20 Februari 2012 Rumah Milik Ayah Dan Ibu Saya Resmi Di Bongkar

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 1

20 februari 2012 rumah milik ayah dan ibu saya resmi di bongkar, kok dibongkar? emangnya kenapa?

Ya maksudnya di rusak untuk direnovasi. Sehari sebelumnya kami sekeluarga sibuk untuk mengevakuasi barang- barang yang ada di dalam rumah, mulai dari lemari pakaian, lemari TV, lemari berisi barang pecah belah, dan lemari es ( KULKAS bahasa kampungnya ). Ternyata cape juga mengamankan barang- barang tersebut, tidak cukup hanya satu jam atau dua jam, tapi menyita waktu dan mengeluarkan tenaga serta pikiran juga. Disini saya mengambil pelajaran bahwa dalam megerjakan segala sesuatu itu harus dipersiapkan jauhjauh hari agar hasilnya pun memuaskan, disamping akan menghemat waktu dan tenaga pula. Sekitar kurang lebih jam setengah delapan pagi di halaman rumah sudah hadir banyak warga yang akan bekerja bergotong royong merobohkan atap rumah yang disinyalir sudah rusak sehingga tepat untuk direnovasi. Hampir 30 orang laki-laki dewasa sudah bersiap- siap memulai pekerjaanya. Mula- mula genteng rumah dicopot satu persatu untuk kemudian diturunkan dan dirapikan ditempat yang tersedia. Dan yang kami lakukan adalah memindahkan sisa-sisa barang yang kemarin belum sempat di amankan seperti gorden dan barang- barang lainnya. sebenarnya takut juga sih waktu itu soalnya acara perusakan rumah sudah dimulai dan suara palu dan kapak yang dipukulkan menambah suasana ketakutan. Bukan takut karena ada hantu tapi takut tertimpa bongkahan material rumah. Sementara para bapak- bapak bergotong royong merusakan rumah, ibu- ibu bekerja di dapur memasak nasi dan lauknya serta membuat kolak yang manis sebagai penawar dahaga para bapak yang pastinya sangat kepanasan. *** Waktu pun mulai bergulir, matahari semakin tinggi dan sinarnya semakin menerangi alam, Adikku berangkat sekolah, mamah dan bapak pun demikian sementara Tetehku pergi ke Tasikmalaya soalnya dia lagi sibuk persiapan menyusun tugas akhir kuliahnya. Aku tinggal sendiri bersama para ibu di dapur belakang.

Anda mungkin juga menyukai