Anda di halaman 1dari 15

A.

Judul Program Efektivitas Antibakteri Kapang Rhyzopus oligosporus terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Isolat Lokal Penyebab Mastitis B. Latar Belakang Mastitis merupakan suatu peradangan pada jaringan interna kalenjar susu atau ambing yang ditandai oleh perubahan fisik maupun kimia air susu dengan disertai atau tanpa disertai patologis pada kelenjar mammae (Morin and Hurley, 2003; Salasia et al, 2004) dan merupakan penyakit yang banyak sekali menimbulkan kerugian pada peternakan sapi perah di seluruh dunia (Subronto, 2003). Mastitis disebabkan oleh bermacam-macam penyebab (Blood and Henderson, 2007), diantaranya karena trauma atau gangguan fisiologis (Andrews, 2000), tetapi kerugian ekonomi penyakit ini seringkali disebabkan adanya infeksi bakteri (Dodd and Booth, 2001), diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus uberis (Quinn et al., 2002, Subronto, 2003). Staphylococcus aureus menjadi perhatian khusus karena selain merupakan patogen utama dari penyebab mastitis pada sapi perah (Prescott et al., 2003), bakteri ini juga diketahui telah resisten terhadap beberapa macam antibiotik (Morin and Hurley, 2003). Berdasarkan uji sensitifitas terhadap berbagai antibiotik diketahui bahwa sebagian besar S. aureus telah resisten terhadap oksasilin (87,5%) dan eritromisin (71,97%) dan terdapat beberapa isolat yang juga resisten terhadap tetrasiklin (37,46%), ampisillin (25%) dan gentamisin (21,87%) (Salasia dkk, 2004). Penelitian Agni Waruna Kuwerawat (2011) menunjukkan bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik yang dihasilkan Streptomyces sp.-3 dan Streptomyces sp.4. Berdasarkan hal itu maka perlu dicari antibiotik baru yang lebih sensitif terhadap bakteri Staphylococcus aureus. R. oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang memecah fitat, membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh (Jennesen J, Schnurer J, Olsson J, Samson

RA, Dijksterhuis J., 2008). Beberapa manfaat dari R. oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya , kemampuan menghasilkan antibiotik alami yang secara khusus dapat melawan bakteri gram positif, biosintesa vitamin-vitamin B (Madigan MT, Martinko JM., 2006). Antibakterial yang terkandung dalam kapang Rhyzopus oligosporus berupa antibiotic peptide (ABP). ABP adalah peptida sederhana yang kaya akan cystein (20%) dengan masa molekul kira-kira 5.500 Da. (Yamada O, Sakamoto K, Tominaga M, Nakayama T, Koseki T., 2005). ABP / Peptida antimikrobial terbukti mampu membunuh bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, termasuk strain yang yang resisten terhadap antibiotik konvensional, mycobacteria, virus yang terbungkus kapsul, jamur, dan bahkan sel kanker. (Wikipedia, 2012). Pemanfaatan ABP pada kapang Rhyzopus oligosporus ini diharapkan mampu menjadi salah satu agen bakterisida dari bakteri Staphylococcus aureus penyebab susu mastitis yang akhir akhir ini resisten terhadap berbagai macam antibiotika. C. Perumusan Masalah 1. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama dari penyebab mastitis pada sapi perah. 2. Staphylococcus aureus telah resisten terhadap oksasilin (87,5%) dan eritromisin (71,97%) dan terdapat beberapa isolat yang juga resisten terhadap tetrasiklin (37,46%), ampisillin (25%) dan gentamisin (21,87%). 3. Hanya 2 dari 10 Streptomyces sp. yang diujikan terhadap Staphylococcus aureus yang mampu menghambat pertumbuhan dari bakteri uji. 4. Perlu penggunaan antibakterial lain yang dapat menjadi agen bakterisida terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 5. Kerugian ekonomi yang disebabkan penyakit mastitis yang berdampak pada pendapatan peternak.

