14.1. Pendahulan Sebuah bagian inti mesin pada gaya tekan poros disebut sebagai batang. Batang dapat horizontal, miring atau bahkan vertical. Tetapi batang vertikal lebih dikenal dengan tiang. Bagian-bagian mesin yang harus diteliti untuk gaya-gaya tiang adalah batang-batang piston, batang sambung, batang tekan katup, sekrup dongkrak, batang melintang dongkrak dan lain-lain. Kita akan diskusikan dalam bab ini, rancangan batang piston, batang sambung, dan batang tekan katup. 14.2. Kerusakan pada tiang atau batang Telah diamati bahwa ketika tiang atau batang berdasarkan pada beban tekan dan beban itu secara bertingkat ditambahkan, tingkatannya akan tercapai ketika tiang difokuskan pada beban terbesar. Melebihi ini, tiang akan rusak karena remuk dan beban itu dikenal sebagai beban remuk. Telah diteliti juga, bahwa kadang-kadang bagian tekanan tidak seluruhnya rusak karena remuk, tapi juga oleh tekukan/bengkokan. Hal ini terjadi dalam kasus tiang yang panjang. Telah diamati juga bahwa semua tiang yang pendek rusak karena remuk. Tetapi, jika tiang panjang berdasarkan pada beban tekan, itu didasarkan pada tegangan tekan. Jika beban ditambah secara bertingkat, tiang itu akan mencapai tingkatannya, ketika akan mulai pembengkokan. Beban pada tiang yang bengkok disebut beban bengkok, beban kritis atau beban rapuh, dan tiang dikatakan mempunyai ketidakstabilan elastis yang berkembang. Pertimbangan kecil akan menunjukan, bahwa untuk tiang panjang, nilai beban bengkoknya akan kurang dari beban remuk. Selain itu nilai beban bengkok adalah rendah untuk tiang panjang, dan relatif tinggi untuk tiang pendek 14.3. Macam-macam kondisi ujung tiang Dalam latihan sebenarnya, ada sejumlah kondisi ujung untuk tiang. Tetapi kita akan belajar tentang teori tiang Euler pada empat macam kondisi ujung, yang penting dari pokok pandangan:
1. Kedua ujungnya berengsel, Gam. 14.1 (a). 2. Kedua ujungnya menempel, Gam. 14.1 (b). 3. Satu ujungnya menempel dan yang satunya lagi berengsel, Gam.14.1(c). 4. Satu ujungnya menempel dan yang satunya lagi bebas, Gam. 14.1 (d).
14.4.
Teori tiang Euler Percobaan pertama yang masuk akal, untuk belajar tentang kestabilan dari
tiang penjang, telah dibuat oleh Mr.Euler. Dia mengambil persamaan, untuk beban bengkok dari tiang panjang berdasarkan pada tegangan bengkok. Ketika mengambil persamaan ini, akibat dari tegangan langsung dilalaikan. Hal ini dapat dibenarkan dengan pernyataan, bahwa tegangan langsung yang berpengaruh pada tiang panjang dilalaikan, sebagai perbandingan pada tegangan bengkok. Hal itu mungkin dapat dicatat bahwa rumus Euler tidak dapat digunakan pada kasus tiang pendek, karena tegangan langsung dipertimbangkan dan tidak dapat diabaikan. 14.5. Anggapan teori tiang Euler Ikuti anggapan sederhana yang dibuat dalam teori tiang Euler:
1. Tiang awalnya harus lurus sempurna, dan beban yang dipasang benarbenar aksial. 2. Bagian menyilang dari tiang adalah seragam dengan panjangnya. 3. Beban tiang benar-benar elastis sejenis dan isotropic; dan mematuhi hukum Hook. 4. Panjang tiang sangat besar sebagai perbandingan pada ukuran bagian menyilangnya. 5. Tiang pendek, pada tekanan langsung (sangat kecil) diabaikan. 6. Kerusakan tiang terjadi karena pembengkokan dengan sendirinya. 14.6. Rumus Euler Menurut teori Euler, kerapuhan atau beban bengkok dibawah kondisi ujung yang bervariasi ditunjukan dengan persamaan umum
=
Dimana E = Modulus elastisitas bahan tiang A = Daerah bagian menyilang k = Radius terendah dari perputaran bagian menyilang l = Panjang tiang C= Konstan, penunjukan kondisi ujung tiang atau koefisien ujung menempel. Tabel yang tersedia menunjukan nilai koefisien ujung menempel (C) untuk kondisi ujung yang bermacam-macam. Tabel 14.1 S No. 1 Kondisi akhir Kedua ujungnya berengsel Koefisien ujung menempel (C) 1
2 3 4
Kedua ujungnya menempel 4 Satu ujungnya menempel dan yang lainya berengsel 2 Satu ujungnya menempel dan yang lainya bebas 0,25 Catatan. 1. Tiang vertical akan mempunyai dua momen inersia (Ixx dan
Iyy). Karena tiang akan cenderung bengkok ke arah momen inersia yang paling rendah, karena itu nilai terendah dari dua momen inersia digunakan saling berhubungan. 2. Dari rumus diatas untuk beban rapuh, kita tidak mengambil kedalam perhitungan tegangan langsung berpengaruh pada bahan beban yang dinaikan secara bertingkat dari nol sampai nilai rapuh. Nyatanya, kombinasi tegangan, tepatnya pada beban langsung dan bengkok sedikit, mencapai nilai yang diizinkan pada beban lebih rendah dari pada yang diperlukan untuk pembengkokan dan karena itu ini akan menjadi batas nilai dari beban aman. 14.7. Rasio ketidakrampingan Dari penjelasan diatas rasio l/k dikenal dengan rasio ketidakrampingan. Hal ini dapat ditentukan sebagai rasio panjang efektif tiang pada bagian perputaran radius terendah. Catatan. Ini mungkin dicatat, bahwa rumus untuk beban rapuh, dalam artikel sebelumnya adalah berdasarkan pada anggapan bahwa rasio ketidakrampingan l/k sangat besar, bahwa kerusakan tiang terjadi hanya pada bengkok akibat dari tegangan langsung. (W/A) diabaikan. 14.8. Pembatasan rumus Euler Kita telah mendiskusikan pada bab 14.6 bahwa persamaan umum untuk beban rapuh,
Wer =
Pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa tegangan rapuh akan tinggi ketika rasio ketidakrampingannya kecil. Kita tahu bahwa tegangan rapuh untuk tiang tidak dapat lebih dari tegangan remuk bahan tiang. Sangat jelas bahwa rumus Euler akan memberi nilai tegangan rapuh tiang (sama dengan tegangan remuk dari bahan tiang) sesuai dengan rasio ketidakrampingan. Sekarang pertimbangkan sebuah baja lunak. Kita tahu bahwa tegangan remuk untuk baja lunak adalah 3,300 kg/cm2 dan modulus young untuk baja lunak adalah 21106 kg/cm2. Sekarang samakan tegangan rapuh dengan tegangan remuk.
= 3,300
= 3,300
Dari situ jika rasio ketidakrampingan kurang dari 80, rumus Euler untuk baja tiang lunak tidak berlaku. Kadang-kadang tiang yang rasio ketidakrampingannya lebih dari 80, dikenal dengan tiang panjang, dan tiang yang rasio ketidakrampingannya kurang dari 80, dikenal dengan tiang pendek. Sudah jelas bahwa rumus Euler berperan baik hanya untuk tiang panjang.
14.9.
