Serba Serbi Bola

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

Sepuluh Kakak-Adik Terbaik Dalam Sejarah Sepakbola

1. Charlton Berasal dari keluarga sepakbola. Charlton bersaudara merupakan dua kakak adik yang pernah bermain bersama di tim nasional Inggris. Bahkan keduanya mengantarkan Inggris menjadi juara dunia 1966. Jack Charlton

Kalah bersinar dibandingkan sang adik, Bobby. Saat adiknya meraih popularitas karena menjadi pilar klub elit Manchester United dan juga tim nasional, Jack lebih memilih berkonsentrasi dengan pekerjaannya sebagai anggota National Service. Bahkan bek bernama lengkap John Charlton yang bermain di Leeds United baru dipanggil timnas oleh manajer legendaris Alf Ramsey saat usianya menjelang 30. Bandingkan dengan Bobby yang sudah menjadi andalan St Georges Cross saat berusia 21. Ia dan adiknya memperkuat Inggris di Piala Dunia 1966. Sukses bersejarah bagi Charlton bersaudara karena mengantarkan Inggris menjadi juara dunia. Keduanya tampil bersama di final. Karir Jack termasuk biasa-biasa saja saat sebagai pemain. Namun, ia jauh lebih sukses sebagai manajer dibandingkan adiknya yang gagal total saat mencoba menangani sebuah tim. Jack sukses mengangkat prestasi Irlandia. Sebagai penghargaan, ia menjadi warga kehormatan Irlandia. Bobby Charlton

Karirnya lebih gemilang dibandingkan sang kakak. Legenda Manchester United dan termasuk salah satu pemain terbesar sepanjang sejarah sepakbola Inggris. Bobby lolos dari tragedi Munich pada 1958 yang nyaris menghancurkan skuad Red Devils.

Ia juga menjadi bagian dari kebangkitan United dengan memenangi Piala Champions 1968 sekaligus tim Inggris pertama yang memenangi gelar tersebut. Sebelumnya, bersama sang kakak, Bobby mengantarkan Inggris juara dunia 1966. Di tahun sama, ia menjadi Pemain Terbaik Eropa. Bobby mencetak berbagai rekor dalam karir sepakbola. Termasuk topskor timnas dengan 49 gol. Rekor itu belum terpecahkan, termasuk rekor bermain bersama United selama di liga. Namun rekor bermain di berbagai kompetisi sudah dipatahkan oleh Ryan Giggs. Sukses sebagai pemain, namun Bobby gagal total saat menangani tim. Ia hanya mengarsiteki Preston North End dan Wigan Athletic sebelum menjadi direktur di United. 2. Laudrup Dari kakek sampai cucu bermain sepakbola. Dua bersaudara, Michael dan Brian Laudrup menjadi pilar kekuatan Denmark. Michael Laudrup

Michael tak pernah menyesal tak ikut menjadi bagian dari Dinamit Denmark yang secara mengejutkan memenangi Euro 1992. Padahal, saat itu Denmark bisa tampil di putaran final menggantikan Yugoslavia yang mengalami krisis politik. Selain berselisih dengan pelatih Richard Muller Nielsen, ia juga mengecam didiskualifikasinya Yugoslavia yang menurutnya lebih bersifat politis ketimbang sepakbola semata. Berbeda dengan sang adik, Brian, yang tetap menjadi bagian dari skuad Denmark. Karir Laudrup bersaudara sama-sama cemerlang. Hanya, Michael lebih bersinar karena bermain di klub-klub besar Eropa. Ia menjadi pilar Juventus, Barcelona dan Real Madrid. Di Barca, Michael termasuk salah satu pemain yang berani melawan arus dengan menyeberang klub yang memiliki rivalitas abadi dan sukses. Michael yang mendapat kehormatan sebagai pemain terbesar sepanjang sejarah Denmark pilihan Asosiasi Sepakbola Denmark ini memenangi empat gelar Primera Liga Spanyol bersama Barca dan dilanjutkannya saat bermain untuk Madrid.

Michael menjadi salah satu dari 125 greatest living footballers pilihan Pele dalam FIFA 100 atau peringatan 100 tahun FIFA. Brian Laudrup

Sang adik yang memilih bergabung dengan tim nasional Denmark tampil di Euro 1992. Dan, sejarah mencatat, Denmark yang diperkuat Brian meraih sukses dengan menjuarai turnamen sepakbola terbesar di daratan Eropa itu. Hanya, karirnya di klub memang kalah cemerlang dibandingkan Michael. PemainTerbaik Denmark 1989 ini mulai mencuat saat bergabung dengan Bayern Muenchen pada 1990. Namun, ia cuma bertahan dua musim sebelum pindah ke Italia. Brian sempat membela Fiorentina dan AC Milan sebelum menyerang ke Skotlandia. Dia menjadi pilar kekuatan Rangers selama empat musim. Piala Dunia 1998 menjadi salah satu momen berkibarnya Laudrup bersaudara. Mereka sempat membuat Brasil kalang-kabut di babak perempat-final meski akhirnya kalah 3-2. Di pertandingan itu, Brian mencetak gol indah yang menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Laudrup bersaudara juga terpilih dalam All Star Team Piala Dunia versi FIFA. Di usia 29, saat karirnya mencapai puncak, Brian justru memilih pensiun dari timnas. Brian juga menjadi salah satu dari 125 greatest living footballers pilihan Pele dalam FIFA 100. 3. Van de Kerkhof Trah Van de Kerkhof mempelopori kehadiran kakak-adik dalam skuad Belanda.

