Anda di halaman 1dari 2

Menghargai Waktu Kebanggaan terbesar seseorang adalah ketika mereka mencapai

kesuksesan. Terutama kesuksesan untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Banyak buku-buku kunci sukses dan motivator yang bertujuan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan melawan rasa putus asa, namun kunci terbesarnya ialah bagaimana kita dapat menghargai waktu dengan memanfaatkan dan membaginya secara efisien. Seperti yang dikatakan pada ayat yang paling sering kita ucapkan sebagai surat pendek bacaan shalat yaitu, Demi masa. Sesunggunya manusia itu benarbenar dalam kerugian (Qs. Al-Ashr:12), lalu juga disebutkan pada ayat Qs. AdDuha 1-2, Demi waktu matahari sepenggalan naik dan demi malam apabila telah sunyi. Bahkan Allah menegaskan untuk mengambil pelajaran dari waktu, Dan dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Qs. Al-Furqan:62). Dalam suatu hadist disebutkan, Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga Allah menanyakan empat hal 1. Umurnya, untuk apa selamanya hidupnya dihabiskan 2. Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja 3. Hartanya, darimana dia menapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya 4. Ilmunya, diamalkan atau tidak (Hadist Hasan, HR. Tirmidzi) Sesungguhnya manusia yang merugi ialah manusia yang menyianyiakan waktu dan menggunakkannya untuk melakukan sesuatu yang merugikan orang lain maupun merugikan dirinya sendiri. Digambarkan seseorang yang cerdik, bukanlah orang yang tiba-tiba mampu menghafal kata-kata maupun susunan huruf yang yang tertulis di dalam buku atau mampu menjawab soal-soal ujian di sekolah. Akan tetapi, seorang yang cerdik ini ialah orang yang mampu melihat kejadian disekitarnya dan memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar, selanjutnya ia jadikan bekal untuk kehidupan ini untuk kemudian diteruskan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Segala sesuatu butuh proses yang kemudian membuahkan hasil serta konsekuensi dan segala kejadian di dunia ini tidak dapat diulang. Karena itulah waktu sangatlah berharga. Islam mengajarkan bagaimana cara kita untuk membagi waktu yang benar yaitu dengan menggunakan dan memanfaatkan skala prioritas. Di agama Islam terdapat hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram yang dapat

juga digunakkan dalam disegala rupa bentuk aktifitas yang bertujuan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Misalnya, ketika pulang sekolah yang harus diutamakan ialah mandi, shalat makan, sikat gigi dan mengerjakkan PR. Lalu prioritas selanjutnya, dilanjutkan dengan belajar ataupun menonton berita. Lalu prioritas yang terakhir ialah bermain game. Dalam peristiwa ini, dapat dilihat kalau kita mementingkan perbuatan yang wajib dahulu lalu yang sunnah dan dilanjutkan dengan yang mubah. Contoh aktivitas makruh ialah menonton gosip, makan/minum sambil berdiri ataupun memakan petai, jika dilakukan tidak apa-apa namun bila ditinggalkan mendapatkan pahala atau terpuji. Contoh aktivitas haram yang mendapatkan dosa jika dilakukan dan diharuskan untuk ditinggalkan ialah meminum khamr, berzina, berbohong ataupun memakan babi. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya waktu emas dan membagi waktu lewat tanggalan yang dapat kita pelajari dan aplikasian terhadap kepentingan lain. Contohnya ialah tanggalan Idul Fitri dan Idul Adha. Keutamaan bulan Ramadhan didalamnya terdapat 10 malam terkahir yang di dalamnya ada satu malam Lailatul Qadr yang mempunyai kadar ibadah 1000 bulan pada malam-malam lainnya. Banyak diantara kita yang mempunyai keinginan yang kuat untuk memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya namun sedikit yang memiliki gambaran penuh tentang langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh. Berikut adalah beberapa tawaran singkat untuk mengatur waktu, 1. Isi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat 2. Menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan 3. Memilih waktu-waktu yang mempunyai keutamaan contohnya pada hari jumat ada satu jam yang ketika seorang muslim berdoa niscaya akan dikabulkan doanya. 4. Membagi waktunya dengan kegiatan 5. Ambilah waktu istirahat untuk mengumpulkan tenaga seperti yang dikatakan imam Ali, Hiburlah hati anda sesaat- saat, karena hati ini jika telah capai, tidak bisa memandang sesuatu dengan baik. Istirahat berarti bukan berhenti, tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi. Oleh: Ofid

Anda mungkin juga menyukai