Anda di halaman 1dari 15

BAGIAN I DESKRIPSI WILAYAH

Dusun Karang Tengah merupakan salah satu dusun yang terletak di Desa Poko, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Secara geografis, Dusun Karang Tengah terletak pada 110o 55 111o 25 BT dan 07o 55 08o 17 LS. Terletak pada ketinggian (elevasi) 350 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 82 mm/th. Dusun Karang Tengah memiliki topografi perbukitan/pegunungan dengan total luas wilayah 958,13 Ha. Rincian penggunaan wilayah tersebut antara lain adalah luas permukiman 115 Ha, perkebunan 42 Ha, kuburan 1 Ha, perkantoran 0,40 Ha, ladang/tegalan 748,58 Ha, hutan rakyat 47 Ha, lapangan 0,69 Ha, pertokoan 0,46 Ha, dan jalan 2 Ha. Dusun Karang Tengah terletak di antara wilayah berlahan utama kapur di sisi barat, utara, dan timur dan samudera di sisi selatan, sehingga iklim laut sangat berpengaruh di desa ini. Iklim laut mengakibatkan adanya suhu yang cukup tinggi, dan menurut pembagian iklim Koppen, wilayah ini bertipe Aw. Pergantian suhu dari panas kemudian menjadi suhu lebih rendahketika hujanmengakibatkan pembentukan tanah oleh iklim, yaitu pelapukan dapat begitu intensif. Bahkan untuk wilayah tertentu (Kecamatan Tegalombo), dapat mengakibatkan longsor. Vegetasi penutup yang mendominasi adalah kelapa, perdu, semak, dan tanaman-tanaman pohon: jati, mahoni, sengon, dll. Dominasi tanaman pohon memberi andil relatif besar dalam pembentukan tanah. Pertaniannya mengelola sawah tanaman padi dengan rata-rata panen sekali dalam setahun. Panen juga masih harus didukung oleh iklim dan kesuburan tanah (yang relatif kurang subur). Bahan induk tanah di Dusun Karang Tengah adalah batuan kapur (CaCO3). Dusun Karang Tengah yang merupakan bagian dari Kabupaten Pacitan merupakan daratan yang terletak di sisi selatan Pulau Jawa atau Pantai Selatan Jawa. Menurut sejarah geologi, sisi selatan Jawa merupakan daratan yang mengalami pengangkatan, sehingga batuannya sebagian besar merupakan batuan kapur yang termasuk batuan sedimen. Topografi Dusun Karang Tengah didominasi oleh bukit, gunung, jurang terjal, dan lereng yang termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur

ardhaniaji@gmail.com

Page 1

sepanjang

Selatan

Pulau

Jawa.

Menurut

Utomo

(2010:18),

topografi

mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara: Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah, Mempengaruhi dalamnya air tanah, Mempengaruhi besarnya erosi, dan Mempengaruhi gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Warna tanah sampel adalah cokelat kemerahan. Teksturnya masuk sebagai tanah lempung-liat-berdebu (silly clay loam) dengan struktur tipe gumpal (blocky) yang berukuran sedang (10 20 mm) hingga halus (<5 mm). Tanah ini juga memiliki konsistensi basah dengan sifat yang lekat dan cukup plastis. Sampel tanah diambil di area penanaman tanaman berumur pendekketela pohon dan ubi jalardengan kedalaman maksimal 20 cm.Sampel tanah diperoleh dengan dua cara pengambilan. Pertama menggunakan pipa ring yang ditanam ke dalam tanah dengan caradiinjak sampai tanah masuk ke dalamnya. Ke dua adalah dengan cara mengambil bongkahan tanah di sekitar pengambilan tanah pertama sebesar kepalan tangan. Kedua sampel tanah dioven untuk menghilangkan kandungan air selama 48 jam di dalam oven dengan suhu tetap 110o Celcius. Sebelum dioven, tanah (dan pipa ring) ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat tanah dalam keadaan basah.