Willy van de Kerkhof

Gelandang bernama lengkap Wilhelmus Antonius van de Kerkhof bersama Rene, saudara kembarnya, menjadi pilar kekuatan Belanda pada pertengahan 1970-an. Kehadiran mereka memiliki momen yang tepat karena Belanda menjadi perhatian dunia setelah melahirkan total football. Piala Dunia 1974 menjadi ajang untuk mempresentasikan total football ala Belanda. Dan, Willy turut berperan mengantarkan Belanda mencapai final sebelum ditaklukkan Jerman (Barat). Sukses itu diulanginya pada Piala Dunia 1978. Willy masih menjadi pilar kekuatan Belanda saat melaju di final dan kembali dikalahkan oleh tim tuan rumah. Kali ini, Argentina yang mengalahkan mereka. Willy tercatat 63 kali membela timnas dan mencetak lima gol. Dia termasuk salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. Rene van de Kerkhof

Saudara kembar dari Willy yang biasa beroperasi di sayap kanan. Reinier Rene Lambertus van de Kerkhof bermain bersama saudaranya di Piala Dunia 1974 dan 1978. Ia bermain 47 kali di timnas dan mencetak lima gol. Seperti saudaranya, ia bermain di Twente dan PSV Eindhoven. Dalam final Piala Dunia 1978, Rene menjadi pusat perhatian karena mengenakan bandana di lengannya yan cedera. Meski sudah diizinkan oleh FIFA dan digunakan di beberapa pertandingan sebelumnya, namun Argentina yang menjadi lawan Belanda di final, tetap mengajukan keberatan.

Karena wasit Sergio Gonella tidak bisa mengambil keputusan, Belanda mengancam meninggalkan lapangan dan menolak bertanding. Akhirnya tercapai kesepakatan bandana diberi lapisan tambahan dan pertandingan bisa dimulai. Rene bersama saudaranya termasuk salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. 4. Koeman Belanda kembali memunculkan dua bersaudara. Kali ini, Koeman bersaudara, Erwin dan Ronald, yang melejit saat mengantarkan Belanda menjadi juara Eropa 1988 dengan mengalahkan Uni Soviet 2-0. Koeman merupakan keluarga pesepakbola. Erwin Koeman

Karir Erwin, sang kakak, lebih banyak dihabiskan di Groningen dan PSV Eindhoven. Erwin yang biasa bermain sebagai gelandang kalah bersinar dibandingkan adiknya yang malangmelintang di Ajax Amsterdam, PSV dan kemudian menjadi pilar kekuatan Barcelona. Meski demikian, ia pernah sukses bersama klub elit Belgia, KV Mechelen. Erwin membawa Mechelen menjadi juara Piala Winners 1988 dan Piala Super UEFA 1988. Setelah pensiun, Erwin melanjutkan karir sebagai pelatih. Kini, ia mengarsiteki timnas Hongaria. Ronald Koeman

Bek dengan spesialis tendangan keras dan berkecepatan tinggi. Bila mengambil penalti, eksekusinya sudah dipastikan membuahkan gol. Saking kencangnya tendangan Ronald, ia hanya perlu mengarahkan bola ke gawang. Kiper hanya bisa melongo karena tahu-tahu bola sudah masuk ke gawang.

Ronald juga memiliki keistimewaan bola-bola mati dan umpan jarak jauh. Dia memenangi berbagai gelar bersama klub-klub yang diperkuatnya. Ronald memenangi Piala Champions dua kali di dua klub berbeda, PSV dan Barcelona. Ia menjadi salah satu pilar kekuatan Belanda di Euro 1988. Ronald menjadi sorotan saat melakukan aksi kontroversial karena seolah-olah mengelap bagian punggungnya menggunakan kostum pemain Jerman Olaf Thon. Aksi itu dilakukannya di hadapan suporter Jerman setelah Belanda menang 2-1 di semi-final. Ronald kemudian menyatakan penyesalannya dan minta maaf. Sepanjang karirnya, Ronald bermain 533 kali dan mencetak 193 gol. Lebih banyak dibandingkan pemain belakang lain sepanjang sejarah sepakbola. Di timnas, ia bermain 78 kali dan mengoleksi 14 gol. Setelah pensiun, Ronald mengikuti jejak kakaknya menjadi pelatih. Karir kepelatihannya tak terlalu buruk dan kini menangani AZ Alkmaar. 5. De Boer Satu lagi dua saudara kembar dari tim Oranje. De Boer, Ronald dan Frank, menjadi tulang punggung Belanda sejak awal 1990-an sampai 2000-an. Hanya, De Boer bersaudara gagal memberi trophy bagi Belanda. Ronald de Boer

Ronald memiliki caps 67 dan mencetak 13 gol. Dia bermain di Piala Dunia 1994 dan 1998. Ia juga menjadi pilar Belanda di Euro 1996 dan 2000. Ronald kerap berpindah-pindah posisi di timnas. Dia biasa bermain sebagai gelandang serang, penyerang tengah atau gelandang kanan. Di Ajax, ia juga bermain sebagai gelandang serang dan kemudian pindah di kiri. Ronald memang akrab dengan saudara kembarnya. Mereka sering bermain bersama di timnas maupun klub. Keduanya melejit saat mengantarkan Ajax menjadi juara Champions 1995. Selanjutnya, De Boer berbarengan meninggalkan Amsterdam dan bergabung dengan Barcelona.Menariknya di Barca, keduanya sama-sama gagal. Ronald hanya bertahan dua musim sebelum pindah ke Rangers.

