Anda di halaman 1dari 32

BAB I PENDAHULUAN

A. DASAR HUKUM Beberapa peraturan perundang-undangan atau ketentuan yang digunakan sebagai dasar dan pedoman untuk melaksanakan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Bupati kepada DPRD Kabupaten Boyolali Masa Bhakti tahun 2005-2010 adalah, sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5043); 5. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang - Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593 ); 12 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Penyelenggaraan Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 100);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 101); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2008 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 102); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Kecamatan Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 103); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Kelurahan Kabupaten Boyolali; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 1; 5; 1; 1; 1; dan 7 Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2009 Nomor 1 Seri A; 5 Seri A; 1; 1; 1; dan 7); 25. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 12; 21; 8; 10; dan 3 Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009, tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009, (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 Nomor 3 Seri A; 21 Seri A; 8; 10; dan 3. ); 26. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 11 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010 ( Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2005 Nomor 11 Seri G ); 27. Peraturan Bupati Nomor 12; 24; 17; 8; dan 10 Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010; (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 Nomor 12 Seri G; 14 Seri G; 17; 8; dan 10); 28. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 144/2005; 9; 3; 1; 1; dan 27 Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 Nomor 9 Seri G; 3; 1; 1; dan 27); 29. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 540/2005; 31; 21; 29; 16. Tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 Nomor 31 Seri G; 21; 29; dan 16);

30. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 24 Tahun 2008 tentang Validasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006 2010 (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 24);

B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis a. Letak Geografis Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110022-110050 Bujur Timur dan antara 707-7036 Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah Yogyakarta-Solo-Semarang

(Joglosemar) yang merupakan tiga kota utama di wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan dikembangkannya wisata Solo-Selo (Kabupaten Boyolali)-Borobudur (Kabupaten Magelang) atau SSB, diharapkan lebih

meningkatkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Boyolali.

Disamping itu,

seiring dengan mulai perencanaan pembangunan jalan tol Solo-Semarang dan jalan tol Solo-Ngawi yang melintasi wilayah Kabupaten Boyolali, maka diharapkan potensi pengembangan Kabupaten Boyolali, terutama dalam sektor perekonomian dan industri menjadi sangat besar. b. Luas Wilayah Kabupaten Boyolali dengan bentang Barat-Timur sejauh 48 km dan bentang Utara-Selatan sejauh 54 km, mempunyai luas wilayah kurang lebih 101.510,10 hektar, dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut :

a) Sebelah Utara yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang; b) Sebelah Timur yaitu Kabupaten Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo; c) Sebelah Selatan yaitu Kabupaten Klaten dan Provinsi D.I. Yogyakarta; d) Sebelah Barat yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Kabupaten Boyolali secara administratif terbagi dalam 19 kecamatan terdiri 263 desa dan 4 kelurahan. c. Topografi Topografi wilayah Kabupaten Boyolali adalah, sebagai berikut: a) antara 75-400m dpl yaitu Kecamatan Teras, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, dan sebagian Boyolali, b) antara 400-700m dpl yaitu Kecamatan Boyolali, Musuk, Mojosongo, Cepogo, Ampel, dan Karanggede, c) antara 700-1000m dpl yaitu sebagian Kecamatan Musuk, Ampel, dan Cepogo, d) antara 1000-1300 m dpl yaitu sebagian Kecamatan Cepogo, Ampel, dan Selo, e) antara 1300-1500 m dpl yaitu Kecamatan Selo.

d. Iklim dan Hidrologi Wilayah Kabupaten Boyolali termasuk iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 2000 milimeter/tahun. Dari sisi hidrologi, terdapat potensi/kekayaan sumber daya air, meliputi : a) sumber air dangkal/mata air atau masyarakat setempat menyebutnya umbul, terdapat di Tlatar (Kecamatan Boyolali), Nepen (Kecamatan Teras), Pengging (Kecamatan Banyudono), Pantaran (Kecamatan Ampel), b) waduk, terdapat di Kedungombo (Kecamatan Kemusu) seluas 3.536 ha, Kedungdowo (Kecamatan Andong) seluas 48 ha, Cengklik Ngemplak) seluas 240 ha, dan Bade (Kecamatan Klego) seluas 80 ha, c) terdapat 4 (empat) sungai sebagai penyedia air baku yaitu Sungai Serang, Cemoro, Pepe, dan Gandul. e. Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Boyolali dengan luas 101.510,10 ha, sebagian besar (70%) merupakan lahan kering baik berupa tegalan, pekarangan, maupun hutan dan sisanya berupa sawah, waduk/kolam, dan lahan lainnya. Wilayah yang memiliki lahan kritis dan lahan kering meliputi Kecamatan Sambi, Simo, Nogosari, Andong, Klego, Karanggede, Wonosegoro, Kemusu, dan Juwangi. Kondisi tersebut kurang (Kecamatan

menguntungkan pengembangan pertanian dan upaya pemasaran dalam menarik investor. Sementara itu, wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, dan Musuk beriklim cukup sejuk mendukung untuk pengembangan budidaya peternakan sapi dan hortikultura. f. Tanah Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali, sebagai berikut: a) bagian timur laut sekitar wilayah Kecamatan Simo dan Karanggede, pada umumnya tanah lempung; b) bagian tenggara sekitar wilayah Kecamatan Banyudono dan Sawit, pada umumnya tanah geluh; c) bagian barat laut sekitar wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo pada umumnya tanah berpasir, d) bagian utara, sepanjang perbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan (Kecamatan Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro) pada umumnya tanah berkapur. Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali, yaitu : a) tanah asosiasi litosol dan grumosol, terdapat di Kecamatan Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, b) tanah litosol cokelat, terdapat di Kecamatan Cepogo, Selo, dan Ampel, c) tanah regosol kelabu, terdapat di Kecamatan Cepogo, Ampel, Boyolali, Teras, Mojosongo, Banyudono, dan Sawit, d) tanah litosol dan regosol kelabu.

g. Pertambangan Sektor pertambangan (bahan galian) di Kabupaten Boyolali menyimpan potensi, berupa : a) bahan galian bentonit terdapat di Kecamatan Wonosegoro, Karanggede, Klego, dan Simo, b) bahan galian gamping di Kecamatan Juwangi, c) bahan galian tanah urug terdapat di Kecamatan Nogosari dan Ngemplak d) bahan galian trass terdapat di Kecamatan Mojosongo, e) bahan galian pasir dan batu terdapat di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, Musuk, Mojosongo, Teras, Karanggede, dan Wonosegoro, f) bahan galian tanah liat terdapat di Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, dan Banyudono.

Adapun peta wilayah administratif Kabupaten Boyolali dapat dilihat gambar berikut. Gambar I.1 Peta Kabupaten Boyolali

2. Kondisi Demografis a. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2005 berjumlah 941.147 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 460.072 jiwa dan perempuan sebanyak 481.075 jiwa, dengan luas wilayah 101.510,10 ha maka kepadatan penduduk sebesar 927 jiwa/Km2. Sedangkan pada akhir tahun 2009 jumlah penduduk menjadi 951.717 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 466.481 jiwa dan perempuan sebanyak 485.236 jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 938 jiwa/Km2. Data tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk Kabupaten Boyolali selama 5 tahun terjadi penambahan 10.570 jiwa atau terjadi pertumbuhan rata-rata 0,22%. Data perkembangan penduduk Kabupaten Boyolali sejak akhir tahun 2005 sampai dengan awal tahun 2009, sebagaimana tabel berikut : Tabel I.1 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009
JENIS KELAMIN NO TAHUN LAKILAKI 460.072 461.806 463.295 464.837 466.481 PEREMPUAN 481.075 482.375 483.731 484.757 485.236 JUMLAH PERUBAHAN 2.954 2.925 2.568 2.123 PERTUM -BUHAN (%) KEPADATAN PENDUDUK 2) (Jiwa/Km 927 930 933 935 938

1. 2. 3. 4. 5.