Persamaan panjang tiang Kadang-kadang beban rapuh menurut rumus Euler dapat ditulis sbb:
Wer =
Dimana L adalah persamaan panjang atau panjang efektif tiang. Persamaan panjang yang diberikan tiang dengan pemberian kondisi ujung adalah panjang persamaan tiang dari bahan yang sama dan bagian menyilang dengan ujung berengsel pada tiang yang diberikan. Hubungan antara persamaan panjang dan panjang sebenarnya untuk pemberian kondisi ujung ditunjukan dalam tabel berikut. Tabel 14.2 S No. Kondisi ujung Hubungan antara persamaan panjang (L) dan panjang sebenarnya 1 2 3 4 Kedua ujungnya berengsel Kedua ujungnya menempel Satu ujungnya menempel dan yang lainnya berengsel Satu ujungnya menempel dan yang lainnya bebas 14.10. Rumus empiris untuk tiang Kita pernah diskusikan dalam artikel sebelumnya bahwa rumus Euler berlaku hanya untuk tiang panjang contohnya untuk tiang yang rasio ketidakrampingannya lebih besar daripada nilai pasti untuk bahan khusus, karena itu, hal itu tidak diambil dalam pertimbangan tegangan tekan langsung. Untuk mengisi kekosongan ini, lebih banyak rumus dianjurkan oleh ilmuan yang berbeda di seluruh dunia. Rumus empiris berikut adalah penting dari titik pokok gambar. 1. Rumus Rankine, dan (l) L=l L= L= L=2l
2. Rumus Johnson 14.11. Rumus Rankine untuk tiang Kita pernah diskusikan bahwa rumus Euler memberikan hasil yang benar hanya untuk tiang yang sangat panjang. Walaupun rumus ini dapat diterapkan pada tiang, jarak yang paling panjang ke pendek, tetapi tidak memberikan hasil yang dapat diandalkan. Prof. Rankine, setelah beberapa percobaan, memberikan rumus empiris untuk tiang sbb:
Dimana
Wer = Beban rapuh oleh rumus Rankine Wc = fe A = Beban remuk penghabisan untuk tiang
WE =
Sebuah pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa nilai C akan tetap mengabaikan fakta apakah tiang panjang atau pendek. Dalam kasus ini tiang pendek, nilai WE akan sangat tinggi, karena itu nilai akan tenang diabaikan
memberikan nilai dari beban rapuhnya (Wer) mendekati sama pada beban remuk penghabisan (Wc). Dalam kasus tiang panjang, nilai WE akan sangat kecil, karena itu nilai akan dipertimbangkan sebagai perbandingan pada . Sangat jelas
bahwa rumus Rankine akan memberikan nilai beban rapuhnya (Wer). Dapat kita
lihat bahwa rumus Rankine memberikan hasil yang benar-benar adil untuk semua kasus tiang, jarak dari tiang pendek ke tiang panjang. Dari persamaan (i) kita tahu bahwa
Wer =
Wer =
(I = AK)
Dimana
fe = Tegangan remuk atau hasil tegangan dalam tekanan A = Daerah bagian menyilang tiang a = Konstanta Rankine L = Persamaan panjang tiang, dan k = Radius perputaran terendah
Tabel berikut memberikan nilai tegangan remuk dan konstanta Rankine untuk bahan yang bermacam-macam. Tabel 14.3 S No. 1 2 3 4 Bahan Besi tempa Besi tuang Baja lunak Kayu Fc dalam kg/cm2 2,500 5,500 3,200 500 A=
Catatan. Nilai diatas hanya untuk tiang yang kedua ujungnya berengsel, untuk kondisi ujung yang lain, persamaan panjang harus digunakan. 14.12. Rumus Johnson untuk tiang Prof. J.B. Johnson menganjurkan dua rumus berikut untuk tiang pendek. 1. Rumus garis lurus, dan 2. Rumus parabola 1. Rumus garis lurus Menurut garis lurus yang dianjurkan oleh Johnson, beban kritis atau beban rapuh adalah
Wer = A
=A
Dimana A = Daerah bagian menyilang tiang Fy = Hasil tegangan titik
rampingan lurus.
