Anda di halaman 1dari 12

a. b. c. d.

E. PROSES PERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN , ELEKTROLIT DAN ASAM BASA 1. Terapi cairan Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis. Indikasinya antara lain: Kehilangan cairan tubuh akut Kehilangan darah Anoreksia Kelainan saluran cerna Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan sebagai berikut :

a.

Teknik Pemberian Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.

Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior. 2. Teapi Elektrolit a. Hiponatremia 1) Atasi penyakit dasar 2) Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia 3) Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis 4) Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus: Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)

5) 6) 7)

1)

TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg) Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml) Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam. b. Hipernatremia Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.

2) Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air. Defisit air tubuh ditaksir sbb: Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) air tubuh skrg Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal) Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg) Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral. c. Hipokalemia 1) Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah. 2) Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai. 3) Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb: Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari. 4) Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa. d. Hiperkalemia 1) Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L 2) Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung 3) Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan

4) Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit 5) Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter 6) Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit) e. Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa 1) Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal 2) Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab 3) Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab 4) Koreksi keadaan asidosis metabolik: a. Pemberian Bicarbonat IV/ oral b. Terapi penyebab c. Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab
Rumus Balance Cairan Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss) Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll. Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses. IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa. RUMUS IWL IWL = (15 x BB ) 24 jam Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37C (suhu normal) IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam 24 jam *kalo dlm 24 jam -> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam *Rumus IWL Kenaikan Suhu [(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal 24 jam Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39C, CM= 200cc IWL = [(10%x200)x(39C-37C)] + 37,5cc

24 jam = (202) + 37,5cc 24 = 1,7 + 37,5 = 39cc/jam *CM : Cairan Masuk

Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift. PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA Input cairan: Air (makan+Minum) = cc Cairan Infus = cc Therapi injeksi = cc Air Metabolisme = cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari) Output cairan: Urine = cc Feses = ..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc) Muntah/perdarahan cairan drainage luka/ cairan NGT terbuka = ..cc IWL = ..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari) (Insensible Water Loss) Contoh Kasus: Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y! Input Cairan: Infus = 2000 cc Tranfusi WB = 300 cc Obat injeksi = 100 cc AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) + 2700 cc Output cairan: Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +

2900 cc Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan output cairan 2700 cc 2900 cc - 200 cc. Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus : IWL + 200 (suhu tinggi 36,8 .C), nilai 36,8 C adalah konstanta Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 C, berapakah Balance cairannya? berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 C 36,8 .C) = 900 + 200 (1,7) = 900 + 340 cc = 1240 cc Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output : Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc IWL = 1240 cc + 3240 cc Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc 3240 cc = -540 cc Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu: Usia Balita (1 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari Usia 5 7 tahun : 8 8,5 cc/kgBB/hari Usia 7 11 tahun : 6 7 cc/kgBB/hari Usia 12 14 tahun : 5 6 cc/kgBB/hari Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc 1 cc/kgBB/hari CONTOH : An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000.Hitunglah balance cairan anak ini! Input cairan: Minum : 1000 cc Infus : 1000 cc AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg) -

2112 cc Out put cairan: Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg 1478 cc Balance cairan = Intake cairan Output Cairam 2112 cc 1478 cc + 634 cc Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 C ! yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus: IWL + 200 ( Suhu Tinggi 36,8 C) 36,8 C adalah konstanta. IWL An X = 378 + 200 (39,8 C 36,8 C) 378 + 200 (3) 378 + 600 978 cc Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc IWL : 978 cc + 2078 cc Jadi Balance cairannya = 2112 cc 2078 cc + 34 cc.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain : a.Umur : Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung. b.Iklim : Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari. c.Diet : Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan

menyebabkan edema. d.Stress : Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. e.Kondisi Sakit : Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. - Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh - Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri. f.Tindakan Medis : Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain. g.Pengobatgan : Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. h.Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan. masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh 1. Dehidrasi 2. Syok hipovolemik Gangguan Keseimbangan Elektrolit 1. Hiponatremia Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<> Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison Tanda dan Gejala : Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot. Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma. Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison). Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi. 2. Hipernatremia Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L) Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.

Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia. 3. Hipokalemia Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<> Etiologi Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar) Diuretik Asupan K+ yang tidak cukup dari diet Ekskresi berlebihan melalui ginjal Maldistribusi K+ Hiperaldosteron Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST. 4. Hiperkalemia Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L) Etiologi : Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE. beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan. Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah. Insufisiensi adrenal Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama Hipoaldosteron Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit TERAPI CAIRAN Definisi Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis. Indikasi, antara lain: Kehilangan cairan tubuh akut Kehilangan darah

Anoreksia Kelainan saluran cerna

NAFC Home >> Bladder & Bowel Health >> Caregiving >> Treatment Options for the Elderly and Disabled

Treatment Options for the Elderly and Disabled


As a caregiver it is important that you know the treatment options available for your loved one. There are many options, such as changes in behavior, medications, and surgeries that can reduce or eliminate symptoms.