BAGIAN II ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH

A. Praktikum I 1. Tujuan: a. Mengetahui berat jenis tanah. b. Mengetahui berat volume tanah. c. Mengetahui porositas tanah. d. Mengetahui kadar air di dalam tanah.

ardhaniaji@gmail.com

Page 2

2. Dasar Teori: Berat jenis tanah adalah berat tanah dalam satuan volume padatan tanah (gram/cm3).Berat tanah diambil dari berat kering mutlak (kering oven) tanah, sehingga volume padatan tanah didapat menurut Hukum Archimedes, yaitu merupakan pertambahan volume air sesudah tanah dimasukkan ke dalam air. Tanah mineral mempunyai berat jenis antara 2,60 1,70 gram/cm3 dan setiap penambahan 1% bahan organik akan menurunkan berat jenis 0,02 gram/cm3. Tekstur dan struktur tanah tidak mempengaruhi berat jenis tanah. Berat volume tanah ditentukan oleh jumlah ruang pori (porositas) dan padatan tanah, semakin besar porositasnya semakin kecil berat volumenya. Berat volume tanah dan porositasnya dapat berubah dan beragam tergantung keadaan struktur tanahnya, sehingga penentuan berat volume tanah dilakukan dengan contoh tanah utuh. Porositas tanah merupakan indeks volume pori relatif, yaitu perbandingan antara volume pori (makro dan mikro) dengan volume total (makro, mikro dan padatan). Oleh sebab itu sampel tanah berasal dari ring sampel atau sampel tanah utuh. Nilai porositas berkisar antara 30 60%. Tanah bertekstur halus akan mempunyai porositas lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar. Tetapi bukan berarti tanah bertekstur halus lebih sarang, sebab yang menentukan kesarangan adalah besarnya pori (pori makro) yang dimiliki oleh tanah bertekstur kasar. Porositas menurut Levorsen porositas adalah =

100 %.

Porositas menurut Koesoemadinata dikelompokkan menjadi: Diabaikan (negligible) 0 - 5 % Buruk (poor) 5 - 10 % Cukup (fair) 10 - 15 % Baik (good) 15 - 20 % Sangat baik (very good) 20 - 25 % Istimewa (excellent) > 25 %.

Kadar air di dalam tanah mempengaruhi berat tanah basah. Kadar air perlu diketahi terlebih dahulu untuk menentukan berat jenis dan berat volume. Kadar air dapat ditentukan dengan tiga cara, yaitu Perbandingan berat air dengan berat ardhaniaji@gmail.com Page 3

tanah basah, Perbandingan berat air dengan berat tanah kering (gravimetric water content), dan Perbandingan volume air dengan volume tanah (volumetric water content).

3. Alat dan Bahan a. Sampel tanah kering oven b. Piparing c. Air panas d. Labu ukur 100 mL e. Timbangan elektrik f. Oven g. Gelas ukur 100 mL h. Pipet i. Cawan petri + uleg

4. Langkah Kerja a. Berat Jenis Tanah 1) Menimbang labu ukur 100 mL. 2) Menghaluskan tanah dengan cawan petri dan uleg. 3) Mengisi labu ukur dengan tanah halus kering oven (berasal dari ring sampel) kemudian menimbang berat totalnya. 4) Menambahkan air panas dari gelas ukur 100 mL ke dalam labu ukur sampai menunjukkan tanda batas 100 mL (bila tinggi larutan tanah masih di bawah tanda batas), kemudian dikocok pelan-pelan agar benar-benar tercampur. 5) Mengukur sisa air di dalam gelas ukur, yang menunjukkan volume padatan tanah.

b. Berat Volume, Porositas, dan Kadar Air 1) Menggunakan catatan awal untuk mengetahui berat tanah basah. 2) Menimbang tanah kering oven beserta tabungnya. 3) Mengeluarkan padatan tanah. 4) Menimbang tabung pipa ring. 5) Menghitung volume tanah (volume pipa ring), berat volume, dan porositas.