D. Tujuan Penelitian 1. Memanfaatkan senyawa antibakterial yang terdapat dalam kapang Rhyzopus oligosporus sebagai agen bakterisida terhadap bakteri Staphylococcus aureus penyebab mastitis. 2. Menganalisis residu senyawa antibakterial kapang Rhyzopus oligosporus meggunakan uji yogurt. 3. Mengevaluasi efektifitas senyawa antibakterial kapang Rhyzopus oligosporus menggunakan uji reduktase. 4. Mengevaluasi zona hambat senyawa antibakterial kapang Rhyzopus

oligosporus pada media yang diinokulasikan bakteri Staphylococcus aureus. E. Luaran yang Diharapkan Penerapan dan penggunaan antibakterial yang dihasilkan Rhyzopus

oligosporus sebagai antibiotik alternatif yang berperan sebagai bakterisida bakteri Staphylococcus aureus yang telah mengalami resistensi terhadap berbagai macam antibiotik konvensional dan resistensi terhadap sebagian besar antibiotik yang dihasilkan Streptomyces sp. F. Kegunaan Penelitian 1. Mengevaluasi penggunaan senyawa antibakterial Rhyzopus oligosporus sebagai alternatif antibiotik bakteri Staphylococcus aureus yang telah mengalami resistensi terhadap berbagai macam jenis antibiotika. 2. Memberikan alternatif antibiotik untuk pengobatan mastitis yang aman tanpa meninggalkan residu antibiotik pada ternak dan manusia. 3. Menekan kerugian ekonomis yang disebabkan oleh bakteri penyebab mastitis (Staphylococcus aureus) pada peternakan sapi perah di masyarakat.

G. Tinjauan Pustaka Staphylococcus aureus

Gambar 1. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. (Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP., 2008). S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. (Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002.). Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.(Madigan MT, et al., 2008) Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, arthritits dan mastitis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase, yaitu enzim yang mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini

terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis terhambat. (Madigan MT, et al., 2008). Rhyzopus oligosporus

Gambar 2. Rhyzopus oligosporus R. oligosporus termasuk dalam Zygomycota yang sering dimanfaatkan dalam pembuatan tempe dari proses fermentasi kacang kedelai, karena R. oligosporus yang menghasilkan enzim fitase yang dapat memecah fitat membuat komponen makro pada kedelai dipecah menjadi komponen mikro sehingga tempe lebih mudah dicerna dan zat gizinya lebih mudah terserap tubuh. (Jennessen J, Schnurer J, Olsson J, Samson RA, Dijksterhuis J., 2008). Fungi ini juga dapat memfermentasi substrat lain, memproduksi enzim, dan mengolah limbah. Salah satu enzim yang diproduksi tersebut adalah dari golongan protease. R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter dan diameter 1018 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. (Cochrane, V. W. 1958). Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan Berisi grabula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia..

Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter. (Wipradnyadewi PAS., 2005). Antibakterial peptide (antibiotic peptide / antibacterial peptide)

Gambar 3. Selektivitas peptida antibakterial Peptida antimikrobial adalah komponen yang telah berevolusi dan terdapat secara permanen pada sistem respon kekebalan bawaan dan ditemukan di seluruh kelas kehidupan. Perbedaan mendasar terdapat pada sel prokariot dan eukariot, yaitu yang merupakan target dari peptida antimikrobial. Peptida ini merupakan spectrum atibiotik yang luas. Peptida antimicrobial terbukti mampu membubuh bakteri gram positif dan bakteri gram negatif termasuk strain yang resisten terhadap antibiotik konvensional, mycobacteria, virus yang terbungkus kapsul, jamur, dan bahkan sel kanker. Tidak seperti kebanyakan antibiotik konvensional, peptida antimikrobial dapat meningkatkan kekebalan dengan berfungsi

sebagai immunomodulator. Peptida antimikrobial merupakan molekul unik dan terdiri dari beraneka macam molekul yang dapat digolongkan dalam sub-sub kelompok berdasarkan struktur dan komposisi asam aminonya.(Yeaman, M.R.; Yount, N.Y., 2003). Peptida antimikrobial umumnya terdiri dari 12 hingga 50 asam amino. Peptida ini termasuk dua atau lebih residu bermuatan positif dari arginin, lisin, histidin, dan

residu hidrofobik.(Sitaram, N.; Nagaraj, R., 2002). Struktur sekunder dari molekul ini terdiri dari 4 macam, yaitu alpha helical, beta stranded, beta hairpin, dan extended. (Dhople, V.; Krukemeyer, A.; Ramamoorthy, A., 2006). Kebanyakan peptida ini tidak berstruktur pada larutan bebas, dan terlipat menjadi konfigurasi peptida yang akhirnya menempati sepanjang membran biologis. Peptida ini mengandung residu asam amino hidrofilik terbentang pada satu sisi sedangkan asam amino hidrofobik terbentang pada sisi yang berlawanan. Sifat ini memudahkan penempatan pada dua lapis membran lipid. Kemampuan untuk berasosiasi dengan membran adalah sifat asli dari peptida antimikrobial, meski permeabilisasi membran tidak diperlukan (Hancock, Robert E.W.; Rozek, A., 2002) Peptida ini memiliki berbagai aktivitas antimikrobial berkisar

pada membran sel hingga sitoplasma. Macam pergerakan dari peptida antimikrobial dalam membunuh bakteri bervariasi. Kegiatan ini termasuk menghancurkan membran, mengganggu metabolisme, dan mengincar komponen sitoplasma. Kontak awal antara peptida dan organisme target adalah bersifat elektrostatik karena sebagian besar permukaan bakteri adalah anionik. Komposisi asam amino, sifat amfifatik, muatan kationik, dan ukuran memudahkan pepida antimikrobial dalam menempel dan masuk ke dalam membran untuk membentuk celah menuju ke dalam sel dengan berbagai mekanisme. Selain dengan cara itu, peptida antimikrobial juga dapat masuk ke dalam sel secara langsung untuk mengikat molekul

intraseluler yang penting bagi sel hidup. (Brogden, K.A., 2005). Membran sel bakteri kaya akan asam fosfolipid, seperti fosfatidilgliserol dan cardiolipin. Kelompok fosfolipida ini sangat bermuatan negatif, karena itulah lapisan terluar dari bilayer yang terekspos ke luar membran bakteri sangat atraktif terhadap serangan peptida antimikrobial yang bermuatan positif. Interaksi ini terutama terjadi karena interaksi elektrostatik, yang merupakan pengendali utama dari pengikatan seluler. Aktivitas antar permukaan hidrofobik juga berperan meski cukup kecil. (Matsuzaki, Katsumi, 2008).

Berlawanan dengan itu, lapisan terluar dari membran tanaman dan mamalia tersusun atas lipid yang bermuatan total hampir sama dengan nol karena lipid yang bemuatan negatif tersusun di dalam lapisan dalam membran.( Hancock, Robert E.W.; Sahl, Hans-Georg, 2006). Pada kasus sel mamalia, permukaan terluar membrane umumnya terbuat dari fosfatidilkolin dan sphingomyelin zwiterionik, meski sedikit bagian dari membran terluar mengandung gangliosida yang bermuatan negatif. Interaksi hidrofobik antara permukaan hidrofobik dari peptida antimikrobial amfipatik dan fosfolipid zwiterionik pada permukaan sel memainkan peranan penting dalam menciptakan formasi ikatan peptida-sel. Namun, interaksi hidrofobik relatif lemah dibandingkan dengan interaksi elektrostatik, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa peptida antimikrobial akan memilih berinteraksi dengan membran bakteri daripada membran sel hewan. (Tennessen, Jacob A., 2005). H. Metode Pelaksanaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Uji reduktase, Analisis residu antibiotic menggunakan uji yogurt dan Uji sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus akan dilaksanakan di Laboratorium Epidemiologi, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang. Materi Penelitian Bahan yang diperlukan dalam Uji Sensitivitas Bakteri adalah media MSA (Malitol Salt Agar) untuk isolasi bakteri Staphylococcus aureus, Nutrient Agar sebagai media inokulasi isolat Staphylococcus aureus. Untuk Uji Reduktase diperlukan bahan Methylene Blue, sedangkan untuk Uji Yogurt diperlukan starter yogurt dan indikator warna Bro mocresol Green untuk mengetahui pertumbuhan starter yogurt.

Susu mastitis diperoleh dari sapi perah yang terkena mastitis sub klinis / sapi perah yang terkena mastitis klinis, disesuaikan dengan data sapi penderita mastitis di Kantor Koperasi Sae Pujon. Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian antara lain inkubator 37 oC, cawan petrie, tabung reaksi, kawat ose, kertas buram, bunsen, penggaris, kertas cakram steril, pinset, rak tabung reaksi, pipet tetes, beaker glass, magnetic strirer, dan pipet volumetik. Metode Penelitian Pada percobaan Uji Sensitivitas bakteri Staphylococcus aureus ini akan diamati pengaruh esktrak etanol kapang Rhyzopus oligosporus dan ekstrak etanol starter kapang Rhyzopus oligosporus (ragi tempe) terhadap zona hambat senyawa antibakterial yang dihasilkan kapang Rhyzopus oligosporus pada media yang diinokulasikan bakteri Staphylococcus aureus.. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan yang digunakan antara lain : P0 P1 P2 P3 P4 : antibiotik konvensional (Staphylococcus aureus telah resisten) : 1 molar ekstrak etanol kapang Rhyzopus oligosporus : 2 molar ekstrak etanol kapang Rhyzopus oligosporus : 1 molar ekstrak etanol starter kapang Rhyzopus oligosporus : 2 molar ekstrak etanol starter kapang Rhyzopus oligosporus Yij = + i + ij Keterangan : Yij : nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j j ij : nilai rataan : pengaruh perlakuan ke-i : galat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Model matematik yang digunakan dalam analisa adalah :

Variabel Penelitian 1. Uji Sensitivitas Bakteri merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap suatu antibiotik. Ketahanan bakteri terhadap antibiotika dilihat berdasarkan daerah hambatnya. Daerah hambat tersebut adalah: 1. Daerah hambat dengan diameter lebih dari 30 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut peka terhadap antibiotika. 2. Daerah hambat dengan diameter antara 20-30 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut agak resisten terhadap antibiotika. 3. Daerah hambat dengan diameter kurang dari 20 mm menunjukkan bahwa bakteri tersebut resisten terhadap antibiotika. 2. Analisis residu antibiotik menggunakan Uji Yogurt Air susu yang telah diberikan ekstrak peptida antibakterial (ABP) kapang Rhyzopus oligosporus dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 80-85 oC dengan tujuan merusak senyawa-senyawa bakteristatik yang secara alami terdapat dalam air susu. Setelah dipanaskan susu didinginkan hingga mencapai suhu 45 oC, kemudian diinokulasi dengan bakteri yogurt dan diinkubasi pada suhu 42-45 oC selama 6 jam. Dinyatakan bebas residu antibiotika apabila terjadi pembentukan asam. 3. Uji Reduktase Uji reduktase dilakukan dengan cara menempatkan 20 ml susu mastitis ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 ml dan 10 ml ekstrak ABP kapang Rhyzopus oligosporus dan ditambahkan Methylene Blue sebanyak 0.5 ml. Tabung ditutup dengan penutup karet dan diinkubasi pada suhu 37
o

C, diamati perubahan pada menit ke-20 dan ke-60 selanjutnya diamati

setiap satu jam sekali hingga jam ke-5. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis sidik ragam. Selanjutnya jika berbeda nyata dilakukan uji jarak Duncan.

10

Ekstraksi etanol senyawa antibakterial kapang Rhyzopus oligosporus dan starter kapang

Rhyzopus oligosporus.
Uji Sensitivitas Bakteri S.

Pengujian
senyawa

Ekstrak
antibakterial

etanol kapang

Rhyzopus oligosporus susu mastitis.

pada

aureus Analisa residu ABP kapang R. oligosporus Uji reduktase susu mastitis + ABP R. oligosporus

Analisis Data Gambar 4. Diagram Alur Proses Penelitian I. Jadwal Program Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 Kegiatan Peminjaman Laboratorium Persiapan Alat & Bahan Analisa Residu ABP Uji Reduktase Uji Sensitivitas Bakteri Penyusunan Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

J. Rancangan Biaya Harga Satuan (Rp) 200000 300000 25000 250000 300000 375000 Total (Rp) 800,000 1,200,000 300,00 1,000,000 1,200,000 1,500,000 6,000,000
11

No 1 2 3 4 5 6

Keterangan Pembelian kapang R. oligosporus Ekstraksi etanol Pengambilan Susu Mastitis Analisa Residu Antibiotik Uji Reduktase Uji Sensitivitas Bakteri Jumlah Dipindahkan

Jumlah Satuan 4 4 12 4 4 4 isolat kali kali kali kali kali

7 8 9 10 11

Jumlah Pindahan Peminjaman laboratorium Pembelian media biakkan bakteri Pengadaan alat dan bahan penelitian Transportasi Penggandaan proposal PKMP Penggandaan laporan kemajuan Penggandaan laporan akhir Pembelian antibiotik konvensional Surat Ijin Penelitian Kopsae Pujon Kertas A4 Alat tulis CD blank Total Pengeluaran

2 4 2 20 5 5 3 1 1 3 1 3

bulan paket paket kali kali kali kali paket kali rim paket kali

300000 200000 380000 35000 10000 10000 10000 20000 35000 35000 35000 5000

6,000,000 600,000 800,000 760,000 700,000 50,000 50,000 30,000 20,000 35,000 105,000 35,000 15,000 9,200,000

K. Daftar Pustaka Andrews, A.H. 2000. The Health of Dairy Cattle. Blackwell Publishing. USA. Blood, D.C. and J.A. Henderson. 2007. Disease Associated with Bacteria. In : E. H. Marth and J.L Steele. Veterinary Medicine. A Textbook of the Disease Bailliere Tindall, London. Brogden, K.A. 2005. Antimicrobial peptides: pore formers or metabolic inhibitors in bacteria?. Nature Reviews Microbiology 3 (3): 238250. Cochrane, V. W. 1958. Physiology of fungi. New York:John Wiley and Sons Inc. Hal. 21-24. Dhople, V.; Krukemeyer, A.; Ramamoorthy, A. 2006. The human beta-defensin-3, an antibacterial peptide with multiple biological functions. Biochimica et Biophysica Acta Biomembranes1758 (9): 14991512. Hancock, Robert E.W.; Rozek, A. 2002. Role of membranes in the activities of antimicrobial cationic peptides.. FEMS Microbiology Letters 206 (2): 143149. Hancock, Robert E.W.; Sahl, Hans-Georg. 2006. Antimicrobial and host-defense peptides as new anti-infective therapeutic strategies. Nature Biotechnology 24 (12): 15511557 Jennessen J, Schnurer J, Olsson J, Samson RA, Dijksterhuis J. 2008. Morphological characteristics of sporangiospores of the tempe fungus Rhizopus oligosporus differentiate it from other taxa of the R. microsporus group. Mycol Res 112(5):54763. Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed. New Jersey : Pearson Education. Hal. 175-185.
12

Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clark DP. 2008. Biology of Microorganisms 12th edition. San Francisco: Pearson. Matsuzaki, Katsumi. 2008. Control of cell selectivity of antimicrobial peptides. Biochimica et Biophysica Acta Biomembranes 1788 (8): 168792. Morin, D.E. and W.L. Hurley. 2003. Mastitis Lesson B. University of Illinois, USA Prescott LM, Harley JP, Klein DA. 2002. Microbiology. 5th Ed. Boston: McGrawHill. Prescott, L.M, P.H. John. and A.K. Donald. 2003. Microbiology. McGraw Hill Higher Education. Singapura. Quinn, P.J., B.K. Markey, M.E. Carter, W.J. Donnely and F.C. Leonard. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. UK. 63. Salasia, S.I.O., Z. Khusnan, C. Lmmler and M. Zschck. 2004. Comparative studies on phenotypic and genotypic properties of Staphylococcus aureus, isolated from bovine subclinical mastitis in Central Java in Indonesia and Hesse in Germany. J. Vet. Sci. 5 (2), 103-109. Sitaram, N.; Nagaraj, R. 2002. Host-defense antimicrobial peptides: importance of structure for activity. Curr Pharm Des 8 (9): 727742. Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) I. Edisi Kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Tennessen, Jacob A. 2005. Molecular evolution of animal antimicrobial peptide: widespread moderate positive selection. Journal of Evolutionary Biology 18 (6): 13871394 Wikipedia Indonesia. 2012. Peptida antimicrobial. http://id.wikipedia.org/wiki /Peptida_antimikrobial. Diakses tanggal 9 September 2012. Wipradnyadewi PAS. 2005. Isolasi dan identifikasi Rhizopus oligosporus pada beberapa inokulum tempe. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/naskah%20publikasi%20(ari%20sandhi).doc. Diakses pada tanggal 15 September 2012. Yamada O, Sakamoto K, Tominaga M, Nakayama T, Koseki T, Fujita A, Akita O. 2005. Cloning and Heterologous Expression of The Antibiotic Peptide (ABP) Genes from Rhyzopus oligosporus NBRC 8631. Biosci. Biotechnol. Biochem 69 (3) 477482, 2005. Yeaman, M.R.; Yount, N.Y. 2003. Mechanisms of antimicrobial peptide action and resistance. Pharmacological reviews 55 (1): 2755.

13

L. Lampiran Lampiran 1 BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK 1. Ketua Pelaksana Nama Lengkap : Nanang Sugiarto NIM : 105050113111027 Fakultas : Peternakan Jurusan : Ilmu Peternakan Jabatan PKM : Ketua Pelaksana Waktu untuk kegiatan PKM : 15 jam / minggu (Nanang Sugiarto) 105040213111027 2. Anggota Kelompok a. Nama Lengkap NIM Fakultas Jurusan Jabatan PKMM Waktu untuk kegiatan PKM : Dian Septi Pujiana : 105050113111005 : Peternakan : Ilmu Peternakan : Penanggungjawab Administrasi Keuangan : 15 jam / minggu (Dian Septi P.) 105050113111005 b.Nama Lengkap NIM Fakultas Jurusan Jabatan PKM Waktu untuk kegiatan PKM : Teguh Dwi Putra : 0910550093 : Peternakan : Ilmu Peternakan : Penanggung jawab Pengadaan Alat : 15 jam / minggu (Teguh Dwi P.) 105050113111028 c. Nama Lengkap NIM Fakultas Jurusan Jabatan PKM Emilia Widyasari 115050113111034 Peternakan Ilmu Peternakan Penanggung jawab Perijinan Penelitian & Laboratorium Waktu untuk kegiatan PKM : 15 jam / minggu (Emilia Widyasari) 115050113111034
14

: : : : :

Lampiran 2 NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING a. Nama Lengkap dan Gelar : Achadiah.R., S.Pt. M.Si

b. Golongan Pangkat dan NIDN : Penata Muda TK 1/III c/0011047602 c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Bidang Keahlian f. Waktu untuk Kegiatan PKM g. Nomor Telepon / Hp : Peternakan/Produksi Tenak : Unversitas Brawijaya : Produksi Ternak : 4 jam / minggu : 0811363950 Dosen Pembimbing,

Achadiah.Rachmawati, S.Pt,M.Si NIDN. 0011047602

15

Anda mungkin juga menyukai