2005 2006 2007 2008 2009

941.147 944.181 947.026 949.594 951.717

0,31 0,30 0,27 0,22

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.1 bahwa pertambahan penduduk di Kabupaten Boyolali dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari semula 0,31% dan pada akhir 2009 hanya tumbuh 0,22%. Namun tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi yang perlu menjadi perhatian utamanya dalam penyediaan lahan pemukiman dan pertanian. Jumlah penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel I.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. KECAMATAN SELO AMPEL CEPOGO MUSUK BOYOLALI MOJOSONGO TERAS SAWIT BANYUDONO SAMBI NGEMPLAK NOGOSARI SIMO KARANGGEDE KLEGO ANDONG KEMUSU WONOSEGORO JUWANGI JUMLAH PENDUDUK 2007
26.844 68.498 52.160 60.224 58.865 51.107 45.007 33.016 45.330 48.676 70.384 60.773 43.431 40.555 45.600 61.479 46.076 54.185 34.816 947.026

2005
26.698 68.559 51.584 60.044 58.139 50.985 44.561 32.791 44.978 48.303 69.235 61.066 43.237 40.910 45.434 60.997 45.880 53.539 34.207 941.147

2006

2008
26.885 68.520 52.500 60.286 59.237 51.174 45.367 33.047 45.276 48.530 70.502 60.745 43.533 40.740 45.850 61.713 46.237 54.469 35.013 949.594

2009
26.845 68.781 53.101 60.328 59.411 51.330 45.628 32.996 45.194 48.583 70.861 60.524 43.663 40.570 45.907 61.924 46.310 54.734 35.057 951.717

26.777 68.561 51.722 60.150 58.496 51.026 44.866 33.001 45.086 48.572 69.686 60.849 43.340 40.807 45.385 61.213 46.033 53.839 34.772 944.181

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Sedangkan penduduk Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 menurut kelompok umur dapat dilihat tabel berikut Tabel I.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 Rentang Usia (tahun) 0-4 5-9 10 - 14 15 -19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 -49 50 -54 55 - 59 60 - 64 > 64 JUMLAH Jumlah Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 78.736 69.648 69.857 70.989 71.154 84.659 78.311 78.546 77.800 77.982 93.738 87.254 87.520 87.944 88.150 97.370 71.165 71.381 72.975 73.142 77.449 76.952 77.179 76.414 76.586 71.804 78.217 78.451 78.240 78.416 71.565 76.404 76.633 79.091 79.261 70.864 63.373 35.060 64.300 64.438 61.735 70.475 70.690 70.554 70.701 50.170 63.143 63.328 63.573 63.716 39.948 51.050 51.208 48.795 48.902 35.373 21.449 41.953 42.145 42.231 18.084 24.672 42.290 43.259 43.352 72.529 74.196 74.430 73.515 73.686 941.147 944.101 947.026 949.594 951.717

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.3 bahwa pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan utamanya dalam penataan jumlah angkatan kerja penduduk yang umumnya adalah usia di atas 15 tahun sampai dengan dibawah 64 tahun atau yang dikenal dengan usia produktif. Pada gilirannya usia produktif tersebut akan dikurangi perkembangannya tiap tahun pada jumlah yang melanjutkan sekolah dan jumlah penduduk yang terserap pada lapangan kerja maka selisihnya dikenal dengan angka pengangguran. Sedangkan penduduk Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 usia 5 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan dapat dilihat tabel berikut Tabel I.4 Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 Pendidikan Tidak / Belum Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/Diploma Tamat PT/ DIV TOTAL Jumlah Tahun 2006 2007 2008 2009* 2005 268.832 272.126 274.523 271.515 268.836 305.826 306.663 302.909 303.758 262.749 152.518 155.477 156.049 118.825 129.696 112.279 115.223 118.091 161.178 182.387 12.112 10.844 12.791 11.734 10.406 12.070 10.814 12.515 21.222 15.673

862.411 874.533 877.169 878.605 880.563

Sumber data: BPS Kab. Boyolali 2009* : Data sementara

Gambar I.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 2009*
320.000 280.000 240.000 200.000 160.000 120.000 80.000 40.000 0
A D P a at S at S lo m LT LT at S at S i/D ip Ta m Ta m at P Ta m T/ D IV D

Ta m

Ta m

da k

2005

Ta m

Ti

at A ka de m

/B el um

2006

2007

2008

2009*

Penjelasan atau interpretasi tabel I.4 dan Gambar I.2 bahwa struktur penduduk Kabupaten Boyolali dilihat dari tingkat pendidikan menjadi semakin meningkat karena komposisi untuk penduduk yang lulus SLTA dan Perguruan Tinggi semakin meningkat, hal tersebut akan dapat mengkontribusi HDI (Human Development Index). Penduduk Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 usia 10 tahun ke atas yang bekerja berdasar lapangan pekerjaan dapat dilihat tabel berikut Tabel I.5 Sebaran Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas yang Bekerja Berdasar Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 Lapangan Pekerjaan Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan Pertanian Lainnya Industri pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya TOTAL
2009* : data sementara

2005 233.582 15.565 1.049 45.672 25.285 40.942 54.314 60.043 6.976 294.323 777.752

Jumlah Tahun 2006 2007 2008 234.847 16.088 1.241 47.014 25.235 41.917 54.956 60.033 7.191 308.840 797.362 241.398 16.511 1.327 49.878 24.908 42.591 52.055 53.381 7.090 313.897 798.623

2009*

243.264 237.805 16.733 1.262 51.172 25.126 43.455 51.366 54.015 7.128 16.212 1.284 47.352 25.442 42.216 55.298 60.434 7.223

307.284 309.315 800.805 802.581

Sumber Data : BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.5 bahwa struktur penduduk Kabupaten Boyolali sebagian besar masih bermata pencaharian sebagai petani bahkan cenderung semakin meningkat oleh sebab itu kebijakan di sektor pertanian harus menjadi perhatian serius, meskipun tetap mengembangkan sektor lain sebagai ciri kemajuan bangsa yaitu industrialisasi dan jasa, namun industrialisasi tetap bertumpu pada modernisasi dan industrialisasi pertanian. Data yang dihimpun oleh Disnakertransos Kabupaten Boyolali bahwa, perkembangan angkatan kerja mulai tahun 2005 sampai akhir tahun 2010 sebanyak 599.749 orang, dengan penyerapan lapangan kerja/penempatan tenaga 2.000 orang. Adapun perkembangan angkatan kerja dan penyerapan tahun 2005 sampai akhir tahun 2010 di Kabupaten Boyolali dapat dilihat tabel berikut.

10

Tabel I.6 Perkembangan Angkatan Kerja dan Penyerapan serta Prediksi Jumlah Penganggur (lebih dari 15 tahun keatas) di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2010
JUMLAH JUMLAH YANG PREDIKSI ANGKATAN PENYERAPAN BELUM PENGANGURAN KET. KERJA (Org) (Org) TERSERAP 2005 576.278 21.236 (3,68%) SP 1. 2006 592.607 2.279 15.668 20.728 (3,49%) Turun 2. 2007 594.383 2.422 16.418 21.176 (3,54%) Naik 3. 2008 596.266 2.648 17.198 21.065 (3,53%) Turun 4. 2009 597.955 1.643 17.198 18.841 (3,15%) Turun 5. 2010 599.749 2.000 18.000 20.000 (3,33%) Naik 6. Sumber data: Disnakertransos Kab. Boyolali 1 Maret 2010. NO TAHUN

Data tabel di atas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar I.3 Perkembangan Angkatan Kerja dan Penyerapan serta Prediksi Jumlah Penganggur (lebih dari 15 tahun keatas) di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2010
600000 500000 400000 Angkatan kerja 300000 200000 100000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah Penganguran Prosentase penganguran

Pengangguran dimaksud tabel di atas adalah pencari kerja yang terdaftar yang belum mendapat pekerjaan, dari tabel tersebut juga dapat kami sampaikan bahwa jumlah angkatan kerja dari tahun ketahun semakin meningkat hal ini disebabkan oleh karena secara alamiah usia kerja masuk dalam kelompok angkatan kerja. Seiring dengan hal itu, jumlah pencari kerja jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja juga meningkat. Disisi lain permintaan tenaga kerja atau lowongan sangat terbatas yang hanya mampu menyerap pencari kerja rata-rata setiap tahun sebanyak 2.248 orang atau 13,56% dari jumlah pencari kerja yang terdaftar selama kurun waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Selain itu dapat pula diketahui prediksi angka pengangguran yang mana pada tahun 2005 angka pengangguran sebesar 3,68% sedangkan pada awal tahun 2010 ini jumlah pengangguran diprediksi sebesar 3,33% hal tersebut dapat dikatakan terjadi penurunan sekitar 0,35%. Memang penurunan selama 5 tahun dapat dikatakan masih relatif kecil tapi kondisi ini cukup baik ditengah-tengah krisis ekonomi global yang terjadi sejak awal tahun 2009 lalu.

