Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL 15.

The School as Learning Organization Tiap lingkungan sekolah mewakili saling keterkaitan antara berbagai nilai budaya yang ada di sekolah tersebut; mencakup kurikulum, organisasi, dan SDM sekolah; dengan produktivitas siswa, yang semuanya dipandang lewat lensa persepsi siswa, orangtua, dan guru. Lingkungan sekolah bukanlah norma kultural dan ekspektasi nyata yang ditemui dan dialami secara langsung, melainkan mencakup juga persepsi atas kenyataan tersebut dari sudut pandang pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolahsiswa, guru, orangtua/masyarakat. Bahkan seringkali, persepsi ini jauh lebih signifikan dan penting daripada kenyataan, sebab manusia bertindak dan bereaksi sesuai persepsinya. Tantangan paling mendasar di dunia pendidikan adalah: bagaimana memotivasi pelajar untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Anak-anak belajar secara instingtif dan menyukai proses pembelajaran tersebut. Namun, saat dipaparkan ke persekolahan formal, kebanyakan mereka mulai menganggap pembelajaran hanya sebatas menghapal, atau berbagai istilah buruk lainnya. Semua pembelajaran dimulai dari informasi, tapi informasi bukanlah pembelajaran. Pembelajaran adalah perubahan cara pandang kita terhadap dunia, perubahan cara kita melakukan sesuatu, dan perubahan cara kita mengaitkan berbagai gagasan. Pembelajaran sejatinya adalah cara kita menggunakan informasi yang tersedia. Sekolah haruslah menjadi organisasi pembelajaran yang terus memperbaharui diri, demikianlah yang diungkapkan oleh Peter Senge (1990a). Organisasi pembelajaran menemukan, seiring berjalannya waktu, cara untuk bekerja bersama demi mewujudkan apa yang sama-sama ingin dilakukan oleh tiap anggota organisasi tersebut. Fokus Senge utamanya adalah manajemen perusahaan dan pemikiran sistem, namun prinsip dasarnya bisa diterapkan langsung pada dunia pendidikan. Sekolah hanya bisa menjadi organisasi pembelajaran jika semua pihak yang terlibat telah menjadi pembelajar. Senge mengajukan pengusaan sejumlah disiplin dasar yang menjadi ciri organisasi pembelajaran: (1) Visi Bersama, yaitu komitmen kelompok untuk mengembangkan gambaran masa depan yang diinginkan oleh semua pihak dan

kemudian menggunakan visi tersebut sebagai arah untuk menerapkan prinsip dan praktek pembelajaran. (2) Penguasaan Personal, yaitu komitmen kelompok (organisasi) untuk membantu individu mencapai visi personalnya, atau dengan kata lain usaha bersama untuk menciptakan organisasi yang bisa mendukung tiap individu mengembangkan keahlian personalnya. (3) Model Mental, yaitu pemahaman mengenai bagaimana keyakinan personal kita, asumsi bawaan kita, dan konsep kita tentang dunia mempengaruhi serta membentuk semua pikiran dan tindakan kita. Organisasi (4) pembelajaran harus mampu menciptakan model mental bersama yang positif.

Pembelajaran Tim, yang bisa digunakan oleh organisasi untuk menjembatani berbagai perbedaan model mental dan visi personal tiap individu yang menjadi anggota organisasi tersebut. Ini bisa dilakukan lewat penyeimbangan antara diskusi (saling mengungkapkan gagasan dan mencari gagasan mana yang paling baik, yang patut dimenangkan) dengan dialog (saling mengkomunikasikan berbagai perbedaan pandangan individu hingga kita bisa mengatasi perbedaan tersebut). (5) Pemikiran Sistem, yaitu kerangka konseptual yang mencakup dan merangkum keempat disiplin lainnya. Pemikiran sistem adalah sebuah filosofi dan serangkaian prinsip yang Pemikiran sistem merupakan serangkaian pengetahuan dan memadukan dan menyelaraskan visi bersama, penguasaan personal, model mental, dan pembelajaran tim. perangkatinformasi dan prosesyang bisa membantu organisasi pembelajaran untuk menemukan pola kerja mendasarnya dan cara untuk mengubah pola kerja tersebut. Senge mengemukakan 11 aturan pemikiran sistem yang bisa membantu menjelaskan bagaimana organisasi akan bereaksi dalam berbagai situasi kompleks. Kesebelas aturan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Masalah hari ini adalah akibat dari solusi kemarin Artinya, seringkali solusi yang kita putuskan malah akan memunculkan masalah baru di kemudian hari. Dan seringkali solusi yang tidak tepat hanya memindahkan masalah dari satu bagian organisasi ke bagian lain. 2. Semakin keras kita melawan sistem, semakin keras pula sistem melawan kita Dalam pemikiran sistem, konsep ini disebut umpan balik kompensasi (compensating feedback). Semakin keras kita bekerja, akan semakin banyak pula pekerjaan yang menunggu.

