Anda di halaman 1dari 12

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian pola kepekaan bakteri penyebab Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna Aktif (OMSKBA) terhadap beberapa antibiotik secara in vitro yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi FK Unlam Banjarbaru dan RSUD Ulin Banjarmasin selama Juli Agustus 2012 menunjukkan hasil yang beragam. Jumlah sampel dan jenis bakteri dapat dilihat pada lampiran 6. Seluruh sampel tersebut kemudian dilakukan uji kepekaan dengan menggunakan beberapa antibiotik yaitu Siprofloksasin, Gentamisin,

Kloramfenikol dan Polimiksin B pada media Mueller Hinton. Kemudian didapatkan hasil sensitivitas bakteri penyebab OMSKBA terhadap beberapa antibiotik tersebut yang dapat dilihat pada Lampiran 7 dan tabel persentase sensitivitas antibiotik pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Persentase sensitivitas antibiotik terpilih terhadap bakteri penyebab OMSKBA pada tahun 2008 dan 2012 secara in vitro
Jenis Antibiotik Jenis Bakteri Proteus sp. Staphylococcus aureus Pseudomonas aureginosa Streptococcus sp. Klebsiella sp. Rata-rata Persentase Sensitivitas CIP (%) 2008 2012 100 100 100 100 100 100 G (%) 2008 37,5 0 83,3 40,3 2012 91 100 100 100 100 98,2 C (%) 2008 75 83,3 100 86,1 2012 54,5 75 80 100 100 81,9 PB (%) 2008 25 16,6 0 13,8 2012 36,3 37,5 80 0 100 30,8

Keterangan :
CIP G : Siprofloksasin : Gentamisin C PB : Kloramfenikol : Polimiksin B

24

25

A. Gambaran Sensitivitas Bakteri Penyebab OMSKBA terhadap Beberapa Antibiotik pada Tahun 2012 Pada Tabel 5.1. secara umum menunjukkan sensitivitas antibiotik terhadap bakteri penyebab Otitis Media Supuratif tipe Benigna Aktif (OMSKBA). Dari tabel tersebut didapatkan hasil rata-rata bahwa pada tahun 2012 sensitivitas antibiotik siprofloksasin adalah sebesar 100%, Gentamisin 98,2 %, Kloramfenikol 81,9 %, dan polimiksin B 30,82 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian di India pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa antibiotik dengan sensitivitas tertinggi adalah Siprofloksasin dan diikuti oleh Gentamisin dan Kloramfenikol (34). Sensitivitas antibiotik pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami peningkatan persentase, kecuali pada antibiotik kloramfenikol yang mengalami penurunan persentase walaupun tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan bakteri yang paling banyak muncul pada tahun 2012 adalah Proteus sp. dan bakteri ini mengalami resistensi terbanyak untuk antibiotik kloramfenikol. Diketahui bahwa kerja kloramfenikol terhadap bakteri Proteus sp. kurang efektif, karena mudah mengalami resistensi, sehingga ini menjadikan persentasenya sedikit lebih tinggi pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan data pada tahun 2008 yang tidak menemukan jenis bakteri tersebut sebagai bakteri penyebab OMSKBA (24,35). Pada Tabel 5.1. didapatkan hasil Siprofloksasin berada pada urutan pertama antibiotik yang paling sensitif dengan persentase 100%. Hasil ini didukung oleh penelitian di India, Nigeria, Ethiopia, Pakistan dan Iran (11,15,26,34,36). Siti Nursiah (14) pernah melakukan penelitian serupa dan didapatkan hasil

26 Siprofloksasin sensitif terhadap 100% bakteri penyebab OMSKBA. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa antibiotik golongan quinolon direkomendasikan sebagai first line untuk OMSK (26). Hal ini dikarenakan antibiotik golongan flurokuinolon memiliki kelebihan yaitu dapat melawan berbagai jenis patogen multiresisten disebabkan cara kerjanya yang melalui target-target yang berbeda dari golongan antimikroba lain. Mekanisme resistensi fluorokuinolon tidak seperti kebanyakan mekanisme resistensi dari antibiotik lain, yaitu tidak melalui plasmid atau integron (37). Walaupun banyak penelitian yang mendapatkan bahwa Siprofloksasin sensitif terhadap bakteri penyebab OMSK, tetapi ada beberapa penelitian yang mendapatkan Siprofloksasin sudah mulai resisten terhadap bakteri penyebab OMSK seperti penelitian yang dilakukan oleh R.K. Sanjaya et al (12) mendapatkan sensitivitas siprofloksasin hanya sebesar 50,8 % dan penelitian di Korea mendapatkan terjadinya Resistensi siprofloksasin sebesar 100% terhadap bakteri penyebab OMSK (38). Hal ini disebabkan adanya perbedaan geografi, pengguan antibiotik tiap daerah yang berbeda serta faktor dari bakteri dan penderita sendiri (51). Asif Alam et al (13) menyatakan bahwa Terapi dengan siprofloksasin topikal lebih efektif dan aman untuk Otorrea pada pasien OMSK. Saat ini, fluorokuinolon semakin banyak digunakan untuk terapi empiris disebabkan terjadinya resistensi terhadap antimikroba empiris yang biasa dipakai (39). Klein (40) dalam penelitiannya menyatakan bahwa flourokuinolon topikal merupakan pilihan yang tepat karena memiliki kemampuan terapi yang tinggi tanpa absorpsi secara sistemik. Dengan demikian antibiotik tersebut tidak akan memberikan efek

27 pada flora normal di traktus respirasi bagian atas dan tidak meningkatkan perkembangan dari resistensi bakteri. Namun, walaupun banyak data yang mendukung efektivitas dari siprofloksasin, penggunaan antibiotik ini sendiri masih belum bisa dikatakan antibiotik terpilih untuk OMSK, hal ini dikarenakan Siprofloksasin memiliki beberapa kontraindikasi diantaranya tidak dapat digunakan pada pasien dengan usia < 18 tahun karena dapat menyebabkan kerusakan sendi serta kerjanya pada saluran pencernaan yang dapat menyebabkan mual, muntah dan rasa tidak enak di perut, sehingga para ahli klinisi masih perlu mempertimbangkan dalam meresepkan antibiotik ini (52). Gentamisin berada pada urutan kedua dengan sensitivitas sebesar 98,2 %. Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian di Ethiopia, Pakistan, Iran dan India (11,26,34,36). Pada penelitian Sabeter et al (41), pasien OMSK yang diterapi dengan menggunakan antibiotik topikal gentamisin 0,3% berhasil diterapi sebanyak 95%. Namun, beberapa penelitian lain menyebutkan bahwa Gentamisin sudah mulai mengalami resistensi seperti di Afrika dan India (12,42). Ahli Klinisi pun sekarang sudah mulai banyak yang meninggalkan antibiotik Gentamisin, selain karena sediaan oral yang sulit didapatkan, faktor efek samping berupa ototoksik yang menyebabkan gentamisin sudah mulai banyak ditinggalkan (12). Bence M et al (43) menyatakan bahwa pemberian antibiotik golongan aminoglikosida menjadi kontraindikasi untuk OMSK karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Kloramfenikol berada diposisi ketiga dengan persentase 81,9%. Pada penelitian dibeberapa negara yaitu Singapura dan Filipina diketahui kloramfenikol

28 sensitivitasnya masih tinggi terhadap bakteri penyebab OMSK (44,45). Sedangkan hasil penelitian dibeberapa negara lain seperti di India, Ethiopia dan Nigeria didapatkan hasil sensitivitas yang rendah (11,26,36). Kloramfenikol akhir-akhir ini jarang digunakan sebagai antibiotik pada OMSK, hal ini disebabkan efek sampingnya yang dapat menyebabkan terjadinya anemia aplastik yang fatal, sehingga penggunaannya hanya pada infeksi-infeksi tertentu seperti tifoid atau meningitis (46). Pada urutan terakhir dari hasil penelitian adalah sensitivitas bakteri penyebab OMSKBA terhadap polimiksin B dengan persentase sebesar 30,82 %. Polimiksin B diketahui sebagai antibiotik topikal yang paling sering digunakan untuk OMSK pada pelayanan kesehatan tingkat primer, sehingga pemakaiannya yang meluas diduga menjadi penyebab bakteri tersebut mulai mengalami resistensi. Dalam penelitian Collman yang dikutip oleh Tomer menyebutkan bahwa dari 10 anggota populasi bakteri, menghasilkan 2 mutan dalam tiap 20 detiknya sampai beberapa minggu. Mutasi bakteri sama halnya dengan mutasi genetic, karena bakteri juga tersusun atas untaian DNA/RNA (47). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa antibiotik yang

sensitivitasnya paling tinggi terhadap bakteri penyebab OMSKBA adalah Siprofloksasin disusul oleh Gentamisin dan Kloramfenikol, sedangkan antibiotik yang sensitivitasnya paling rendah adalah Polimiksin B.