11

Dengan

kondisi

yang

sama

maka

pada

tahun

2010

jumlah

penganggur/pencari kerja yang terdaftar akan berkisar 20.000 orang belum termasuk jika ada perusahan kolep/tutup karena krisis global akan menambah jumlah pencari kerja. Kondisi tersebut berarti selama 5 tahun penyaluran pencari kerja yang terdaftar selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2010 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah 87,75% termasuk tingkat partisipasi kategori sedang. Dari data tersebut bahwa tingkat angkatan kerja di Kabupaten Boyolali mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sedangkan penempatan juga mengalami peningkatan baik penempatan Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) maupun penempatan Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Hal tersebut dikarenakan adanya koordinasi yang baik ditingkat intern dan extern dengan para pengguna tenaga kerja, mitra kerja, perusahaan maupun lembaga penempatan tenaga kerja baik yang ada di tingkat lokal, antar daerah dan antar negara. Namun demikian masih perlu ditingkatkan terus guna mengurangi laju perkembangan angkatan kerja yang setiap tahunnya pasti bertambah oleh karena adanya lulusan baru dari dunia pendidikan serta adanya pemutusan hubungan kerja di perusahaan sebagai pengaruh dari lesunya dunia usaha. Untuk itu, perlu dicarikan suatu pemecahan masalah guna mengatasi angkatan kerja tersebut baik melalui investasi maupun perluasan lapangan kerja di sektor informal. Keberpihakan kita terhadap ketenagakerjaan juga upaya peningkatan Upah Minimal Kabupaten (UMK) yang mana pada tahun 2005 sebesar Rp. 413.000,-, tahun 2006 sebesar Rp. 490.000,-, tahun 2007 sebesar Rp. 570.000,-, tahun 2008 sebesar Rp. 622.000,-, tahun 2009 sebesar Rp. 718.000,- dan tahun 2010 menjadi Rp. 748.000,-

b. Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat salah satunya tercermin dari angka harapan hidup pada tahun 2005 yaitu 69.9 tahun, sedangkan tahun 2010 yaitu 71 tahun, sehingga terjadi peningkatan angka harapan hidup di Kabupaten Boyolali. Hal ini disebabkan keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan

memperpanjang usia harapan hidupnya.

12

Sedangkan indikator pelayanan kesehatan dari aspek angka kematian ibu melahirkan, dan angka kematian bayi lahir, serta prevalensi gizi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel I.7 Indikator Pelayanan Kesehatan Aspek Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Angka Kematian Bayi Lahir Prevalensi Gizi Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009
NO TAHUN ANGKA KEMATIAN IBU PREVAANGKA KEMATIAN LENSI GIZI BAYI 9,7/ 1.000 Kelahiran Hidup 14.03 / 1.000 Kelahiran Hidup 14.00 / 1.000 Kelahiran Hidup 12,81 / 1.000 Kelahiran Hidup 7.21/1.000 Kelahiran Hidup KET.

121/ 100.000 Kelahiran Hidup 66,67/100.000 2. 2006 Kelahiran Hidup 97/100.000 3. 2007 Kelahiran Hidup 119,91 /100.000 4. 2008 Kelahiran Hidup 147/100.000 5. 2009 Kelahiran Hidup Sumber data: Dinkes Kab. Boyolali

1.

2005

17,30% 11.37%
8.07%

Angka kematian ibu (AKI) melahirkan di Kabupaten Boyolali 4 tahun terakhir mengalami trend naik AKI Tahun 2006 sebesar 67/100.000 KH, tahun 2007 terjadi kenaikan 44% dari tahun sebelumnya menjadi 97/100.000 KH, tahun 2008 AKI naik 22% menjadi 119/100.000 KH dan pada tahun 2009 sebesar 147/100.000 Kelahiran Hidup, bahkan lebih besar dari tahun 2005 sebesar 121/100.000. Penyebab kematian ibu terbanyak adalah Eklamsi dan penyakit seperti : Decompensasi Cordis, HIV, Stroke dan Carcinoma Stadium IV. Dilihat dari tempat kejadian kematian di Rumah Sakit (89%), di rumah (11%). Dilihat dari penolongnya dokter (73%), bidan (21%). Dari data tersebut disimpulkan bahwa AKI tahun 2008 naik, tetapi laju AKI tahun 2008 menurun dibandingkan laju tahun 2007 (dari 44% menjadi 22%); Umur saat melahirkan tidak ideal 58% (terlalu tua dan terlalu muda); Penyebab kematian terbanyak karena penyakit ibu yang sulit disembuhkan secara medis seperti eklamsi, penyakit jantung, stroke, dan keganasan stadium lanjut; Tempat kematian terbanyak berada pada simpul rujukan rumah sakit dan telah ditangani oleh dokter. Hal tersebut menunjukkan telah terjadi pergeseran penyebab kematian dari sebelumnya perdarahan, terlambat mengirim, terlambat menangani di sarana kesehatan. Ini menunjukkan bahwa upaya intervensi pada simpul pengetahuan masyarakat dan simpul pelayanan dasar telah menunjukkan hasil. Upaya Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam rangka menekan laju AKI, antara lain : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

13

Bumil dikunjungi sedini mungkin oleh kader atau bidan, bidan melakukan kunjungan untuk merencanakan persalinan bersama suami, melakukan rujukan segera bila diperlukan.

Pemberian Bansos tahun 2008 melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebanyak Rp. 233.079.790,- untuk operasional Posyandu dilaksanakan di 19 kecamatan, 26 Puskesmas, 1234 Posyandu oleh 6.170 orang kader Posyandu , Surveilance gizi aktif Puskesmas, dan Pendistribusian MP-ASI sebanyak 1.814 kg.

Terbentuknya Forum Kesehatan Desa (FKD) 2008.

di 267 desa/kalurahan di tahun

Memberikan alat transportasi sepeda motor sebanyak 71 unit kepada bidan desa.

Untuk angka kematian bayi (AKB) lahir pada kurun waktu 2006 sampai dengan 2008 memang sangat tinggi namun di akhir tahun 2009 sudah kecil dan lebih kecil dari pada tahun 2005. Prevalensi gizi kurang pada anak balita pada tahun 2009 sebesar 8.07%, tahun 2008 sebesar 11.37% dan 17,3% pada tahun 2007 berarti dari tahun ke tahun terjadi penurunan. Hal tersebut menunjukkan meningkatnya kualitas gizi anak balita, kondisi ini terjadi karena adanya bantuan pemberian PMT pemulihan dan PMT penyuluhan dan peran serta masyarakat di posyandu. Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat secara umum, khususnya bidang kesehatan yang antara lain dipengaruhi oleh adanya kecenderungan menurunnya angka kematian bayi kelahiran hidup, meningkatnya keluarga sadar gizi dan dipengaruhi oleh faktor lain, sebagai berikut : 1) Meningkatnya jumlah Puskesmas dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 27 Puskesmas menjadi 29 Puskesmas pada tahun 2008 dan 2009. 2) Meningkatnya status Puskesmas Pembantu (Pustu) menjadi Puskesmas sebanyak 2 unit. 3) Meningkatnya jumlah Rumah Sakit Umum Daerah dari 2005 sampai dengan tahun 2007 hanya 1 buah (RSUD Pandan Arang), menjadi 2 buah RSUD (RSUD Banyudono) pada Tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 3 buah RSUD (RSUD Simo) pada tahun 2009. Sedangkan untuk status 3 rumah sakit tersebut adalah: RSUD Simo masuk kategori kelas / type D; RSUD Banyudono masuk kategori kelas / type D; dan RSUD Pandan Arang masuk kategori kelas / type C dengan terakreditasi 16 pelayanan pada tahun 2007 serta dengan sebutan Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut. 4) Keadaan jumlah tenaga medis juga mengalami kenaikan yang cukup berarti untuk mendukung lancarnya pelayanan kepada masyarakat dari tahun 2007 sebanyak

14

116 naik menjadi 120 pada tahun 2008, dan meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 123 orang tenaga medis. Keberhasilan bidang kesehatan yang pernah kita peroleh, antara lain : 1) Berhasilnya Lomba Tingkat Nasional untuk kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga pada tahun 2007/2008. ) Juara 1 Nasional 2) Berhasilnya RSUD Pandan Arang mendapatkan Piala Citra Pelayanan Prima dari Presiden pada tahun 2008 dengan tetap konsistennya melaksanakan 16 jenis pelayanan yang telah terakreditasi serta bersamaan pula dengan diterimanya Penghargaan Pelopor Inovasi Layanan Prima oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI bagi direktur RSUD Pandan Arang. Dan sebagainya.

c. Pendidikan

Untuk melihat secara makro hasil pembangunan pada bidang pendidikan dapat kami sajikan data kondisi sekolahan di Kabupaten Boyolali selama 5 tahun terakhir, sebagaimana tabel berikut. Tabel I.8 Perkembangan Kondisi Sekolahan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009
NO SD RB RR B RB 819 1431 1557 1. 2005 12 932 1434 1414 2. 2006 184 931 1299 1645 3. 2007 12 823 1109 1960 4. 2008 31 5. 2009 330 93 3.469 31 Sumber data: Disdikpora Kab. Boyolali TAHUN SLTP RR 81 167 81 136 128 B 905 1058 905 832 850 RB 20 29 15 15 11 SLTA RR 37 62 56 56 74 B 673 706 722 722 723 KET.