3. Perilaku akan membaik dulu sebelum memburuk Artinya, seringkali solusi yang dimunculkan oleh pemimpin (atau oleh anggota organisasi) terlihat baik dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang, solusi ini justru memperparah kondisi organisasi. 4. Jalan keluar yang gampang seringkali menjerumuskan kita ke masalah yang sama. Kita sering menggunakan solusi yang sudah sering digunakan karena kita merasa nyaman dengan solusi itu. Penggunaan solusi yang gampang (biasa digunakan) sementara masalahnya malah memburuk adalah ciri pemikiran sistem yang salah. 5. Obat yang kita butuhkan seringkali terasa lebih menyiksa daripada penyakitnya 6. Jalan pintas justru membuat kita berjalan lebih lama Solusi cepat untuk masalah yang kompleks adalah tindakan yang salah. Seperti poin-poin sebelumnya, solusi yang dalam jangka pendek terlihat baik seringkali tidak menyelesaikan apa-apa. 7. Sebab-akibat seringkali sangat jauh jaraknya, baik dari segi ruang maupun waktu Masalah yang rumit (kompleks) biasanya memiliki akar masalah yang rumit juga. Akibat sebuah masalah mungkin terasa di level individu, tapi sebabnya mungkin ada pada kondisi sosial yang tidak berada dalam kendali individu tersebut. Oleh sebab itu, kita harus bisa menyusuri masalah sampai ke semua akarnya. 8. Perubahan kecil seringkali berdampak besartapi bagian yang paling bisa membantu seringkali justru bagian yang paling tidak kita sadari. Penyelesaian masalah secara efektif berarti mencari cara dimana usaha paling sedikit bisa memberikan hasil paling besar. 9. Kita selalu bisa melakukan dua haltapi tidak bisa sekaligus.

Kebanyakan masalah organisasi muncul dari pertentangan antara sebuah peluang langka dengan pemikiran sistem. Kita harus bisa memilih mana yang lebih penting. 10. Membelah gajah jadi dua tidak akan menghasilkan dua ekor gajah berukuran kecil. Dalam pemikiran sistem, kita harus bekerja bersama-sama, sebab meski tiap bagian organisasi memiliki solusi yang baik, solusi itu seringkali tidak bisa dilaksanakan karena tidak mendapat dukungan dari yang lain. 11. Tidak ada pihak yang salah Yang terakhir, kita harus menghapuskan kebiasaan untuk mencari siapa yang salah dan menuding orang lain. Dalam pemikiran sistem, yang salah bukanlah orang lain atau situasi di luar sistem. Yang salah adalah sistem itu sendiri, atau bagian-bagian dalam sistem tersebut yang tidak terhubung dengan baik. Nevis dkk. (1995) mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai kapasitas atau proses di dalam organisasi untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja berdasarkan pengalaman. Definisi ini menyiratkan bahwa organisasi tersebut memiliki proses dan struktur, baik formal maupun informal, untuk memperoleh, membagi, dan menggunakan pengetahuan dan keahlian. Umumnya, organisasi pembelajaran yang sukses menunjukkan tiga ciri/karakteristik yang memungkinkan organisasi tersebut mewujudkan dan mempertahankan perbaikan: 1. Kompetensi-kompetensi dasar yang berkembang baik yang berfungsi sebagai titik tolak untuk memberikan produk dan layanan baru. 2. Sikap yang mendukung perbaikan berkesinambungan. 3. Kemampuan untuk merancang ulang dan memperbaiki sistem. Perbaikan sistem sekolah merupakan latihan untuk berubah. Para pemimpin sekolah harus belajar bagaimana merencanakan dan mengelola perubahan serta belajar melakukannya dalam dunia yang terus berubah dengan cepat.

Memang butuh waktu untuk mewujudkan organisasi pembelajaran, tapi ada sejumlah hal yang bisa dimulai dengan segera. Langkah paling mendasar untuk ini adalah dengan mengembangkan dan mendukung lingkungan di sekolah yang bebas-resiko dan kondusif untuk pembelajaran. Semua pihak yang menjadi bagian dari kehidupan sekolah harus bisa belajar untuk menjadi pembelajar, mulai dari kepala sekolah, guru, staf, dewan sekolah, POMG, sampai siswa. Katalis yang menyatukan sekolah sebagai organisasi pembelajaran dengan perbaikan sistem sekolah tersebut adalah tim perancang manajemen sekolah. Schein (1993) mengusulkan sejumlah strategi yang bisa membantu tim manajemen menjadi tim pembelajar: 1. Pemimpin harus menjadi pembelajar terlebih dulu. 2. Tim tersebut harus menjalani proses belajar mereka sendiri. 3. Tim tersebut harus merancang proses pembelajaran untuk organisasinya. 4. Unit-unit kerja harus membuat rencana secara rinci. 5. Tim manajemen harus mempertahankan komunikasi dan koordinasi kerja berbagai unit kerja yang ada.

Anda mungkin juga menyukai