Setelah empat musim membela Rangers, ia bermain di Qatar sampai pensiun. Kini, ia menjalankan bisnis di Qatar dan menjadi analisis televisi. Ronald pula yang sukses mendatangkan AC Milan ke Qatar. Frank de Boer

Frank merupakan adik kembar Ronald. Ia lahir sepuluh menit kemudian setelah Ronald. Bila kakaknya bermain di tengah atau depan, Frank lebih banyak beroperasi di belakang. Semula, ia bermain di bek kiri dan kemudian pindah di bek tengah. Ia termasuk bek bertalenta. Frank memang lemah dalam kecepatan, namun ia memiliki umpan akurat. Dia juga spesialis tendangan bebas. Frank melakukan debut di timnas pada September 1990 melawan Italia. Dia seorang pemimpin dan memegang ban kapten timnas sampai pensiun usai Euro 2004. Sempat tercatat paling banyak membela timnas dengan 112 kali ermain, namun rekor Frank kemudian dilewati rekannya, kiper Edwin van der Sar yang masih bermain sampai Euro 2008. Frank dikenang saat memberi umpan jarak jauh kepada Dennis Bergkamp yang diselesaikannya dengan gol ke gawang Argentina di perempat-final Piala Dunia 1998. Gol di menit terakhir dari Bergkamp menyingkirkan Argentina sekaligus meloloskan Belanda ke semi-final. Namun, Frank juga memiliki memori buruk saat dua kali gagal menyelesaikan penalti di semi-final Euro 2000 melawan Italia. Penalti pertama diproleh di waktu normal dan kemudian ia kembali gagal saat adu penalti. Belanda akhirnya gagal ke final. Seperti Ronald, kakaknya, Frank juga gagal di Barca. Bahkan dia sempat mendapat sanksi karena penggunaan doping. Ia kembali bermain bersama Ronald di Rangers dan klub Qatar, Al-Rayyan. Kini, ia menjadi asisten pelatih timnas. 6. Vieira de Oliveira Negeri sepakbola Brasil termasuk tak banyak melahirkan kakak beradik yang mencuat di sepakbola. Socrates adalah salah satu dari sedikit pesepakbola yang adiknya, Rai, juga meraih sukses.

Socrates

Bernama lengkap Brasileiro Sampaio de Souza Vieira de Oliveira. Tampil di Piala Dunia 1982 dan 1986. Sayangnya, ia gagal membawa gelar. Socrates menjadi kapten tim di Piala Dunia 1982 yang disebut-sebut sebagai jogo bonito terakhir dalam sepakbola Brasil. Socrates termasuk pribadi multidimensional. Sebagai pesepakbola, ia termasuk legenda Brasil. Gelandang dengan keistimewaan pengumpan yang ekselen dan pengatur tim. Karena itu, ia menyandang ban kapten. Kemampuannya sebagai dirigen dengan mengatur permainan juga tak ada duanya. Ciri khas Socrates adalah umpan dengan tumit yang dilakukannya tanpa perlu melihat rekannya. Socrates juga seorang dokter, sebuah perpaduan yang sangat jarang dalam sepakbola. Apalagi di Brasil. Bahkan ia juga seorang intelektual dan mendapat gelar doktor filosofi. Uniknya, Socrates yang pernah bermain di Fiorentina ini juga seorang peminum dan perokok berat. Bagi Socrates, sepakbola tak sekadar permainan menang kalah yang dilakukan 22 orang tapi juga untuk menyuarakan pergerakan demokratisasi. Melalui sepakbola, ia menentang diktator militer. Socrates juga mendirikan pergerakan Demokrasi Corinthians. Di setiap pertandingan, ia selalu mengenakan kaos dalam yang bertuliskan Democracia. Keunikan Socrates tak berhenti. Di usianya yang ke-50, ia pernah menerima tawaran melatih merangkap pemain di klub amatir Garforth Town di Inggris. Ia hanya sekali bermain selama 20 menit sebagai pemain pengganti. Dengan segala keunikannya, ia termasuk salah satu dari 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. Majalah World Soccer juga memasukkannya sebagai 100 pesepakbola terbesar sepanjang sejarah. Socrates masuk dalam Museum Hall of Fame Sepakbola Brasil. Rai Gelandang dengan nama lengkap Rai Souza Vieira de Oliveira. Meski mencetak gol dari titik penalti di pertandingan pertama melawan Rusia, namun penampilan Rai cenderung merosot. Ia mengalami kesulitan untuk menunjukkan kemampuannya. Padahal, ia adalah kapten tim. Kelemahannya, ia kesulitan beradaptasi dalam tim baru.