Keterangan tabel : (RB: Rusak berat; RR: Rusak ringan; B: Baik)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan akhir tahun 2009 kondisi gedung SD yang rusak berat mengalami penurunan yang signifikan dari 819 SD menjadi 330 unit, kondisi tersebut menjadikan semakin meningkatnya kondisi gedung SD juga gedung atau prasarana pada SLTA namun untuk SLTP justru tingkat kerusakan menjadi meningkat yang harus diperhatikan oleh kita semua. Selanjutnya kinerja bidang pendidikan dapat dilihat secara makro pada tabel berikut ini.

15

Tabel I.9 Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Kelulusan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009
NO TAHUN
APK

SD
APM 84,29 83,10 82,37 97,62 84,45 AK 99,21 99,34 98,84 96,80 99,8 APK 83,32 86,14 88,33 96,32 96,32 100,79 100,26 98,5 100,26 100,18

SLTP
APM 60,16 62,38 63,99 72,14 72,14 AK 91,56 91,42 91,93 93,29 94,94 APK 43,35 43,80 45,10 65,09 65,09

SLTA
APM 30,24 30,13 31,59 37,14 45,86 AK 97,77 91,73 97,13 90,39 97,43

KET.

1. 2. 3. 4. 5.

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber data: Disdikpora Kab. Boyolali

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa APK (Angka Partisipasi Kasar) SD mengalami fluktuatif, hal ini dikarenakan perubahan kebijakan pemerintah Kabupaten Boyolali dalam rangka mewujudkan wajardikdas 9 tahun dimana pada tahun 2008 dilakukan pendataan terhadap anak usia wajar yang tidak menerima layanan pendidikan untuk diarahkan untuk mendapat layanan pendidikan. APM (Angka Partisipasi Murni) SD mengalami penurunan bukan berarti minat belajar berkurang, namun disebabkan oleh meningkatnya anak usia di bawah usia wajar yang sudah mengikuti proses pendidikan lanjutan pertama. Angka Kelulusan SD tahun 2008 mengalami penurunan disebabkan dimulainya penyelenggaraan UASBN, dimana terjadi ketidaksiapan peserta didik, namun di tahun 2009 hal ini sudah dapat diatasi sehingga Angka Kelulusan meningkat. Penyelenggaraan pendidikan jenjang SMP mengalami peningkatan di semua indikator yang ditetapkan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya minat belajar masyarakat karena tuntutan situasi dan kondisi lingkungan yang didukung oleh kebijakan wajib belajar sembilan tahun. APM dan APK SM/MA meningkat di sebabkan oleh meningkatnya minat belajar masyarakat serta adanya kebijakan pendidikan vokasi (perbandingan SMK:SMA = 60:40), sedangkan angka kelulusan terjadi fluktuatif utamanya tahun 2008 mengalami penurunan yang disebabkan oleh kurangnya persiapan siswa menghadapi UN, sedangkan pada tahun 2009 dapat diatasi, sehingga dapat meningkat kembali. Keberhasilan kinerja bidang pendidikan karena kita telah menerapkan tiga pilar pembangunan pendidikan, yaitu : Pilar pemerataan dan perluasan akses pendidikan; Pilar peningkatan mutu relevansi dan daya asing; dan Pilar tata kelola akuntabilitas dan citra publik pendidikan.

b. Kesejahteraan sosial Hasil peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat kami sampaikan. Pertama, program penanggulangan kemiskinan, dapat kami sampaikan keluarga miskin di

16

Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel I.10 Prosentase Keluarga Miskin dan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009

No

Tahun

KK Miskin (%)

Prosentase KK Miskin Naik 0,33 Naik 1,80 Turun 3,85 Turun 2,27

Penduduk Miskin (%) 26,16 26,21 32,24 28,58 26,12

Prosentase Penduduk Miskin Naik 0,05 Naik 6,03 Turun 3,66 Turun 2,46

1 2 3 4 5

2005 2006 2007 2008 2009

32,74 33,07 34,87 31,02 28,75

Sumber data: Bapermaskin Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.10, bahwa KK Miskin di Kabupaten Boyolali pada tahun 2005 2007 mengalami peningkatan hal ini sebanding dengan adanya peningkatan jumlah keluarga atau KK secara umum. Pada tahun 2008 jumlah KK Miskin di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 3,85% dibandingkan kondisi pada tahun 2007 dan kondisi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,27% dibandingkan kondisi tahun 2008. Untuk penduduk miskin tahun 2005 2007 juga mengalami kenaikan cukup besar, namun tahun 2008 dan 2009 dapat kita turunkan yang kondisinya lebih baik dibandingkan dengan tahun 2005. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dapat berjalan secara efektif pada tahun 2008 hal ini sejalan dengan adanya berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah Kabupaten Boyolali dalam rangka

percepatan penanggulangan kemiskinan antara lain : Penetapan data base warga miskin dengan SK Bupati, penyusunan masterplan penanggulangan kemiskinan Kabupaten Boyolali tahun 2008-2012, peningkatan peran dan fungsi TKPKD, penajaman kemiskinan. Kedua, untuk melihat tingkat keberhasilan dalam pembangunan manusia, dapat dilihat dari angka Human Development Index (HDI) atau Indeks APBD pada prioritas program dan kegiatan penanggulangan

Pembangunan Manusia (I PM). Menurut Skala Internasional dalam perhitungan IPM, berdasarkan indeks yang disusun dapat dikategorikan suatu wilayah ke dalam tiga kelompok tingkat keberhasilan pembangunan manusia, sebagai berikut: 1) Skor IPM kurang dari angka 50, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya masih rendah atau kurang; 2) Skor diantara angka 51 sId 79,99, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya cukup atau sedang;

17

3)

Skor diatas 80 keatas, dikategorikan tingkat pembangunan manusianya di suatu daerah tinggi. Adapun angka IPM Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan

tahun 2009 sebagaimana tabel berikut. Tabel. 1.11 Perkembangan Nilai IPM Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 Tahun Nilai IPM 2005 69,0 2006 69,2 2007 69,72 2008 69,98 2009 Belum ada

Sumber data: Bappeda Kab. Boyolali Penjelasan atau interpretasi tabel di atas, bahwa Nilai IPM kabupaten Boyolali selalu meningkat dari 2005 sampai dengan 2008 dengan angka terakhir 69,98 atau katagori sedang/cukup. Dimana IPM merupakan variabel bebas yang sifatnya state, yaitu sebuah variabel yang perubahannya berlangsung sangat lambat dan akan meningkat/menurun sedikit demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi dan Lingkungan. Dengan mencermati indeks yang membentuk IPM Kabupaten Boyolali, terlihat bahwa angka indeks pendapatan adalah yang paling kecil diantara ketiga indeks dalam IPM. Untuk meningkatkan Kualitas Pembangunan Manusia di kabupaten Boyolali di masa mendatang diperlukan perhatian yang lebih seksama terutama pada bidang ekonomi. Apabila bidang perekonomian dapat berkembang dengan baik, diharapkan akan terjadi kenaikan pendapatan penduduk dan pada akhimya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dibandingkan dengan kondisi di Kawasan Solo Raya, Kabupaten Boyolali termasuk nomor 6 (enam) dari 7 (tujuh) kabupaten di wilayah Solo Raya setelah nilai IPM Kabupaten Wonogiri. Adapun Provinsi / Jawa Tengah yang mempunyai nilai IPM 71,60 dan Nasional nilai IPM 71,17, sehingga Kabupaten Boyolali masih dibawah nilai IPM Provinsi Jateng maupun Nasional. Rendahnya nilai IPM Kabupaten Boyolali tersebut, bukan berarti apa yang kita perbuat belum memberikan efek positif, namun karena kondisi obyektif di Kabupaten Boyolali yang relatif kurang menguntungkan, seperti kondisi geografis yang relatif berat, tingkat kesuburan tanah yang kurang baik, ketersediaan sumber daya air yang sangat terbatas dan sebagainya.

Pada kesempatan ini juga kami sajikan data prasarana ibadah dan sosial keagamaan di Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan 2010, sebagaimana tabel berikut.

