Anda di halaman 1dari 4

Problem Pencemaran Air Bersih, Sampah dan Kesehatan Lingkungan

Air bersih merupakan kebutuhan utama manusia. Akan menjadi masalah manakala ketersediaan air bersih menjadi sulit didapatkan karena memang secara alami kurang tersedia atau secara pola perilaku air bersih yang ada sudah tercemar atau kotor sehingga semakin sedikit sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan. Air yang tercemar biasanya berkaitan dengan limbah, sampah dan sanitasi lingkungan yang buruk dari perilaku manusia atau binatang piaraan. Namun bila dirunut siapa yang paling bertanggungjawab terhadap kerusakan kualitas air, tentu saja manusialah yang harus memikul tanggungjawab itu. Sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai dapat berakibat pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah. Kondisi yang demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh: Timbulnya bau busuk, Warna air yang gelap dan pekat, Banyaknya ikan dan organisme air lainnya yang mati atau mengapung. Pada saat musim penghujan sampah yang menyumbat menjadi penyebab banjir dan menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh pembuangan sampah, air limbah dan sanitasi yang kurang baik diantaranya adalah: Diare, Demam berdarah, Disentri, Hepatitis A, Kolera, Tiphus, malaria dan cacingan. Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kumankuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus. Lalat yang hinggap disampah dan dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang masuk kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab penyakit. Bila lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar kemungkinan orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan menderita salah satu penyakit seperti yang tersebut diatas. Demikian pula dengan anak-anak kecil yang bermain atau orang dewasa yang bekerja didekat atau mengalami kontak langsung dengan air limbah dan sampah dapat terkena penyakit seperti yang tersebut diatas, terutama bila tidak membersihkan anggota badan terlebih dahulu.

Pemanfaatan jamban secara sehat dan dilakukan secara benar harus dilakukan sehingga membuang kotoran disungai atau di tempat yang bukan semestinya perlu dihindari. Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk mengamankannya, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia dan mencegah vektor pembawa penyakit menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya Tangki septic atau unit pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna mengolah air limbah sebelum dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah pencemaran termasuk diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air limbah dimaksudkan untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan pencemar sehingga memenuhi persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu badan air penerima. Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zatzat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka, dinding dan dasar saluran pengolah limbah rusak/bocor. Definisi kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat,sejahtera dan bahagia(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan). Ilmu Kesehatan Lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan ancaman, atau berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan.(Umar Fahmi Achmadi, 1991). Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui pengelolaan, pengawasan dan pencegahan faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan manusia (Sumengen Sutomo, 1991). Kesehatan lingkungan adalah ilmu & seni dalam mencapai keseimbangan, keselarasan dan keserasian lingkungan hidup melalui upaya pengembangan budaya perilaku sehat dan pengelolaan lingkungan sehingga dicapai kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat dan sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan harkat dan martabat manusia.(Sudjono Soenhadji, 1994). Korelasi air Bersih dan Penanggulangan Diare Abstraksi tesis Rheydha Pambudhy (Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UI - Pokja AMPL Nasional) yang dimuat majalah PERCIk edisi Juli 2007 menyebutkan bahwa dalam hasil penelitiannya terdapat penurunan kejadian diare pada daerah penelitian yang sudah menerapkan pembangungan sarana air bersih dan sanitasi kesehatan lingkungan dibanding dengan desa kontrol (desa pembanding yang belum membangunan sarana air bersih dan sanitasi lingkungan).

Bila dihitung dari semua rata-rata umur penduduk di daerah penelitian menunjukkan pada setiap 1000 penduduk terdapat penurunan angka kejadian diare dari 154 kejadian menjadi 90 kejadian. Penurunan angka kejadian diare ini disebabkan adanya ketersediaan air bersih, sarana pembuangan air besar, kebiasaan cuci tangan menjaga kebersihan setelah buang air besar, membuang sampah pada tempatnya dan pengetahuan kesehatan lingkungan yang memadai dari masyarakat. Dari penelitian Skripsi Reza Ginajar, 2008,(Fakultas Kesehatam Masyarakat-Departemen Kesehatan Lingkungan UI) menghasilkan kesimpulan bahwa didapat hubungan yang signifikan antara jenis sumber air bersih, kondisi fisik air bersih, jenis jamban, umur dan pendidikan dengan kejadian diare. Sampah dan Kesehatan Lingkungan Sampah adalah bahan atau benda padat yang terjadi akibat aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara saniter, kecuali yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1985). Dan menurut Apriadji (1992) sampah/waste adalah zat atau benda yang sudah tidak terpakai lagi baik dari bahan buangan rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa proses industri. Sampah dapat berupa limbah yang bersifat padat atau setengah padat yang terdiri dari zat organik, berasal dari kegiatan manusia yang tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan. Pengumpulan dan penampungan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang termasuk dalam suatu proses pengelolaan dan pengolahan sampah. Pengumpulan dan penampungan sampah ini adalah merupakan tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga, institusi dan atau tempat yang menghasilkan/memproduksi sampah. Untuk itu diperlukan suatu temapt yang dapat menampung sampah yang dikumpulkan sebelum diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Direktorat Bina Tehnik Departemen PU (1999) mengemukakan bahwa pewadahan/ penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA dengan tujuan : (1.) untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan dan kesehatan dan estetika dan (2.) memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul sampah baik petugas kota maupun pengumpul setempat. Jenis TPSS yang baik adalah yang kedap air dan tertutup. Tetapi TPSS ini tidak harus berupa bak khusus dari batu bata dan semen, karena tidak setiap pemukiman dapat menyediakannya (Apriadji, 1992). TPPS yang baik sehingga dapat mengurangi risiko pencemaran adalah TPSS yang sedapat mungkin harus dihindarkan atau jauh dari saluran air dan tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air. Sedangkan Apriadji (1994) mengemukakan bahwa tempat penampungan sampah sementara (TPSS) yang baik dan memenuhi syarat kesehatan haruslah : (1.) mudah dibersihkan, (2.) tidak

mudah rusak, (3.) sebaiknya TPSS tidak berupa lokasi terbuka/ tumpukan sampah yang dibuang atau dibiarkan begitu saja diatas permukaan tanah, (4.) sebaiknya TPSS mempunyai tutup yang rapat untuk menghindari kumpulan lalat dan (5.) kalau bisa TPSS ditempatkan di luar atau jauh dari rumah dengan tujuan agar kebersihan rumah terjaga, menjaga kesejukan hawa/udara sekitar rumah dan mudah diangkut oleh petugas sampah/truk sampah. Diharapkan dengan terpenuhinya 5 syarat TPSS diatas maka kebersihan lingkungan dapat terjaga sehingga mengurangi resiko pencemaran dan penyebaran vektor penyakit akibat sampah-sampah yang ada.

Sumber artikel : dimsum.its.ac.id (materi dan ilustrasi gambar), 2008. Marylin Junias, Eliaser Balelay, (Staf Pengajar Fak. Kedokteran Undana), MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008. Rheydha Pambudhy, Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UI, Majalah PERCIk edisi Juli 2007. Reza Ginajar, Fakultas Kesehatam Masyarakat-Departemen Kesehatan Lingkungan UI, 2008.

Anda mungkin juga menyukai