Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun sehingga tergolong tanaman tahunan. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakandipulau Jawa dan Sumatra. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi adalah dengan perluasan lahan dan penanaman varites tebu dengan persentase rendemen tinggi. Jika tidak memungkinkan maka alternatif pilihan paling akhir adalah dengan mengimpor gula, tetapi perlu dipertimbangkan bahwa dengan impor gula akan menghancurkan harga gula dalam negeri. jika luar negri ( Thailand ) dapat mengekspor gulanya yang jelas harganya lebih murah dari harga gula dalam negeri. Harga Gula dalam negeri Thailand tetap terjaga, pemerintah setempat membeli tebu petani dengan harga standart sehingga petani tidak dirugikan dan kelebihan produksi gula mereka ekspor salah satunya ke Indonesia. Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian

yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara agribisnis dan agroindustri. Indonesia semula terkenal sebagai negara pengekspor gula yang cukup besar dan diperhitungkan di dunia, tetapi saat ini justru berubah menjadi negara pengimpor gula dalam jumlah cukup besar. Impor gula tahun 2000 mencapai tidak kurang dari 1,5 juta ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan beberapa sumber menyatakan bahwa impor gula yang terjadi lebih besar dari angka resmi. Hal ini terjadi karena produksi gula dalam negeri hanya sekitar 1,69 juta ton. Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat dari proses yang kompleks, baik dari segi sosial, ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Penanganan yang komprehensif diperlukan untuk mengatasi masalah produksi gula. Berbagai aspek dan berbagai kepentingan terlibat dalam proses penurunan produksi gula dalam negeri Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari harga produksi dalam negeri menyebabkan produksi gula nasional kurang mampu bersaing. Rendahnya efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi menyebabkan harga gula produksi dalam negeri menjadi mahal. Pulau Jawa yang semula sebagai sentral produksi gula nasional semakin bergeser dengan semakin sulitnya diperoleh lahan yang memadai untuk areal produksi tebu. Lahan yang memiliki sifat sesuai untuk tebu lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang lebih menguntungkan dibanding tebu. Kurangnya modal petani dan sering terlambatnya pencairan kredit semakin menambah rendahnya mutu penerapan teknologi tebu.

Rendahnya tarif impor gula yang menambah semakin terpuruknya produksi gula nasional. Gula impor membanjir justru pada saat petani sedang panen, dan pabrik sedang giling. Rendahnya tarif impor berkaitan dengan letter of intent yang dibuat IMF dengan pemerintah. Sebenarnya besarnya tarif impor ini masih mungkin ditingkatkan, seperti halnya negara lain yang juga terikat dengan IMF, dapat memasang tarif sampai 104%. Namun, dengan kondisi yang ada di Indonesia, pengenaan tarif impor yang tinggi dapat berdampak maraknya impor gula ilegal. Persoalan gula memang dilematis mengingat produksi gula nasional baru mencapai 1,69 juta ton, sedangkan kebutuhan nasional mencapai 3 juta ton. Oleh sebab itu, kebijakan gula yang ada sekarang mungkin perlu dikaji ulang dan dilihat apakah masih sesuai dan berpihak pada petani dan melindungi industri gula nasional, karena selain melindungi petani tebu juga aset nasional yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Bagi lembaga keuangan yang selama ini memberikan dana pinjaman untuk industri gula memerlukan suatu keamanan modalnya, sehingga perlu diyakinkan bahwa uangnya akan kembali pada waktunya. Kelebihan dari penanaman system single bud antara lain : Penurunan laju kematian tanaman. Meningkatkan panjang dan berat individu tebu Memudahkan pelaksanaan operasional budidaya karena jarak tanam yang lebar. Metode ini memberikan produksi lebih tinggi Jarak tanam yang cukup member peluang masuknya sinar matahari dan sirkulasi udara cukup sehingga pertumbuhan lebih baik.
3

Kesulitan areal Pembibitan dapat teratasi. Ada tambahan pendapatan gula. Kelemahan dari penanaman system single bud antara lain : Diperlukan biaya untuk modal Perlu kebijakan untuk mendapatkan modal sebagai bagian dari penghematan air dan peningkatan produksi Harus ada inovasi peralatan Merubah kebiasaan ditinjau dari sudut sumber daya manusia.

1.2.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan vegetatif dengan berbagai ukuran panjang tunas pada tanaman tebu dengan system single bud planting

Anda mungkin juga menyukai