18

Tabel I.12 Prasarana Ibadah dan Sosial Keagamaan di Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2010 Jenis Tempat Ibadah
2

No
1

2005
3

2006
4

Jumlah 2007 2008


5 6

2009
7

2010
8

1 2 3 4 5 6

Masjid Surau/Mushola Gereja Pura/Kuil/Vihara Panti Sosial Asuhan Anak Panti Sosial Tresna Werda

1927 3173 122 28 13 1

1955 3247 124 28 13 1

2107 3311 136 44 13 1

2159 3301 138 45 13 1

2165 3298 138 45 13 1

2165 3298 138 45 13 1

Sumber data : Bagian Kesra Setda Kab. Boyolali 1 Maret 2010 Penjelasan atau interpretasi tabel I.12 di atas, menunjukkan bahwa untuk tempat/sarana peribadatan seperti masjid, gereja, pura/kuil/vihara mengalami peningkatan, sedangkan surau/musholla mengalami sedikit penurunan, hal ini disebabkan beberapa sarana ibadah yang semula berupa musholla setelah menerima bantuan menjadi masjid sehingga jumlah masjid meningkat dan jumlah surau/musholla menurun. 3. Kondisi Perekonomian Daerah a. Potensi Unggulan Daerah Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan pemfokusan pembangunan maka perlu ditetapkan potensi/produk unggulan daerah

Kabupaten Boyolali, adapun potensi unggulan Kabupaten Boyolali meliputi : sapi perah, kerajinan tembaga, lele, dan minyak atsiri. Alasan penetapan potensi unggulan daerah tersebut, adalah : 1) Mempunyai kandungan lokal yang menonjol dan inovatif di sektor pertanian, industri dan jasa; 2) Mempunyai daya saing tinggi di pasaran, baik ciri, kualitas maupun harga yang kompetitif serta jangkauan pemasaran yang luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri; 3) Mempunyai ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak (tenaga kerja setempat); 4) Mempunyai jaminan dan kandungan bahan baku lokal yang cukup banyak, stabil dan berkelanjutan; 5) Difokuskan pada produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi, baik dalam kemasan maupun pengolahannya; 6) Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan SDM masyarakat; 7) Ramah lingkungan, tidak merusak lingkungan, berkelanjutan serta tidak merusak budaya setempat.

19

Latar belakang penetapan potensi unggulan daerah tersebut adalah dengan semakin terbukanya perekonomian global, maka pemerintah Kabupaten Boyolali akan dihadapkan pada beberapa permasalahan utama menyangkut kemampuan dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk peningkatan potensi dan keunggulan daerah, mengelola penyertaan modal dan menarik investasi serta penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Terkait dengan hal tersebut di atas Pemerintah Kabupaten Boyolali harus mampu mengidentifikasi dirinya sendiri baik potensi maupun kelemahan guna menghadapi persaingan regional maupun global. Untuk itu perlu ditetapkan produk unggulan Daerah Kabupaten Boyolali, dengan tujuan : 1) Memberikan arah yang jelas, prioritas pengembangan komoditas potensial, andalan dan unggulan daerah sebagai upaya memperoleh referensi untuk penyusunan perencanaan program; 2) Agar pembinaan yang diberikan dapat terpenuhi target, tepat guna dan tepat sasaran; 3) Sebagai salah satu upaya untuk mempersiapkan dunia usaha memasuki era pasar global. Adapun potensi unggulan yang ditetapkan Kabupaten Boyolali sampai dengan tahun 2009 adalah sebagaimana tabel berikut Tabel I.13 Potensi Unggulan Kabupaten Boyolali Potensi Unggulan
Sapi Perah

Kondisi
Populasi 60.205 ekor Produksi 86.021 liter/hari Produksi > 400.000 buah/ tahun Jumlah unit usaha 360 Produksi 4.380.000 kg/tahun Jumlah unit usaha > 200

prospek
Bahan baku industri pengolahan susu Bahan baku industri makanan Dijual dalam produk susu segar Lebih dari 70% produk dieksport ke luar negeri Pemasaran ke jogjakarta, semarang, solo dll Untuk abon lele dan kripik lele Kapasitas produksi yang ada belum mampu memenuhi permintaan pasar Bahan baku industri kosmetik

Lokasi
Kecamatan Selo, cepogo,Musuk, boyolali, mojosongo

Kerajinan Tembaga

Kecamatan Cepogo

Lele

Kecamatan Sawit, Teras, Banyudono

Minyak Atsiri

Produksi 113,65 ton/tahun

Kecamatan Teras, Banyudono, Mojosongo, Ampel, Cepogo

Sumber data; Bappeda Kab. Boyolali, 1 Maret 2010. Usaha yang dilakukan untuk mengembangkan potensi unggulan, adalah: 1) Birokrasi pemerintah perlu melakukan reorientasi peran dan tanggung jawabnya yakni hanya bersifat mengarah dan membina bukan menentukan

20

(steering than rowing). Sehingga peranan dan tanggung jawab pemerintah daerah hanya berkisar pada bidang-bidang dimana sektor swasta atau pihak ketiga lainnya tidak memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut,misalnya dalam situasi terjadinya kegagalan pasar (market failure). 2) Birokrasi Pemda harus dapat berkiprah secara efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan prima terutama untuk meraih investasi dalam dan luar negeri. 3) Membentuk sistem dan jaringan kerja (networking) dengan lembaga /asosiasi bisnis dan atase perdagangan luar negeri, khususnya dalam mendukung pemasaran produksi ekspor. 4) Mengembangkan lembaga R & D (Research and Development) terhadap jenis produksi unggulan untuk menjamin kualitas produk, kestabilan harga, kebutuhan pasar (demand) dan jaminan kontinuitas ketersediaannya (delivery / supply). 5) Memfasilitasi lembaga keuangan agar bersedia memberikan modal usaha bagi industri skala kecil dan menengah pada berbagai sektor unggulan daerah, sehingga mereka dapat menjamin dan mempertahankan

keberlangsungan usahanya. 6) Berperan mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan di berbagai sektor unggulan produksi daerah, agar proses produksi dapat mencapai efektifitas, efisiensi dan ekonomis. 7) Mendorong agar para produsen mengembangkan jenis-jenis produk unggulan yang bersifat komplementer baik intern maupun antar region, memiliki nilai tambah (value added) dan menghasilkan manfaat ganda (multiple effect) baik secara backward-linkage dan forward linkage terhadap berbagai sektor, dengan demikian dapat meperkuat posisi daerah dari pengaruh fluktuasi ekonomi. 8) Memposisikan birokrasi pemerintah daerah cukup berperan sebagai

katalisator, stimulator, dan regulator agar mekanisme pasar dapat bekerja secara sehat. 9) Memprioritaskan program pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan dalam rangka kemudahan aksesibilitas usaha di bidang industri meliputi sarana transportasi, komunikasi, energi, lokasi industri, sarana dan prasarana pelayanan umum yang baik serta situasi lingkungan yang sehat dan aman. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan produk unggulan, yaitu : 1) Lemahnya dalam mengakses informasi pasar; 2) Harga produk lebih banyak ditentukan pedagang, bukan produsen; 3) Keterbasan modal; 4) Kurangnya infrastruktur pendukung seperti jalan menuju pusat-pusat produksi dan showroom yang representative.

21

b. Kondisi Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali jika dilihat dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat disampaikan bahwa, PDRB secara agregat ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 11,42%. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 4,15%. Adapun kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat, tabel berikut. Tabel I.14 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009* Rata-rata

PDRB ADHB Nilai (Rp 000) (%) perubahan


4.639.506.251 5.142.436.034 5.708.063.971 6.446.546.368 7.295.094.748 5.846.329.474 9,16 10,84 11,00 12,94 13,16 11,42

PDRB ADHK Nilai (Rp 000) (% ) perubahan


3.456.062.124 3.600.897.968 3.747.773.278 3.899.372.858 4.069.411.686 3.754.703.583 4,07 4,19 4,08 4,04 4,36 4,15

Sumber data: BPS Kab. Boyolali *) Data Sementara

Gambar I.4 Grafik PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 (dalam Jutaan Rupiah)

7.500.000 7.000.000 6.500.000 6.000.000 5.500.000 5.000.000 4.500.000 4.000.000 3.500.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0

Th 2005

Th 2006

Th 2007

Th 2008

Th 2009

Harga Berlaku

Harga Konstan

Penjelasan atau interpretasi tabel I.14 bahwa selama 5 tahun terakhir baik PDRB berlaku maupun konstan mengalami kenaikan yang relatif stabil, yaitu rata-