, itu bekerja pada garis lurus, maka dikenal sebagai rumus garis
2. Rumus parabola Prof. Johnson setelah menganjurkan rumus garis lurus, menemukan bahwa hasil yang berlaku oleh rumus ini sangat mendekati. Dia kemudian menganjurkan rumus lain, Menurut beban kritis atau beban rapuh,
Wer = A . fy
garis parabola. Maka itu dikenal sebagai rumus parabola. Gambar 14.4 menunjukan hubungan tegangan yang aman dan rasio
ketidakrampingan
untuk tiang yang dibuat dari baja lunak dengan kedua ujungnya berengsel (C=1), hasil kekuatan fy = 2,100 kg/cm2.. Kita lihat dari gambar bahwa titik A (titik tangensial antara rumus garis lurus Johnson dan Rumus Euler) menggambarkan kegunaan dari dua rumus. Dalam kata lain, rumus garis lurus Johnson mungkin digunakan ketika < 180 dan rumus Euler digunakan ketika >180.
Persamaannya, titik B ( titik tangensial antara rumus parabola Johnson dan rumus Euler) menggambarkan kegunaan dari dua rumus. Dalam kata lain, rumus parabola Johnson digunakan ketika 140. Catatan. Untuk tiang pendek yang dibuat dari bahan lentur, menggunakan rumus parabola Johnson. 14.13. Tiang panjang berdasarkan pada pembebanan eksentrik Dalam artikel sebelumnya, kita pernah diskusikan akibat pembebanan pada tiang panjang. Kita selalu diarahkan pada kasus ketika beban poros bekerja pada tiang (garis aksi dari beban coincides dengan poros tiang). Tetapi dalam praktek sebenarnya hal itu tidak selalu memungkinkan untuk beban poros pada tiang, dan pembebanan eksentrik mengambil tempat. Disinilah kita akan diskusikan akibat dari pembebanan eksentrik pada rumus Rankine dan rumus Euler untuk tiang panjang. Pertimbangkan tiang panjang berengsel pada kedua ujungnya dan berdasarkan pada beban eksentrik seperti terlihat pada gambar 14.5 < 140 dan rumus Euler digunakan ketika >
Dimana
W = Beban pada tiang A = Daerah bagian menyilang e = Eksentrisitas beban Z = Modulus section ye = Jarak dari serat ekstrim (pada tekanan sisi) dari poros tiang k = Perputaran radius terendah I = Momen inersia E = Modulus young L = Panjang tiang
Kita sudah diskusikan bahwa ketika tiang didasarkan pada beban eksentrik, intensitas maksimum dari tegangan tekannya diberikan oleh hubungan Fmax = Momen bending maksimum untuk tiang berengsel pada kedua ujungnya dan dengan pembebanan eksentrik diberikan
M = W.e.sec
= W.e.sec
(I = AK)
Jadi Fmax =
14.14 Rancangan pada batang piston Karena batang piston bergerak kedepan dan kebelakang dalam silinder motor, karena itu berdasarkan pada pengganti tarik langsung dan gaya tekan. Itu biasanya dibuat dari baja lunak, salah satu ujung batang piston diamankan dengan cara menyediakan batang tirus dan mur. Ujung yang lain dari batang piston disambungkan menyilang dengan cara dipasak. Dimana P = Tekanan gaya pada piston D = Diameter piston d = Diameter batang piston W = Beban aksi pada batang piston Wer= Beban bengkok = W Faktor keamanan ft = Tegangan tarik ijin untuk bahan batang fc = Tekanan tagangan hasil A = Daerah bagian menyilang batang l = Panjang batang, dan k = Perputaran radius terendah dari bagian batang Diameter batang piston dapat didiskusikan dibawah 1. Ketika panjang batang torak kecil, ketika rasio ketidakrampingan (l/k) kurang dari 40, kemudian diameter batang piston dapat berlaku dengan persamaan beban aksi pada batang piston untuk kekuatan tariknya,
W = d ft D p = d ft
d=D
2. Ketika panjang batang piston besar, kemudian diameter batang piston dapat berlaku dengan menggunakan rumus Euler atau rumus Rankine. Karena batang piston aman dikencangkan pada batang dan kepala menyilang, karena itu dapat dipertimbangkan sebagai ujung yang menempel. Rumus Euler adalah
Wer =
Dan rumus Rankine adalah
Wer =