Behavioral Options
Certain reversible factors can influence a persons ability to maintain control over their bladder function. Often these factors can be controlled or modified before medical treatment is initiated and cure or reduce the symptoms of bladder or bowel control problems.

Diet and Fluid

Diet and fluid intake can have a significant effect on bladder and bowel control. Read more about how diet can affect continence in the section of our site on Diet and Daily Habits.

Smoking

Smoking is irritating to the bladder surface and is associated with bladder cancer. Coughing associated with smoking may lead to stress urinary incontinence (SUI) during coughing spasms.

Prompted Voiding

A schedule of voiding around daily activities can be successful, especially after fluid and diet modifications have been made. One may expect a 50% reduction in frequency following voiding treatment in chronic care elderly patients.52

Typically, a voiding schedule should consist of voids promptly when the person first gets up, within 30 minutes before and after meals, immediately after a nap, and before bed.

Alarms on watches are useful reminders that the person needs to go to the toilet. Kitchen countertop timers are also helpful. However, if this does not work, verbal prompting can be successful. It may also be helpful to keep a written schedule.

Encourage double voiding. After the individual empties their bladder, but feels that the bladder is not completely empty, they should stand up, then sit back down again and lean slightly over the knees to double void. Straining, however, should be avoided.

Keep a bladder diary as the caregiver for one or two days if any problems arise to help a physician or nurse practitioner identify their sources.

Bladder retraining involves educating the person to resist or inhibit the urge to urinate (void). This program trains the bladder to delay voiding for larger time intervals and has been proven effective in treating urge incontinence. Visit out online store to get a copy of our Bladder Retraining Programpamphlet.

Pelvic Muscle Rehabilitation

Another behavioral therapy technique involves pelvic muscle exercises(PMEs), usually referred to as Kegel excercises. The name "Kegel" comes from the doctor who first developed and promoted the concept of pelvic muscle rehabilitation. PMEs may be used alone or in conjunction with biofeedback therapy, vaginal weight training, pelvic floor stimulation, and magnetic therapy.

Pharmacologic Therapy (medications)


Doctors can prescribe medications to help control incontinence, and sometimes they will take a person off a drug that is causing or contributing to incontinence. Of course, only your healthcare provider should tell you to stop using a drug he/she has prescribed.

The only drugs available for bladder control in the United States are formulated to address overactive bladder, but no the leakage associated with stress urinary incontinence. When behavioral and drug therapy for urge incontience were combined in older patients, additional benefit was noted. 54

Anticholinergic drugs represent a broad category of pharmaceutical agents, including some of the medications used for allergic reactions, diarrhea, depression, and overactive bladder. Several recent studies have raised concerns about possible memory decline in older persons taking anticholinergic medications over a number of years. Studies are ongoing to assess the degree of risk of memory decline from medications used for overactive bladder.

An antidiuretic hormone (vasopressin-used in the treatment of nocturia) is not to be given to elderly patients with a history of congestive heart failure. Regardless of the drug employed, the general principle for pharmacologic treatment of elderly patients is to start with a low dose and increase it slowly.52

Another drug that may be used is imipramine, although this is not an official use. Caution should be exercised in using imipramine in the elderly because of its possible side effect of lowering blood pressure.

Click here to learn more about medications.

Non-surgical Treatment for Stress Incontinence (SUI)



Read about non-surgical treatment options for SUI in men. Read about non-surgical treatment options for SUI in women. One option that postmenopausal women may consider is vaginally administered, topical estrogen, which is not to be confused with hormone replacement therapy.

Surgical Treatment for SUI


Surgical treatment should be preformed only after receiving a thorough diagnosis from a healthcare provider. All appropriate non-surgical treatments should be tried before deciding on surgery. There are many different surgical procedures that may be used to treat incontinence. The type of operation recommended depends on the type and cause of incontinence. Some of the more common procedures performed to treat urinary incontinence include bladder neck suspension or sling procedures, periurethral bulking injection (collagen injections around the urethral), or implantation of an artificial urinary sphincter or sacral nerve stimulator.

Read about surgical treatment options for SUI in men. Read about surgical treatment options for SUI in women. A recent study found that in women over the age of 80, midurethral sling procedures are a safe and effective treatment. Postoperative voiding difficulty was found to be more frequent in elderly patients than in younger patients.

Overactive Bladder (OAB) and Urgency Urinary Incontinence (UUI)


In addition to medication and behavioral therapies mentioned aboved, there are several other treatment options for OAB. Learn about the other treatment options for OAB and UUI.

Nocturia
Nocturia can occur at any age, although it is less frequent in the age range below 60 years, and becomes more common as the person becomes older. Treament includes behavioral therapy and medications. Read more about thesetreatment options for nocturia.

Enlarged Prostate
OAB in elderly males can be due to the normal aging process, or it may be secondary to outflow obstruction or neurologic causes. Urethral obstruction due to an enlarged prostate in elderly men can be treated as in younger patients.52Become more familar with treatment for enlarged prostate.

Anda mungkin juga menyukai