ardhaniaji@gmail.com

Page 4

5. Perhitungan: a. Berat Jenis Tanah 1) Berat labu ukur 2) Berat total (labu ukur + tanah) 3) Berat tanah = 211,8 gram. = 237,8 gram. = 237,8 212,3 = 25,5 gram. 4) Volume tanah = sisa air dalam gelas ukur = 7,2mL = 7,2 cm3. 5) BJ tanah =
25,5 7,2

= 3,54 gram/cm3.

b. Berat Volume dan Porositas 1) Berat pipa 2) Berat tanah + pipa 3) Berat tanah basah = 6,7 gram. = 42,2 gram. = 42,2 6,7 = 35,5 gram. 4) Berat tanah kering + pipa 5) Berat tanah kering = 32,2 gram. = 32,2 6,7 = 25,5 gram. 6) Volume tanah = volume pipa = 2 t = 3,14 x 0,952 x 6,7 = 18,99 cm3. 7) Berat volume =
25,5

= 18,99 = 1,34 gram/cm3. 8) Porositas = 100% = 100% = 62,69 %.


1,34 3,6

100%

100%

ardhaniaji@gmail.com

Page 5

c. Kadar Air 1) Perbandingan berat air dengan berat tanah basah: Kadar air =
10

100 %

= 35,5 100 % = 28,17 %. 2) Perbandingan berat air dengan berat tanah kering (gravimetric water content): Kadar air = =
10 25,5

100 %

100 %

= 39,22 %. 3) Perbandingan volume air dengan volume tanah (volumetric water content): Kadar air = =
10 18,99

100 %

100 %

= 52,66 %.

B. Praktikum II 1) Tujuan: a. Mengetahui daya kapiler tanah. b. Mengetahui perkolasi. c. Mengetahui kemampuan menggenggam air.

2) Dasar Teori Pada suatu massa tanah terdapat pori-pori makro dan mikro, pori-pori tanah tersebut sebagai pipa-pipa kapiler yang dapat menarik air secara vertikal dari bawah. Komposisi pori-pori tanah dipengaruhi oleh tekstur tanahnya, semaikin banyak pori-pori mikronya akan semakin besar daya kapilernya, sehingga pada tekstur liat mempunyai daya kapiler yang lebih besar daripada tanah yang bertekstur pasir. Daya kapiler bukan hanya ditentukan dari kecepatan air bergerak

ardhaniaji@gmail.com

Page 6

dalam poro-pori tanah, tetapi juga dari jumlah air yang mampu diangkat/ditarik, sampai pada kondisi stasioner. Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan tanah kelapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.Air yang meresap ke dalam tanah, kemudian meninggalkan daerah perakaran disebut sebagai air perkolasi.Air tersebut berasal dari air hujan ataupun dari air irigasi. Kecepatan air yang merembes di dalam suatu massa tanah tak jenuh dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanahnya. Secara langsung akan berpengaruh terhadap kebutuhan air untuk tanaman, sebab tanah menjadi lebih cepat atau menjadi lebih lambat keringnya. Oleh sebab itu perlu diketahui pula kemampuan genggam tanah terhadap air. Air yang meresap dalam tanah dan kemudian diikat oleh tanah untuk mengisi pori-porinya, jumlah air yang dapat diikat (digenggam) oleh tanah disebut sebagai daya atau kemampuan menggemggam air. Jumlah air yangyang digenggam tersebut dapat diketahui dengan mengukur air yang disiramkan, kemudian dikurangi dengan jumlah air yang merembes.

3) Alat dan Bahan a. Statif b. Pipa ukuran ( 1 cm dan panjang 30 cm) c. Penggaris d. Gelas ukur e. Cawan petri + uleg f. Kasa g. Pengaduk h. Air i. Pipet j. Gelas ukur 100 mL dan 200 mL k. Spidol marker. l. Tanah kering oven.

