Sejarah tentang sel dibangun atas serangkaian teori dan penemuan yang berhubungan dengan sel. Pada tahun 1665, seorang ahli berkebangsaan Inggris yang bemama Robert Hooke berhasil mengamati preparat sel dengan mikroskop buatan sendiri. Ia mengamati irisan gabus. yang sangat tipis. Dalam pengamatan itu, Hooke melihat adanya ruangan-ruangan kecil yang kemudian diberinya nama sel (cellula). Namun, sel-sel yang diamati oleh Hooke itu merupakan sel-sel mati, sel-sel tersebut memperlihatkan bagianbagian selnya. Teori tentang sel dikemukakan pertama kali oleh ahli botani Jerman Jakob eiden (1804-1881) pada tahun 1838. Dia berpendapat bahwa semua tubuh tumbuhan terdiri atas sel-sel. Setahun kemudian, pendapat ini diperluas oleh Theodor Schwann (1810-1882) yang mengemukakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari sel-sel. Teori "sel yang baru" selanjutnya dikemukakan oleh Rudolph Virchow (1821-1902). Menurut Virchow, sel hanya dapat terjadi dari sel yang sudah ada. Penelitian tentang sel pada zaman dahulu masih sangat terbatas. Pada saat itu belum ditemukan alat-alat yang dapat digunakan untuk mengamati sel dengan teliti. Mata kita tidak dapat mengamati dengan jelas benda-benda yang besamya kurang dari 100 mikron (1 mikron = 0,001 milimeter), sedangkan ukuran sel tubuh makhluk hidup berkisar antara 5-15 mikron. Kecuali, sel telur burung dan sel telur reptilia yang berukuran cukup besar karena mengandung cadangan makanan yang tersimpan pada kuning telumya. Untuk dapat melihat sel, kita harus menggunakan alat yang disebut Mikroskop. Sebuah mikroskop dapat memperbesar objek beratus-ratus kali lebih besar daripada yang dilakukan oleh lensa pembesar (lup) sederhana. Pengamatan terhadap sebuah sel hidup dengan menggunakan mikroskop cahaya hanya akan memperlihatkan beberapa bagian sel antara lain membran sel, sitoplasma, dan inti sel. Adapun bagian-bagian sel yang lain hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron yang daya perbesarannya lebih baik daripada daya perbesaran objek mikroskop cahaya. Mau tahu struktur sel? Silahkan baca di Mengenal Struktur Sel. Sekian materi Sejarah Sel: Teori tentang Sel, semoga bermanfaat.
Sel
Sel beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Sel. Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Makhluk hidup (organisme) tersusun dari satu sel tunggal (uniselular), misalnya bakteri, Archaea, serta sejumlah fungi dan protozoa) atau dari banyak sel (multiselular). Pada organisme multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel-sel penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup. Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota
beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.
Sel selaput penyusun umbi bawang bombay (Allium cepa). Tampak dinding sel dan inti sel (berupa noktah di dalam setiap 'ruang'). Perbesaran 400 kali.
Gambaran sel gabus berdasarkan penelitian Robert Hooke Secara umum setiap sel memiliki
Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang dikenal sebagai dinding sel. Dinding sel bersifat tidak elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel juga menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi bagian penting dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh tumbuhan.
Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk. Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah
mitokondria (kondriosom) badan Golgi (diktiosom) retikulum endoplasma plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan kromoplas) vakuola (khusus tumbuhan)
Sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut: Sel tumbuhan Sel hewan Sel tumbuhan lebih besar daripada sel Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan. hewan. Mempunyai bentuk Tidak mempunyai bentuk yang tetap. yang tetap. Mempunyai dinding sel [cell wall] dari Tidak mempunyai dinding sel [cell wall]. selulosa. Mempunyai plastida. Tidak mempunyai plastida. Tidak mempunyai vakuola [vacuole], walaupun Mempunyai vakuola terkadang sel beberapa hewan uniseluler [vacuole] atau rongga memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang sel yang besar. dimiliki tumbuhan). Yang biasa dimiliki hewan adalah vesikel atau [vesicle]. Menyimpan tenaga Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul) dalam bentuk butiran glikogen. (granul) pati. Tidak Mempunyai sentrosom Mempunyai sentrosom [centrosome]. [centrosome]. Tidak memiliki Memiliki lisosom [lysosome]. lisosom [lysosome]. Nukleus lebih kecil daripada vakuola. Nukleus lebih besar daripada vesikel. Sel bakteri Sel bakteri sangat kecil. Mempunyai bentuk yang tetap. Mempunyai dinding sel [cell wall] dari lipoprotein. Tidak mempunyai plastida. Tidak mempunyai vakuola.
Tidak ada batasan pertumbuhan, kecuali Terdapat batasan pertumbuhan (ukuran kemampuan akar dalam hal menopang berat tubuh tubuh) bagian atas Apoptosis untuk perkembangan Tidak ada Apoptosis, yang ada lebih ke arah jaringan, melibatkan mitokondria dan proteksi diri, tidak melibatkan mitokondria caspase
Siklus sel
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik) Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya Fase pada siklus sel 1. Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA 2. Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas) 3. Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel. 1. Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
2. Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan sintesis. 3. Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis. Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.
Sel-sel khusus
Sel Tidak Berinti, contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah merah). Di dalam sel darah merah, terdapat Haemoglobin sebagai pengganti nukleus (inti sel). Sel Berinti Banyak, contohnya Paramecium sp dan sel otot Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler berklorofil. Sel pendukung, contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.
Darah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme. Pada hewan lain, fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Dalam darah terkandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Pada sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif dan terdapat pada hewan-hewan bertulang belakang atau vertebrata. Hemosianin, yang berwarna biru, mengandung tembaga, dan digunakan oleh hewan crustaceae. Cumi-cumi menggunakan vanadium kromagen (berwarna hijau muda, biru, atau kuning oranye).
Darah manusia
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paruparu untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.
Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri dari:
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%). Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%) Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%) Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
albumin bahan pembeku darah immunoglobin (antibodi) hormon berbagai jenis protein berbagai jenis garam