Akibatnya, sejak babak perempat-final, Rai sudah tak diturunkan lagi. Ban kapten diserahkan kepada Dunga yang dinilai memiliki kharisma dan pengaruh dalam tim. Tak heran bila Dunga lebih populer ketimbang Rai. Gagal bersinar di timnas, namun Rai sukses di klub yang dibelanya. Ia mengantarkan Sao Paulo meraih berbagai gelar juara. Bahkan Sao Paulo menjadi tim yang paling banyak meraih gelar dan mengungguli Santos. Rai pernah ke Eropa untuk memperkuat Paris St Germain selama lima musim. Saat pulang ke Brasil, ia kembali membela Sao Paulo. 7. Witschge Belanda tak berhenti memunculkan dua bersaudara yang kerap bermain bersama. Bahkan Witschge bersaudara saling menggantikan posisi bila salah satu absen. Rob Witschge Witschge bersaudara memang sangat akrab. Saat bermain bersama di Ajax maupun timnas Belanda, keduanya sering saling menggantikan karena sama-sama bermain di lini tengah. Rob turut mengantarkan Ajax meraih Piala Winner 1987. Setelah tiga musim di Ajax, ia memperkuat Saint-Etienne. Namun, Rob gagal mendapat tempat di tim utama sehingga cuma bertahan dua tahun sebelum kembali ke Belanda. Kali ini, ia memperkuat Feyenoord. Rob menutup karirnya sebagai pemain di Arab Saudi dengan memperkuat Al-Ittihad. Rob melakukan debut di timnas pada 4 Januari 1989. Ia tampil di Euro 1992 dan Piala Dunia 1994. Setelah pensiun, ia menjadi asisten pelatih. Richard Witschge

Mengikuti jejak sang kakak dengan mengawali karir di Ajax. Namun, saat meninggalkan Amsterdam, ia bergabung dengan Barcelona yang diarsiteki legenda Belanda Johan Cruyff. Richards juga pernah bermain di Prancis dengan memperkuat Bordeaux dan kemudian menjajal Liga Primer Inggris saat dipinjamkan ke Blackburn Rovers pada 1995. Bersama Blackburn, ia merasakan gelar juara Liga Primer dan sukses menghentikan dominasi Manchester United yang begitu perkasa. Richards tampil di Piala Dunia 1990. Namun, ia terpaksa absen di Euro 1992 karena cedera. Posisinya digantikan kakaknya. 8. Baresi Kakak adik yang dipisahkan oleh dua tim yang berseteru.

Giuseppe Baresi Dari Italia, muncul Baresi bersaudara. Giuseppe adalah kakak dari salah satu bintang Italia Franco. Keduanya sama-sama menempati lini belakang dengan menjadi bek. Hanya, mereka terpaksa bermusuhan di lapangan hijau. Bila Franco menjadi legenda AC Milan, sebaliknya Giuseppe adalah bagian tak terpisahkan dari Inter Milan. Giuseppe menghabiskan karirnya di Inter meski sempat bermain di Modena sebelum memutuskan untuk pensiun. Ia bermain selama 16 musim di Inter dan kemudian menjadi kapten Nerazzurri. Ia memberi dua Scudetti dan Coppa Italia. Hanya, Giuseppe kurang bersinar di timnas dibandingkan sang adik. Ia bermain 13 kali termasuk di Piala Dunia 1986. Di ajang itu, adiknya justru absen. Setelah pensiun, ia kembali ke Inter untuk menangani tim yunior. Franco Baresi

Franco jauh lebih bersinar dibandingkan kakaknya. Franco memimpin barisan pertahanan Milan. Bersama Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti, lini belakang Milan disebut-sebut sebagai back fours terbaik yang pernah ada. Franco juga meraih sukses gemilang dengan memenangi enam gelar Serie A Italia dan tiga kali menjadi juara di Piala Champions. Hanya, Franco muncul di era yang kurang tepat. Dia tampil sebagai bek muda berbakat Italia saat legenda Gaetano Scirea tengah mencapai puncak performa. Akibatnya, ia hanya menjadi bayang-bayang sang legenda sampai akhirnya pensiun. Ia menjadi bagian dari tim Italia yang memenangi Piala Dunia 1982. Hanya, Franco tak pernah dimainkan karena menjadi cadangan Scirea. Ia absen di Piala Dunia 1986 dan kemudian mengantarkan Italia menduduki peringkat tiga di Piala Dunia 1990. Di Piala Dunia 1994, ia

absen di empat pertandingan pertama. Setelah pulih, ia kembali menjadi absen dan berperan besar di final. Aksi tackling dan intersepnya menyulitkan Brasil membobol gawang Italia. Sayang, Italia gagal setelah kalah adu penalti. Ia sendiri gagal menuntaskan penalti pertama. Setelah pensiun, Franco kembali ke Milan sebagai pelatih tim yunior. Ia juga termasuk salah satu 125 legenda hidup sepakbola pilihan Pele. 9. Maradona Dua bersaudara dengan perbedaan yang sangat kontras baik di dalam maupun luar lapangan. Diego Maradona

The Greatest. Yang terbesar tak hanya di Argentina tapi dunia. Pemain bertalenta luar biasa yang pernah dilahirkan dalam sepakbola dunia. Di Piala Dunia 1986, Diego Maradona ditambah sepuluh pemain membawa Argentina menjadi juara. Ia menjadi centre stage di Meksiko. Saat menghadapi Inggris, ia mencetak dua gol luar biasa yang setidaknya mewakili karakteristiknya. Seorang pemain dengan talenta hebat sekaligus kontroversial. Gol pertama dicetak dengan tangannya yang kemudian dikenal dengan Hand of God. Gol kedua sangat spektakuler karena Maradona melewati enam pemain Inggris. Gol tersebut menjadi The Goal of Century. Namun, bagi orang Argentina, gol pertama yang paling disuka. Maradona dengan segala kontroversinya. Bagi warga Napoli, ia menjadi dewa karena mengangkat prestasi tim di kota itu. Namun, Maradona juga sangat dekat dengan narkoba. Kisah kehidupan yang membuatnya penuh kontroversi. Bahkan saat ia mengundurkan diri.

