Anda di halaman 1dari 34

ATRESI ANI

DEFINISI
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum atau batas di antara keduanya. Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna

ETIOLOGI
Belum di ketahui pasti. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus.

ETIOLOGI
Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan. Genetik

ETIOLOGI
Faktor Predisposisi Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti : Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomaly pada gastrointestinal. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.

KLASIFIKASI
Atresia ani di klasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain : Menurut Berdon membagi atresia ani berdasarkan tinggi rendahnya kelainan, yakni : a. atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum berakhir di atas muskulus levator ani (> 1,5cm dengan kulit luar) b. Atresia ani letak rendah: distal rectum melewati musculus levator ani ( jarak <1,5cm dari kulit luar).

KLASIFIKASI
Menurut Stephen membagi atresia ani berdasarkan pada garispubococcygeal. a. Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum terletak di atas garis pubococcygeal. b. Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak di bawah garis pubococcygeal.

KLASIFIKASI
Ladd dan Gross, membagi menjadi 4 type jenis atresia ani a. Stenosis ani : anus dan rectum ada tetapi menyempit. b. Imperforatus anus: anus berupa membran. c. Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak tinggi dari kulit peritoneum.

KLASIFIKASI
d. Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah dari bagian anal oleh suatu membrane atau jaringan, disini lubang anus ada sehingga dari luar anus tampak normal.

Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk malformasi anorektal adalah klasifikasi Wingspread yang membagi malformasi anorektal menjadi letak tinggi, intermedia dan letak rendah. Akan tetapi, untuk tujuan terapi dan prognosis digunakan klasifikasi yang dibuat berdasarkan jenis kelamin.

Tinggi (supralevator) Rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak supralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital. Intermediate Rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.

Rendah Rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.

Gambaran malformasi anorektal pada laki-laki

Gambaran malformasi anorektal pada perempuan

DIAGNOSIS
Anamnesis Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan adalah letak rendah

Pemeriksaan fisik Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula Biasanya tempat anus tampak merah Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula). Termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, Pada auskultasi terdengar hiperperistaltik, Tinja dalam urine dan vagina.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan rectal digital dan visual Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm dianggap defek tingkat tinggi.

Wangensteen-rice dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal. Lateral Prone Cross Table

Proyeksi Wangensteen Rice


Persiapan pasien: bayi di letakkan dengan posisi kepala berada di bawah dan kaki berada di atas selama +5 menit dengan tetap menjaga kenyamanan pasien.

Tujuan Persiapan: agar udara dalam kolon dapat mencapai rectum bagian distal anal yang di pasang marker sehingga pada foto daerah antara marker dengan bayangan udara yang tertinggi dapat diukur.

Posisi AP: Untuk melihat ada tidaknya atresia ani dan untuk melihat beratnya distensi atau peregangan usus. Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse (kepala di bawah, kaki di atas) di depan standart kaset yang telah di siapkan. Kedua tungkai difleksikan 90 terhadap badan untuk menghindari superposisi antara trokanter mayor paha dengan ischii.

Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk dalam film., Pada daerah anus di pasang marker.

Posisi Lateral: Untuk melihat ketinggian atresia ani.


Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di bawah, kaki di atas) dengan salah satu sisi tubuh bagian kiri atau kanan menempel kaset. Kedua paha di tekuk semaksimal mungkin ke arah perut agar bayangan udara pada radiograf tidak tertutup oleh gambaran paha.

Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal masuk dalam film. Pada daerah anus di pasang marker.

Lateral Prone Cross Table


Alternatif pemeriksaan invertogram pada kasus atresia ani untuk memperlihatkan bayangan udara di dalam colon mencapai batas maksimal tinggi/ naik di daerah rectum bagian distal. Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.

Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah. Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada pertengahan kaset.

PENATALAKSANAAN
Leape menganjurkan pada : Atresia letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi dahulu, setelah 6 12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif. Atresia letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.

Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin.

Anda mungkin juga menyukai