indonesia harus didasarkan pada hal-hal berikut ini: Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuah Yang Maha Esa. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dari kemampuan profesionalismenya, termasuk di dalamnya adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki rasa tanggung jawab (responsibility), bersedia berbuat sesuatu yang bermanfaat

yang lebih banyak (willingness to do more), dan memiliki kesadaran akan kebersamaan atau persatuan (group consciousness). Semakin kuatnya sumber pembiayaan pembangunan dari dalam negeri dan semakin kecilnya ketergantungan pada sumber pembiayaan dari luar negeri. Meningkatnya kemandirian atau kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan paling pokok bangsa agar tidak menimbulkan kerawanan nasional. Ketahanan ekonomi yang tangguh dan memiliki daya saing tinggi. Peningkatan ketahanan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan negara. Etos kerja dan disiplin masyarakat yang tinggi. Meningkatkan nasionalisme atau kecintaan terhadap bangsa dan seluruh produk dalam negeri.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


1) Kesimpulan Istilah Ideologi berasal dari kata ideo yang berarti cita-cita dan logy yang berarti pengetahuan, ilmu faham, merupakan hasil refleksi (perenungan) manusia terhadap dunia kehidupannya. Sehingga keyakinan terhadap ideologinya semakin mantap pula tekad untuk melaksanakannya. Pancasila sendiri sebagai sebuah ideologi merupakan landasan ideal bangsa Indonesia dan negara Republik Indonesia dapat disebut sebagai ideologi nasional atau disebut juga sebagai ideologi negara yang bersumber dari kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang sudah ada sejak dulu di nusantara. Dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya kita sebagai warga negara Indonesia harus selalu mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan tepat sesuai makna yang terkandung di dalamnya. Terlebih lagi di era globalisasi ini harus semakin kuat lagi dalam menerapkannya agar jati diri bangsa Indonesia tidak hilang.

Di era globalisasi kita menggunakan Pancasila sebagai alat penyeleksi pengaruh-pengaruh dari globalisasi itu sendiri. Haruslah kita menolak segala bentuk pengaruh negatif dari globalisasi agar bangsa kita tidak hancur. Sebaliknya kita bisa menggunakan pengaruh positif dari globalisasi untuk memperbaiki negara kita dan memajukannya dalam segala aspek kehidupan demi terciptanya kehidupan yang adil, makmur, maju untuk seluruh rakyat Indonesia secara merata dan tidak pernah kehilangan jati diri bangsa kita. 2) Saran Untuk bisa memperbaiki kembali hal-hal negatif yang sering terjadi di Indonesia, kita harus membuat agar agama menjadi alat yang paling efektif untuk memperbaikinya. Dengan menanamkan sejak dini arti kehidupan, dan kebenaran yang ada dalam agama akan membantu mengefektifkan perbaikan aspek-aspek kehidupan. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan juga harus dikembangkan agar kita mempunyai generasi yang cerdas-cerdas dan mampu memimpin bangsa ini menuju ke tingkatan yang terbaik.

6. REFERENSI
Jutmini, Sri dan Winarno, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan 3 untuk kelas XII SMA dan MA, Solo: Tiga Serangkai Modul Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA-SMK-MAK kelas XII, 2010. http://abdulghanni.blogspot.com/2011/02/makalah-peran-pancasila-di-era.html http://mjieschool.multiply.com/journal/item/20/Pancasila_Sebagai_Ideologi_Ter buka_PKn_Kelas_XII_Semester_1_

Anda mungkin juga menyukai