Namun, pernyataan dari Lionel Messi melukiskan bagaimana sosok Maradona bagi Argentina. Apa pun kata orang tentang dia atau apa pun yang dilakukannya, ia tetap pemain yang terbesar di dunia, kata Messi. Kontroversinya masih berlanjut saat Maradona menjadi pelatih tim nasional. Tak punya prestasi apa pun sebagai pelatih, tiba-tiba ia diberi tanggung jawab besar. Hebat sebagai pemain, tapi gagal total sebagai pelatih. Hugo Maradona

Bila Maradona menjulang sebagai pesepakbola yang penuh kontroversi, sebaliknya adiknya Hugo Hernan Maradona merupakan pemain biasa-biasa saja. Bak bumi dan langit antara kakak dan adik. Hugo merupakan adik paling kecil dari Diego. Ia sempat masuk tim nasional U-16. Namun usai tampil di Piala Dunia U-16 di Cina, karirnya di timnas tak berlanjut. Meski demikian, Hugo sempat bermain di Eropa. Ia juga mengikuti jejak kakaknya dengan bermain di klub Italia, Ascoli. Sayang, Hugo yang biasa bermain sebagai gelandang ini gagal bersinar. Tak pernah mencetak gol sehingga dijual ke Rayo Vallecano. Hugo juga sempat bermain di Rapid Vienna dan kemudian menyemarakkan Liga Jepang. Saat pensiun, Hugo hidup tenang di Argentina. Kontras dengan kehidupan sang kakak yang tak pernah lepas dari skandal dan kontroversi. 10. Kovac Dari Kroasia muncul Kovac bersaudara. Niko dan adiknya Robert menjadi tulang punggung timnas. Keduanya bermain bersama di Bayer Leverkusen, Bayern Munchen dan timnas. Niko Kovac

Gelandang bertahan yang memiliki umpan akurat dan kemampuan dalam melakukan tackling. Saat pensiun, ia tercatat sebagai pemain tertua di skuad Kroasia. Niko termasuk kapten yang mampu menaikkan motivasi rekan-rekannya. Ia memimpin Kroasia di Piala Eropa 2004 dan 2008 serta Piala Dunia 2006. Niko menghabiskan karirnya di Jerman dengan memperkuat klub-klub elit Bundesliga, termasuk Bayern Muenchen. Setelah 13 tahun bermain untuk timnas, ia memutuskan pensiun agar memberi kesempatan kepada pemain muda. Robert Kovac

Saat kakaknya pensiun di timnas, ban kapten diserahkan kepada Robert, adiknya. Kini, Robert menjadi pemain paling senior di skuad Kroasia. Dibandingkan kakaknya, karir Robert di klub lebih mentereng. Dia bermain di klub-klub papan atas. Bahkan Robert yang menempati bek tengah bertahan cukup lama di Bayern. Saat meninggalkan Bayern, ia bergabung dengan klub elit Serie A Italia, Juventus, pada 2005. Ia termasuk salah satu dari sedikit pemain bintang yang memilih bertahan di Juve saat dihukum terdegradasi ke Serie B. Kini, ia bermain di Dinamo Zagreb. Robert turut berlaga di Piala Dunia 2002 dan 2006. Dia juga mengantarkan Kroasia lolos ke Piala Eropa 2004.

10 Laga Terbaik Sepanjang Sejarah Sepak Bola Piala Dunia


10) Argentina* 2-2 Inggris Babak 16 Besar 1998
Tak banyak pertandingan yang bisa dikenang dalam tiga atau empat edisi Piala Dunia terakhir, tapi pertandingan ini menjadi salah satunya. Pembicaraan sebelum pertandingan banyak membahas soal balas dendam Inggris setelah tersingkir dari perempat-final 1986 akibat gol Tangan Tuhan Diego Maradona. Dalam 16 menit, sudah terjadi tiga gol. Penalti Gabriel Batistuta membawa Argentina memimpin, tapi Alan Shearer berhasil menyamakan kedudukan. Pemain muda berusia 18 tahun bernama Michael

Owen mencetak gol individual yang indah sebelum disamakan Argentina melalui Javier Zanetti. David Beckham dikartumerah wasit pada babak kedua karena menendang Diego Simeone, gol Sol Campbell dianulir karena Shearer dianggap sudah melakukan pelanggaran terhadap Carlos Roa, dan pertandingan berujung pada adu penalti. Seperti yang terjadi di Italia delapan tahun sebelumnya, Inggris kembali tidak beruntung. Paul Ince dan David Batty gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor setelah tendangan mereka dimentahkan Roa. 9) Jerman 0-2 Italia Semi-Final 2006 Tak ada akhir pertandingan yang lebih dramatis dibandingkan pertandingan Jerman-Italia di Dortmund, 2006. Dua raksasa Italia ini bertarung sengit selama 119 menit. Meski tak tercipta gol pada waktu normal, peluang bertebaran. Gianluigi Buffon mementahkan dua tendangan Bernd Schneider dan Lukas Podolski, sedangkan dua peluang Italia melalui Alberto Gilardino dan Gianluca Zambrotta menghantam tiang gawang. Saat pertandingan seperti akan ditentukan melalui adu penalti, Fabio Grosso muncul dan melepaskan tendangan melengkung. Sontak, fans Italia bergembira. Selang beberapa detik kemudian, Alessandro del Piero menggandakan keunggulan Italia. Azzurri lolos ke final dan akhirnya mengalahkan Prancis melalui adu penalti untuk merebut gelar juara. Hongaria 2-3 Jerman Barat Final 1954 Magical Magyars asuhan Gusztav Sebes tampaknya tidak terkalahkan saat menghadapi Jerman Barat di final 1954 di Bern. Hongaria mengantungi rekor 31 partai tak terkalahkan, termasuk kemenangan 63 atas Inggris di Wembley. Hongaria merevolusi taktik sepakbola dengan sistem serangan yang dibangun empat pemain handal Sndor Kocsis, Jzsef Bozsik, Nndor Hidegkuti, dan tentu saja Ferenc Puskas.