14.15. Rancangan batang penghubung Batang penghubung adalah bagian mesin yang berdasarkan pada penggantian tekanan langsung dan gaya tarik. Karena gaya tekan lebih tinggi dari gaya tarik, maka bagian menyilang batang penghubung dirancang seperti batang dan menggunakan rumus Rankine. Batang penghubung berdasarkan pada beban poros W dapat bengkok dengan poros x sebagai poros netral (gerakan dalam bidang batang penghubung) atau poros y sebagai poros netral (gerakan dalam bidang tegak lurus). Batang penghubung dipertimbangkan seperti dua ujung berengsel untuk pembengkokanpada poros x dan kedua ujung menempel untuk pembengkokan pada poros y. Batang penghubung seharusnya sama kuatnya dalam pembengkokan pada poros juga, Dimana A = Daerah bagian menyilang batang penghubung l = Panjang batang penghubung fc = Tekanan tagangan hasil
Ixx dan Iyy = Momen inersia pada masing-masing bagian poros x dan poros y. Kxx dan Kyy = Radius perputaran pada poros x dan poros y Menurut rumus Rankine Wer pada poros x = berengsel, L = i) Dan Wer pada poros y (untuk kedua ujung
menempel, L = )
Agar batang penghubung sama kuat dalam pembengkokan pada kedua poros, beban bengkok harus sama, =
Atau
= Kxx = 4Kyy
Atau
Ixx = 4Iyy
Ini menunjukan bahwa batang penghubung empat kali lebih kuat dalam pembengkokan pada poros y daripada poros x. Jika Ixx > 4 Iyy, kemudian pembengkokan akan terjadipada poros y dan jika Ixx < 4 Iyy, pembengkokan akan terjadi pada poros x. Dalam praktek sebenarnya Ixx tetap lebih sedikit dari 4 Iyy. Ini biasanya antara 3 dan 3,5 dan batang penghubung dirancang untuk pembengkokan pada poros x. Rancangan ini akan selalu memuaskan untuk pembengkokan pada poros y. Bagian yang paling pantas untuk batang penghubung adalah bagian I dengan perbandingan seperti pada gambar 14.7 (a).
+ 3t
= 11t
momeninersia pada
poros x,
Ixx =
Dan momen inersia pada poros y
Iyy = 2 = =3
Catatan. 1. Kadang-kadang batang penghubung berbentuk rectangular untuk motor bertkecepatan rendah, berbentuk lingkaran dapat digunakan. 3. Karena batang penghubung dibuat dengan ditempa, maka sudut tajam bagian I mengelilingi seperti ditunjukan pada gambar 14.7 (b) untuk bagian yang mudah lepas dari peleburan.
14.16. Gaya aksi pada batang penghubung Batang penghubung berdasarkan gaya berikut: 1. Gaya pada gas atau tekanan uap dan bagian timbal balik inersia 2. Gaya bengkok inersia Kita akan menurunkan ungkapan untuk gaya aksi pada motor horizontal. 1. Gaya pada gas atau tekanan uap dan bagian timbale balik inersia.
Pertimbangan batang penghubung PC separti terlihat pada gambar 14.9. Dimana P = Tekanan gas atau uap A = Daerah torak WR = Berat bagian timbal balik = Berat piston, tap penjepit dll = Kecepatan sudut engkol r = radius engkol = Sudut kemiringan engkol dari dalam titik mati l = Panjang batang penghubung n = Rasio panjang batang penghubung dan radius engkol Kita tahu bahwa gaya pada tekanan gas atau uap, Fp = Tekanan Daerah = P A Dan gaya inersia dari bagian timbal balik, FI = Massa Percepatan
Ini mungkin dicatat bahwa pada motor horizontal, bagian timbale balik dipercepat dari istirahat selama setengah gerakan pertama (ketika piston bergerak dari dalam pusat titik mati menuju keluar titik mati). Ini kemudian diperlambat selama setengah gerakan selanjutnya (ketika piston bergerak dari pusat titik luar ke pusat titik dalam). Gaya inersia pada percepatan bagian bolak balik, berlawanan piston. Di tangan yang lain, gaya inersia pada perlambatan bolak balik membantu gaya pada piston. jaring gaya aksi pada piston atau tap penjepit FN = Gaya pada tekanan = FP gaya inersia
Tanda Ve digunakan ketika piston dipercepat dan tanda +Ve digunakan ketika piston diperlambat. Gaya FN memberi kenaikan pada gaya FC dalam batang penghubung dan mendorong FR pada sisi dinding silinder (atau reaksi normal pada kepala silang antar). Dari gambar 14.9, kita lihat bahwa gaya di batang penghubung,
Fc =
14.17.
