Anda di halaman 1dari 14

CASE REPORT

ERITRODERMA

Disusun Oleh : BUNGA LISTIA PARAMITA (1102006059) ZULI EKO WAHYUDI (0618011063)

Perceptor : Dr. SYAFEI HAMZAH, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD ABDUL MOELOEK, BANDAR LAMPUNG PERIODE 19 SEPTEMBER 8 OKTOBER 2011

ERITRODERMA
IDENTIFIKASI PASIEN Nama Umur Alamat Pekerjaan Agama Status : Rosdiana A : 64 tahun : Kotabumi : Ibu Rumah Tangga : Islam : Menikah

Jenis kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Lampung

ANAMNESIS Keluhan Utama :

Gatal pada seluruh tubuh secara terus menerus Keluhan Tambahan : Kulit terasa menebal, bersisik, telapak kaki pecah-pecah, kedua tungkai dan lengan bengkak, dan kuku kaki mudah terkelupas. Riwayat Perjalanan Penyakit : Pasien datang ke RSUD Abdul Moeloek dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh secara terus menerus. Menurut pasien, saat + 1 bulan yang lalu, awalnya hanya timbul bercak kemerahan pada kedua lengan bawahnya. Lama kelamaan pada lokasi yang kemerahan diikuti rasa gatal yang makin lama makin sering dan kemudian menjalar ke badan, muka, kepala, dan yang terakhir yaitu kedua tungkai pada + 3 hari SMRS disertai badan yang terasa demam dan menggigil. Selain itu, pasien juga mengeluh kulit terasa menebal, bersisik, telapak kaki pecah-pecah, kedua tungkai dan lengan bengkak, dan kuku kaki mudah terkelupas. Pasien mengaku sering meminum obat-obatan warung berupa pil (pasien lupa nama obatnya) dan jamu-jamuan untuk meringankan rematik dan pegal-pegalnya sejak 3 tahun terakhir. Menurut pasien, 6 bulan yang lalu, pasien juga pernah mengalami gejala serupa, kemudian pasien minum obat (pasien lupa nama obatnya), semua gatal dan sisik pada tubuhnya berhasil sembuh.
2

Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan rematik. Riwayat penyakit keganasan, kencing manis, dan penyakit kulit lainnya disangkal oleh pasien. Pengobatan yang Pernah Didapat : Obat Rematik (Obat Warung), Obat untuk gejala yang sama + 6 bulan yll (pasien lupa nama obatnya) STATUS GENERALIS Keadaan Umum Kesadaran Status Gizi Tanda Vital Tekanan Darah Nadi RR Suhu Berat Badan Tinggi Badan Bentuk Badan Toraks Abdomen KGB : Tampak Sakit Sedang : Compos Mentis : Obesitas : : Tidak diukur : 70x/menit : 20x/menit : 36,5 C : 63 kg : 158 cm : Piknikus : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal : Dalam Batas Normal

STATUS DERMATOLOGIS Lokasi Inspeksi : Seluruh Tubuh (universalis) :

Tampak eritema universalis disekitar skuama halus dan kasar berwarna putih pada seluruh tubuh. Selain itu, terdapat pula likenifikasi dan hiperpigmentasi pada hampir seluruh tubuh. Pada tungkai bawah kiri terdapat krusta dan ekskoriasi. Kedua tungkai dan lengan tampak edema. Ukuran lesi : Plakat Lesi : Multiple, konfluens
3

Efloresensi primer : Makula eritema Efloresensi sekunder : Krusta, Ekskoriasi, Skuama, Likenifikasi Test Manipulasi : Auspitz (-) RESUME + 1 bulan yang lalu, timbul bercak kemerahan pada kedua lengan bawahnya. Lama kelamaan pada lokasi yang kemerahan diikuti rasa gatal yang makin lama makin sering dan kemudian menjalar ke badan, muka, kepala, dan yang terakhir yaitu kedua tungkai pada + 3 hari SMRS disertai badan yang terasa demam dan menggigil. Pasien mengeluh kulit terasa menebal, bersisik, telapak kaki pecah-pecah, kedua tungkai dan lengan bengkak, dan kuku kaki mudah terkelupas. Pasien sering meminum obat-obatan warung berupa pil (pasien lupa nama obatnya) dan jamu-jamuan sejak 3 tahun terakhir. 6 bulan yang lalu, pasien juga pernah mengalami gejala serupa, pernah diobati dan sembuh. Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan rematik. Riwayat penyakit keganasan, kencing manis, dan penyakit kulit lainnya disangkal oleh pasien. DIAGNOSA BANDING Eritroderma Psoriasis DIAGNOSA KERJA Eritroderma PENATALAKSANAAN Umum : Menghentikan obat-obatan yang mencetuskan alergi Meningkatkan diet tinggi protein Khusus : Sistemik Metil prednisolon 3x8 mg Eritromisin 3 x 500 mg Cetrizyl 3 x 1
4

