Anda di halaman 1dari 2

BAB 3 PATOFISIOLOGI

Pada kwasiorkor tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang penting adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Ini terjadi karena kekurangan protein dalam diet sehingga terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah berkurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hati, yang kemudian berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke perifer terganggu, dan akibatnya terjadilah penimbunan lemak dalam hati.1 Peningkatan cairan tubuh total2 Terjadi peningkatan cairan tubuh total pada anak dengan kwashiorkor, hal ini ditunjukkan dengan adanya edema. Telah ditunjukkan bahwa konsentrasi protein plasma sangat rendah pada anak dengan edema. edema dapat jelas selama rehabilitasi gizi tanpa perubahan apapun dalam konsentrasi serum albumin. Imunitas dan infeksi2 Telah diketahui bahwa banyak fungsi sistem imun tergantung pada jalur metabolik yang membutuhkan berbagai zat gizi sebagai factor yang penting. Perubahan kompetensi imun yang paling jelas pada kwashiorkor adalah terletak pada fungsi sel-mediated imunitas bakterisidal neutrofil, sistem komplemen dan sekresi antibody imunoglobulin A (IgA) Perubahan fungsi renal2 Meskipun kurangnya bukti kerusakan ginjal ditemukan pada anak dengan kwashiorkor, edema yang diamati pada kwashiorkor dan telah dikaitkan dengan ketidakmampuan ginjal untuk

mengeluarkan kelebihan cairan memadai dan natrium, serta adanya hypoproteinaemia dan aflatoksin. Perubahan system cardiovascular2 Anak-anak dengan KEP berat memiliki jantung yang lebih kecil dan stroke volume yang lebih rendah. Ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan memadai dan natrium pada kwashiorkor juga berdampak pada jantung. Dengan demikian, sirkulasi kelebihan beban dari biasanya. Membran sel jantung menjadi bocor karena kerusakan oksidatif. Jumlah pompa Na-K dalam membran sel berkurang sehingga untuk menghemat energi selanjutya jantung bekerja lebih lambat. Dengan demikian akumulasi natrium intraseluler dan kebocoran kalium yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit . Oshikoya, Kazeem, A. Senbanjo, Idowu, O. Pathophysiological changes that affect drug disposition in protein-energy malnourished children. Diakses dari

http://www.nutritionandmetabolism.com/content/6/1/50. 2009.

Pada fase akut kwashiorkor, kadar insulin serum tertekan dan hormon pertumbuhan (GH) meningkat. Hormon pertumbuhan juga meningkat pada marasmus namun tidak setinggi pada kwashiorkor. Sementara konsentrasi hormon pertumbuhan terus menerus, insulin akan meningkat terutama di kalangan anak kwashiorkor setelah rehabilitasi gizi. Kelenjar adrenal pada anak KEP mengalami atropi ketika di autopsi tapi konsentrasi kortisol plasma meningkat dan tidak respons terhadap corticotrophin. Kortisol serum berikatan dengan protein, sehingga hipoalbuminaemia akan menyebabkan meningkatkan tingkat kortisol bebas dalam plasma yang dapat berkontribusi pada toleransi glukosa abnormal dan edema terlihat pada kwashiorkor dan marasmic-kwshiokor. Pada binatang percobaan, adrenalektomi dan diabetes yang disebabkan aloksan menghapuskan variasi harian dalam metabolisme obat sebaik perubahan produksi di tingkat dasar aktivitas enzim hati mikrosoma. Terapi pengganti hormon pertumbuhan manusia pada anak yang kurang gizi dilaporkan secara substansial memperpanjang waktu paruh amobarbital. Dengan peningkatan kadar hormone pertumbuhan plasma pada anak kurang gizi, akan penting diperlukan dalam mempelajari metabolism amobarbital dan obat lain yang sifatnya sama pada anak kurang gizi.

Anda mungkin juga menyukai