22

rata sebesar 11,42% ADHB dan 4,15% ADHK yang mengalami pertumbuhan signifikan ada pada sektor jasa-jasa dan keuangan, sektor lainnya juga tumbuh, tetapi tidak begitu besar. Tabel I.15 PDRB ADHB Eks Karesidenan Surakarta dan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2009 (Tahun 2000=100)
PDRB ADHB (Rp. Milyar) Kabupaten/Kota Prop. Jateng (1) 1. BOYOLALI 2. KLATEN 3. SUKOHARJO 4. WONOGIRI 5. KARANGANYAR 6. SRAGEN 7. SURAKARTA 8. JAWA TENGAH 2005 (2) 2006 (3) 2007 (4) 5.708 8.349 7.054 4.552 6.905 4.512 6.909 283.479 2008 (5) 6.446 9.492 8.041 5.269 7.680 5.171 7.902 330.243 2009 (6) Rata rata Pertumb (%) (7) 10,99 14,78 13,74 13,94 11,11 14,03 13,56 16,39

4.639 5.142 6.521 7.504 5.545 6.278 3.454 4.041 5.611 6.188 3.497 4.043 5.586 6.190 221.399 256.285

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.15 bahwa PDRB berlaku untuk Kabupaten Boyolali selama 4 tahun terakhir pertumbuhannya paling rendah, jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Karesidenan Surakarta maupun dengan Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan kenaikan harga barang dan jasa paling lambat atau inflasi rendah. Tabel I.16 PDRB ADHK Eks Karesidenan Surakarta dan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2009 (Tahun 2000=100)
Kabupaten/Kota Prop. Jateng (1) 1. BOYOLALI 2. KLATEN 3. SUKOHARJO 4. WONOGIRI 5. KARANGANYAR 6. SRAGEN 7. SURAKARTA 8. JAWA TENGAH PDRB ADHB (Rp. Milyar) 2005 (2) 2006 (3) 2007 (4) 3.748 4.395 4.331 2.657 4.654 2.582 4.304 145.349 2008 (5) 3.899 4.567 4.541 2.770 4.921 2.729 4.549 152.605 2009 (6) Ratarata Pertum (%) (7) 4,10 3,53 4,65 4,43 5,52 5,44 5,22 4,67

3.456 3.601 4.158 4.254 3.642 4.120 2.430 2.529 4.188 4.401 2.322 2.443 3.858 4.068 133.239 139.083

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.16 bahwa pertumbuhan ekonomi eks Karesidenan Surakarta hampir sama yaitu berkisar 4-6%, tidak ada yang menonjol, yang kelihatan lambat pertumbuhannya adalah Kabupaten Klaten selanjutnya

23

Kabupaten Boyolali. Dalam pertumbuhan riil PDRB harga konstan yang paling baik dibandingkan dengan kabupaten lain, karena faktor harga dan inflasi tidak ikut didalamnya.

Kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga konstan (ADHK) berdasarkan sektor dapat dilihat tabel berikut. Tabel I.17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)Tahun 2005 - 2009 (000 Rp.)
Tahun No. 1 2 Lapangan Usaha 2005 Pertanian Pertambangan/ Penggalian 3 4 Industri Listrik, Gas dan air minum 5 6 Bangunan/Konstruksi Perdagangan/Hotel/Ru mah makan 7 Angkutan dan komunikasi 8 Perbankan dan lembaga keuangan 9 Jasa-jasa Jumlah 265.456.399 314.005.265 367.485.278 409.852.796 222.845.571 230.414.003 238.020.000 250.737.193 91.433.794 99.299.886 10.819.000 84.927.588 897.510.193 92.569.242 917.695.400 104.996.000 940.415.000 107.703.660 563.954.895 33.795.686 582.759.034 42.784.225 609.253.000 46.644.000 638.447.911 50.808.090 2006 2007 2008 2009* Pertb (%)

1.270.600.780 1.290.672.178 1.305.830.000 1.328.683.026 1.356.585.370 2,10 25.863.893 30.698.735 34.309.000 35.458.142 36.950.930 4,21 667.050.377 4,48

54.791.444 7,84 111.182.488 3,23

971.814.681 1.006.508.465 3,57 105.867.359 110.049.120 3,95 267.135.405 6,54 459.158.087 12,03

3.456.388.799 3.600.897.968 3.747.773.278 3.899.372.858 4.069.411.686 4,36

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.17 bahwa secara komulatif PDRB harga konstan mengalami pertumbuhan 4,36%, pertumbuhan yang signifikan sektor jasajasa yaitu 12,03% dan pertumbuhan yang lambat adalah pada sektor pertanian sebesar 2,10%. Sedangkan Kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 atas dasar harga Berlaku (ADHB) berdasarkan sektor dapat dilihat tabel berikut.

24

Tabel I.18 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2005 - 2009 (000 Rp.)
Tahun No. Lapangan Usaha 2005 1 1 2 3 4 5 6 7 8 2 Pertanian Pertambangan/Pe nggalian Industri 3 2006 4 2007 5 2008 6 2009 7 Pertb (%) 9 15,20 7,25 8,33 11,17 7,85 12,15 6,70 13,70 16,65 13,16

1.616.461.947 1.759.000.062 1.955.253.000 2.280.068.503 2.626.638.915 35.061.093 43.423.360 50.497.000 54.538.168 58.492.185

805.496.777 876.702.691 944.647.000 1.018.707.487 1.103.565.821 Listrik, Gas dan 45.813.432 61.311.661 69.129.000 75.256.962 83.663.165 air minum Bangunan/Konstr 116.828.771 132.756.255 154.536.000 165.662.376 178.666.873 uksi Perdagangan/Hot el/Rumah makan 1.218.703.883 1.328.865.739 1.458.396.000 1.622.836.139 1.820.010.730 Angkutan dan 142.024.874 169.198.008 177.713.000 193.884.376 206.874.629 komunikasi Perbankan dan 286.449.048 309.414.235 339.182.000 393.297.896 471.799.708 lembaga keuangan Jasa-jasa 372.648.426 461.761.023 558.711.971 642.294.461 745.382.722 Jumlah 4.639.506.251 5.142.433.034 5.708.064.971 6.446.546.368 7.295.094.748

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.18 bahwa pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku, sebesar 13,16%, pada umumnya output (keluaran) barang dan jasa ada kenaikan dan diikuti dengan kenaikan harga, tetapi tidak begitu tinggi. Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan harga berlaku berdasarkan kontribusi masing-masing lapangan usaha/sektor, yang dapat disajikan tahun 2005 sampai dengan 2009, sebagaimana tabel berikut Tabel I.19 Distribusi Sumbangan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 TAHUN N0 SEKTOR 2005 2006 2007 2008 1. Pertanian 34,84 34,21 34,25 35,37 2. Pertambangan dan penggalian 0,76 0,84 0,88 0,85 3. Industri pengolahan 17,36 17,05 16,55 15,80 4. Listrik dan air besar 0,99 1,19 1,21 1,17 5. Bangunan dan konstruksi 2,52 2,58 2,71 2,57 6. Perdagangan 26,27 25,84 25,55 25,17 7. Penggangkutan dan komunikasi 3,06 3,29 3,11 3,01 Keuangan, persewaan dan Jasa 6,17 6,02 5,94 6,10 8. Perusahaan 9. Jasa-jasa 8,03 8,98 9,79 9,96 100,00 100,00 100,00 JUMLAH 100,00
Sumber data: BPS Kab. Boyolali

2009 36,00 0,80 15,13 0,15 2,45 24,94 2,85 6,46 10,22 100,00

Penjelasan atau interpretasi tabel I.19 bahwa sumbangan terhadap PDRB yang dominan adalah sektor pertanian 36%, industri 15,13%, perdagangan 24,94% dan sektor jasa-jasa 10,22% sedangkan sektor lainnya andilnya masih dibawah 10% berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku.

25

N0 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian

Tabel I.20 Distribusi Sumbangan PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 TAHUN SEKTOR 2005 2006 2007 36,76 0,75 16,32 0,98 2,46 25,97 2,65 6,45 7,68 JUMLAH 35,84 0,85 16,18 1,19 2,57 25,49 2,76 6,40 8,72 34,48 0,92 16,26 1,24 2,80 25,09 2,69 6,35 9,81 100,00 Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan air besar Bangunan dan konstruksi Perdagangan Penggangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

2008 34,07 0,91 16,37 1,30 2,76 24,92 2,71 6,43 10,51 100,00

2009 33,34 0,90 16,39 1,34 2,73 24,73 2,70 6,50 11,28 100,00

100,00 100,00

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.20 bahwa untuk PDRB harga konstan tidak jauh berbeda dengan harga berlaku, sektor yang mempunyai andil diatas 10% sama, yaitu : sektor pertanian, industri, perdaganga dan jasa-jasa. Tabel I.21 Pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 TAHUN N0 SEKTOR 2005 thd 2004 8,01 10,66 7,25 14,97 13,08 8,02 20,69 6,85 18,82 JUMLAH
Sumber data: BPS Kab. Boyolali

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan air besar Bangunan dan konstruksi Perdagangan Penggangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

2006 2007 thd thd 2005 2006 8,82 11,16 23,85 16,29 8,84 7,75 33,83 12,75 13,63 16,41 9,04 19,12 8,02 9,75 5,03 9,62

2008 2009 thd thd 2007 2008 16,61 15,20 8,00 7,84 7,20 9,10 7,25 8,33 7,85 6,70

8,86 11,17 11,28 12,15 15,95 13,70 14,96 16,05 12,94 13,16

23,91 21,00 10,84 11,00

9,16

Penjelasan atau interpretasi tabel I.21 bahwa pertumbuhan PDRB harga berlaku sangat tergantung pada harga barang dan jasa pada saat penelitian (atau tahun yang bersangkutan), jika inflasi tinggi akan berpengaruh signifikan terhadap PDRB berlaku, berbeda dengan PDRB harga konstan.

26

Tabel I.22 Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2009 N0 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. SEKTOR Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan air besar Bangunan dan konstruksi Perdagangan Penggangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa JUMLAH TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 thd thd thd thd thd 2004 2005 2006 2007 2008 4,59 1,58 1,17 11,75 2,10 5,23 18,69 11,76 3,35 4,21 0,48 3,33 4,55 4,79 4,48 9,33 26,60 9,02 8,93 7,84 5,97 9,00 13,42 2,58 3,23 3,90 2,25 2,48 3,34 3,57 4,39 8,99 1,53 4,67 3,95 1,26 3,40 3,30 5,34 6,54 11,61 18,29 4,08 4,19 17,03 11,53 12,03 4,08 4,04 4,36

Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Penjelasan atau interpretasi tabel I.22 bahwa pada tahun 2009 secara agregat ada kenaikan pertumbuhan sebesar 0,32% terhadap tahun 2008. Sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor pertanian, keuangan dan jasa-jasa. Sektor jasa ada kenaikan yang signifikan pada sub sektor gaji PNS dan TNI/Polri yaitu 15%. Pertumbuhan sebesar 4,36% adalah pertumbuhan riil, yang tidak dipengaruhi oleh harga barang dan jasa yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Data tersebut bila disusun dalam grafik adalah sebagai berikut : Gambar I.5 Grafik Distribusi Sumbangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009 Berdasarkan Harga Konstan (dalam Milyard Rupiah)
1500 1200 900 600 300
Bangunan & Konstruksi

0
Pertanian Industri Pertambangan Listrik, gas & Air minum

Angkutan & Komunikasi

Perbankan dan lembaga keuangan

SEKTOR - TAHUN

2005

2006

2007

2008

Perdagangan

2009

Jika dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB ADHB tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagaimana tersaji pada tabel diatas, sektor pertanian yang

dominan peranannya terhadap PDRB, yaitu : 2.626.638.915 (000 Rp.) 36% dari total PDRB.

Jasa-jasa

27

Kondisi lain yang dapat kami sampaikan bahwa, secara agregat inflasi dengan system point to point tahun 2005 sampai dengan 2009 dapat kami sajikan tabel berikut. Tabel I.23 Perkembangan Inflasi Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2009 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009

Rata-rata
Sumber data: BPS Kab. Boyolali

Nilai 15,02 7,61 4,61 6,51 2,05 7,16

Inflasi (%) perubahan 9,53 7,41 3,00 1,90 4,46 5,26

Penjelasan atau interpretasi tabel I.23 bahwa selama 1 tahun tidak ada kenaikan harga yang berarti. Harga barang dan jasa selama setahun relatif stabil. Khusus sektor angkutan terjadi deflasi -2,45%, inflasi tinggi terjadi pada sektor kesehatan yaitu 7,94%. Adapun perkembangan volume realisasi ekspor non migas Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagaimana tabel berikut. Tabel I.24 Perkembangan Volume Realisasi Ekspor Non Migas Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009
VOLUME (TON) TAHUN NO 1 A. SEKTOR/KOMODITI 2 SEKTOR INDUSTRI Benang Tenun Pakaian Jadi Kerajinan Tembaga/ kuningan Barang Cetakan ( Stationary) Tekstil JUMLAH Persentase Perubahan (%) Persentase Peranan Sektor Industri (%) SEKTOR PERTANIAN Tembakau Asepan Minyak Atsiri (Bunga Kenanga) JUMLAH Persentase Perubahan (%) Persentase Peranan Sektor Pertanian (%) SEKTOR KEHUTANAN Furniture Kerajinan Kayu (mobil, sepeda motor dll) Kayu, Olahan (Laminating Board) JUMLAH Persentase Perubahan (%) Persentase Peranan Sektor Kehutanan (%) TOTAL REALISASI EKSPOR Persentase Perubahan (%) 2005 3 7.013,55 1.105,18 328,87 819,50 9.267,10 -33,73% 68,82 % 1.758,86 1,95 1.760,81 1240,04% 13,08 % 2006 4 20.399,77 2.080,59 449,92 765,45 236,72 23.932,45 258,25 % 88,39 % 1,15 1,15 -99,93 % 0, 00 % 2007 5 17.927,10 496,49 605,11 3.534,18 22.562,88 -5,72 % 80,16 % 2008 6 16.449,45 423,96 489,08 5.613,63 22.976,12 1,83% 65,81% 2009 7 24.646,11 523,31 394,14 6.312,85 31.876,41 38,74% 83,48% 4.254,30 57,39 4.311,69 -18,63% 11,29%

87,72 5.297,20 3,10 1,45 90,82 5.298,65 7797,39 % 5.734,23% 0,32 % 15,18 %

2.415,52 23,12 2.438,64 80,23 % 18,11 % 13.466,55 -12,95 %

3.123,44 17,96 3.141,40 28,82 % 11,60 % 27.075,00 101,05 %

4.402,09 26,63 1.063,58 5.492,30 74,84 % 19,51 % 28.146,00 3,96 %

5.198,83 48,64 1.392,12 6.639,59 20,89 % 19,02 % 34.914,36 24,05%

1.029,16 68,85 898,97 1.996,98 -69,92% 5,23% 38.185,07 9,37%

Sumber data : Disperindagsar Kab. Boyolali

28

Adapun perkembangan nilai realisasi ekspor non migas Kabupaten Boyolali tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagaimana tabel berikut. Tabel I.25 Perkembangan Realisasi Nilai Ekspor Non Migas Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2009
NILAI (US $000) TAHUN 2006 2007 2008 4 5 6 42.488,49 7.157,59 1.043,82 1.345,26 679,38 52.714,24 210,79 % 91,11 % 57.117,90 4.143,23 1.519,04 4.034,68 66.814,85 26,75% 89,33% 55.625,28 3.045,51 1.215,71 3.977,57 63.864,07 -4,42 % 76,59 %

NO 1 A.

SEKTOR/KOMODITI 2 SEKTOR INDUSTRI Benang Tenun 2 Pakaian Jadi 3 Kerajinan Tembaga/ Kuningan 4 Barang Cetakan ( Stationary) 5 Tekstil JUMLAH Persentase Perubahan (%) Persentase Peranan Sektor Industri (%) SEKTOR PERTANIAN Tembakau Asepan Minyak Atsiri (Bunga Kenanga) JUMLAH 2 Persentase Perubahan (%) Persentase Peranan Sektor Pertanian (%) SEKTOR KEHUTANAN Furniture Kerajinan Kayu (mobil, sepeda motor dll) 2 Kayu, Olahan (Laminating Board) JUMLAH Persentase Perubahan (%) 3 Persentase Peranan Sektor Kehutanan (%) TOTAL REALISASI EKSPOR Persentase Perubahan (%)