Topikal Emolien Lanolin 10% PEMERIKSAAN ANJURAN PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad funtionam Quo ad xanationam : ad bonam : ad bonam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Kulit Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis (lapisan luar) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu : a. Stratum Korneum. Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin. b. Stratum lusidum. Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. c. Stratum Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butirbutir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin. d. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum. Lapisan yang paling tebal. e. Stratum Basal / Germinativum. Stratum germinativum menggantikan sel sel yang diatasnya dan merupakan sel sel induk. Dermis terdiri dari 2 lapisan : a. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris ) b. Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )
6

Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut. Subkutis, terdiri dari kumpulan kumpulan sel sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut serabut jaringan ikat dermis. Fungsi kulit : - Proteksi - Pengatur suhu - Absorbsi - Pembentukan pigmen - Eksresi - Keratinisasi - Sensasi - Pembentukan vit D ( Syaifuddin , 1997) Definisi Eritroderma (dermatitis eksfoliativa) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh / universalis (90-100%), biasanya disertai skuama (Arief Mansjoer, 2000 ; Djuanda, 2007 ; Siregar, 2005). Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com). Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap , 2000) Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuama terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002). Etiologi Berdasarkan penyebabnya, penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
7

1. Eritrodarma eksfoliativa primer, penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis kongenitalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum (50 %). 2. Eritroderma eksfoliativa sekunder a. Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya, sulfonamide , analgetik / antipiretik dan tetrasiklin. b. Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh, dapat terjadi pada liken planus, psoriasis, pitiriasis rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis seboroik dan dermatitis atopik. c. Penyakit sistemik termasuk keganasan seperti limfoblastoma. ( Arief Mansjoer, 2000) Gejala Klinik Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh, sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering adalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ). a. Eritroderma karena psoriasis, ditemukan eritema yang tidak merata (Mansjoer, 2000). Psoriasis bersifat kronik residif, kelainan kulit berupa sisik-sisik berlapis dan kasar di atas kulit eritematous yang berbatas tegas (Siregar, 2005). Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih tebal. Dapat ditemukan pitting nail (Mansjoer, 2000). b. Penyakit Leiner (eritroderma deskuamativum), usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan (Mansjoer, 2000). Kelainan kulit berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala.Eritema dapat pada seluruh tubuh disertai skuama kasar (Siregar, 2005). c. Eritroderma akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam, infeksi dalam dan infeksi fokal (Mansjoer , 2000). Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi lokal dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma, misalnya Sezary sindrom ; tergolong limfoma, ada yang menyebutnya stadium dini dari mikosis fungoides. Menyerang pria 64 tahun dan wanita
8

rata-rata 53 tahun. Terdapat eritema menyeluruh disertai skuama kasar berlapis dan sangat gatal. Selain itu, terdapat infiltrasi pada kulit dan edema. 1/3 sampai dari penderita didapati splenomegali, hepatomegali, limfadenopati superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris et plantaris serta kuku distrofik. Sebagian besar kasus menunjukkan leukositosis, kecuali itu terdapat pula limfosit atipik yang disebut sel Sezary. Hasil biopsi menunjukkan infiltrat pada bagian atas dermis dan terdapat sel Sezary (Siregar, 2005).

Patofisiologi
9

Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabakan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya penderita merasa dingin dan menggigil. Pada eritroma kronis dapat terjadi gagal jantung juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh trasnpirasi meningkat sebanding dengan laju metabolisme basal. Kehilangan skauma dapat mencapai 9 gram/m2 pemukaan kulit atau lebih sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama globulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi kemungkinan dapat disebabkan oleh pergeseran cairan keruang ekstravaskuler. Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan-bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif. Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik (alergik) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap (hapten). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap. ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ) Pemeriksaan Fisik 1. Predileksi 2. UKK Komplikasi Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder : - Abses - Limfadenopati
10

: Seluruh atau hampir seluruh tubuh : Eritema dan biasanya disertai sisik

- Furunkulosis - Hepatomegali - Konjungtivitis - Rinitis - Stomatitis - Kolitis - Bronkitis (Harahap, 2000) Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Banding Eritroderma Psoriasis Tatalaksana Pada eritroderma golongan I obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan 1 yaitu yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3x10 mg. Penyembuhan terjadi cepat umumnya dalam beberapa hari-beberapa minggu. Pada golongan II yaitu akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednison 4x10 mg - 4x15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan TER pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula dapat diobati dengan asetretin / etrenat, lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, terjadi tidak secepat golongan I. Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama, (> 1 bulan) lebih baik digunakan metilprednisolon daripada prednison dengan dosis ekuivalen karena efek sampingnya lebih sedikit. Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberikan hasil yang baik, dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatannya terdiri atas kortikosteroid
11

(prednison 30 mg sehari) atau metil prednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya digunakan klorambusil 2-6 mg sehari (Djuanda, 2007). Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10% (Siregar, 2005). Prognosa Eritroderma yang termasuk golongan I yakni karena alergi obat secara sistemik prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan yang lain. Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya pengobatan dengan kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan kortikosteroid (cortikosteroid dependence). Sindrom sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumnya akan meninggal setelah 5 tahun, sedangkan penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan infeksi atau penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides (Djuanda, 2007).

12

DISKUSI

13

DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi Kelima (Cetakan keempat, 2009 dengan perbaikan). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC. Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, ed 2. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai