Anda di halaman 1dari 46

Anak Tuna Rungu

(Muharzi Aghta Trianto, Amd. Aud) Tuna rungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yaitu ada yang khusus dan umum.

Pada anak yang menderita tunarungu dimana menunjukkan suatu kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya.

Bagi anak tunarungu, kita bisa memberikan suatu Layanan pendidikan yang spesifik yaitu terletak pada pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Hallahan dan Kaufman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunikasi anak tunarungu, yaitu :

Auditory training Speechreading Sing language and finggerspelling Selain layanan pendidikan bagi anak tunarungu seperti yang telah dijelaskan diatas, kita pun mampu memberikan fasilitas anak tunarungu dalam pendidikan secara umum, dimana hal ini relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran,alat tulis, sarana bermain dan olahraga. Oleh karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus.

Mengenali Gejala Gangguan Pendengaran Pada Usia Dini

Menurut Yosita, sejak berada dalam kandungan, bayi sudah dapat mendengar. Terlihat pada pemeriksaan USG, saat bayi bergerak-gerak merespon gelombang suara yang dihasilkan USG. Setelah lahir, bayi sudah mampu mendengar suara-suara di sekitarnya. Buktinya adalah ketika mendengar suara berisik, ia pun terbangun. Hanya karena perkembangan otak dan motoriknya belum sempurna,

reaksi yang timbul sebatas tangisan atau membuka mata. Seiring dengan bertambahnya usia, respon yang diberikan makin beragam, misalnya menoleh, mendekat ke arah suara dan sebagainya.

Selama perkembangan ini, anak tidak cuma mampu mendengar, tetapi juga merekam jenis-jenis bunyi ke dalam otaknya. Tak heran menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengenal suara ibu, ayah, atau pengasuhnya. Rekaman ini suatu saat akan di-recall pada waktu si kecil belajar bicara.

Cara Mendeteksi Ganguan Pendengaran Usia Dini

Cara mendeteksi gangguan pendengaran dengan mudah, Secara sederhana :

Dapat dilakukan melalui permainan bunyi seperti tepuk tangan, batuk, menabuh kaleng, dan sebagainya. Bayi normal akan memberi respon terhadap bunyi. Bisa dengan mengedipkan mata, mimik wajahnya berubah, berhenti mengisap ASI atau botol susu, terkejut serta bereaksi dengan mengangkat kaki dan tangan Pada bayi yang lebih besar, kerap kali merespon dengan menolehkan kepala pada sumber bunyi. Minimal, ia mencari sumber bunyi tersebut dengan gerakan mata. Jika si kecil tak bereaksi, sebaiknya orang tua segera membawanya ke dokter. Berikut adalah beberapa dari tanda-tanda gangguan pendengaran pada bayi :

Jika bayi tidak merespon terhadap suara pada saat ia atau dia adalah 3 sampai 4 bulan tua Jika bayi tidak mengatakan kata-kata pendek seperti papa atau mama saat sudah usia satu tahun Bayi tidak menanggapi suara Anda Bayi tidak meniru suara apa pun yang Anda buat Bayi tidak merespon musik atau cerita Kadangkadang, anak-anak dapat mengembangkan gangguan pendengaran ketika mereka mendapatkan sedikit lebih tua karena membangun lilin telinga, infeksi atau cedera. Maka Anda harus mencari tanda-tanda lain gangguan pendengaran seperti berikut:

Anak tidak mendengar televisi pada volume yang sangat keras Anak tidak merespons ketika Anda memanggil namanya Anak menderita masalah pidato Si anak menunjukkan masalah belajar Anak mengeluh kepada Anda tentang penderitaan dari earaches Gangguan Pendengaran Pada Bayi Dan Anak

Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan gangguan pendengaran tipe KONDUKTIF (Conductive Hearing Loss) dimana terdapat hambatan hantaran gelombang suara karena kelainan atau penyakit pada telinga luar dan tengah, sedangkan gangguan telinga dalam dapat menyebabkan gangguan pendengaran tipe SENSORI NEURAL (Sensori Neural Hearing Loss). Jika terdapat kelainan atau penyakit tipe konduksi disertai sensorineural maka kelainan tersebut termasuk tipe CAMPURAN (Mixed Hearing loss). Penyebab gangguan pendengaran pada anak biasanya dibedakan menjadi 3 berdasarkan saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu

1. Pada saat kehamilan atau dalam kandungan (PRENATAL)

Yang berkaitan dengan keturunan (genetik). Yang tidak berkaitan dengan keturunan seperti Infeksi pada kehamilan terutama pada awal kehamilan/trimester pertama (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes, Sifilis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur anatomi serta pengaruh obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang berpotensi menggangu proses pembentukan organ dan merusak selsel rambut dirumah siput seperti salisilat, kina, neomycin, streptomisin, gentamisin, thalidomide barbiturate dll

2. Pada saat Kelahiran atau Persalinan (PERINATAL)

Beberapa keadaan yang dialami bayi pada saat lahir juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya gangguan pendengaran seperti tindakan dengan alat pada saat proses kelahiran (ekstraksi vakum, tang forsep), bayi lahir premature (< 37 mgg), berat badan lahir rendah (< 2500 gr), lahir tidak menangis (asfiksia), lahir kuning (hiperbilirubinemia). Biasanya jenis gangguan pendengaran yang terjadi akibat faktor prenatal dan perinatal ini adalah tipe saraf / sensori neural dengan derajat yang umumnya berat atau sangat berat dan sering terjadi pada kedua telinga.

3. Pada saat setelah Persalinan (POSTNATAL)

Pada saat pertumbuhan seorang bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun virus seperti Rubella (campak german), Morbili (campak), Parotitis, meningitis (radang selaput otak), otitis media (radang telinga tengah) dan Trauma kepala. Bayi yang mempunyai faktor resiko diatas mempunyai kecenderungan menderita gangguan pendengaran lebih besar dibandingkan bayi yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.Seorang anak harus diperiksa fungsi pendengarannya segera setelah dicurigai terdapat faktor-faktor resiko diatas atau anak tidak bereaksi terhadap bunyi-bunyian disekitarnya (tepukan tangan, suara mainan, terompet, sendok yang dipukulkan ke gelas/ piring dll) dan terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa.

Cara Mencegah dan Mengatasi

Orang tua sering terlambat dalam mengenali gangguan pendengaran seorang anaknya. Padahal gangguan pendengaran sering terjadi pada saat anak pra sekolah. Sebenarnya gangguan pendengaran sendiri dapat diwaspadai dengan melakukan skrining. Skrining bertujuan menemukan kasus gangguan pendengaran sedini mungkin. Dengan demikian seorang yang melakukan skrinning pada saat bayi baru lahir, pra sekolah dan saat anak sedang bersekolah, diharapkan seorang anak yang mengalami cacat dengar dapat dibatasi akibatnya. Maksudnya seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat dicarikan jalan yang terbaik baik itu pendidikan dan perkembangan anak tersebut.

Sayangnya, tindakan rehabilitasi atau habilitasi pada anak yang mengalami gangguan pendengaran masih mahal dan belum merata, artinya belum bisa menjangkau pada anak-anak di daerah yang terpencil dan terisolasi. Meski demikian, ada beberapa sederhana untuk melakukan skrinning yang tepat. Diantaranya adalah melakukan respons audiotrik misalnya bertepuk tangan, membunyikan lonceng dan mainan.

Sedangkan cara jika ingin memperoleh hasil yang tepat ketika mendiagnosa kelainan gangguan pendengaran pada seorang anak, maka bisa menggunakan :

Pemeriksaan Sejak Usia 2 Hari

Pada pemeriksaan lebih lanjut, biasanya anak akan menjalani pemeriksaan audiometri sesuai umur, diantaranya tes OAE (Oto Acoustic Emission) atau BERA (Brainstem Evoked Response Auditory). Cara kerjanya dengan menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kulit kepala bayi. Anak diberi rangsangan suara, kemudian direkam di komputer, hasilnya berupa data dalam bentuk grafik. Dari situlah akan diketahui ambang dengarnya.

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan apakah memang benar terjadi gangguan pendengaran, jenis gangguan pendengaran serta letak kelainan yang menimbulkan gangguan pendengaran. Sehingga dapat dicari solusi terbaik untuk perawatan selanjutnya, dengan harapan anak bisa berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar.Di Indonesia kini tengah digalakkan pemeriksaan pendengaran bayi sejak usia 2 hari. Semakin cepat dan tepat intervensi dilakukan. Hasilnya akan semakin baik.

Metode OAE

OAE atau Oto Acoustic Emission adalah sebuah teknik pemeriksaan kohlea berdasarkan prinsip elektrofisiologik. Dengan OAE bisa diketahui apakah kohlea bisa berfungsi normal sebagai reseptor pendengaran. Cara kerja dari OAE adalah menggunakan komputer serta dibantu sejumlah elektroda yang ditempelkan di permukaan kulit bayi. Proses kerjanya adalah sang bayi diberikan rangsangan suara. Hasil dari rangsangan suara tadi yang berupa data dalam bentuk grafik kemudian direkam di komputer. Hasil dari data tersebut adalah ambang dengar dari sang bayi tersebut yang diberi satuan db (desibel).

Dalam keadaan pendengaran normal, bunyi akan bergerak melalui salur telinga sampai gendang telinga. Suara dari salur telinga akan menimbulkan gelombang bunyi yang selanjutnya akan menyebabkan gendang telinga bergetar dan tulang telinga bergerak. Gerakan akan menyebabkan cairan telinga dalam (koklea) menggerakkan sel rambut. Dari sinilah, sel rambut akan mengubah gerakan menjadi isyarat elektrik dan selanjutnya akan disampaikan ke saraf pendengaran otak, pada akhirnya, manusia akan mendengar bunyi. Mengingat proses diatas, kita tahu betapa pentingnya koklea di dalam telinga kita, jadi pemeriksaan dengan metode OAE patut dicoba.

Pemeriksaan sejak dini harus dilakukan jika bayi memiliki beberapa faktor risiko. Antara lain riwayat keluarga dengan tuli kongenital (tuli bawaan/keturunan), riwayat infeksi pranatal (TORCHS =

Toksoplasma, Rubela, Cytomegalo Virus, Herpes), bayi dengan kelainan anatomi telinga, bayi lahir dengan BBLR/Berat Badan lahir Rendah < 1500 gr, persalinan dengan tindakan (vakum), hiperbilirubinemia/bayi kuning, asfiksia berat (lahir tidak menangis).

Terjadinya gangguan pendengaran akan berdampak pada keterlambatan bicara si anak kelak. Selain itu, orangtua haruslah peka dengan kondisi buah hatinya. Waspadai jika anak sulit menangkap pembicaraan pada lingkungan ramai, ucapan anak sulit dimengerti, anak bicara terlalu lemah/keras, kemampuan bicara yang tidak lengkap atau kata-katanya banyak yang hilang, nilai di sekolah turun terutama nilai bahasa Indonesia.

Pesan dari beberapa ahli, Bila kondisi anak tuli sebagian (hearing impaired) dan bukanlah tuli total (deaf), berarti fungsi pendengaran yang berkurang tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat bantu dengar. Oleh karenanya sangat diperlukan deteksi dini, kalaupun harus memakai alat bantu, tetap beri dukungan yang terbaik bagi anak.

Klasifikasi Anak Tuna Rungu

Tuna rungu adalah iatilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorrang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya. Tunarungu terdiri atas beberapa tingkatan kemampuan mendengar, yang khusus dan umum. Ada beberapa klasifikasi anak tuna rungu secara umum, yaitu :

1. Klasifikasi umum

The deaf, atau tuli, yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan tingkat ketulian diatas 90 dB Hard of hearing, atau kurang dengar, yaitu penyandang tunarungu ringan atau sedang dengan tingkat ketulian 20 -90 dB 2. Klasifkasi khusus

Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 25 45 dB. Seorang yang mengalami tunarungu ringan, ia mengalami kesulitan untuk merespon suara-suara yang datangnya agak jauh. Pada kondisi demikian, anak secara psikologis sudah memerlukan perhatian khsusus dalam belajarnya disekolah, misalnya dengan menempatkan tampat duduk di bagian depan yang dekatnya dengan guru. Tunarungu sedang yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 46 70 dB. Seorang yag mengalami ketunarunguan sedang, ia hanya akan mengerti percakapan apada jarak 3 5 feet secara berhadapan, tetapi tidak dapat mengikuti diskusi dikelas. Untuk anak yang mengalami ketunarunguan ini memerlukan adanya alat bantu dengar ( hearing aid ) dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi dan irama. Tunarungu berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 71 90 dB. Seseorang yang mengalami ketunarunguan tingkat taraf berat, hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan diperkeras. Siswa dengan kategori ini memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikannya disekolah. Siswa juga sangat memerlukan adanya pembinaan atau latiha komunikasi dan pengembangan bicaranya. Tunarungu sangat berat, yaitu penyandang tunarungu yang mengalami tingkat ketulian 90 dB keatas. Seseorang yang mengalami ketunarunguan tingkat sangat berat ini sudah tidak dapat merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih bisa merespon melalui getaran suara yang ada. Untuk kegiatan pendidikan dan aktifitas yang lainnya, penyandang tunarungu ini lebih mengandalkan kemampuan visual atau penglihatannya.

Karakteristik anak tunarungu

Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dengan anak normal pada umumnya. Beberapa karakteristik anak tunarungu diantarnya adalah :

1.

Segi fisik

Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan telinga, menyebabkan anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam aktifitas fisiknya.

Pernafasannya pendek dan tidak teratur. Anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, sehingga mereka juga tidak bisa mengatur pernafasannya dengan baik, khususnya dalam berbicara.

Cara melihatnya agak beringas. Penglihatan merupakan salah sau indra yang paling dominan bagi anak penyandang tunarungu, dimana sebagian pengalamannya diperolah melalui penglihatan. Oleh karena itu, anak tunarungu dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatnya selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.

2. Segi bahasa

Miskin akan kosakata Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic Tatabasanya kurang teratur 3. Intelektual

Kemampuan intelektualnya normal. Pada dasarnya anak tunarungu tidak mengalami permasalahan dalam segi intelektual. Namun akibat keterbatasannya, dalam berkomuniksi dan berbahasa, perkembangan intelektualnya menjadi lamban.

Perkembangan akademiknya lamban karena adanya keterbatasan bahasa. Karena keterlambatab dari segi intelektual akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.

4.

Sosial-emosional

Sering merasa curiga. Sikap ini terjadi akibat kelainan fungsi pendengarannya. Meraka tidak dapat memahami apa yang di sampaikan orang lain, sehingga anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.

Sering bersikap agresif. Layanan Pada Anak Tunarungu

Layanan pendidikan yang spesifik bagi anak tunarungu adalah terletak pada pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Hallahan dan Kaufman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunkasi anak tunarungu, yaitu :

Auditory training Speechreading Sing language and finggerspelling Ada beberapa cara dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak tunarungu yaitu :

Metode oral, yaitu cara melatih anak tunarungu dapat berkomunikasi secara lisan ( verbal) dengan lingkungan orang mendengar. Dalam hal ini,perlu partisipasi lingkungan anak tunarungu untuk berbahasa secara verbal. Dapat pula diterpakan prinsip cybernetik yaitu menekankan perlunya suatu pengoyrolan diri. Setiap organ gerak bicara yang menimbulkan bunyi, di rasakan dan diamati sehingga hal itu akan memberikan umpan balik terhadap gerakanya yang akan menimbulkan bunyi selanjutnnya. Membaca ujaran atau dalam dunia pendidikan sering disebut dengan membaca bibir ( lip reading ) membaca ujaran yaitu suatu kegiatan yang mencajup pengamatan visual dari bentk dan gerak bibir lawan bicara sewaktu dalam proses bicara. Membaca ujaran mencakup pengertian atau pemberian makna pada apa yang di ucapkan lawan bicara dimana ekspresi muka dan pengetahuan bahasa turut berperan. Ada beberapa kelemahan dari membaca ujara itu sendiri yaitu : Tidak semua bunyi bahasa dapat dilaihat pada bibir Ada persamaan antara berbagai bentuk bunyi bahasa misalnya bahasa bilabial ( p, b, m), dental ( t, d, n) akan terlihat mempunyai bentuk yang sama pada bibir. Lawan icara harus berhadapan dan tidak terlalu jauh Pengucapan harus pelan dan lugas Metode manual

Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak tunarungu berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat mempunyai unsur gesti atau gerakan tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual.

d. Ejaan jari.

Ejaan jari adalah penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari. Ejaan jari secara garis besar dapat di kelompokkan dalam 3 jenis, yaitu :

Ejaan jari dengan satu tangan ( one handed ) Ejaan jari dengan dua tangan ( two handed ) Ejaan jari campuran dengan menggunakan satu tangan dan dua tangan. Komunikasi total Komunikasi total ini merupakan upaya perbaikan dalam mengajarkan komunikasi pada anak tunarungu. Komunikasi total merupakan cara berkomunikasi dengan menggunakan salah satu modus atau semua cara berkomunikasi yaitu penggunaan sistem syarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik, mengganbar dan menulis serta pemanfaatan sisa pendenganran dan kemempuan seseorang.

Fasilitas Anak Tunarungu Dalam Pendidikan

Fasilitas anak tunarungu secara umum relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran,alat tulis, sarana bermain dan olahraga. Oleh karena anak tnarngu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus, antara lain :

a. Audiometer

Adalah alat elektronik untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang. Melalui audiometer, kita dapat mengetahui kondisi pendengaran anak utunarungu lainnya :

Apakah sisa pendengarannya di fungsionalkan melaui konduksi tulang atau konduksi udara. Berapa desibel anak tersebut kehilangan pendengarannya Telinga mana yang mengalami kehilangan pendengaran, apakah telinga kiri, kanan, atau keduanya Pada frekuensi berapa anak masih dapat menerima suara Ada 2 jenis audiometer, yaitu audiometer oktaf ( untuk mengukur frekuensi pendengaran : 125 250 500 1000 2000 4000 8000 Hz) dan audiometer kontinyu ( mengukur pendengaran 25 1200 Hz)

b. Hearing Aid

Merupakan alat bantu dengar yang mempunyai 3 unsur utama yaitu : microphone, amlifier, dan receiver. Alat bantu ini labih cepat di gunakan bagi anak tunarungu yang kelainan pendengaran konduktif. Begitu pula alat bantu dengan akan lebih efektif jika di gunakan sesuai dengan program prndidikan yang sistematis yang diajarkan oleh guru-guru yang profesional yang mampu memadukan ilmu pengetahuan anak beerkebutuhan khusus dengan pengetahuan audiologi dan patologi bahasa.

Anak tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar diharapkan mampu memilih suar mana yang diperlukan dan mana bantuan mimik serta gerak bibir dari guru ( speech therapist ), maka anak tunarungu dapat berlatih menangkap artidari apa yang di ucapkan guru dan orang lain.

c. Telephone Typewriter

Yaitu mesin telepon yang merupakan alat bantu anak tunarungu yang memungkinkan mereka mengubah pesan diketik menjadi tanda-tanda elektronik yang diterjemahkan secara tertulis.

d. Mikro Komputer

Yaitu alat bantu khusus yang dapat memberikan informasi secara visual. Alat bantu ini sangat membantu anak tunarungu yang mengalami kelainan pendengaran berat. Keefektifan alat ini tergantung

pada software dan materinya harus dapat dimengerti oleh anak tunarungu. Manfaat dari penggunaan mikro komputer adalah :

Anak tunarungu dapat belajar mandiri, bebas tetapi bertanggung jawab Anak tunarungu dapat mengembangkan kreatifitas berfikir dengan mikro computer Anak tunarungu dapat berkomunikasi interaktif dengan informasi yang ada dalam program mikro komputer e. Audio Visual

Audiovisual dapat berupa fil, vidio-tapes, tv. Penggunaan audiovisual tarsebut sangat bermanfaat bagi anak tunarungu, karena mereka dapat memperhatikan sesuat yang di tampilkan sekalipun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.

f. Tape Recorder

Alat ini sangat berguna untuk mengontrol hasil uapan yang telah direkam, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan bahasa lisan anak tunarungu dari hari ke hari dan dari tahun ke tahun. Selain itu, alat ini sangat membantu anak tunarungu ringan dalam meyadarkan akan kelainan bicaranya, sehingga guru artikulasinya lebh mudah membimbing mereka dalam memperbaiki kemampuan bicara mereka. Tepe recorder juga dapat di gunakan untuk mengajar anak tunarungu yang belum bersekolah dalam mengenal gelak tawa, suara hewan, perbedaan antara suata tangisan dengan omelan,dsb

g. Spatel

Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara, terutam lidah. Alat ini digunakan untuk menekan lidah, sehingga posisi lidah anak tunarungu benar ketika mereka berbicara.

h. Cermin

Cermin dapat digunakan sebagai alat bantu tnarungu dalam belajar menguapkan sesuatu dengan artikulasi yang benar. Disamping itu, anak tunarungu dapat menyamakan ucapannya melalui cermin dengan apa yang diucapkan oleh guru atau artikulator. Dengan itu, artikulator dapat mengontrol gerakan yang tidak tepat dari anak tunarngu, sehingga mereka menyadari dalam mengucapkan konsonan, vokal, kata-kata, kalimat secara benar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketunaan bagi anak luar biasa Faktor-faktor yang mempengaruhi ketunaan pada masing-masing jenis anak luar biasa antara lain : 1. Faktor- faktornya adalah : a. Penyebab Prenatal yaitu penyebab yang bereaksi sebelum kelahiran. Artinya, pada waktu janin masih bereda dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus, misalnya virus rubella, mengalami trauma atau salah minum obat, yang semuanya ini berakibat bagi munculnya kelahiran pada bayi. Berdasarkan penyebab ini, Anda tentu dapat memahami kehati- hatian yang ditubjukan oleh seorang calon ibu pada masa kehamilan. Kehati- hatian ini merupakan satu usaha untuk mencegah beraksinya berbagai penyebab yang memungkinkan terjadinya keluarbiasaan. b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan ( di- vacuum ), pemberian oksigen yang terlampau lama bagi anak yang lahir premature. Dari uraian ini anda dapat menduga betapa pentingnya proses kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal bagi bayi. Misalnya, keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan, menggunakan alat- alat atau kelebihan memberi oksigen akan mengundang munculnya keluarbiasaan yang tentu saja akan mengagetkan orang tua bayi. c. Penyebeb Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari dengan cara berhati- hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan yang kondusif bagi keluarga. a. Anak Tunanetra Faktor-faktor yang menyebabkan ketunanetraan pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu : faktor internal ( dalam diri anak )dan faktor eksternal ( luar diri anak ). 1. Faktor endogen atau faktor internal Hal-hal yang termasuk dalam faktor internal (endogen )yaitu faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan, seperti : - Faktor gen ( sifat pembawa keturunan ) Ketunanetraan yang disebabkan faktor keturunan, dapat dilihat pada sifat sifat keturunan yang mempunyai hubungan pada garis lurus, silsilah dan hubungan sedarah. Sifat sifat keturunan pada garis lurus terdapat, misalnya hasil perkawinan orang bersaudara.

Perkawinan pada garis lurus cenderung pula kepada hubungan sedarah, yakni kekurangan unsur variabel jenis darah tertentu. Hubungan sedarah memperbesar kemungkinan lahirnya seorang anak tunanetra atau anak luar biasa dari jenis yang lain. - Ketunanetraan juga terdapat pada anak anak yang lahir dari hasil perkawinan antar sesama tunanetra, atau yang mempunyai orang tua, atau nenek moyang yang menderita tunanetra. Dengan kata lain pengaruh yang bersifat heriditer. - Anak tunanetra yang lahir sebagai akibat proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan oleh gangguan yang diderita oleh sang ibu waktu hamil atau karena unsur unsur penyakit yang bersifat menahun ( misalnya penyakit TBC ), sehingga merusak sel sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan - Kondisi psikis ibu - Kekurangan gizi - Keracunan obat - Dsb 2. Faktor exogen atau faktor eksternal Hal-hal yang termasuk dalam eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan, seperti : - Terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan - Pengaruh alat bantu medis ( tang ) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak - Kurang gizi atau vitamin - Terkena racun - Panas badan yang terlalu tinggi - Peradangan mata karena penyakit, bakteri atau virus - Xerophthalmia, yaitu suatu penyakit karena kekurangan vitamin A. penyakit ini terdiri atas stadium buta senja, stadium xerosis (selaput putih kiri kanan dan selaput bening kelihatan kering ), dan stadium kratomalacia ( selaput bening menjadi lunak, keruh, dan hancur ). - Trachoma, dengan gejala bintil bintil pada selaput putih, kemudian perubahan pada selaput bening dan pada stadium terakhir, selaput putih menjadi keras, sakit, dan terluka. - Katarak, glaucoma, dan lainya penyakit yang dapat menimbulkan ketunanetraan.

- Faktor eksternal lainnya adalah kecelakaan yang langsung dan tidak langsung mengenai bola mata. Misalnya kecelakaan karena kemasukan kotoran karena barang keras, benda tajam, atau kena barang cairan yang berbahaya dan sebagainya. b. Anak Tunarungu Hal yang menjadi penyebab ketunarunguan yaitu karena beberapa faktor diantaranya : Pada saat sebelum dilahirkan Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat sebelum dilahirkan diantaranya : - Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen, dll. - Karena penyakit, sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu adalah rubella, moribili, dll. - Karena keracunan obat-obatan, pada waktu kehamilan ibu meminum obat-obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kahadiran anaknya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan yang hal ini akan dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan. Pada saat kelahiran Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat kelahiran diantaranya : - Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan ( tang ) - Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelun waktunya Pada saat setelah lahir ( post natal ) Ada beberapa faktor penyebab ketunarunguan pada saat setelah lahir, diantaranya : - Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dll. - Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak. - Karena kecelakaan yang menyebabkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam misalnya karena jatuh. Faktor faktor lain yang menyebabkan ketunarunguan yaitu : 1. Ketidakmampuan menerima rangsangan pendengaran. 2. Kemiskinan bahasa, ketidaktetapan emosi.

3. Keterbatasan intelegensi dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadapnya mengbhambat pekembangan kepribadiannya. 4. Ketunarunguan terjadi apabila getaran udara tidak dapat diterima dan diteruskan ke otak karena adanya kerusakan pada sebagian atau keseluruhan alat pendengaran.

c. Anak Tunagrahita Faktor-faktor yang menyebabkan ketunagrahitaan anak yaitu diantaranya : 1. Kerusakan / kelainan biokimiawi 2. Abnormalitas kromosomal 3. Infeksi Rubella (cacar) 4. Faktor Rhesus (Rh) 5. Sebab-sebab pada masa perinatal 6. Sebab-sebab pada masa postnatal 7. Faktor sosio-kultural.

d. Anak Tunadaksa Ketunadaksaan pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : A. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran ( fase prenatal ), yaitu : - Faktor keturunan - Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan - Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu kehamilan - Pendarahan pada waktu kahamilan - Keguguran yang dialami ibu - Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, syphilis, rubella, dan typhus abdominolis. - Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.

- Bayi dan kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi system saraf pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. - Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma ( kecelakaan ) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan system syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak system syaraf pusat. A. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran ( fase natal ), yaitu : - Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran ( seperti tang, tabung, vacuum, dll ) yang tidak lancar. - Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran. - Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya system metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan. - Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi. - Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestasi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi system persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur maupun fungsinya. A. Sebab-sebab sesudah kelahiran ( fase post natal ), yaitu : - Infeksi - Trauma - Tumor - Kecelakaan atau trauma kepala, amputasi. - Infeksi penyakit yang menyerang otak. - Anosia atau hiposia. - Penyakit tuberculosis - Radang selaput otak. - Radang otak - Keracunan arsen atau karbonmonoksida.

e. Anak Tunalaras

Untuk berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah ketunalarasan berikut dibahas mengenai :

- Disfungsi kelenjar endokrin dapat mempengaruhi gangguan tingkah laku. - Berupa kelainan atau kecacatan baik tubuh maupun sensoris yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang.

- Setiap memasuki perkembangan baru, individu dihadapkan pada berbagai tantangan atau krisis emosi. Jiwa anak yang masih labil pada masa ini banyak mengandung resiko berbahaya sepeerti anak akan mudah terjerumus pada tingkah laku menyimpang. eluarga a. Kasih sayang dan perhatian - Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua mengakibatkan anak mencarinya di luar rumah. - Untuk memperoleh rasa aman dan perhatian dari orang tuanya, anak dapat dengan sengaja melakukan perbuatan tercela dan menentang norma lingkungan. - Sehingga dapat dikatakan lingkungan keluarga yang tidak mampu memberikan dasar perasaan aman dan dasar untuk perkembangan sosial dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku pada anak. b. Keharmonisan keluarga - Ketidakharmonisan dapat disebabkan oleh pecahnya keluarga atau tidak adanya kesepakatan antara orang tua dalam menerapkan disiplin dan pendidikan terhadap anak. Orang tua yang sering berselisih faham dapat menerapkan peraturan atau disiplin dapat menimbulkan keraguan pada diri anak akan kebenaran suatu norma, sehingga akhirnya anak akan mencari jalan sendiri atau hal yang dapat saja menjadi awal dari terjadinya gangguan tingkah laku. c. Kondisi ekonomi - Lemahnya kondisi ekonomi keluarga dapat pula menjadi salah satu penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut di dalam keluarga dapat mendorong anak mencari jalan sendiri yang kadang-kadang mengarah pada tindakan antisosial. - Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau pengangguran secara relatif dapat melengkapi rangsanganrangsangan untuk melakukan pencurian, penipuan, dan prilaku menyimpang. 1. Lingkungan sekolah - Timbulnya gangguan tingkah laku yang disebabkan lingkungan sekolah antara lain berasal dari guru sebagai tenaga pelaksana pendidikan dan fasilitas penunjang yang dibutuhkan anak didik.

- Perilaku guru yang otoriter mengfakibatkan anak merasa tertekan dan takut menghadapi pelajaran, sehingga anak akan lebih memilih memnbolos dan berkeluyuran pada saat seharusnya ia berada di dalam kelas. - Sebaliknya, sikap guru yang terlampau lemah dan membiarkan anak didiknya tidak disiplin mengakibatkan anbak didik berbuat sesuka hati dan berani melakukan tindakan-tindakan menentang peraturan. - Selain guru, fasilitas pendidikan berpengaruh pula terhadap terjadinya gangguan tingkah laku. Sekolah yang kurang mempunyai fasilitas yang dibutuhkan anak didik untuk menyalurkan bakat dan mengisi waktu luang mengakibatkan anak menyalurkan aktifitasnya pada hal-hal yang kurang baik. 2. Lingkungan masyarakat - Sikap masyarakat yang negatif ditambah banyaknya hiburan yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak merupakan sumber terjadinya kelainan tingkah laku. - Masuknya pengaruh kebudayaan asing yang kurang sesuai dengan tradisi yang dianut masyarakat yang diterima begitu saja oleh karangan remaja dapat menimbulkan konflik yang sifatnya negatif. - Konflik juga dapat timbul pada diri anak sendiri yang disebabkan oleh norma yang dianut di rumah atau keluarga bertentangan dengan norma dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. f. Anak berbakat Keberbakatan pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : - Secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu memfungsikan dua belahan otak ( otak kiri dan otak kanan ) sebagai alat berpikir dan seluruh fungsi-fungsi lain ( rasa, pengindraan, dan intuisi ) secara terintegrasi sehingga mewujudkan perilaku kreatif. - Proses berpikir konvergen yaitu proses berpikir linier, terarah kepada proses, mempersempit alternatif untuk mencari satu jawaban yang benar. - Proses berpikir divergen yaitu proses berpikir terarah pada berpikir alternatif. Faktor-faktor yang terlibat dalam berpikir divergen ialah kepekaan terhadap masalah, kelancaran proses berpikir, kebaruan gagasan, fleksibilitas, kecakapan mensintesis, kecakapan menganalisis, kecakapan mengorganisasi, atau merumuskan, kompleksititas, dan evaluasi. g. Anak berkesulitan belajar Menurut Kephart (1967) penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori utama yaitu : 1. Kerusakan otak

Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf seperti dalam kasus encephalitis, meningitis, dan toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak yang mengalami difungsi minimal otak ( minimal brain dysfunction ) pada saat lahir akan menjadi masalah besar pada saat anak mengalami proses belajar. 2. Gangguan emosional Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang mengganggu hubungan fungsional sistem urat syaraf. 3. Pengalaman. Faktor pengalaman yang dapat menimbulkan kesulitan belajar mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan atau kemiskinan pengalaman lingkungan. Kemiskinan pengalaman seperti kurangnya rangsangan auditif menyebabkan anak kurang memiliki perbendaharan bahasa yang diperlukan untuk berpikir logis dan bernalar. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi orang tua sehingga seringkali berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu optimalisasi perkembangan dan keberfungsian otak.

h. Gangguan komunikasi Faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami gangguan komunikasi dapat berupa : a. Penyebab internal yang meliputi : 1. Gangguan pendengaran 2. Tunagrahita 3. Gangguan fungsi saraf sentral dan/atau perifer 4. Kerusakan artikulasi 5. Gangguan system pernapasan

b. Penyebab eksternal yang meliputi : 1. Gangguan emosi 2. Penggunaan dwibahasa dalam keluarga 3. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan bicara anak

2. Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak luar biasa Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak luar biasa diantaranya : a. Anak Tunanetra Hambatan yang dialami oleh anak tunanetra dalam proses sosialisasi antara lain : 1. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasaanperasaan rendah diri, malu, sikap-sikap masyarakat yang seringkli tidak menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, sikap tak acuh, ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar tentang pola-pola tingkah laku yang diterima merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya terhambat. 2. Kesulitan lain ialah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui psoses identifikasi dan imitasi. 3. Ia juga memiliki keterbatasan untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma-norma atau aturan-aturan dalam bersosialisasi. 4. Perlakuan negatif orang tua dan keluarganya juga sangat merugikan perkembangan anak tunanetra. 5. Ketidaksiapan mental anak tunanetra dalam memasuki sekolah atau lingkungan baru atau kelompok lain yang berbeda atau lebih luas seringkali mengakibatkan anak tunanetra gagal dalam mengembangkan kemampuan sosialnya. Apabila kegagalan tersebut dihadapi sebagai suatu kenyataan dan tantangan, maka biasanya akan menjadi modalitas utama dalam memasuki lingkungan yang baru berikutnya. Namun bila kegagalan dihadapi sebagai suatu ketidakmampuan, maka sikap-sikap ketidakberdayaan yang akan muncul menumpuk menjadi sebuah rasa putus asa yang mendalam dan akhirnya akan menghindari kontak sosial, menarik diri dan apatis.

b. Anak Tunarungu Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunarungu antara lain : 1. Pada umumnya lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan dan menilainya sebagai seseorang yang kurang berkarya. Dengan penilaian lingkungan yang demikian, anak tunarungu merasa benar-benar kurang berharga sehingga akan berpengaruh besar terhadap perkembangan fungsi sosialnya. 2. Anak tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan anak tunarungu.

3. Anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam. 4. Kemiskinan bahasa membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya. Sebaliknya orang lain akan sulit memahami perasaan dan pikirannya.

c. Anak Tunagrahita Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunagrahita antara lain : 1. Seperti halnya anak normal, anak tunagrahita yang masih muda mula-mula memiliki tingkah laku keterikatan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya. Dengan bertambahnya umur, keterikatan dialihkan kepada teman sebaya. Ketika anak merasa takut, giris, tegang dan kehilangan orang yang menjadi tempat bergantung , kecenderungan ketergantungannya bertambah. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita lebih banyak bergantung pada orang lain dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial. 2. Dalam hubungan kesebayaan, seperti halnya anak kecil, anak tunagrahita menolak anak yang lain. Tetapi setelah bertambahnya umur mereka mengadakan kontak dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kerjasama. Berbeda dengan anak normal, anak tunagrahita jarang diterima, sering ditolak oleh kelompoknya, serta jarang menyadari posisi diri dalam kelompok.

d. Anak Tunadaksa Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak tunadaksa antara lain : 1. Ejekan dan gangguan anak-anak normal terhadap anak tunadaksa akan menimbulkan kepekaan efektif pada anak tunadaksa yang tidak jarang mengakibatkan timbulnya perasaan negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan social anak tunadaksa. 2. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa seringkali menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat yang mempunyai prestasi yang jauh di luar jangkauannya. 3. Faktor usia juga merupakan hal yang penting bagi perkembangan sosial anak. Anak-anak tunadaksa dari sekolah dasar merasa tidak begitu ditolak dibandingkan dengan anak-anak tunadaksa pada sekolah yang lebih tinggi. Semakin tinggi usia seseorang, perasaan ditolak akan semakin terasa. 4. Anak-anak tunadaksa seringkali tidak dapat berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan anak-anak seusianya, terutama dalam kelompok sosial yang sifatnya lebih resmi.

5. Anak-anak tunadaksa yang terlalu lama harus istirahat di rumah, mereka akan mengalami deprivasi dan isolasi dari teman-teman sekolahnya, sehingga ia merasa cemas terhadap sikap-sikap temantemannya nanti jika ia kembali ke sekolah.

e. Anak Tunalaras Hambatan-hambatan dalam psoses sosialisasi yang dialami oleh anak tunalaras antara lain : 1. Anak tunalaras memiliki penghayatan yang keliru, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya. Mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak berperasaan. Oleh karena itu, timbullah kesulitan apabila akan menjalin hubungan dengan mereka, dan apabila berhasil sekalipun mereka akan sangat tergantung kepada seseorang yang pada akhirnya dapat menjalin hubungan sosial dengannya. 2. Anak yang cemas dan menarik diri memiliki ancaman lebih besar terhadap dirinya daripada lingkungan sosialnya. Masalah yang dihadapi anak yang menarik diri ini adalah pengendalian dan kelenturan ego. Mereka terlalu mengekang dorongan hati, keingingan, dan nafsu dalam berbagai situasi.Hal ini menyebabkan mereka tidak sanggup berlaku spontan.

f. Anak Berbakat Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak berbakat antara lain : 1. Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik, sehingga terjadi kesenjangan diantara keduanya, dapat menimbulkan perasaan tidak adekuat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak perduli terhadap kegiatan fisik kelompok sehingga dapat menimbulkan frustrasi, kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya. 2. Perkembangan kognitif anak berbakat yang lebih cepat dari teman sebaya akan menimbulkan kebosanan terhadap pengajaran reguler, kesulitan hubungan sosial dalam kelompok seusia, sulit berkformitas dalam kelompok, frutrasi karena harus menunggu kelompok. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesulitan penyesuaian diri pada anak bebakat. 3. Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi perkembangan seperti ini akan membuat individu rawan terhadap kritik, bersikap sinis dan menentang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistik. 4. Kematangan usia dan kecakapan kepemimpinan yang tumbuh lebih awal pada anak berbakat dapat menimbulkan masalah penyesuaian yang tidak memberi peluang untuk menampilkan kecakapannya itu, akan menumbuhkan perasaan tidak tertantang dan dapat mendorong individu untuk mengambil

pemecahan masalah melalui jalan pintas tanpa mempertimbangkan keterkaitan masalah satu dengan yang lain dalam kompleksitas kehidupan.

g. Anak Berkesulitan Belajar Hambatan-hambatan dalam proses sosialisasi yang dialami oleh anak berkesulitan belajar adalah : 1. Dalam pergaulannya, sering menunjukkan sikap permusuhan. 2. Hambatan lain dalam aspek sosial yaitu hubungan dengan orang lain, konsep diri dan perilakuperilaku yang tidak layak.

3. Cara-cara untuk menanggulangi anak luar biasa dalam proses pembelajaran di sekolah Cara-cara menanggulangi Anak Luar Biasa dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: a. Anak Tunanetra Cara-cara menanggulangi Anak Tunanetra dalam proses pembelajaran di sekolah adalah - Dengan cara menyediakan media atau alat pembelajaran di Sekolah, misalnya seperti: Kelompok buta dengan media pendidikannya adalah tulisan Braille, kelompok low vision dengan medianya tulisan awas.

b. Anak Tunarungu Cara-cara menanggulangi Anak Tunarungu dalam proses pembelajaran di sekolah adalah - Guru harus memberikan kesempatan sejak usia dini pada anak untuk mendapatkan latihan pendengaran bagi mereka yang masih mempunyai sisa pendengaran dan belajar bahasa isyarat - Dalam melaksanakan kegiatan pemblajaran hendaknya para guru menyediakan media misalnya: berupa hedset.

c. Anak Tunagrahita Cara-cara menaggulangi Anak Tunagrahita dalam proses pembelajaran di sekolah adalah:

-temannya tidak mengucilkan keberadaan anak- anak yang mengalami tunagrahita

gan-dorongan terhadap anak tersebut agar mereka mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya

c. Anak Tunadaksa Cara-cara menaggulangi Anak Tunadaksa dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: - Menyediakan media atau alat peraga dalam memberikan pelajaran bagi anak tunadaksa - Bisa juga dengan cara melakukan pengajaran dialam terbuka agar anak tunadaksa dapat lebih mengerti dan paham terhadap apa yang kita ajarkan

d. Anak Tunalaras Cara-cara menaggulangi Anak Tunalaras dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: - Dengan cara menyediakan media dalam proses pembelajaran - Guru hendaknya tidak bersikap kasar terhadap anak-anak tunalaras, melainkan para guru harus bersikap lembut - Memberikan waktu luang terhadap anak tunalaras untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. - Menyediakan kelas khusus bagi anak tunalaras.

e. Anak berbakat Cara-cara menaggulangi Anak Berbakat dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: A. Percepatan (akselerasi) Ada 2 cara melaksanakan percepatan ini yakni: 1) Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping). Sesuai dengan keadaannya di mana usia mental (mental age) pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya (cronological age), maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anakanak lain seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju dari pada anak-anak seumurnya, misalnya aspek sosial, akan tetapi cara percepatan dengan meloncatkan anak pada kelas-kelas yang yang lebih 'tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya' masalah-masalah penyesuaian, baik disekolah, di rumah maupun di

lingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma dari kelas tinggi, yang belum tentu sesuai seluruhnya bagi anak karena norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri Percepatan yang diberikan kepada anak berbakat untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa. Cara seperti ini oleh Samuel A. Klik dan James Gallagher disebut sebagai "telescoping grades", Sebenarnya cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan dan diselesaikan ditentukan oleh keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan administrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajaran karena hams memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan oleh para ahli akan timbul kesulitan dalam penyesuaian diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.

f. Anak yang berkesulitan belajar Cara-cara menaggulangi Anak yang mengalami kesulitan belajar dalam proses pembelajaran di sekolah adalah: dakan pengajaran remedial tambahan bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar

-waktu kosong hendaknya para guru mengajak anak-anak yang mengalami kesulitan belajar untuk berkunjung ke perpustakaan 4. Kontribusi guru BK untuk membantu anak yang mengalami ketunaan / anak luar biasa Kontribusinya guru Bk mengadakan kerja sama ( kolaborasi ) untuk menangani anak luar biasa. Guru BK bergabung dengan para pakar yang mencakup : a) Guru sekolah biasa b) Guru PLB c) Pengawas sekolah d) Orang tua ALB e) ALB sendiri f) Psikolog sekolah

g) Speech ( guru bina wicara dan persepsi bunyi). h) Dokter dari berbagai keahlian ( dokter spesialis) i) Perawat sekolah j) Guru pendidikan jasmani yang sudah mandapat pelatihan khusus untuk menangani ALB. k) Ahli terapi fisik( physical therapist ) l) Pekerja social dan konselor m) Personel lain sesuai dengan keperluan. Berkaitan dengan hal ini, sebagai satu tim, guru diharapkan melakukan hal-hal berikut terhadap orang tua siswa. 1. Memberikan supervisi kepada orang tua yang ingin membantu guru dalam pendidikan anaknya. 2. Menilai kemajuan siswa, serta melaporkan dan menginterpretasikan hasil penilaian tersebut kepada orang tua siswa. 3. Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan kebijakan dan penyelenggaraan sekolah. 4. Berkonsultasi dengan orang tua siswa tentang situasi sekolah dan situasi rumah yang mungkin mempengaruhi anak. 5. Jika dianggap perlu dan tepat, guru bertindak sebagai orang tua terhadap siswa asuhnya. DAFTAR PUSTAKA PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada mulanya, pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat, baik cacat fisik maupun cacat mental. Anak-anak yang cacat fisik sejak lahir, seperti tidak memiliki kaki atau tangan yang sempurna, buta warna, atau tuli termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Pengertian anak berkebutuhan khusus kemudian berkembang menjadi anak yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan anak yang normal. Pengertian anak berkebutuhan khusus akhirnya mencakup anak yang berbakat, anak yang cacat, dan anak yang mengalami kesulitan. Selama ini cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus masih negatif, maka pemenuhan layanan anak berkebutuhan khusus juga belum dapat memperoleh hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Sehubungan dengan itu, maka guru sebagai ujung tombak pendidikan formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi semua siswa termasuk anak berkebutuhan khusus. Karena dalam jenjang sekolah umum, termasik sekolah dasar, terkadang ditemui siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Sebab anak-anak tersebut tidak serta merta dapat dilayani kebutuhan belajarnya sebagaimana anak-anak normal pada umumnya. Guru di sekolah dasar diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan pada setiap anak berkebutuhan khusus. Namun masih banyak guru yang belum memahami tentang anak berkebutuhan khusus. Sehingga mereka tidak dapat memberikan layanan pendidikan yang optimal terhadap anak berkebutuhan khusus. Apalagi anak berkebutuhan khusus mencakup berbagai jenis dan derajat kelainan yang bervariasi. Padahal setiap anak memiliki keunikannya masing-masing yang berbeda dengan anak lainnya, dimana setiap anak perlu mendapatkan penanganan yang berbeda sesuai dengan karakternya. Makalah ini akan memaparkan langkah-langkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Guru terlebih dahulu harus dapat menemukan siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk kemudian dapat mengambil tindakan yang tepat terhadap anak tersebut. Sehingga anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya seperti anak-anak lain untuk membekali hidupnya serta dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Langkah-langkah apa yang harus dilakukan utnuk mengenali dan menemukan adanya anak berkebutuhan khusus? 2. Bagaimana cara pemberian layanan pendidikan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus?

BAB II PEMBAHASAN

Banyak kasus yang terjadi berkenaan dengan keberadaan anak berkebutuhan khusus di sekolah-sekolah umum, termasuk di sekolah dasar (SD). Anak-anak tersebut memerlukan perhatian dan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan keadaannya agar dapat mengembangkan kemampuannya seperti anak-anak normal lainnya. Pada dasarnya setiap anak adalah pribadi yang unik yang harus diperlakukan sesuai dengan keunikannya. Untuk dapat memberikan perlakuan yang tepat terhadap anak yang bersangkutan, seorang guru harus mengetahui apa keunikan atau kelainan yang dimiliki oleh anak didiknya. Untuk mengetahuinya, seorang guru perlu melakukan tahap identifikasi dan asesmen terhadap anak yang diduga anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat memberikan layanan yang tepat.

A. IDENTIFIKASI

Anak berkebutuhan khusus perlu dikenal dan diidentifikasikan dari kelompok anak pada umumnya, oleh karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat khusus. Pelayanan tersebut bertujuan untuk membantu anak berkebutuhan khusus mengurangi keterbatasannya dalam hidup bermasyarakat. Dalam rangka mengidentifikasi (menemukan) anak dengan kebutuhan khusus, diperlukan pengetahuan tentang berbagai jenis dan tingkat kelainan organis maupun fungsional anak melalui gejala-gejala yang dapat diamati sehari-hari. Sehubungan dengan hal itu, maka disiapkan alat identifikasi anak berkebutuhan khusus berbentuk kelimat pertanyaan tentang gejala-gejala yang nampak pada anak dalam kesehariannya. Dengan alat identifikasi ini, secara sederhana dapat disimpulkan apakah seseorang tergolong anak berkebutuhan khusus atau bukan. Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak berkebutuhan khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Identifikasi yang dilakukan untuk menemukenali keberadaan anak berkebutuhan khusus di SD berorientasi pada ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada seorang anak yang mencakup hal-hal sebagai berikut. 1. Kondisi Fisik Mencakup keberadaan kondisi fisik secara keseluruhan (anggota tubuh) dan kondisi indera seorang anak, baik secara organik maupun fungsional, apakah kondisi yang ada mempengaruhi fungsinya atau tidak. 2. Kemampuan Intelektual Mencakup kemampuan anak untuk melaksanakan tugas-tugas akademik di sekolah.

3. Kemampuan Komunikasi Mencakup kesanggupan seorang anak dalam memahami dan mengekspresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitar, baik secara lisan maupun tulisan. 4. Sosial Emosional Mencakup aktivitas sosial yang dilakukan seorang anak dalam kegiatan interaksinya dengan temanteman maupun dengan gurunya serta perilaku yang ditampilkan dalam pergaulan kesehariannya. Ada beberapa teknik identifikasi secara umum, yang memungkinkan guru-guru untuk melakukannya sendiri di sekolah. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan ecara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati termasuk anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan situasi yang diobservasi, observasi dibedakan menjadi: a. Observasi Langsung, dilakukan secara langsung terhadap siswa dalam lingkungan yang wajar dalam aktivitas keseharian. b. Observasi tak Langsung, dilakukan dengan menciptakan kondisi yang diinginkan untuk diobservasi.

Berdasarkan keterlibatan pengobservasi, observasi debedakan menjadi: a. Partisipan, yaitu orang yang melakukan observasi turut mengambil bagian pada situasi yang diobservasi. b. Nonpartisipan, yaitu orang yang melakukan observasi berada di luar situasi yang sedang diobservasi, tujuannya agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi anak yang diobservasi. 2. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber data memberikan jawaban secara lisan. Guru dapat melakukan wawancara terhadap siswa, keluarga, orangtua, teman seperrmainan, atau pihak lain yang dimungkinkan untuk dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan siswa tersebut. 3. Tes

Tes merupakan suatu cara untuk melakukan penilaian yang berupa suatu tugas yang harus dikerjakan oleh anak, yang akan menghasilkan suatu nilai tentang kemampuan atau perilaku anak yang bersangkutan. Untuk mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus tes dapat dilakukan dalam bentuk perbuatan maupun tulisan. Dalam hal ini tes berupa buatan guru sendiri. 4. Tes Psikologi Tes psikologi yaitu tes yang sangat popular dan sering digunakan dalam upaya identifikasi anak berkebutuhan khusus, karena memiliki akurasi yang lebih baik dari tes buatan guru, waktu pelaksanaan tes lebih singkat, dan dapat memprediksi apa-apa yang akan terjadi dalam belajar anak di tahap berikutnya. Untuk melihat tingkat kecerdasan seorang anak, tes psikologi merupakan salah satu instrumen yang lebih obyektif dan validitasnya telah teruji. Tes psikologi tidak hanya terbatas pada tes kecerdasan saja, tetapi juga digunakan untuk mengetahui kepribadian, perilaku, dan bakat khusus seseorang.

B. ASESMEN

Asesmen adalah penilaian terhadap suatu keadaan, penilaian terhadap kondisi atau keadaan anak berkebutuhan khusus. Asesmen merupakan kelanjutan dari identifikasi. Hasil yang diperoleh dari asesmen pendidikan akan bermanfaat bagi guru sebagai panduan dalam dua hal pokok, yaitu perencanaan program dan implementasi program pembelajaran. Informasi yang dikumpulkan dalam asesmen hendaknya relevan dan komperhensif karena akan digunakan merencanakan tujuan dan penentuan sasaran pembelajaran serta strategi pembelajaran yang tepat. 1. Tujuan Asesmen -anak yang termasuk anak berkebutuhan khusus

2. Langkah-Langkah dalam Asesmen

pkan perilaku yang diases

an alat evaluasi

3. Teknik Pelaksanaan Asesmen ervasi Mencakup pengamatan yang dilakukan secara seksama terhadap aktivitas belajar siswa, seperti cara belajar, kinerja, perilaku, atau kompetensi yang dicapai.

Merupakan suatu bentuk tes yang telah distandarkan, yang memiliki acuan norma atau patokan dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Dalam konteks asesmen pendidikan anak berkebutuhan khusus sesungguhnya kurang cocok dilakukan karena tujuannya yang sangat spesifik mencakup persoalanpersoalan pendidikan yang unik yang dihadapi siswa berkebutuhan khusus secara individual.

Merupakan tes yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkenaan dengan kompetensi dan kemajuan belajar anak berkebutuhan khusus yang disusun oleh guru. Tes ini digunakan secara intensif untuk mengetahui kompetensi-kompetensi khusus pada anak.

Merupakan usaha memperoleh informasi tentang anak anak berkebutuhan khusus dengan sasaran utama orangtua, keluarga, guru di sekolah, ataupun teman sepermainan.

C. PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN

Sebelum menentukan layanan pendidikan yang akan diberikan terhadap anak berkebutuhan khusus, seorang guru SD terlebih dahulu melakukan identifikasi yang dilanjutkan dengan asesmen terhadap anak yang diduga berkebutuhan khusus. Menemukan anak berkebutuhan khusus sangat penting dilakukan, mengingat kebutuhan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah spesifik, dengan keunikan yang dimiliki. Melalui asesmen permasalahan-permasalahan pendidikan khusus yang dialami anak akan diketahui, dalam bidang apa dan tentang persoalan yang dihadapinya. Salah satu program pembelajaran yang dirancang untuk anak-anak berkebutuhan khusus adalah program pembelajaran individual (PPI), yaitu program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan khusus. Pemberian layanan diberikan dengan menyusun rencana, aktivitas

kegiatan, dan melakukan evaluasi. Semua program yang dilakukan terhadap anak berkebutuhan khusus harus memperoleh persetujuan orangtua murid. Idealnya semua siswa berkebutuhan khusus yang berkelainan fisik dan mental dilayani dengan PPI, terutama diperuntukkan bagi murid berkelainan pada tingkat sedang dan berat. Pengembangan PPI sesungguhnya tidak dapat dilakukan sendiri oleh seorang guru, tetapi harus ada koordinasi dengan berbagai pihak terkait di sekolah, dinas pendidikan, komite sekolah, dan orangtua murid. Langkah awal yang harus dilakukan untuk penyelenggaraan program PPI adalah membentuk tim penyusun program, dengan kerja awal melakukan diskusi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi siswa, untuk selanjutnya dibuatkan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Proses pengembangan PPI dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa prosedur teknis, yaitu sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kompetensi siswa secara rinci pada saat sekarang dalam berbagai bidang pelajaran. 2. Merumuskan tujuan jangka panjang dan jangka pendek kegiatan pembelajara. 3. Menentukan teknik dan akat evaluasi untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai. 4. Mengembangkan ranah kurikulum yang akan dibuat atau dipropagandakan. 5. Menetapkan strategi pembelajaran sesuai dengan penekanan pada ranah kurikulumnya. Dalam pelaksanaan program PPI harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya agar kompetensi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah dicapai. Selama kegiatan berlangsung, guru berperan sebagai pendidik, fasilitator, dan motivator dalam pelaksanaan program. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program adalah sebagai berikut. 1. Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai. 2. Materi dan lembar kegiatan yang diperlukan selama pelaksanaan program berlangsung di sekolah. 3. Fasilitas dan sumber belajar berupa media atau ruang sumber untuk kegiatan pembelajaran. 4. Kalender pembelajaran. 5. Rapat koordinasi mengenai pelaksanaan program. Pelaksanaan program harus dimonitor dan dievaluasi setiap saat untuk melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, melalui observasi atau tes. Evaluasi diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran ataupun dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes formal maupun tes informal untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah dicapai siswa.

BAB III

PENUTUP

Setiap anak memiliki karakter dan keunikan yang berbeda-beda. Jika dalam satu kelas terdapat empat puluh orang siswa, maka ada empat puluh perlakuan berbeda yang harus diberikan oleh seorang guru SD. Namun hendaknya perlakuan tersebut tidak menimbulkan adanya kecemburuan sosial di antara siswa. Dapat dikatakan bahwa semua anak memiliki kebutuhan khusus. Namun jika dilihat secara umum, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang benar-benar membutuhkan penanganan khusus karena tingkahlaku atau sifatnya yang menyimpang dari anak-anak pada umumnya. Langkah awal dalam menemukan dan menentukan anak berkebutuhan khusus di SD adalah melalui identifikasi. Identifikasi adalah upaya menemukenali anak-anak yang diduga memiliki kelainan atau berkebutuhan khusus. Kegiatan identifikasi dilanjutkan dengan asesmen yang merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga pelaksanaannya harus benar-benar dilakukan secara obyektif terhadap kondisi dan kebutuhan anak. Pada intinya asesmen berorientasi pada upaya pengumpulan informasi secara sistematis dalam upaya perencanaan dan implementasi pembelajaran siswa di sekolah. Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang unik dengan berbagai ragam permasalahan belajar yang dihadapi di sekolah. Untuk mengoptimalkan potensinya, maka perlu dirancang program khusus yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan masing-masing individu yang mungkin selama ini masih mengikuti program umum di sekolah. Penanganan Bagi Anak Autis

Tujuan dari penanganan pada penyandang autisme adalah: a. Membangun komunikasi dua arah yang aktif, b. Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga, c. Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar, d. Mengajarkan materi akademik, serta e. Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan lain.

Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah menemukan program intervensi dini yang baik bagi anak autis. Tujuan pertama adalah menembus tembok penghalang interaksi sosial anak dan

menitikberatkan komunikasi dengan orang lain melalui cara menunjuk jari, menggunakan gambar dan kadang bahasa isyarat serta kata-kata. Program intervensi dini menawarkan pelayanan pendidikan dan penanganan untuk anak-anak berusia dibawah 3 tahun yang telah didiagnosis mengalami ketidakmampuan fisik atau kognitif.

Beberapa Jenis terapi yang bisa dilakukan pada anak autisme adalah sebagai berikut: a. Terapi perilaku 1) Terapi okupasi Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan, memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis. 2) Terapi wicara Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena anak autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa. 3) Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar

b. Terapi biomedik Pada masa remaja, beberapa perilaku agresif bisa semakin sulit dihadapi dan sering menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu meskipun tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Haloperidol terutama digunakan untuk mengendalikan perilaku yang sangat agresif dan membahayakan diri sendiri. Fenfluramin, buspiron, risperidon dan penghambat reuptake serotonin selektif (fluoksetin, paroksetin dan sertralin) digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan perilaku pada anak autis.

c. Sosialisasi ke sekolah reguler Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah formal sesuai dengan umurnya dengan tidak meninggalkan terapi perilakunya.

d. Sekolah (Pendidikan) Khusus Pada sekolah (pendidikan) khusus ini dikemas khusus untuk penyandang autis yang meliputi terapi perilaku, wicara dan okupasi, bila perlu dapat ditambahkan dengan terapi obat-obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.

Program pendidikan untuk anak autis sangat terstruktur, menitikberatkan kepada kemampuan berkomunikasi dan sosialisasi serta teknik pengelolaan perilaku positif. Strategi yang digunakan di dalam kelas sebaiknya juga diterapkan di rumah sehingga anak memiliki lingkungan fisik dan sosial yang tidak terlalu berbeda. Dukungan pendidikan seperti terapi wicara, terapi okupasional dan terapi fisik

merupakan bagian dari pendidikan di sekolah anak autis. Keterampilan lainnya, seperti memasak, berbelanja atau menyebrang jalan, akan dimasukkan ke dalam rencana pendidikan individual untuk meningkatkan kemandirian anak. Tujuan keseluruhan untuk anak adalah membangun kemampuan sosial dan berkomunikasi sampai ke tingkat tertinggi atau membangun potensinya yang tertinggi.

Akhlak kpd rasul Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

1.

Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul

Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw:

Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, NasaI dan Ibnu Majah).

2.

Mencintai dan Memuliakan Rasul

Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:

Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang

kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).

Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah Saw tidak mau mengakuinya sebagai orang yang beriman, beliau bersabda:

Tidak beriman seseorang diantara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan semua manusia (HR. Bukhari, Muslim dan Nasai).

3.

Mengikuti dan Mentaati Rasul

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orangorang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).

Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw, Allah Swt akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman yang artinya: Katakanlah: jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)

Oleh karena itu, dengan izin Allah Swt, Rasulullah Saw diutus memang untuk ditaati, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS 4:64).

Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan

kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisahpisahkan. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).

4.

Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul

Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti doa, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS 33:56).

Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:

Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR. Ahmad).

Manakala seseorang telah menunjukkan akhlaknya kepada Nabi dengan banyak mengucapkan shalawat, maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul Saw sebagai orang yang paling utama kepadanya pada hari kiamat, beliau bersabda:

Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi).

Adapun orang yang tidak mau bershalawat kepada Rasul dianggap sebagai orang yang kikir atau bakhil, hal ini dinyatakan oleh Rasul Saw:

Yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku dihadapannya, ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

5.

Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Quran dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:

Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Hakim).

Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bidah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:

Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.

6.

Menghormati Pewaris Rasul

Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya.

Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).

Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh Rasulullah Saw:

Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian yang besar (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

7.

Melanjutkan Misi Rasul

Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:

Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).

Demikian beberapa hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang baik kepada Nabi Muhammad Saw.

3. Mengikuti
dan Mentaati Kesiapan untuk mengikuti Rasulullah saw dalam hidup ini merupakan bentuk akhlak yang mulia kepada beliau, sikap ini merupakan salah satu faktor yang membuat manusiabisa memperoleh kecintaan dari Allah swt sehingga Diapun akan memberikan ampunanbila kita melakukan kesalahan, Allah swt berfirman: Katakanlah (Muhammad): Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allahmencintaimu dan mengampuni dosa- dosamu. Allah Maha Pengampun l a g i M a h a Penyayang (QS 3:31). Mengikuti dan mentaati Rasulullah saw merupakan sesuatu yang bersifat mutlak,k a r e n a n y a m a n u s i a t i d a k b i s a m e n c a p a i k e m u l i a a n t a n p a k e t a a t a n , u n t u k i t u j a n g a n sampai manusia mendahului ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya.Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkankepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taa t kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernahmemberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al- Quran, Allah swt berfirman:

Barangsiapa yang

mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka(QS 4:80). Di dalam ayat lain, Allah swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu (QS 47:33). Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan RasulN y a , m a k a i a a k a n memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita miliki, Allah swt berfirman: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya) mereka itu akan bersamasamadengan orang-orang yang d i a n u g e r a h i n i k m a t o l e h A l l a h , y a i t u n a b i - n a b i , p a r a shiddiqin, orang yang mati syahid dan orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman

yang sebaik-baiknya (QS 4:69). Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisamasuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman. 4. Bershalawat Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan sesuatu yang sangatdianjurkan, bahkan diperintah oleh Allah swt karena Allah swt dan para malaikat jugabershalawat, hal ini terdapat dalam firman Allah:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang b e r i m a n , b e r s h a l a w a t l a h k a m u u n t u k n a b i d a n u c a p k a n l a h s a l a m perhorm atan kepadanya (QS 33:56). Bahkan bila kita bershalawat kepada Nabi, maka Allah swt bershalawat lebih banyak lagi kepada kita hingga sepuluh kali lipat, Rasulullah saw bersabda:

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka dengan shalawatnya itu Allah akanbershalawat kepadanya sepuluh kali lipat (HR. Ahmad). Manakala seseorang t e l a h m e n u n j u k k a n a k h l a k n y a k e p a d a N a b i d e n g a n mengucapkan shalawat , maka orang tersebut akan dinyatakan oleh Rasul saw sebagai orang yang paling utama kepadanya para hari kiamat, beliau bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama kepadaku nanti pada hari kiamat adalah siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, orang yang

tidak mau bershalawat kepada Nabi, apalagi saatnamanya disebut, maka ia dianggap sebagai orang yang b a k h i l a t a u k i k i r , h a l i n i dinyatakan dalam sabda beliau: yang benar-benar bakhil adalah orang yang ketika disebut namaku di hadapannya, iatidak mengucap shalawat kepadaku (HR. Tirmidzi dan Ahmad). 5. Menghidupkan Sunnah Rasul Kepada umatnya, Rasulullah saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah AlQuran dan sunnah. Karena itu, kaum muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al - Quran dan sunnahagar tidak sesat dan waspada terhadap kemungkinan dilakukannya bidah atau sesuatu yang diada-adakan dalam perkara ubudiyah padahal pada masa Rasul tidak ada, beliau bersabda: Sesungguhnya siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak pertentangan. Olehkarena itu, kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalahkamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu bidah dan setiap bidah itusesat dan setiap kesesatan itu di neraka (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah,

Hakim, Baihaki dan Tirmidzi). Di dalam hadits yang lain, beliau juga bersabda: :

) Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, yang kalian tidak akan tersesat selamanya bilaberpegang teguh dengannya, yaitu: kitab Allah (Al Quran) dan Sunnahku (HR. Hakim). 6. Menghormati Pewaris Rasul Berakhlak baik kepada Rasul saw juga berarti harus menghormati para pewarisnya,yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah swt dengan sebab ilmu yang dimilikinya, Allah swt berfirman:

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28). Kedudukan ulama yang takut kepada Allah swt sebagai pewaris Nabi disebutkan dalam sabda Nabi saw: Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskanuang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka,maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian

yang besar (HR. Abu daud dan Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai