Anda di halaman 1dari 8

MEROKOK SALAH SATU UNSUR PENCEMAR LINGKUNGAN & MEMBAHAYAKAN KESEHATAN MANUSIA

September 22, 2009 in Lingkungan | Tags: bahaya rokok, Lingkungan, merokok,MEROKOK SALAH SATU UNSUR PENCEMAR LINGKUNGAN

Bisa dipastikan, hampir semua orang tahu, merokok itu berbahaya bagi kesehatan. Informasi tentang hal tersebut sangat gencar tersebar di masyarakat, baik oleh pemerintah, organisasi kesehatan, maupun dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Bahkan di setiap bungkus rokok pun terdapat tulisan peringatan akan bahaya merokok. Belakangan, aktivitas merokok mencuat jadi pembicaraan masyarakat, Jadi, merokok kini diketahui tidak hanya berbahaya bagi kesehatan tetapi juga dapat menganggu kenyamanan di tempat umum serta menimbulkan pencemaran udara. Tetapi tahukah Anda, bahwa merokok di sembarang tempat di seluruh kantor Telkom adalah perilaku yang melanggar etika bisnis? Ya, itu benar! Jika tidak percaya, baca kembali Keputusan Direksi 05/PR180/CTG-00/2005 tentang Etika Bisnis Telkom. Pada Bab 2 tentang Etika Kerja, dipaparkan tentang tindakan karyawan dalam mendukung budaya The Telkom Way 135. Selain terdapat poin meningkatkan kapasitas individu. Menjaga konfidensialitas,memelihara loyalitas dan menjauhi larangan,menjaga infrastruktur perusahaan, terdapat juga pemaparan tentang menjaga lingkungan kerja. Dalam penjelasan tentang menjaga lingkungan kerja diuraikan bahwa karyawan berkewajiban menjaga lingkungan kerja yang bersih, indah, rapi, termasuk menjaga kerapian dalam penyimpanan dokumen, file, dan alat-alat kerja. Selain itu lingkungan kerja yang sehat dapat tercipta jika karyawan merokok di tempat-tempat ruangan khusus yang sudah disediakan. Jelas, setiap karyawan wajib berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat karena itu merupakan bagiandari etika bisnis di Telkom.Mengapa etika bisnis menyebutkan lingkungan kerja yang sehat dapat tercipta jika karyawan merokok di ruangan khusus, dan tidak di sembarang tempat? Karena merokok di sembarang tempat memang sangat mengganggu kenyamanan kerja, serta berpotensi merugikan pihak lain yang tidak merokok. Kita semua tahu, asap rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Kebiasan Merokok Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Banyak penyakit telah terbukti timbul akibat rokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi, kebiasan merokok bukan saja merugikan si perokok tetapi juga dapat merugikan orang lain di sekitarnya. Untuk mengingatkan bahaya merokok, Organisasi Kesehatan Dunia WHO menetapkan Hari Bebas Tembakau Sedunia pada setiap tanggal 31 Mei. Laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, jumlah perokok di negara berkembang meningkat 2,1% per tahun, sedangkan di negara maju justru terjadi penurunan sekitar 1,1% per tahun. Di dalam negeri, sebuah penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok. Dalam penelitian yang dilakukan Prof Soemalijah Soewondo dari Fakultas Psikologi UI, diperoleh jawaban bahwa alasan orang-orang tidak berhenti merokok adalah akan susah berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa jadi gemuk. Bila merokok, para responden itu mengaku merasa lebih dewasa dan dapat memperoleh ide atau inspirasi secara lebih baik. Faktor psikologis dan fisiologis itulah yang banyak mempengaruhi kebiasan merokok di masyarakat. Kenyataannya dibalik semua itu merokok justru menimbulkan kerusakan pada kesehatan mereka. Sudah seharusnya, upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari

segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika. Yang tidak kalah penting, tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, seperti sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja, serta pengaturan penertiban iklan promosi rokok, memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok sebagaimana telah berjalan selama ini. Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua yang mengingingkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur. Hati-hati, bahaya merokok tidak hanya mengintai para perokok saja. Meskipun Anda tidak merokok, asap rokok orang lain yang mungkin terhisap oleh Anda, lebih berbahaya daripada bagi perokok itu sendiri. Asap rokok, baik yang utama maupun sampingan, mengandung banyak zat berbahaya. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu dihembuskan kembali, sedangkan asap sampingan adalah asap rokok yang dhasilkan oleh ujung rokok yang terbakar. Diantara zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok, tiga diantaranya adalah Tar, Karbon Monoksida (CO), dan Nikotin. Tar mengandung bahan kimia beracun yang mampu merusak sel paruparu dan menyebabkan kanker. CO adalah gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. Sementara Nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, serta dapat menimbulkan kecanduan. Bila Anda berada di ruangan berasap rokok dalam waktu yang cukup lama, maka ketiga zat beracun itu akan masuk ke paru-paru Anda meskipun Anda sendiri tidak merokok. Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok dapat mempengaruhi orang-orang yang tidak merokok di sekitarnya atau biasa disebut para perokok pasif. Perokok pasif dapat meningkatkan resiko penyakit kanker paru-paru dan jantung koroner. Selain itu, menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit Angina (nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung), Asma (mengalami kesulitan bernafas), serta alergi (iritasi akibat asap rokok). Wanita hamil yang merokok atau menjadi perokok pasif akan menyalurkan zat-zat beracun dari asap rokok kepada janin yang dikandungnya melalui peredaran darah. Nikotin rokok menyebabkan denyut jantung janin bertambah cepat, CO menyebabkan berkurangnya oksigen yang diterima janin. Anakanak yang orangtuanya merokok menghadapi kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit dada, infeksi teling, hidung, dan tenggorokan. Lihat pula zat-zat yang terkandung pada setiap batang rokok dalam gambar di tulisan ini. Perhatikan dengan seksama, lalu putuskan apakah Anda tetap mau merokok? Anda memang punya hak asasi untuk terus merokok, tetapi ingat juga hak asasi orang lain yang tidak mau menghisap asap rokok Anda. Wahai perokok, jangan korbankan orang-orang di sekitar Anda, apalagi keluarga dan sahabatsahabat yang Anda sayangi. Referensi : 1. Bayong (1999), Etika Lingkungan, Penerbit ITB Bandung. 2. Keputusan Direksi 05/PR180/CTG-00/2005 tentang Etika Bisnis Telkom. 3. WHO ( 1983 ) Laporan WHO tentang perokok.

Pencemaran lingkungan akibat asap kendaraan

LANGIT biru yang kita idamkan agaknya kian jauh dari kenyataan. Udara kita telah tercemar oleh berbagai polutan udara kota, baik dari kegiatan industri maupun terutama lalu lintas atau transportasi darat. Bukan hanya jumlah kendaraan bermotor yang kian meningkat pesat, tetapi juga banyak kendaraan yang tidak dirawat dengan baik, disamping kualitas bahan bakar yang masih mengandung timbel (Pb), sehingga menghasilkan emisi yang dapat mengganggu kesehatan.

Polusi udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuhtumbuhan dan harta benda.

Kanada memberikan batasan serupa, yaitu semua macam kontaminasi undara dalam kualitas yang dapat menyebabkan gangguan pada manusia atau membahayakan kesehatan serta keselamatannya, merusak milik serta mengganggu kehidupan tanaman dan hewan. Bahkan di Prancis, polusi udara dinyatakan sebagai pengotoran udara yang dapat membahayakan kesehatan dan keamanan umum, pertanian serta preservasi monumen-monumen umum atau keindahan alam.

Di samping berpengaruh terhadap kenyamanan hidup, polusi udara berpotensi mempengaruhi kesehatan masyarakat, antara lain menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang ditimbulkan tergantung pada bahan pencemar udara tersebut.

Emisi Kendaraan Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, lalu lintas dalam hal ini kendaraan bermotor, mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi udara. Konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, bandingkan dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain.

Gambaran yang mirip terjadi pula di Amerika Serikat. Dari jumlah total tiap zat pencemar utama yang dikeluarkan setiap tahun, karbon monoksida (CO) merupakan zat pencemar terbanyak dan kendaraan bermotor adalah sumber utamanya, seperti terlihat pada tabel berikut ini. Namun perlu diingat kita tidak boleh memandang jenis zat pencemar atau sumbernya semata-mata berdasarkan jumlah total emisi tiap tahun. Kita juga harus mempertimbangkan sejauh mana tingkat bahaya setiap jenis zat pencemar, terutama terhadap kesehatan manusia.

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dipandang dari segi efek dan gangguan kesehatan yang membahayakan, sulfur oksida dan partikulat menempati dua urutan teratas. Sebaliknya karbon monoksida menempati urutan terbawah dari ke 5 jenis zat pencemar. Urutan-urutan dalam efek kesehatan dari zat-zat pencemar memberikan dasar yang lebih rasional dan realistik dalam merencanakan program pengendalian dan penanggulangan polusi udara.

Emisi memegang peranan penting dalam menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Dalam kesehatan lingkungan dikenal teori simpul, yang terdiri atas simpul-simpul A, B, C dan D. Simpul A adalah yang diemisikan dari sumber, dalam hal ini asap knalpot kendaraan. Simpul B adalah ambient, sedangkan simpul C timbunan sejumlah gas atau partikel dalam darah maupun organ tubuh tetapi belum menimbulkan efek terhadap kesehatan. Simpul D adalah kondisi terminal, telah menimbulkan efek terhadap kesehatan maupun kecacatan.

Mengganggu Kesehatan Polusi udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena

terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk.

Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun, sulfur oksida, asam sulfur, pertikulat dan nitrogen dioksida telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetus asthma brochiale, bronchitis menahun dan emphysema paru.

Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan bronchitis kronik menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini berhubungan dengan merokok dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.

Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan atau pun timbulnya penyakit yang disebabkannya masih merupakan problema yang sangat komplek. Banyak faktor-faktor lain yang ikut menentukan hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik dan epidemiologik hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.

Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan berguna daripada data mengenai mortalitas. Apalagi penemuan-penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan manusia yang terjadi lebih dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa, sebagai akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan pencegahan mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini mungkin.

WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of Measurement telah menentapkan beberapa tingkat konsentrasi polusi udara dalam hubungan dengan akibatnya terhadap kesehatan maupun lingkungan sebagai berikut:

Tingkat I: Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tingkat II: Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui iritasi pada pencaindera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).

Tingkat III: Konsentari yang mungkin menimbulkan hambatan pada fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur (serious level).

Tingkat IV: Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency level).

Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat keterangan dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada anak-anak, jumlah morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah morbiditas para pekerja yang berisiko mendapat pencemaran udara, penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, paru dan sebagainya.

Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara hebat dan ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh, misalnya kualitas udara, kebiasaan makan, merokok, data meteorologik dan sebagainya, yang sering disebut sebagai faktor yang menunjang (predisposing factor). Meskipun bukan penyebab, predisposing factor tersebut memegang peranan penting dalam menimbulkan penyakit pada manusia.

Khusus polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tak ramah lingkungan, terutama karena masih mengandung sejumlah Pb, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia, karena akan menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak. Celakanya, timbel tidak hanya terserap lewat saluran pernapasan. Kini banyak tanaman yang mengandung residu Pb, akibat polusi udara oleh bahan kimia ini.

Penyakit Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah:

1.

Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.

2. 3. 4.

Emphysema pulmonum. Bronchopneumonia. Asthma bronchiale.

5.

Cor pulmonale kronikum. Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.

6.

Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di daerah kota 10 kali lebih besar daripada daerah rural.

7.

Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan polusi udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung, apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama atau lebih besar dari 50%, akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu pun telah dapat mengganggu faal jantung.

8. 9.

Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi tinggi. Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah lain pembentukannya normal.

Pengendalian Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara, maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor. Pengendalian tingkat ini adalah pengendalian terhadap simpul A dalam teori simpul.

Apabila memungkinkan, selain peraturan perundangan yang berlaku umum, dapat pula dibuat peraturan yang khusus untuk mengelola sumber-sumber pengotor udara. Peraturan seperti ini dikenal sebagai standar emisi, khususnya emisi kendaraan bermotor.

Di samping itu ada pula standar yang diberlakukan bagi kualitas bahan bakar, karena sebagian besar polusi udara disebabkan oleh pembakaran. Kualitas hasil atau sisa pembakaran tergantung antara lain dari kualitas bahan bakar yang digunakan. Di DKI Jakarta telah diujicoba penggunaan bahan bakar yang berasal dari gas alam yang sangat ramah lingkungan.

Namun, kualitas pembakaran oleh kendaraan bermotor tidak kalah pentingnya. Karena itu, perawatan kendaraan dan jika perlu pembatasan usia kendaraan mutlak dilakukan. Hal ini memungkinkan dilakukan

jika secara berkala dilakukan uji emisi kendaraan. Kendaraan bermotor yang beroperasi di kota harus telah lulus uji emisi.

Peran serta masyarakat dalam mengurangi polusi pada udara ambient, dalam hal ini intervensi terhadap simpul B, sangat diperlukan. Gerakan penghijauan seyogianya terus ditingkatkan, terutama dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat dianjurkan menggunakan pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi polusi udara. Misalnya setiap keluarga, terutama di kota, menanam sebuah bibit pohon angsana. Niscaya lima tahun ke depan, telah tercipta lingkungan yang asri dan terhindar dari polusi udara. Demikian pula taman-taman kota perlu digalakkan untuk mengimbangi polusi udara kota dan agar langit biru tidak sekedar menjadi isapan jempol.

Anda mungkin juga menyukai