2005 3 16.797,60 6.028,89 740,88 1.440,57 25.007,94 -27,12 % 68,82 %

2009 7 64.581,19 4.601,99 505,11 3.854,08 73.542,37 15,15% 85,26%

2.543,46 45,04 2.588,50 1.095,23 % 13,08 %

27,06 27,06 -98,95 % 0,05 %

184,21 74,18 258,39 854,88 % 0,35%

10.880,28 94,89 10.975,17 4.147,52% 13,16 %

10.143,84 521,21 10.665,05 -2,83 % 12,36 %

3.658,54 68,17 3.726,71 51,13 % 18,11 % 31.323,15 -12,16 %

5.037,47 80,73 5.118,20 109,88 % 8,85 % 57.859,50 84,72 %

7.103,94 107,17 508,71 7.719,82 50,83% 10,32% 74.793,06 29,27%

7.717,09 119,72 713,14 8.549,95 10,75 % 10,25 % 83.389,19 11,49 %

1.423,60 70,19 558,10 2.051,90 -76,00 % 2,38 % 86.259,32 3,44 %

Sumber data : Disperindagsar Kab. Boyolali Penjelasan atau interpretasi tabel I.24 dan 1.25 Kegiatan ekspor tahun 2009 rata-rata mengalami peningkatan baik volume maupun ekspor dibanding dengan tahun 2008. Namun karena dari dampak krisis keuangan global dimana permintaan ekspor dari negara tujuan menurun, dengan melihat tabel perkembangan ekpor non migas dari sektor industri tampak berfluktuasi bahkan sampai minus terbesar pada tahun 2005 sebesar -33,73% untuk volume dan -27,12% untuk nilai, sedangkan ekspor terbesar pada tahun 2006 kenaikan sebesar 101,05% untuk volume dengan 84,72% untuk nilai. Upaya untuk meningkatkan ekspor masih terus dilakukan dengan mengikutkan IKM pada event pameran/ promosi baik di tingkat nasional maupun international. Sedangkan tingkat provinsi di bidang ekpor non migas juga mengalami penurunan rata-rata 20% per komodite. c. Prasarana dan Sarana Daerah Prasarana dan sarana daerah mencakup prasarana dan sarana berikut: Pertama, Prasarana ekonomi berupa pasar sebagian besar merupakan pasar tradisional. Di Kabupaten Boyolali, terdapat 4 pasar dengan bangunan baru berukuran besar yaitu di Pengging (Kecamatan Banyudono), Sunggingan

29

(Kecamatan Boyolali), Ampel (Kecamatan Ampel) dan pasar kota Boyolali (Kecamatan Boyolali) sedangkan bangunan pasar lainnya relatif masih sederhana. Kedua, Sub bidang transportasi, terdapat 1 buah terminal (Sunggingan) dan 6 buah sub terminal (Karanggede, Simo, Nogosari, Bangak, Guwo dan Cepogo). Sub bidang prasarana jalan di Kabupaten Boyolali dapat kami gambarkan sebagaimana tabel berikut ini : Tabel I.26 Jenis dan Kondisi Jalan Beraspal Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2010 Tahun (Km) Kriteria Kondisi Jalan 2005 2006 2007 2008 2009 Kondisi mantap Kondisi sedang Kondisi tidak mantap Jumlah 114,39 158,72 278,72 551.83 139,65 149,79 261,39 551.38 175,98 153,77 222,08 551.83 215,90 122,35 213,58 551.83 229,29 110,63 211,91 551.83

No. 1 2 3

2010 259,28 90,64 201,91 551.83

Peningka tan (Km) 14,222 38,105 52,327

Sumber data: DPUPPK Kab. Boyolali 1 Maret 2010

Data di atas jika diformlasi dalam progres prosentase dapat kami sajikan dalam tabel berkut ini Tabel I.27 Prosentase Jenis dan Kondisi Jalan Beraspal Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2010 Tahun (%) Kriteria Kondisi Jalan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kondisi mantap Kondisi sedang Kondisi tidak mantap Jumlah 20,72 28,76 50,52 100,00 25,32 27,16 47,52 100,00 31,89 27,86 40,25 100,00 39,12 22,27 38,71 100,00 41,55 20,04 38,41 100,00 46,96 16,42 36,62 100,00

No. 1 2 3

Ket.

Sumber data: DPUPPK Kab. Boyolali 1 Maret 2010

Gambar I. 6 Prosentase Jenis dan Kondisi Jalan Beraspal Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2010 (%)

60 50 40 30 20 10 0 2005
Kondisi Mantap

2006

2007

2008

2009

2010

Kondisi Sedang

Kondisi Tdk Mantap

30

Penjelasan atau interpretasi tabel atau grafik di atas bahwa peningkatan kondisi jalan mantap relatif kecil yaitu dari 114,39 Km atau 20,72% pada tahun 2005 pada tahun 2010 menjadi 259,28 Km atau 46,96% data tersebut menunjukan adanya kenaikan 26,24%. Tetapi beban lalu lintas semakin meningkat dan terjadinya kelebihan muatan/overload beban yang melewati badan jalan, hal ini mengakibatkan kondisi sebagian jalan yang semula mantap menjadi sedang atau bahkan tidak mantap, terjadinya kerusakan jalan sebagai akibat beban muatan kendaraan berat dan angkutan bahan galian golongan C di wilayah Kabupaten Boyolali. Kondisi tanah yang relatif labil utamanya di wilayah Boyolali bagian utara dan faktor anggaran pelaksanaan peningkatan atau rehabilitasi jalan yang tidak sebanding dengan volume kerusakan jalan yang sangat cepat akan mempengaruhi kondisi jalan. Parameter baku yang digunakan dalam menentukan prioritas rehabilitasi jalan di Kabupaten Boyolali adalah tingkat kerusakan permukaan jalan, yaitu : 1) Tingkat kerusakan jalan kurang dari 11%, termasuk kategori baik. 2) Tingkat kerusakan jalan 11% s/d kurang dari 16%, termasuk kategori Rusak Ringan, perlu penanganan menggunakan Pemeliharaan Rutin (PR); 3) Tingkat kerusakan jalan 16% s/d kurang dari 23%, termasuk Kategori Rusak Sedang, perlu penanganan menggunakan Pemeliharaan Berkala (PB); 4) Tingkat kerusakan jalan lebih dari 23%, termasuk kategori Rusak Berat, perlu penanganan menggunakan Peningkatan Jalan (PJ). Adapun kondisi transportasi berupa jembatan di Kabupaten Boyolali dapat kami sajikan pada tabel berikut : Tabel I.28 Jenis dan Kondisi Jembatan Kabupaten Boyolali Tahun 2005 - 2010

Tahun (Km) 2005 2006 2007 2008 1 Rusak Sedang 29 29 27 15 2 Rusak Berat 30 28 25 16 3 Baik 226 228 233 254 Jumlah 285 285 285 285 Sumber data: DPUPPK Kab. Boyolali 1 Maret 2010 No. Kriteria Kondisi Jalan

2009 15 9 261 285

2010 15 7 263 285

Ket

Data di atas jika diformulasikan dalam progres prosentase dapat kami sajikan dalam tabel berkut ini Tabel I.29 Prosentase Jenis dan Kondisi Jembatan Kabupaten Boyolali Tahun 2005 2010

Tahun (%) 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Rusak Sedang 10,17 10,17 9,47 5,26 5,26 5,26 2 Rusak Berat 10,52 9,82 8,77 5,61 3,15 2,45 3 Baik 79,31 80,00 81,76 89,17 91,59 92,29 Jumlah 100 100 100 100 100 100 Sumber data: DPUPPK Kab. Boyolali 1 Maret 2010 No. Kriteria Kondisi Jalan

Ket

31

Penjelasan atau interpretasi tabel di atas, bahwa kondisi jembatan rusak berat pada tahun 2005 sebanyak 10,52% pada tahun 2010 ini yang rusak berat tinggal 2,45%, rusak sedang pada tahun 2005 sebanyak 10,17% pada tahun 2010 ini yang rusak sedang tinggal 5,26%, kondisi tersebut mempengaruhi kondisi jembatan yang baik terjadi kenaikan dari 79,31% pada tahun 2005 menjadi 92,29% pada tahun 2010 ini. Kami informasikan bahwa kondisi jembatan terbagi dalam 3 kriteria, yaitu : 1) Rusak Sedang yaitu: jenis kerusakan meliputi kerusakan pada leaning / tembok sedada, terjadi gerusan ringan, retak pada sayap/ talud, dan lain-lain (15 jembatan). 2) Rusak Berat yaitu: meliputi kondisi jembatan sudah tua/ terjadi retakan pada struktur utama, gerusan terlalu dalam sudah membahayakan pilar/ abutment, jembatan terlalu sempit dan sering terjadi kecelakaan, dan lain-lain (7 jembatan). 3) Kondisi Baik yaitu: meliputi kondisi jembatan yang tidak mengalami kerusakan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi jembatan dalam melayani arus lalu lintas misalnya : pipa drainase yang tersumbat, cat sudah kusam, dan lain-lain. (263 jembatan).

32

Anda mungkin juga menyukai