29

B. Uji Analisis Perbandingan Sensitivitas Bakteri penyebab OMSKBA pada Tahun 2008 dan 2012 Untuk mengetahui apakah terdapat perbadaan pola sensitivitas bakteri terhadap antibitok terpilih pada tahun 2008 dan 2012, maka dilakukan uji analisis menggunakan uji chy square. Uji dilakukan pada jenis bakteri dan antibiotik yang sama, yaitu bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aureginosa dan Streptococcus sp. terhadap antibiotik gentamisin, kloramfenikol dan polimiksin B. Hasil pola kepekaan bakteri penyebab OMSKBA pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2008 dengan menggunakan uji analisis statistik adalah sebagai berikut : 1. Perbandingan Polimiksin B Bakteri Stahpylococcus aureus terhadap Antibiotik

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 50,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik Polimiksin B pada tahun 2008 dan 2012. 2. Perbandingan Gentamisin Bakteri Staphylococcus aureus terhadap Antibiotik

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 50,0%. Hal ini

30 berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 0,026 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p < 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik Gentamisin pada tahun 2008 dan 2012. 3. Perbandingan Bakteri Kloramfenikol Staphylococcus aureus terhadap Antibiotik

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 75,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative kolmogorov smirnov. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik Kloramfenikol pada tahun 2008 dan 2012. 4. Perbandingan Bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap Antibiotik Polimiksin B Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 100 %. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 0,143 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara

31 sensitivitas bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik polimiksin B pada tahun 2008 dan 2012. 5. Perbandingan Bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap Antibiotik Gentamisin Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 100 %. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 0,048 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p < 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara sensitivitas bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik Gentamisin pada tahun 2008 dan 2012. 6. Perbandingan Bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap Antibiotik Kloramfenikol Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 75,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik Kloramfenikol pada tahun 2008 dan 2012.

32 7. Perbandingan Bakteri Streptococcus sp. terhadap Antibiotik Polimiksin B Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 75,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Streptococcus sp. terhadap antibiotik Polimiksin B pada tahun 2008 dan 2012. 8. Perbandingan Bakteri Streptococcus sp. terhadap Antibiotik Gentamisin Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 75,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Streptococcus sp. terhadap antibiotik Gentamisin pada tahun 2008 dan 2012. 9. Perbandingan Kloramfenikol Bakteri Streptococcus sp. terhadap Antibiotik

Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Chy square. Dari analisis tersebut diperoleh expected value kurang dari 5 sebanyak 75,0%. Hal ini berarti data tersebut tidak memenuhi syarat untuk dilakukan analisis chi square, sehingga dilakukan uji alternative Fisher-exact. Dari analisis tersebut didapatkan

33 nilai significancy 1,000 pada tingkat kepercayaan 95%. Oleh karena nilai p > 0,05 (Lampiran 8), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan antara sensitivitas bakteri Streptococcus sp. terhadap antibiotik kloramfenikol pada tahun 2008 dan 2012. C. Gambaran Perbandingan Sensitivitas Bakteri penyebab OMSKBA pada Tahun 2008 dan 2012 Dari data hasil sensitivitas bakteri penyebab OMSKBA pada tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2008 yang dilakukan uji analisis statistik didapatkan hasil 7 perbandingan sesnitivitas bakteri yang menunjukkan tidak ada perbedaan dan 2 perbandingan yang menunjukkan adanya perbedaan yaitu perbandingan antara Bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik gentamisin dan perbandingan antara bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik

gentamisin. Pada penelitian di India, Pakistan dan Nigeria didapatkan adanya perbedaan persentase dari sensitivitas bakteri Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik gentamisin. Penelitian di India pada tahun 2007 dan 2010 juga mendapatkan hasil adanya perbedaan persentase sensitivitas bakteri

Staphylococcus aureus terhadap antibiotik gentamisin. Sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa mengalami peningkatan jika dilihat dari persentase yaitu sebesar 62,5% pada bakteri Staphylococcus aureus dan 100% pada bakteri Pseudomonas aureginosa. Hasil uji statistik didapatkan hasil adanya perbedaan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah antibiotik gentamisin sekarang cukup jarang digunakan karena sifatnya yang ototoksik. Di Poliklinik THT RSUD Ulin penggunaan antibiotik Gentamisin sebagai terapi OMSK jarang digunakan,

34 dikarenakan sediaan oralnya yang sulit didapatkan dan efek samping ototoksiknya. Hal ini dapat mengurangi faktor terjadinya resistensi akibat

penggunaan antibiotik secara meluas (48). Selain itu mekanisme resistensi gentamisin lebih rumit jika dibandingkan dengan antibiotik jenis lain sehingga kemungkinan mengalami resistensi cukup sulit. Sensitivitas antibiotik dapat berubah dari waktu ke waktu. Strain yang sensitif hari ini terhadap antibiotik tertentu, bisa saja menjadi resisten di masa yang akan datang (15). Dalam penelitian Peng X et al (49) yang dikutip oleh Stephen menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan sensitivitas terhadap antibiotik antara lain faktor epidemiologi, peraturan penggunaan antibiotik lokal, karakteristik pasien, jenis strain antibiotik dan lokasi geografis. Terjadinya perbedaan sensitivitas juga dapat disebabkan karena terjadinya resistensi yang disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah kemampuan alami dari bakteri untuk mengalami perubahan mutasi DNA (49). Pada beberapa analisis perbandingan didapatkan hasil tidak ada perbedaan. Hal ini dapat terjadi karena di RSUD Ulin pasien OMSK tipe benigna jarang diberikan antibiotik Klorampenikol dan Polimiksin B. Hal ini mungkin terkait dengan efek samping dari Kloramfenikol yaitu anemia aplastik yang fatal sehingga penggunaannya di Rumah Sakit hanya pada kasus infeksi tertentu seperti tifoid dan meningitis. Kurangnya penggunaan obat jenis ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi akibat penggunaan antibiotik secara meluas. Perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotika sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan antibiotika di suatu wilayah. Tidak terkendalinya faktor-

35 faktor pada penggunaan antibiotika, cenderung akan meningkatkan resistensi kuman yang semula sensitif (50). Dikatakan pula, setelah disebarkan secara meluas, antibiotik akan mengalami resistensi terhadap obat-obatan sekitar 8-12 tahun kemudian (49). Maka kemungkinan antibiotik mengalami resistensi selama kurang lebih 4 tahun (2008- 2012) sangat kecil. Dari hasil analisis perbandingan sensitivitas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada perbandingan sensitivitas Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aureginosa terhadap antibiotik Gentamisin, sedangkan pada hasil perbandingan lainnya tidak ditemukan adanya perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Resusitasi Cairan Pada Syok Hipovolemik
    Referat Resusitasi Cairan Pada Syok Hipovolemik
    Dokumen26 halaman
    Referat Resusitasi Cairan Pada Syok Hipovolemik
    Nurul Setyani Danios
    89% (9)
  • Lapkas Bedah Blount Disease
    Lapkas Bedah Blount Disease
    Dokumen25 halaman
    Lapkas Bedah Blount Disease
    Ismail Eko Saputra
    Belum ada peringkat
  • Secara Teknis
    Secara Teknis
    Dokumen35 halaman
    Secara Teknis
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Lapag Cto 25 - 10
    Lapag Cto 25 - 10
    Dokumen1 halaman
    Lapag Cto 25 - 10
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab II Traksi
    Bab II Traksi
    Dokumen11 halaman
    Bab II Traksi
    Noe Bamby
    Belum ada peringkat
  • Refer at
    Refer at
    Dokumen10 halaman
    Refer at
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Lapag Anes
    Lapag Anes
    Dokumen2 halaman
    Lapag Anes
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Soal Pretes Mata
    Soal Pretes Mata
    Dokumen5 halaman
    Soal Pretes Mata
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Pielonefritis
    Pielonefritis
    Dokumen7 halaman
    Pielonefritis
    Ahmad Barrun Nidhom
    Belum ada peringkat
  • Cover DLL
    Cover DLL
    Dokumen2 halaman
    Cover DLL
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Identitas
    Identitas
    Dokumen1 halaman
    Identitas
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Referat BS
    Referat BS
    Dokumen36 halaman
    Referat BS
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Laporan Operasi
    Laporan Operasi
    Dokumen4 halaman
    Laporan Operasi
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS CA Buli-Buli Auto Saved)
    LAPORAN KASUS CA Buli-Buli Auto Saved)
    Dokumen4 halaman
    LAPORAN KASUS CA Buli-Buli Auto Saved)
    Saridewi Iin
    0% (1)
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen29 halaman
    Bab V
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Ferisa
    Ferisa
    Dokumen33 halaman
    Ferisa
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Cover Bedah
    Cover Bedah
    Dokumen1 halaman
    Cover Bedah
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen65 halaman
    Bab I
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen2 halaman
    Bab V
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • BAB I Gopek Q B
    BAB I Gopek Q B
    Dokumen66 halaman
    BAB I Gopek Q B
    Hafizah Fz
    Belum ada peringkat
  • Puskesmas Prof Azrul
    Puskesmas Prof Azrul
    Dokumen19 halaman
    Puskesmas Prof Azrul
    Atika Rachmania Lilo
    Belum ada peringkat
  • Puskesmas Prof Azrul
    Puskesmas Prof Azrul
    Dokumen19 halaman
    Puskesmas Prof Azrul
    Atika Rachmania Lilo
    Belum ada peringkat