Gaya bengkok inersia Pertimbangan batang penghubung PC dan engkol OC berputar dengan
kecepatan sudut seragam rad/sec. Agar menemukan percepatan titik yang bervariasi pada batang penghubung, gambarlah diagram percepatan Klien CQNO seperti ditunjukan pada gambar 14.10 (a). CO menggambarkan percepatan C kearah O dan NO menggambarkan percepatan P kearah O. Percepatan di titik lain separti D, E, F dan G dll, mungkin ditemukan dengan menggambar garis horizontal dari titik ini ke titik potong CN pada d, e, f dan g. Sekarang do, eo, fo dan go menggambarkan percepatan D, F, F dan G, semuanya kearah O. Gaya aksi inersia pada setiap titik akan diikuti:
dan selanjutnya
# Percepatan bagian bolak balik = r # Untuk sumber lain, silahkan lihat buku pengarang terpupuler pada teori mesin Gaya inersia akan bertentangan pada percepatan langsung atau gaya sentrifugal. Gaya inersia dapat dipisahkan kedalam dua bagian, satu parallel pada batang penghubung dan yang lainnya tegak lurus batang. Bagian parallel ditambahkan aljabar terhadap gaya aksi pada sambungan FC dan menghasilkan dorongan pada penjepit. Bagian tegak lurus menghasilkan gaya bengkok.
Sebuah pertimbangan kecil akan menunjukan bahwa bagian tagak lurus akan maksimum, ketika engkol dan batang penghubung ada pada sudut yang tepat satu sama lain. Macam-macam gaya inersia pada batang penghubung memanjang dan seperti balok penghubung sederhana dari beban variable seperti ditunjukan pada gambar 14.10 (b) dan (c). Anggapan bahwa batang penghubung bagian menyilang seragam dan berat W kg per panjang unit, karena itu: Gaya inersia per panjang unit pada engkol penjepit
=
Dan gaya inersia per panjang unit pada pena silang
=0
Gaya inersia pada panjang bagian kecil dx pada jarak x dari pena silang p,
dF1 = r
Ft =
(subtitusikan W = w l)
dari pena silang p,
Karena itu dianggap bahwa rd berat batang penghubung difokuskan pada pena silang P (ujung batang penghubung kecil) dan pada engkol penjepit (ujung batang penghubung besar), karena itu reaksi dari dua ujung ini akan sama perbandingannya.
Rp = Ft, dan Rc = F1
Sekarang gaya aksi bengkok pada batang bagian x-x pada jarak x dari p,
Mx = Rp
= l
x=
dari
= =
Dari atas kita lihat bahwa maksimal B.M beda seperti kecepatan kuadrat, karena itu, tegangan bengkok pada kecepatan tinggi akan berbahaya. Itu dicatat bahwa gaya poros maksimum dan tegangan bengkok maksimum tidak terjadi serempak. Pada mesin I.C. beban gas maksimum terjadi dekat dengan pusat puncak mati dimana sebagai tegangan bengkok maksimum terjadi ketika sudut engkol = 65
- 70 dari T.D.C. Tekanan gas jatuh dengan tiba-tiba separti piston bergerak dari pusat mati. Pada mesin uap, meskipun tekanan dijaga hingga pemutusan terjadi, kecepatan rendah dank karena itu tegangan bengkok inersia adalah kecil. Latihan umum untuk merancang batang penghubung untuk gaya poros maksimum FC mengabaikan piston, efek inersia dan kemudian diperiksa untuk tegangan bengkok pada gaya inersia.