Hongaria mampu membukukan 17 gol hanya dalam dua pertandingan grup, termasuk kemenangan 8-3 atas lawan mereka di final. Jumlah tersebut ditambah kemenangan atas dua tim finalis 1950, Brasil dan Uruguay. Di final, mereka unggul dua gol dalam delapan menit dan kelihatannya kemenangan sudah di depan mata. Tapi, hujan turun dan cuaca berpihak kepada Jerman Barat. Fritz Walter memimpin Jerman Barat meraih kejayaan. Gol Uwe Rahn pada menit ke-83 membalikkan keadaan 3-2 untuk Jerman Barat. Pasukan Sepp Herberger meraih gelar juara dan sampai saat ini pertandingan dikenang sebagai Mukjizat di Bern. 7) Brasil 4-2 Peru Perempat-Final 1970 Estadio Jalisco di Guadalajara menjadi saksi pertemuan dua klub yang tampil mempesona selama Piala Dunia 1970. Pelatih Brasil, Mario Zagallo, berhadapan dengan bekas rekan setimnya, Didi, yang melatih Peru. Brasil, yang akhirnya keluar sebagai juara, memainkan sepakbola menyerang sejak menit pembuka. Tendangan Pele menghantam tiang, sebelum Rivelino mencetak gol melalui tendangan kaki kiri. Tostao menaklukkan Luis Rubinos untuk menambah keunggulan Brasil. Satu lagi gol tercipta melalui Rivelino, tapi dianulir. Semuanya terjadi pada 20 menit pertama. Peru tak menyerah. Mereka memiliki salah satu bek terbaik di Amerika Selatan saat itu, Hector Chumpitaz, dan gelandang trengginas Teofilo Cubillas. Alberto Gallardo berhasil mempertipis ketertinggalan Peru. Namun, Brasil mengembalikan keunggulan melalui Tostao, sebelum kembali dikejar Cubillas. Saat Peru mencoba mencari gol penyama kedudukan, Jairzinho menyelesaikan pertandingan dengan menciptakan gol keempat.

6) Portugal 5-3 Korea Utara Perempat-Final 1966 Kekuatan Portugal saat itu mencerminkan kejayaan Benfica yang sedang merajai Eropa. Portugal mampu mengalahkan juara bertahan Brasil sebelum mencapai semi-final dan dikalahkan tuan rumah Inggris. Dua pemain bintang Portugal adalah Mario Coluna dan Eusebio, yang menjadi topskor turnamen dengan sembilan gol dan dianggap sebagai salah satu striker terbaik dunia. Portugal memenangi seluruh tiga pertandingan grup dan mencetak total sembilan gol, termasuk menyisihkan Brasil. Pada babak delapan besar, Portugal tertinggal tiga gol dan berhasil membalas 5-3 empat gol di antaranya dicetak Eusebio. Korea Utara tampil sebagai tim kejutan turnamen. Mereka berhasil mencapai perempat-final berkat kemenangan bersejarah 1-0 atas Italia. Korea Utara kembali membuat kejutan dengan unggul tiga gol dalam 25 menit atas Portugal. Tapi mereka kurang pengalaman dan terus berupaya melancarkan serangan. Pada akhirnya, kepiawaian Eusebio memandu Portugal memenangkan pertandingan. Gol kelima Portugal dicetak Jose Augusto. Kedua tim kembali bertemu di Piala Dunia kali ini. 5) Jerman Barat 3-3 Prancis Semi-Final 1982 Tiga hari setelah partai Brasil-Italia yang penuh ketegangan, Spanyol 82 juga menghadirkan partai klasik di babak semi-final. Kedua negara bertambah kuat seiring dengan berjalannya turnamen. Banyak pemain berkelas dunia yang tampil, seperti Michel Platini, Alain Giresse, Jean Tigana, Paul Breitner, Uli Stielike, dan Pierre Littbarski. Littbarski membuka kedudukan, tapi disamakan penalti Platini. Pertandingan menghangat. Terjadilah salah satu kejadian paling kontroversial dalam sejarah Piala Dunia ketika kiper Jerman Barat Harald Schumacher merontokkan bek Prancis Patrick Battiston dalam suatu perebutan bola. Battiston terkapar tak sadarkan diri dengan dua giginya tanggal, sedangkan Schumacher lolos dari kartu merah bahkan wasit tidak menilainya sebagai sebuah pelanggaran. Schumacher menjadi tokoh jahat di sisa Piala Dunia.

Pertandingan dilanjutkan hingga perpanjangan waktu. Prancis mampu mencetak dua gol melalui Marius Tresor dan Giresse. Sepertinya Les Bleus akan melaju ke final, tapi Jerman Barat menunjukkan ketangguhan mental dan berhasil membalikkan keadaan. Karl Heinz Rummenigge dan Klaus Fischer berhasil memaksa pertandingan diselesaikan melalui adu penalti. Stielike gagal menjalankan tugas sebagai eksekutor dan sampai saat ini menjadi satu-satunya pemain Jerman (Barat) yang gagal di adu penalti. Namun, Schumacher mampu mematahkan eksekusi Didier Six dan Maxime Bossis untuk mengantarkan Jerman Barat ke babak puncak. 4) Jerman Barat 3-2 Inggris AET Perempat-Final 1970 Piala Dunia 1970 dipenuhi partai-partai klasik dan tiga di antaranya masuk daftar ini. Salah satunya adalah laga perempat-final antara Jerman Barat dan Inggris di Leon, sekaligus ulangan final 1966. Inggris masih diperkuat empat eksponen 66 Bobby Moore, Bobby Charlton, Martin Peters, dan Geoff Hurst bermain baik pada sejam pertandingan. Mereka mampu unggul 2-0 melalui Alan Mullery dan Peters. Tapi, seperti yang selalu terjadi dalam sejarah, jangan remehkan semangat Jerman. Franz Beckenbauer, Wolfgang Overath, dan Gerd Mueller adalah pemain andalan Helmut Schoen. Ketika Juergen Grabowski dimasukkan, arah pertandingan berbalik. Beckenbauer menghidupkan peluang Jerman Barat pada menit ke-68, sebelum Uwe Seeler menyamakan kedudukan melalui gol sundulan. Di babak perpanjangan waktu, Jerman Barat tak terhentikan. Mueller memastikan kemenangan Jerman Barat melalui gol jarak dekat pada menit ke-108.

3) Brasil 1-1 Prancis* Perempat-Final 1986 Dalam taraf keterampilan bersepakbola, inilah Piala Dunia terbaik sepanjang masa. Prancis memiliki tim terhebat mereka yang beranggotakan Platini, Giresse, Tigana, dan Dominique Rocheteau yang sudah memasuki usia 30-an. Sementara itu, Socrates, Junior, dan Zico tampil untuk kali terakhir di Piala Dunia bersama Brasil.

Di bawah sengatan terik matahari, Brasil mampu unggul melalui Careca, tapi menyia-nyiakan serangkaian peluang menggandakan keunggulan. Prancis mampu menyamakan kedudukan melalui Platini. Kedua tim saling bertukar peluang untuk mencuri keunggulan. Publik stadion Guadalajara tak henti-hentinya menyorakkan nama Zico, yang duduk sebagai pemain cadangan. Tele Santana akhirnya goyah dan memasukkan Zico pada babak kedua. Brasil berhasil memperoleh hadiah penalti, tapi Zico gagal menaklukkan Joel Bats. Pertandingan akhirnya ditentukan melalui adu penalti. Dua kapten tim, herannya, gagal menjalankan tugas. Socrates dan Platini. Prancis akhirnya sukses memetik kemenangan dan melaju ke babak empat besar. 2) Italia 4-3 Jerman Barat AET Semi-Final 1970 Pertandingan ini terjadi pada 17 Juni 1970 dan dinobatkan sebagai Pertandingan Abad Ini. Saking bersejarahnya pertandingan ini, sebuah monumen dibangun di luar stadion Azteca, Mexico City, yang bertuliskan, Stadion Azteca menyampaikan rasa hormat untuk tim Italia (4) dan Jerman (3), yang tampil di Piala Dunia 1970, Pertandingan Abad Ini. Sembilan puluh menit pertama pertandingan berlangsung dramatis, tapi tidak bisa dianggap sebagai Pertandingan Abad Ini. Italia unggul pada menit kedelapan melalui tendangan keras Roberto Boninsegna dan tampil bertahan. Jerman Barat terus menggedor. Bahkan Franz Beckenbauer tampil dengan tangan dibebat. Bek Karl-Heinz Schnellinger akhirnya mampu menyamakan kedudukan pada menit terakhir pertandingan. Pertandingan di babak perpanjangan waktu sungguh tak terduga. Lima gol tercipta dalam 30 menit. Mueller membawa Jerman Barat unggul, tapi Tarcisio Burgnich dan Gigi Riva membalikkan kedudukan. Pada menit ke-110, Mueller kembali menyamakan kedudukan. Dari kick-off yang tercipta, Italia kembali unggul melalui Gianni Rivera. Gol tersebut akhirnya menjadi penentu pertandingan yang berlangsung sangat mendebarkan itu. 1) Brasil 2-3 Italia Babak Kedua Grup C 1982 Brasil edisi 1982 dianggap sebagai tim terbaik yang gagal menjuarai Piala Dunia. Pasukan Tele Santana dilengkapi sederetan pemain hebat semacam Leandro, Junior, Socrates, Falcao, Eder, dan pemain terbaik dunia Zico. Sebelum laga melawan Italia, Brasil mengantungi 13 gol dalam empat pertandingan melalui sepakbola Samba mereka. Selecao menjelma jadi calon kuat juara dunia dan hanya butuh seri untuk lolos ke semi-final. Italia sebaliknya, tampil buruk pada awal turnamen dengan hanya bermain imbang pada babak pertama grup. Setelah didera kritik media, mereka menerapkan puasa bicara. Tanda-tanda peningkatan muncul ketika mengalahkan Argentina 2-1, tapi tak ada yang berani menjagokan mereka mampu menaklukkan Brasil dan keluar sebagai juara.

Paolo Rossi, kembali dari hiatus dua tahun, muncul sebagai pahlawan kemenangan dengan mempersembahkan hat-trick untuk Italia. Azzurri mampu unggul dua kali, tapi berhasil disamakan Brasil melalui Socrates dan Falcao. Saat pertandingan tersisa 16 menit, Rossi membukukan gol kemenangan memanfaatkan situasi tendangan penjuru. Pertandingan ini menggambarkan segalanya peluang yang terbuang, aksi hingga akhir laga, penampilan individual dari Bruno Conti dan Falcao, kaus Zico yang robek karena ditarik Claudio Gentile, dianulirnya gol Italia yang seharusnya membuat mereka unggul 4-2, dan penyelamatan gemilang Dino Zoff dari peluang sundulan Oscar

Cristiano Ronaldo

Nama lengkap Tanggal lahir Tempat lahir Tinggi Posisi bermain

Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro 5 Februari 1985 (umur 26) Funchal, Madeira, Portugal 1.86 m (6 ft 1 in)[1] Sayap kanan, Penyerang Informasi klub

Klub saat ini Nomor

Real Madrid 7 Karier junior CF Andorinha CD Nacional Sporting CP Karier senior1

Tahun 20012003 20032009 2009

Klub Sporting CP Manchester United Real Madrid Tim nasional2

Tampil (Gol) 025 0(3) 292 (118)

2003
1

Portugal

061 (21)

Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik dan akurat per 22:14, 14 Januari 2009 (UTC). 2 Penampilan dan gol di tim nasional

akurat per 18:32, 26 Desember 2008 (UTC).

Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro (lahir di Funchal, Madeira, Portugal, 5 Februari 1985; umur 26 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Portugal. Ia dikenal sebagai pemain sayap dari Manchester United dari 2003-2009 sebelum pindah ke Real Madrid pada 1 Juli 2009 dengan memecahkan rekor transfer sebesar 80 juta poundsterling menjadikannya sebagai pemain termahal dalam sejarah sepak bola. Ia biasa bermain sebagai sayap kiri atau kanan serta penyerang tengah. Ia mulai dipanggil ke Timnas Portugal sejak tahun 2003. Ronaldo Lahir di Madeira, Portugal, anak dari Maria Dolores dos Santos Aveiro dan Jos Dinis Aveiro. Dia memiliki kakak laki-laki bernama Hugo, dan dua kakak perempuan, Elma dan Liliana Ctia. Liliana Bekerja sebagai penyanyi dengan nama panggung "Ronalda" di Portugal. Nama kedua yang diberikan kepada Cristiano ("Ronaldo") relatif langka di Portugal. Ronaldo adalah pemain sepak bola yang dapat bermain dengan kedua kakinya, yang membuat dia dapat bermain di mana saja: kanan, kiri atau melalui tengah. Ini mengakibatkan Ronaldo dan rekannya sesama pemain sepak bola di Manchester United Ryan Giggs dapat saling bertukar posisi. Ronaldo memiliki kemampuan teknik yang hebat. Di samping gerakan multi step-over, dia juga mengembangkan banyak kemampuan lainnya, membuat dia sangat lincah dan sebagai pemain sayap yang tidak dapat diprediksikan gerakannya. Disamping kemampuan mengolah bolanya yang luar biasa, dia juga piawai dalam mengeksekusi bola-bola mati, itulah yang membuatnya menjadi salah satu pemain yang paling berbahaya bagi lawannya, dia dapat mencetak gol dengan cara apapun.

Karir
karir muda (Junior)
19931995 -- Andorinha 19951997 -- Nacional 19972001 -- Sporting CP

karir senior (Professional)


20012003 -- Sporting CP -- 25 caps 8 Gol 20032009 -- Manchester United -- 196 caps 84 Gol 2009 Present Real Madrid - 40 caps 37 Gol

Tim nasional
20012002 -- Portugal U17 -- 9 caps 6 Gol 2003 -- Portugal U20 -- 5 caps 1 Gls 20022003 -- Portugal U21 -- 6 caps 3 Gol 2004 -- Portugal U23 -- 3 caps 1 Gol

2003-- Portugal -- 78 Apps 25 Gol

PENGHARGAAN Klub
Manchester United Premier League: 200607, 200708, 200809 FA Cup: 200304 League Cup: 200506, 200809 FA Community Shield: 2007 UEFA Champions League: 200708 FIFA Club World Cup: 2008 Real Madrid Piala Santiago Bernabeu

Individu
UEFA Euro 2004 Team of the Tournament Bravo Award: 2004 FIFPro Special Young Player of the Year: 200405, 200506 Portuguese Footballer of the Year: 200607 UEFA Team of the Year: 200304, 200607, 200708, 200809 Sir Matt Busby Player of the Year: 2003-04, 2006-07, 2007-08 FIFPro World XI: 200607, 200708, 200809 PFA Young Player of the Year: 200607 PFA Players' Player of the Year: 200607, 2007-08 PFA Fans' Player of the Year: 200607, 200708 PFA Premier League Team of the Year: 200506, 200607, 200708, UEFA Champions League Top scorer 2007-08, 200809 FWA Footballer of the Year: 200607, 200708

Premier League Player of the Season: 200607, 200708 Premier League Player of the Month: November 2006, December 2006,January 2008, March 2008 Premier League Golden Boot: 200708 Barclays Merit Award: 200708 European Golden Shoe: 200708 UEFA Club Forward of the Year: 200708 UEFA Club Footballer of the Year: 200708 FIFPro World Player of the Year: 200708 FIFA Club World Cup Silver Ball: 2008 Ballon d'Or: 2008 FIFA World Player of the Year: 2008 Onze d'Or: 2008 World Soccer Player of the Year: 2008 FIFA Ferenc Pusks Award:

Anda mungkin juga menyukai