4) Langkah Kerja a. Daya Kapiler Tanah 1) Menyiapkan statif. 2) Menutup salah satu lubang pipa gelas dengan kasa setebal. 3) Mengisi pipa gelas dengan tanah kering ovenyang telah digerus setinggi 20 cm (beri tanda dengan spidol marker).

ardhaniaji@gmail.com

Page 7

4) Meletakkan gelas ukur lurus di bawah pemegang. 5) Memasang pipa gelas tegak lurus dengan ujung yang tersumbat masuk ke dalam gelas ukur (2 mm di atas dasar gelas ukur). 6) Memasukkan air ke dalam gelas ukur sebanyak 50 mL. 7) Mengamati pergerakan air di dalam pipa gelas, menghitung kecepatannya sampai pada kondisi stationer, dan mencatat sisa air (mL) pada gelas ukur.

b. Perkolasi dan Kemampuan Menggenggam Air 1) Menyumbat salah satu ujung pipa paralon dengan kasa. 2) Memasang pipa paralon pada statif, ujung yang tersumbat berada di bawah. 3) Memasukkan tanah yang sudah digerus ke dalam pipa paralon sampai tanda batas atau setinggi 20 cm (sambil diketuk-ketuk agar tanah turun). 4) Meletakkan gelas ukur 100 mL di bawah pipa paralon dan diusahakan pipa paralon berada di tengah-tengah gelas ukur. 5) Memasukkan air ke dalam pipa paralon yang berasal dari gelas ukur 200 mL, sampai ada air yang menggenang di atas tanah (bila air masih kurang, ditambahkan air dan dicatat volumenya) serta mencatat pula waktunya. 6) Memperhatikan air yang menetas pada gelas ukur 100 mL, membiarkan sampai berhenti menetes dan mancatat waktunya. 7) Mencatat berapa volume tetesannya dan berapa volume air yang dimasukkan ke dalam pipa paralon. 8) Menghitung volume air yang digenggam tanah, dengan cara mengurangkan volume air yang dimasukkan ke dalam pipa paralon dengan volume air rembesan/perkolasi. 9) Membandingkan dengan sampel tanah lainnya, termasuk selang waktu antara waktu air dimasukkan dengan waktu air pertama kali menetes, dan juga dengan waktu air berhenti menetes.

ardhaniaji@gmail.com

Page 8

5) Perhitungan Daya Kapiler Tanah, Perkolasi, dan Kemampuan Menggenggam Air Tabel 1. Perbandingan Antara Tanah, Pupuk Organik, dan Pasir Tanah Perkolasi P V0 T t0 t1 Vsisa Vmat p2 t v 10 cm 25 mL 14:43:01 16:12:32 14,13 mL 10,87 mL 4,5 cm 129 menit 0,03 cm/menit Kapilaritas 10 cm 25 mL 14:41:23 16:06:20 20 mL 5 mL 3,5 cm 125 menit 0.02 cm/menit Pupuk Organik Perkolasi 10 cm 25 mL 15:13:13 15:15:14 15:45:20 11 mL 14 mL 10 cm 32 menit 0,31 cm/menit Kapilaritas 10 cm 25 mL 15:13:13 16:07:19 13 mL 12 mL 10 cm 54 menit 0,19 cm/menit Pasir Perkolasi 10 cm 25 mL 15:13:03 15:13:20 15:41:11 20 mL 5 mL 10 cm 28 menit 0,36 cm/menit Kapilaritas 10 cm 25 mL 15:13:13 15:57:07 15 mL 10 mL 10 cm 44 menit 0,22 cm/menit

Keterangan: p V0 t t0 t1 Vsisa Vmat p2 t v Panjang tanah (tinggi) (cm) Volume air awal (mL) Waktu mulai (hh:mm:ss) Waktu tetes pertama (hh:mm:ss) Waktu tetes terakhir (hh:mm:ss) Volume air sisa (mL) Volume air di dalam materi (mL) Tinggi air di dalam tanah (cm) Selisih waktu (awal hingga terakhir menetes (menit) Kecepatan (laju air di dalam tanah) (cm/menit)

ardhaniaji@gmail.com

Page 9

BAGIAN III PEMBAHASAN

Melalui berbagai perhitungan di atas, maka ditemukan nilai-nilai sebagai berikut: a. Berat jenis tanah b. Berat volume tanah c. Porositas tanah d. Kadar air di dalam tanah 1) Perbandingan berat air dengan berat tanah basah 2) Perbandingan berat air dengan berat tanah kering 3) Perbandingan volume air dengan volume tanah e. Kapilaritas f. Perkolasi g. Daya Genggam Air : 52,66 %. : 0.02 cm/menit. : 0,03 cm/menit. : 43,48 % (dalam tinggi 4,5 cm dan waktu 2 jam). Berat jenis tanah mencapai nilai 3,54 gram/cm3. Berat jenis tanah dipengaruhi oleh volume padatan dan berat kering mutlak. Besarnya nilai berat jenis juga sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di dalam tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka semakin kecil berat jenis tanahnya. Menurut Utomo (2010:38), jika berat jenis tanah >2,75 gram/cm3 maka mineral penyusun tanahnya dapat berupa magnesit, garnet, epidot, zirkon, formalin, dan hornblende. Tanah sampel merupakan tanah yang berbatuan induk kapur dengan warna cokelat kemerahan, sehingga tanah bisa dikatakan tidak terlalu subur. Tanah sampel memiliki berat volume sebesar 1,34 gram/cm3, karena tanah ini merupakan tanah berliat (silly clay loam). Berat volume tanah sangat dipengaruhi oleh jumlah ruang pori di dalam tanah (porositas) dan padatan tanah. Berat volume tanah sampel termasuk dalam kriteria sedang (tanah berpasir tanah : 39,22 %. : 28,17 %. : 3,54 gram/cm3. : 1,34 gram/cm3. : 62,69 %.

ardhaniaji@gmail.com

Page 10

berliat: 1,6 gram/cm3 1,1 gram/cm3), sehingga nilai porositasnya akan mengikuti (sejalan). Porositas tanah sampel sebesar 62,69 %. Semakin halus tanah, maka semakin besar nilai porositasnya. Tanah sampel menunjukkan tekstur yang sangat halus, karena setelah keluar dari oven tanah sampel menjadi sangat pejal dan sulit dihancurkanketika dihancurkan bentukannya menjadi sangat halus. Menurut Koesoemadinata porositas tanah sampel ini istimewa (>25 %). Kadar air di dalam tanah dibagi menjadi tiga tipe. Yang pertama, perbandingan berat air dengan berat tanah basah sebesar 28,17 %. Kedua, perbandingan berat air dengan berat tanah kering (gravimetric water content) sebesar 39,22 %. Terakhir, perbandingan volume air dengan volume tanah (volumetric water content) sebesar 52,66 %. Kapilaritas pada tanah sampel memiliki kecepatan yang relatif lambat (0.02 cm/menit). Untuk mencapai tinggi 3,5 cm diperlukan waktu hingga 2 jam. Tempat di mana tanah sampel diambil merupakan tempat dengan batuan induk berupa kapur dan memiliki kandungan monmorilonit yang tinggi. Monmorilonit merupakan bahan di dalam tanah yang mengakibatkan tanah mengembang, sehingga daya kapilernya akan menjadi sangat lambat. Pada pasir, kapilaritasnya lebih besar karena tidak ada bahan tambahan yang menganggu laju kapilaritas, sama halnya dengan pupuk organik. Perkolasi tanah sampel memiliki kecepatan yang relatif lambat juga, yaitu sebesar 0,03 cm/menit. Kecepatan tersebut dihitung dari tinggi tanah yang dicapai air, yaitu sebesar 4,5 cm dalam waktu 129 menit. Laju perkolasi ini turut dipengaruhi oleh tekstur (lempung-liat-berdebu) dan struktur (gumpal) tanah sampel. Air yang digenggam oleh tanah setinggi 4,5 cm adalah sebesar 10,87 mL. Jika diperhatikandengan tinggi pipa total 10 cm (100 %)volume air yang digenggam sudah cukup besar (10, 87 mL di dalam 45 % bagian tanah). Sehingga bisa disimpulkan bahwa daya genggam tanah terhadap air sangat tinggi. Berarti di lapangan, akan terjadi genangan jika terjadi hujan oleh karena perkolasi dengan kecepatan yang relatif rendah. Untuk pasir dan pupuk organik, air akan mudah lolos ke bawah dan air yang digenggam tidak akan sebesar pada tanah sampel. Semua sampel memiliki kecenderungan bahwa perkolasi lebih cepat daripada kapilaritas, karena perkolasi dipengaruhi gaya gravitasi.

ardhaniaji@gmail.com

Page 11

LAMPIRAN

Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Tanah

ardhaniaji@gmail.com

Page 12

Identitas Sampel Tanah a. Lokasi pengambilan : Dusun Karang Tengah, Dusun Karang Tengah, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan. d. Elevasi tempat e. Vegetasi penutup f. Bentuklahan g. Topografi : 350 m di atas permukaan laut. : Kelapa, pisang, ketela pohon, dan ubi jalar. : solusional (karst). : bukit, gunung, jurang terjal, dan lereng yang termasuk dalam deretan Pegunungan Seribu yang membujur sepanjang Selatan Pulau Jawa. h. Tipe iklim menurut Koppen i. Batuan induk (geologi) : Aw. : sedimen berupa kapur yang merupakan hasil pengangkatan dari samudera. j. Penggunaan lahan : tanaman padi dan tanaman berumur pendek (ketela, ubi, jagung,) k. Kedalaman pengambilan sampel : maksimal 20 cm. l. Cara pengambilan 1) Sampel 1 (ring pipa) : : pipa dimasukkan ke dalam tanah, kemudian diinjak hingga terisi penuh tanah. Pipa berisi tanah diambil dengan cara digali. 2) Sampel 2 (bongkah) : mengambil tanah berbentuk bongkah sebesar kepalan tanah dengan cangkul.

ardhaniaji@gmail.com

Page 13

Hasil Praktikum No. Unsur Praktikum Hasil 42,2 gram 6,7 gram 35,5 gram 32,2 gram 25,5 gram 10 cm3 39,22 % 28,17 % 52,66 % 0,95 cm 6,7 cm 18,99 cm3 1,34 gram/ cm3 7,2 cm3 3,54 gram/ cm3 11,79 cm3 62,69 %

1. Berat tanah + pipa ring 2. Berat pipa ring 3. Berat tanah 4. Berat tanah kering oven + pipa ring 5. Berat tanah kering oven 6. Berat air (volume air) 7. Kadar air (kering) 8. Kadar air (basah) 9. Kadar air (volume) 10. Jari-jari pipa ring (bagian dalam) 11. Tinggi tanah (pipa ring) 12. Volume tanah (pipa ring) 13. Berat volume 14. Volume padatan (volume air yang dipindahkan) 15. Berat jenis padatan 16. Volume pori 17. Porositas total

Tanggal analisis Nama analis NIM

: April 2010 : Ardhani Aji Saputra : 208821417475

ardhaniaji@gmail.com

Page 14

DAFTAR PUSTAKA

Koesoemadinata, R.P. 1978. Geologi Minyak Bumi. Bandung. Penerbit ITB. Levorsen, A.I. 1954. Geology Of Petroleum. San Fransisco: W.H. Freeman & Company. Utomo, Dwiyono Hari. 2010. Geografi Tanah. Malang: Tidak Diterbitkan.

ardhaniaji@gmail.com

Page 15

Anda mungkin juga menyukai